Anda di halaman 1dari 6

MENUJU NEGARA YANG BAHAGIA MELALUI KAJIAN MULTIDISIPLIN

Halmar Halide

Lab. Hidrometeorologi Dept. Geofisika FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar

Pembukaan

Para pendahulu kita telah berhasil mempersembahkan sebuah kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia. Meskipun mereka tak dapat merasakan lagi buah dari perjuangan memperoleh kemerdekaan
tersebut, mereka setidaknya telah berhasil mewariskan sesuatu yang kelak akan
dipertanggungjawabkan oleh kita semua khususnya oleh para pemimpin bangsa ini. Warisan yang
terwujud dalam bentuk 4 (empat) amanah (pelindung bangsa, penyejahtera, pencerdas, dan penertib-
dunia) tersebut tercantum dalam salah satu alinea Pembukaan UUD 1945 yakni:

"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,…”. Apa bentuk nyata amanah yang diwariskan ini?

Amanah ini ternyata dapat terwujud dalam negara/bangsa berbahagia (happy nation) yang
dicirikan oleh suatu keunikan dalam hal kontribusi primer kajian keilmuan multidisiplinnya. Keunikan
inilah yang menghasilkan peringkat negara berbahagia di dunia dimana saat ini Indonesia masih
tertinggal jauh dari negara-negara terbahagia. Keterbelakangan ini disebabkan karena jumlah dan
proporsi kajian multidisiplin pada sejumlah Universitas ternama Indonesia masih rendah. Ini patut
disayangkan mengingat Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam lengkap dengan
keanekaragaman bencana alamnya. Namun, dengan adanya kebijakan ‘Kampus Merdeka’ yang tertuang
dalam Permendikbud no. 3 tahun 2020, harapan untuk meningkatkan kontribusi kajian multidisiplin
menjadi terbuka yang muaranya adalah menjadikan Indonesia berada pada kelompok elite negara-
negara berbahagia.

Karakteristik publikasi ilmiah para elite negara berbahagia:

Pada tahun 2019 yang lalu, United Nations Sustainable Development Solutions Network
bersama dengan yayasan Ernesto Illy Foundation menerbitkan laporan ke-7 tentang Kebahagiaan Dunia
(World Happiness). Laporan ini memuat peringkat skor (nilai) kebahagiaan 156 negara di dunia. Lima
negara yang berada pada peringkat teratas adalah: Finlandia (urutan pertama), Denwark, Norwegia,
Islandia dan Belanda (urutan kelima). Indonesia pada tahun 2019 ini menempati urutan ke-92 dalam
peringkat tersebut. Ada 6 (enam) faktor yang diperhitungkan dalam peraihan nilai kebahagiaan tersebut
yakni: GDP per capita, Social support, Healthy life expectancy, Freedom to make life choices,
Generosity, dan Perceptions of corruption. Adakah cara lain yang secara independen dapat dipakai
untuk mengukur para elite berbahagia tersebut? Ternyata ada ukuran yang dapat dipakai melalui
kontribusi mereka berupa dampak (sitasi publikasi) pada dunia IPTEKS . Data dampak riset 30 urutan
teratas negara-negara terbahagia pada 6 (enam) subyek kajian terpilih yakni: Multidisiplin, Fisika,
Kedokteran, Ekonomi, Sains Sosial, dan Sistim Informasi ditunjukkan pada histogram beserta nilai
taksiran simpangan baku (error bar) dalam Gambar 1. Tampak bahwa, kajian multididiplin memiliki
dampak terbesar dalam hal jumlah rata-rata sitasi yang diperoleh untuk setiap publikasinya. Pada
histogram-histogram tersebut dicantumkan pula kontribusi Indonesia (dinyatakan dengan lambang ‘o’)
untuk setiap bidang kajian. Capaian Indonesia untuk setiap bidang kajian belum mampu mengangkat
Indonesia berada pada deretan elite negera yang berbahagia. Apa penyebabnya? Mari kita lihat hasil
beberapa institusi pendidikan pencetak sumber daya manusia yang menghasilkan publikasi riset
bermutu (tersitasi).

Publikasi bidang Multididiplin pada 6 (enam) universitas terkemuka di Indonesia pada periode
2017-2019 disajikan pada Gambar 2. Tampak dengan jelas bahwa kontribusi kajian Multididiplin dari
keenam universitas tersebut memang masih rendah baik dari segi jumlah maupun persentase
(dibandingkan terhadap keseluruhan publikasi suatu institusi). Rendahnya kontribusi bidang multidisiplin
inilah yang membuat Indonesia masih jauh dari peringkat para elite negara berbahagia.

Gambar 1. Negara-negara dengan kebahagian tertinggi didominasi oleh dampak kajian multidisiplin.

Sumber olahan data: Wikipedia (2020), World Happiness Report (2019), Scimago (2020)
Gambar 2. Rendahnya kontribusi kajian multidisiplin di Indonesia baik dari segi jumlah (atas) maupun
persentase (bawah)

Sumber olehan data: Scopus (2020)

Kesempatan memperbaiki peringkat diantara para elite negara berbahagia

Saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan program “Kampus Merdeka”
yang tertuang dalam Permendikbud no. 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
(Permendikbud, 2020). Program ini memberi keleluasaan bagi seorang penuntut ilmu dan program
sarjana dan sarjana terapan/diploma 4 (Pasal 17 ayat 1d) untuk belajar (‘ngelmu’) dari luar prodi-nya
bahkan di luar kampus-nya sekali pun selama beberapa semester (Pasal 18 ayat 3b-c). Inilah saat yang
tepat untuk meng-ekspose para pembelajar tersebut dengan kajian multidisipliner di bawah bimbingan
tutor yang kompeten dan berwawasan luas dan terintegrasi. Hal ini bisa diawali, misalnya, dengan
aturan yang mewajibkan setiap program studi untuk setiap tahunnya menghasilkan minimal 10% dari
total tugas akhir pada prodi tersebut adalah kajian multidisiplin.

Jika program ini berjalan baik pada jalurnya yang tepat, tidaklah mengherankan jika pada suatu
hari kelak, Indonesia akan menghasilkan lulusan yang mampu menghasilkan karya multidisiplin
monumental sejenis model risiko sistemik suatu bank yang merupakan hasil kolaborasi ekonom Bank of
England A.G. Haldane dan ekolog dari Oxford Univ R. M. May (Haldane dan May, 2011) yang terinspirasi
dari krisis keuangan global yang dimulai pada tahun 2007. Model ini dapat digunakan oleh otoritas
perbankan untuk memperkecil resiko kerugian bank melalui sejumlah kebijakan antara lain: pengaturan
rasio modal dan likuiditas, dan pengaturan pasar derivatif. Ada pula suatu karya yang mampu menaksir
nilai ekonomis planet bumi kita ini (suatu ide yang tampaknya beyond comprehension). Ini adalah hasil
kolaborasi antara disiplin ekonomi, ekologi, informasi geografis, ilmu lingkungan, ilmu evolusi dan
perilaku, dan hubungan internasional ( Costanza dkk., 1997). Contoh lain dalam bidang budidaya ikan
keramba berkelanjutan yang merupakan hasil kolaborasi sejumlah disiplin: Fisika Oseanografi, Biologi
Kelautan, Sistem Informatika, dan Permodelan telah menghasilkan suatu Freeware CADS_TOOL 1.0.1
(Halide dkk., 2009) yang kini telah dapat digunakan oleh manajer budi daya karamba atau pengguna
lainnya melalui sistem pengoperasianWindows, Macintosh atau Linux (Anonim, 2020).

Munculnya karya-karya multidisiplin dari nusantara ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Ini
disebabkan tidak hanya karena posisi geografis unik yang kita miliki sebagai benua maritim namun juga
karena melimpahnya kekayaan alam (flora-fauna yang membentuk ekosistem darat, laut dan udara),
keragaman dan kompleksitas interaksi fisis antara samudera-atmosfir seperti: El Niño Southern
Oscillation, Indian Ocean Dipole, Monsoon, Madden Julian Oscillation, dan Arus Lintas Indonesia
(Indonesian Through FLow), dan berbagai jenis bencana alam dan sosial terkait misalnya: kebakaran
hutan dan polusi udara, gagal panen, kemarau panjang (drought) dan banjir (flood), banjir bandang
(flash-flood), wabah penyakit, gempa bumi, letusan gunung-api, tsunami, coral-bleaching, badai-tropis
dan puting-beliung, serta kerusuhan sosial. Tanpa adanya jalinan ke-multi-disiplinan, sistem peringatan
dini suatu bencana kebakaran hutan seakurat dan apa pun, misalnya, akan menjadi tak berguna
(useless) tanpa dukungan disiplin ilmu komunikasi yang efektif untuk menyadarkan masyarakat dan
tanpa adanya produk hukum yang sesuai serta penegakan hukum yang tegas.

Penopang nilai-nilai budaya (Anonim, 2019)

Perjuangan kita untuk memperbaiki posisi Indonesia dari urutan 92 negara berbahagia di dunia
menuju posisi terhormat para elite adalah suatu missi yang berat dan hampir mendekati kemustahilan.
Ini harus ditebus dengan upaya sistematis, terfokus dan sinergis dari sejumlah anak bangsa yang berasal
dari berbagai disiplin ilmu. Kita beruntung telah mewarisi sejumlah pesan para leluhur seperti:

1. Kerja keras

Resopa tammangingngi naletei pammase dewata seuwwa’e

Artinya :

Rahmat Allah akan turun kepada orang-orang bekerja keras tanpa kenal sifat menyerah.

2. Ulet (persevere)

Engkako ritu sompereng deceng munawa-nawa lise’pa murewe.

Mabelakotu lao sappai decengnge, iyapa mulisu mulolongeppi muwakkattaiyye.

Artinya :

Kau telah pergi jauh mencari kebaikan (keberuntungan), janganlah kembali sebelum dicapai apa yang
dicita-citakan.
3. Sinergi

Sipanrasa-rasa memeng jemmae inappae siempe mabere’.

Pada resomemeppa tauwwe inappae silolongeng sitiwi lao rimadecengnge, rialebbirengnge.

Artinya :

Dengan kerja sama yang baik orang-orang akan bersama-sama memperoleh kebaikan, keberuntungan
dan kemuliaan.

4. Kemaslahatan bersama

Iyasiya minasakku pattana waliengngi assimellerengnge

Iyasiya teppaja uwammenasai passibali-baliengngi assipojingnge.

Artinya :

Masalah yang tak pernah pupus dari idamanku adalah terwujudnya perasaan saling menyayangi di
antara kita.

Penutup

Sejumlah fakta telah ditunjukkan tentang bagaimana pentingnya kajian multidisiplin dilengkapi
dengan sejumlah contoh karya multididiplin yang berhasil mengangkat derajat sebuah bangsa dan multi-
bangsa. Keberhasilan dalam mengasilkan karya-karya multididiplin diharapkan dapat mendekatkan kita
pada tujuan bernegara seperti yang dicita-citakan oleh para pendahulu kita. Sekarang adalah saat yang
tepat untuk menggencarkan upaya ide ke-multidisiplin-an ini kepada generasi milenial yang mendiami
benua maritim melalui contoh yang tepat dan efektif oleh para tutor mumpuni. Semoga Allah SWT tetap
berkenan menunjuki para hamba-NYA yang berusaha keras mengubah nasib bangsa ini ke arah yang
benar dan derajat yang lebih baik. Amin yaa rabbal alamiin.

Makassar 18 Februari 2020.

Referensi:

Anonim, 2019. Attoriolong: Naskah Kuno Bugis. https://www.telukbone.id/attoriolong-naskah-kuno-


bugis/

Anonim, 2020. https://mac.softlookup.com/display.asp?id=167601

Costanza, R., d'Arge, R., de Groot, R. et al. The value of the world's ecosystem services and natural
capital. Nature 387, 253–260 (1997). https://doi.org/10.1038/387253a0
Haldane, A., May, R. Systemic risk in banking ecosystems. Nature 469, 351–355 (2011).
https://doi.org/10.1038/nature09659.

Halide, Halmar, Stigebrandt, A., Rehbein, M., McKinnon, A. D. Developing a decision support system for
sustainable cage aquaculture. Environmental Modelling & Software 24 (6) 694-702 (2009).
https://doi.org/10.1016/j.envsoft.2008.10.013

Permendikbud (2020): https://lldikti13.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Permendikbud-


Nomor-3-Tahun-2020.pdf

Scimago (2020): https://www.scimagojr.com/

Scopus: https://www.scopus.com/

Wikipedia (2020): https://en.wikipedia.org/wiki/World_Happiness_Report;

World Happiness Report (2020): https://worldhappiness.report/ed/2019/;


https://www.scimagojr.com/countryrank.php

Anda mungkin juga menyukai