Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN “PENCEGAHAN DEKUBITUS”

PADA LANSIA DI RUANG GARDENIA


RUMAH PELAYANAN SOSIAL “LANSIA” PUCANG GADING
SEMARANG

Disusun Oleh:

Satya Nur Azizah (P1337420919123)

Arif Budiman (P1337420919006)

Farida H (P1337420919087)

Ira Dwi Pratiwi (P1337420919091)

Asfin Novia R (P13374209190)

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Pencegahan Dekubitus


Sasaran : penerima manfaat ruang gardenia
Waktu Pertemuan : 1 x 30 menit
Tanggal : 29 Februari 2020
Penyuluh :
1. Arif Budiman
2. Farida H
3. Satya Nur Azizah
4. Ira Dwi Pratiwi
5. Asfin Novia R
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Setelah dilakukan selama 30 menit, penerima manfaat dapat memahami dan
menjelaskan tentang. Pencegahan Dekubitus
2. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )
Setelah dilakukan selama 30 menit penerima manfaat mampu menjelaskan:
a. Pengertian Dekubitus
b. Faktor penyebab
c.Tanda dan gejala
e. Pencegahan Dekubitus
B. Pokok Bahasan: Pencegahan Dekubitus

C. Sub Pokok Bahasan:


1. Pengertian Dekubitus
2. Faktor penyebab
3. Tanda dan gejala
4. Pencegahan Dekubitus
5. mengetahui penangan dekubitus
D. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi/Tanya jawab

E. Media
Leaflet

F Kegiatan Penyuluhan
Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan yang di
suluh
Pendahuluan 2 Maret Pembukaan Mendengarkan
(5 menit) 2020 1. salam pembuka pembukaan
Jam 10.002. memperkenalkan diri
3. kontrak waktu
4. menjelaskan mekanisme
kegiatan
Pelaksanaan Penyampaian materi oleh Mendengarkan dan
(20 menit) pemateri: memberikan umpan
1. Mengenali pengetahuan balik terhadap
dan pengalaman peserta materi yang
penyuluhan disampaikan.
2. Pengertian decubitus
3. Etiologi dan faktor resiko
terjadinya decubitus
4. Gejala decubitus
5. Penanganan Dekubitus
6. Pencegahan Dekubitus
1. Sesi Tanya jawab 1.Mengajukan
2. Evaluasi hasil pertanyaan
mengenai materi
yang kurang paham
2.Menjawab
pertanyaan yang
diajukan
Penutup 1. menjelaskan kembali Mendengarkan
(5 menit) jawaban pertanyaan dengan seksama
peserta yang belum
terjawab.
2. Menjelaskan kesimpulan
dari materi penyuluhan
3. Ucapan terimakasih
4. Salam penutup
Materi Penyuluhan
TINJAUAN TEORI
DEKUBITUS

1. DEFINISI
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit,
bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada
suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah
setempat.
Walaupun semua bagian tubuh mengalami dekubitus, bagian bawah dari
tubuhlah yang terutama beresiko tinggi dan membutuhkan perhatian khsus. Area
yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat diatas tonjolan tulang dan tidak
dilindungi oleh cukup dengan lemak sub kutan, misalnya daerah sakrum, daerah
trokanter mayor dan spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku.
Dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia. Dinegara-negara maju,
prosentase terjadinya dekubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam dua
minggu pertama dalam perawatan.
Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena
perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain:
 Berkurangnya jaringan lemak subkutan
 Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin
 Menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi
lebih tipis dan rapuh.
Ulkus dekubitus atau Bedsores adalah kerusakan/kematian kulit yang
terjadi akibat gangguan aliran darah setempat dan iritasi pada kulit yang menutupi
tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapat tekanan dari tempat tidur,
kursi roda, gips, pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka waktu yang
lama. Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian dimana
terdapat penonjolan tulang, yaitu bagian siku, tumit, pinggul, pergelangan kaki,
bahu, punggung dan kepala bagian belakang (Budiartha, Putu, 2010).
2. Etiologi
Penyebab utama dekubitus adalah tekanan terus menerus pada kulit dan
jaringan yang terjadi pada orang dengan tirah baring lama, tidak sadar,
penginderaan sensasi nyeri yang berkurang, imobilisai dalam waktu yang lama,
kekurangan nutrisi pada jaringan bawah kulit serta kurangnya monitoring dan
perawatan pada bagian kulit yang tertekan (Ari, PN, 2008).
Proses Terjadinya Dekubitus dan Faktor Penyebab Dekubitus :
Tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33 mmHg. Kulit
akan tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih
berkisar pada batas-batas tersebut. Tetapi sebagai contoh bila seorang penderita
immobil/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring diatas kasur
busa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit
mencapai 30-45 mmHg.
Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi
nokrosis jaringan kulit. Percobaan pada binatang didapatkan bahwa sumbatan
total pada kapiler masih bersifat reversibel bila kurang dari 2 jam. Seorang yang
terpaksa berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami dakubitus selama
dapat mengganti posisi beberapa kali perjammnya.
Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor mekanik tambahan yang dapat
memudahkan terjadinya dekubitus:
 Faktor teregangnya kulit misalnya gerakan meluncur ke bawah pada
penderita dengan posisi dengan setengah berbaring
 Faktor terlipatnya kulit akiab gesekan badan yang sangat kurus dengan
alas tempat tidur, sehingga seakan-akan kulit “tertinggal” dari area tubuh
lainnya.
 Faktor teragannya kulit akibat daya luncur antara tubuh dengan alas
tempatnya berbaring akan menyebabkan terjadinya iskemia jaringan
setempat.
Menurut Kadir, Subhan (2008) etiologi dekubitus, antara lain:
1) Faktor Intrinsik
Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit
akan menjadi tipis.
a. Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan elastisitas kulit
berkurang sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan
b. Kemampuan system kardiovaskuler yang menurun dan system arteriovenosus
yang kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusi kulit secara progresif.
c. Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM yang menunjukkan
insufisiensi kardiovaskular perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler
seperti pada pasien pernapasan menyebabkan tingkat oksigenasi darah pada
kulit menurun.
d. Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight
e. Anemia
f. Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan memperjelek
penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus akan menyebabkan
kadar albumin darah menurun.
g. Penyakit-penyakit neurologic, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh
darah, juga mempermudah dan memperparah dekubitus
h. Keadaan hidrasi atau cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.

2) Faktor Ekstrinsik
a. Kebersihan tempat tidur
b. Alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medic yang menyebabkan
penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan terjadinya
dekubitus.
c. Posisi yang tidak tepat
d. perubahan posisi yang jarang dilakukan
3. Faktor Resiko
menurut budiartha (2010) resiko tinggi terjadinya ulkus dekubitus ditemukan
pada:
a. orang-orang yang tidak dapat bergerak misalnya lumpuh, sangat lemah
b. orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri, karena nyeri merupakan
suatu tanda yang normal mendorong seseorang untuk bergerak. Kerusakan
saraf misalnya akibat cedera, stroke, diabetis dan koma bisa menyebabkan
berkurangnya kemampuan merasakan nyeri.
c. orang-orang yang mengalami kekureangan gizi (malnutrisi) tidak memiliki
lapisan lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami pemulihan
sempurna karena kekurangan zat-zat gizi yang penting.
d. gesekan dan kerusakan lainya pada lapisan kulit paling luar bisa menyebabkan
terbentguknya ulkus. baju yang terlalu besar atau terlalu kecil, kerutan pada
seprai yang bergesekan dengan kulit bisa menyebabkan cedera pada kulit.
Pemaparan oleh kelembaban dalam jangka panjang (karena berkeringat, air
kemih atau tinja) bisa merusak permukaan kulit.
4. Manifestasi Klinis
Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus menurut Ari, PN (2008) dapat
dibagi sebagai berikut
a. Derajat 1 : Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, tampat sebagai
daerah kemerahan atau lecet. ini terjadi di superficial setelah minimal dua jam
penekanan pada daerah tertentu.
b. Derajat 2 : Reaksi yang lebih dalam sampai mencapai seluruh dermis hingga
lapisan lemak sub kutan, tanpak sebagai ulkus yang dangkal dengan tepi yang
jelas dan perubahan pigmen kulit.
c. Derajat 3 : Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak sub kutan dan
berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah mulai didapat infeksi dengan
jaringan nekrotik yang berbau. Luka meluas sampai semua lapisan kulit
hilang, menembus jaringan dibawahnya dan mulai merusak jaringan.
d. Derajat 4 : perluasan Ulkus menembus otot hingga tampat tulang di dasar
ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.
5. Klasifikasi
Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus dan
perbedaan temperature dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus di bagi
menjadi 3 (Budiartha, Putu 2010):
a. Tipe Normal
Mempunyai beda temperature lebih kurang 2,5°C dabandingkan dengan kulit
sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena
Iskemia jaringan tempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-
pembuluh darah sebenarnya baik.
b. Tipe Arterioskelerosis
Mempunyai beda temperature kurang dari 1 °C antara aerahy ulkus dan kulit
sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit pada
pembuluh darah ikut berperan untuk terjadinya dekubitus di samping faktor
tekanan. Dengan perawatan, Ulkus ini sembuh dalam 16 minngu.
c. Tipe Terminal
Terjadi pada klien yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh.
6. Pencegahan
Karena dekubitus lebih mudah dicegah daripada diobati, maka sedini
mungkin harus dicegah dengan cara :
1. Anjurkan pasien untuk duduk dikursi roda atau seri gery untuk
menegakkan mereka setiap 10 menit untuk mengurangi tekaan atau
membantu pasien melakukannya.
2. Anjurkan masukan cairan dan nutrisi yang tepat dan adekuat. Karena
kerusakan kulit lebih mudah terjadi dan lambat untuk sembuh jika nutrisi
pasien buruk.
3. Segera membersihkan feses atau urin dari kulit karena bersifat iritatif
terhadap kulit.
4. Inspeksi daerah dekubitus umum terjadi, laporkan adanya area kemerahan
dengan segera.
5. Jaga agar kulit tetap kering
6. Jaga agar linen tetap sering dan bebas dari kerutan
7. Beri perhatian khusus pada daerah – daerah yang beresiko terjadi
dekubitu.
8. Masase sekitar daerah kemerahan dengan sering menggunakan lotion
9. Jangan gunakan losion pada kulit yang rusak
10. Beri sedikit bedak tabur pada area pergesekan tapi jangan biarkan
menumpuk.menggumpal
11. Gunakan kain pengalas bila memindahkan pasien tirah baring
12. Lakukan latihan serak minimal 2x sehari untuk mencegah kontraktur
13. Gunakan kasur busa, kasur kulit atau kasur perubah tekanan.

7. Perawatan
Pengelolaan dikubitus diawali dengan kewaspadaan untuk mencegah
terjadinya dekubitus dengan mengenal klien resiko tinggi terjadinya dekubitus ,
misalnya pada klien yang imobiliasi dan konfusio. Usaha untuk menentukan
resiko terjadinya dekubitus ini antara lain dengan memakai scor Norton. Skor
dibawah 14 menunjukkan adanya resiko tinggi terjadinya dekubitus. Dengan
evaluasi skor ini dapat dilihat perkembangan klien. Tindakan berikutnya adalah
menjaga kebersihan diri klien khususx kulit dengan mandi setiap hari, dikeringkan
dengan baik lalu digosok dengan lotion terutam dibagian kulit yang ada pada
tonjolan-tontolan tulang. Sebaiknya diberikan masase untuk melancarkan sirkulasi
darah, semua ekskreta harus dibersihkan dengan hati-hati agar tidak menyebabkan
lecet pada kulit klien (Budiartha, 2010).
Tahap – tahap kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan terjadi dalam 4
tahap, maka dari itu pengobatan atau intervensi keperawatan pada tiap tahap/dapat
membatasi proses dan menghindari kerusakan lebih lanjut. Tahap satu, yang
ditandai dengan :
1. Kulit menjadi kemerahan, akan berubah warna biru ke abu – abuan
disekitar daerah yang mengalami tekanan. Pada orang yang berkulit gelap
daerah tersebut terlihat lebih kering.
Tindakan:
a. Britahui perawat
b. Jaga agar area sekitar kulit yang rusak tetap bersih dan kering
c. Kurangi semua tekanan berlebihan pada area tersebut
d. Menganjurkan diet bergizi dan cairan yang adekuat
e. Jaga agar kulit yang rusak tetap tertutup sesuai instruksi, biasanya
dengan balutan steril kering atau penutup proteksif lainnya.
f. Lakukan pengobatan dengan lampu panas sesuai instruksi dokter
g. Tempatkan pasien pada matras egrate, agar berat badan terdistritansi ke
seluruh permukaannya dan memberikan sirkulasi udara.
h. Laporkan indikasi infeksi seperti bau atau drainase, pendarahan dan
perubahan ukuran.
i. Pokumatasikan adanya area yang potensia rusak pada catatan pasien
menggunakan kata – kata dan diagram.
2. Kulit memerah dan terdapat lesi seperti suka melepuh didaerah tersebut,
kulit bisa rusak atau tidak.
Tindakan
a. Pindahkan tekanan dengan mengganti posisi pasien
b. Masase dengan lembut daerah sekitar area yang memerah untuk
mencegah pembentukan luka baring dengan .
c. Laporkan ke perawat
d. Dokumentasikan pada catatan perawatan
3. Semua lapisan kulit rusak,
Tindakan.
a. Perawatan yang diabaikan sama dengan perawatan tahap – tahap dan
dilanjutkan dengan tepat jika berlanjut ke tahap 3.
b. Untuk mencegah infeksi perawar dapat mencari daerah luka dengan
bahan bakteriostatik misalnya : Phisonex, cara klens, dan Bioleks,
pengobatan spesifik bervariasi sesuai dengan instruksi dokter.
SKOR NORTON UNTUK MENGUKUR RISIKO DEKUBITUS.
Risiko dekubitus jika skor total ≤ 1

Sedangakan menurut Ari, PN (2008) perawatan dekubitus dapat dilakukan


berdasarkan derajat dekubitus yaitu:
1. Derajat 1: Pengawasan terpenting adalah memberikan perhatian agar tidak
meningkat menjadi lebih lanjut dengan memberikan perubahan posisi
minimal 2 jam sekali agar tidak menjadi lebih parah. Kulit yang kemerahan
dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian
dimasase 2-3 kali/hari. Tetap memberikan asupan gizi yang baik sehingga
terbentuk jaringan penyokong yang baik dan memberikan pergerakan pasif
pada pasien pasien yang mengalami paralise.
2. Derajat 2 : Perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat aseptic dan
antiseptic. Daerah yang bersangkutan de gesek dengan es dan dihembus
dengan udara hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi kemudian
memberikan salep topical, mungkin juga untuk merangsang tumbuhnya
jaringan muda/granulasi. Penggantian balut dan salep jangan terlalu sering
karena dapat merusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
3. Derajat 3 : Tujuan perawatan derajat ini adalah tetap mengurangi tekanan dan
menghindari perluasan yang tidak kompleks. Pengobatan topical di daerah
ulkus diberikan dan didukung dengan perawatan luka. Pengobatan
menggunakan antibiotic untuk infeksi yang timbul. Usahan luka tetap bersih
dan eksudat dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya
transparan sehingga permeabel untuk masuknya udara/oksigen dan
penguapan. Kelembaban luka dijaga tetap basah, karena akan mempermudah
regenerasi sel-sel kulit. Jika luka kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl
fisiologis.
4. Derajat 4 : Pengobatan infeksi sekunder menjadi penting agar tidak mengarah
ke sepsis. Sangat perlu dilakukan operasi plastic dengan tujuan untuk
mengurangi perluasan dan perbaikan jaringan yang rusak. Semua langkah-
langkah perawatan derajat I hingga III tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik
yang ada harus dibersihkan sebab akan menghalangi pertumbuhan
jaringan/epitelisasi. Beberapa preparat enzim dapat diberikan dengan tujuan
mengurangi pendarahan dibandingkan tindakan bedah yang juga merupakan
alternative lain. Setelah jaringan nekrotik dibuang dan luka bersih,
penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan. Beberapa usaha
mempercepat adalah antara lain dengan memberikan oksigenasi pada daerah
luka.

8. Pencegahan
Tindakan pencegahan dekubitus yang dapat dilakukan antara lain:
a. Meningkatkan status kesehatan klien
Memperbaiki dan menjaga keadaan umum klien, misalnya anemia diatasi,
hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi dan hidarasi yang cukup, vitamin (vitamin C)
dan mineral (Zn) ditambahkan. Mengobati/mengatasi penyakit-penyakit yang ada
pada klien, misalnya DM.
b. Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran arah
dengan cara:
1) alih posisi/alih baring/tidur selang-seling paling lama tiap 2 jam
sekali.keburukan pada cara ini adalah ketergantungan pada perawat yang
kadang-kadang sudah sangat kurang, dan mengganggu istirahat klien
bahwa menyakitkan.
2) kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada tubuh
klien.misalnya kasur dengan gelembung udara , kasur air yang temperature
airnya dapat diatur.
3) regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah
setempat terganggu dapat dikurangi antara lain: menjaga posisi klien,apa
ditidurkan rata pada tempat tidurnya atau sudah memungkinkan untuk
duduk dikursi.bantuan balok penyangga kedua kaki, bantal-bantal
keciluntuk menahan tubuh klien.
DAFTAR PUSTAKA

Ari, PN .2008. Perawatan Dekubitus. http:// www.slideshare

.net/aripurwahyudi/perawatan dekubitus-3617137,

Putu Budiartha.2010.Ulkus Dekubitus. http;//nursing begin.com/ulkus-dekubitus/,

diakses tanggal 4 oktober 2014

Kadir,Subhan.2008.Dekubitus.http://subhankadir.files.wordpress.com/2008/01/de
kubitus.doc , diakses tanggal 4 oktober 2014
Capernito, Linda Juall. 1999. Rencana Diagnosa dan Dokumentasi Keperawatan :
Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif Ed.2. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Keperawatan : Pedoman Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Nurachman, Elly. 2001. Pencegahan dan Perawatan Dekubittus. Jakarta : Sagung
http://asuhan-keperawatan-dekubitus.blogspot.com/2011/04/ulcus-dekubitus.html

Anda mungkin juga menyukai