Kasus Fortofolio IGD Spinal Stenosis
Kasus Fortofolio IGD Spinal Stenosis
Spinal Stenosis
Oleh:
Pendamping:
2019
Kasus 1
Tanggal Presentasi :
Deskripsi :
2
keropos (-) . Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-),
Umur : 20 tahun
1. Diagnosis
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit
punggung bawah sejak 7 hari SMRS. Nyeri terasa seperti berat pada
punggung bawah dan tidak menjalar. Skala nyeri +4, nyeri muncul terutama
jika berdiri lama, berjalan jauh, dan duduk yang terlalu lama. Pasien juga
merasa kebas pada daerah bokong dan paha (+), dan terkadang mengeluhkan
mati rasa pada kedua tungkai. Hal ini sudah dialami sejak kurang lebih 7
bulan yang lalu post KLLD namun memberat 7 hari ini. Saat kecelakaan
3
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat mengangkat beban berat sebelumnya (-). Riwayat tulang keropos (-),
5. Lain-lain :
a. Pemeriksaan Fisik
SpO2 99%
4
VII. N. Fascialis Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Leher
ROM
· Laterofleksi : dbn
· Rotasi : dbn
Test Provokasi
Thorax
Bentuk : Normal
Paru – paru
5
Jantung
Abdomen
· Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
· Perkusi : Timpani
Columna Vertebralis
Kelainan Lokal
Palpasi
6
· Ante/Retrofleksi, Laterofleksi (D/S), Rotasi (D/S) : aktif passif dbn
Test Provokasi
Sensorik:
7
Rasa nyeri tekan : kurang/normal
Salivasi : normal
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Kerja
2. Subyektif
Pada anamnesis ditemukan keluhan nyeri punggung bawah sejak 7 hari. Nyeri
terasa seperti berat pada punggung bawah , menjalar (-). Skala nyeri +4, nyeri
muncul jika berdiri lama, berjalan jauh, dan duduk yang lama. Rasa kebas pada
daerah bokong dan paha (+),keluhan mati rasa pada kedua tungkai (+). Riwayat
trauma 7 bulan yang lalu. BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Pada spinal stenosis, kebanyakan pasien mengeluh nyeri pungung (95%) dan
pada ekstremitas bawah (71%) berupa rasa terbakar hilang timbul, kesemutan,
berat, geli di posterior atau posterolateral tungkai atau kelemahan (3%) yang
ektemitas bawah biasanya berkurang pada saat duduk, berbaring, dan posisi fleksi
8
lumbar.4 Gejala yang dirasakan tiap pasien berbeda tergantung pola dan distribusi
stenosis. Gejala berhubungan dengan satu akar saraf pada satu level. Spinal
3. Objektif
Nyeri tekan punggung pada L5-S1 dan Tes Laseque didapatkan (-), patrick test
kelainan saraf kranialis. kekuatan motorik pada ekstremitas atas maupun bawah
masih bagus, tonus otot normal, reflex fisiologis dalam batas normal, tidak ada
Pada spinal stenosis kekuatan otot pada tungkai bawah biasanya akan
menurun, gejala ini bisa saja spesifik bila ada keterlibatan akar saraf pada lumbar
dan sakral. Adanya tanda Patrick sign dan kontrapatrick sign menandakan adanya
kelainan pada serabut saraf di sendi sakroiliaka. Otot-otot yang dipengaruhi antara
gastrocnemius, dan soleus. Sensorisnya bisa berkurang pada tes pinprick dan
saraf, termasuk sadle anesthesia (kadang melibatkan gland penis dan klitoris).5,6,7
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang karena pasien hanya
ingin meminta obat dan tidak ingin dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
9
a) Foto polos x-ray Lumbosacral
Merupakan penilaian rutin untuk pasien dengan back pain. Dibuat dalam
junction, dan spina dalam posisi fleksi dan ekstensi, diharapkan untuk mendapat
spondilolistesis degeneratif foto polos posisi lateral dibuat dengan pasien dalam
posisi berbaring dan spina dalam keadan fleksi dan ektensi, bertujuan untuk
b) CT Scan
resesus lateralis. Selain itu dia bisa juga membedakan mana diskus dan mana
derajat stenosis sering tidak bisa ditentukan karena tidak bisa melihat jaringan
c) MRI
terkena, serta mengevaluasi bila ada tumor, infeksi bila dicurigai. Selain itu bisa
10
membedakan dengan baik kondisi central stenosis dan lateral stenosis. Bisa
herniasi diskus atau protrusi. Ada atau tidaknya lemak epidural, dan kompresi teka
dan akar saraf juga bisa dilhat dengan baik. Potongan sagital juga menyediakan
porsi spina yang panjang untuk mencari kemungkinan tumor metastase ke spinal.
Kombinasi potongan axial dan sagital bisa mengevaluasi secara komplit central
canal dan neural foramen. Namun untuk mengevaluasi resesus lateralis diperlukan
kontras.1,2,3,5
4. Tatalaksana
Peroral:
- Ranitidin 2x150 mg
KIE:
berat serta untuk menggunakan mekanika tubuh dengan benar dan menggunakan
korset lumbal.
selain itu kondisi umum pasien tidak mendukung dilakukan terapi operatif
11
(misalnya pasien dengan hipertensi atau diabetes melitus). Modalitas utama
untuk memelihara posisi fleksi, penggunan lumbar corset-type brace dalam jangka
juga sangat penting antara lain bersepeda, treadmil, hidroterapi misalnya berenang
b) Terapi operatif
Tindakan operasi bertujuan untuk dekompresi akar saraf dengan berbagai tekhnik
sehinga diharapkan bisa mengurangi gejala pada tungkai bawah dan bukan untuk
mengurangi LBP (low back pain), walaupun pasca operasi gejala LBP akan
adalah membuang lamina dan ligamentum flavum dari tepi lateral satu resesus
lateralis sampai melibatkan level transversal spina. Semua resesus lateralis yang
12
5. Prognosis
Prognosis baik bila dekompresi adekuat, stabiltas sendi facet erjaga, pembedahan
lebih awal, pemakaian korset post-op, latihan pasca operasi. Prognosis buruk bila
terjadi dominan back pain, segmen yang terkena multilevel, penundaan lama
13
DAFTAR PUSTAKA
stenosis: syndrome, diagnostics and treatment Nat. Rev. Neurol. 2009; 5: 392–
403.
surgery for lumbar spinal stenosis: a review. Neurosurg Focus. 1997; 3 (2): 3.
14