Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

I. KASUS (MASALAH UTAMA)

Gangguan Proses Pikir : Waham

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Defenisi
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah (Budi Anna Keliat, 2006). Waham adalah keyakinan seseorang yang
berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan
tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien (Aziz R, 2003).

B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
a. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf
yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
b. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks prefrontal dan korteks limbic.
c. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
d. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

2. Faktor presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat di picu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti
atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasannya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang menyenangkan.

C. Tanda dan Gejala


a. Menolak makan
b. Tidak ada perhatian terhadap perawatan diri
c. Ekspresi muka sedih/gembira/ketakutan
d. Gerakan tidak terkontrol
e. Mudah tersinggung
f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
h. Menghindar dari orang lain
i. Mendominasi pembicaraan
j. Berbicara kasar
k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan

D. Rentang Respon
E. Pohon Masalah

F. Mekanisme Koping

Menurut Direja (2011), Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri
dari pengalaman berhubungan dengan respon neurobioligi :

1. Regresi, berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk


menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk
aktivitas hidup sehari-hari
2. Projeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
3. Menarik diri
G. Fase-fase

Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :

1. Fase of human need


Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin
dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan
ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan, tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut
belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal
ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan
orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.
Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya.
Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi
sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

H. Jenis Waham

1. Waham kebesaran

Suatu kenyataan palsu dimana seorang memperluas atau memperbesar


kepentingan dirinya, baik kualitas tindakan/kejadian/orang disekelilingnya, dalam
bentuk tidak realistik. Waham ini timbul akibat perasaan yang tidak wajar, tidak
aman dan rasa rendah diri yang secara sadar dihalangi oleh komponen ideal dan
efektif dari waham itu sendiri. Isi dari waham kebesaran sering menunjukkan
kekecewaan, kegagalan, dan perasaan tidak aman. Misalnya, “Saya ini pejabat di
apartemen kesehatan lho!” atau “Saya punya tambang emas.”

2. Waham curiga

Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha


merugikan/mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan
hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.”

3. Waham Depresif (menyalahkan diri sendiri).

Kepercayaan yang tidak berdasar. Menyalahkan diri sendiri akibat perbuatan-


perbuatannya yang melanggar kesusilaan atau kejahatan lain. Waham depresif
sering dirasakan sebagai waham bersalah (perasaan bersalah, kehilangan harga
diri), waham sakit (gangguan perasaan tubuh yang berasal dari viseral yang
dipengaruhi oleh keadaan emosi), waham miskin (kehidupan perasaan nilai
sosial).

4. Waham nihilistic

Suatu kenyataan bahwa dirinya atau orang lain sudah meninggal atau dunia ini
sudah hancur. Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah
roh-roh”.

5. Waham somatik (waham hipokondria)

Kecenderungan yang menyimpang dan bersifat dungu mengenai fungsi dan


keadaan tubuhnya. Misalnya, penderita merasa tubuhnya membusuk atau
mengeluarkan bau busuk.

6. Waham hubungan

Keyakinan bahwa ada hubungan langsung antara interprestasi yang salah dari
pembicaraan, gerakan atau digunjingkan.

7. Waham pengaruh.
Keyakinan yang palsu bahwa dia adalah berlebihan dan diucapkan secara berulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
III. a. Analisa Masalah

Resiko tinggi perilaku kekerasan

Gangguan Isi piker: waham Core Problem (CP)

Isolasi sosial

Harga diri rendah kronik

b. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji

Data subjektif :

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,


kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.

Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengkaji waham :

a. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan


menetap?
b. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu atau apakah pasien cemas
secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak
nyata?
d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
e. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
f. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang
lain atau kekuatan dari luar?
g. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan
lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?

Data objektif :

Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang
lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung

c. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Proses pikir : Waham

d. Rencana Tindakan Keperawatan (Rujuk pada Standar Pelaksanaan Terbaru)

Tujuan umum :

Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat
harga dirinya.

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan


tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(waktu, tempat dan topik pembicaraan)
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Tindakan :

a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


b. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis

3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

4. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

Tindakan :

a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

5. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan


yang dimiliki

Tindakan :

a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

6. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Tindakan :

a. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan


b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
7. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang adA

Tindakan :

a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien


b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Gangguan proses pikir : WAHAM

Masalah Tindakan Keperawatan Untuk Pasien Tindakan Keperawatan Untuk


Keperawatan Keluarga

Gangguan SP I p SP I k
proses pikir :
1. Bina hubungan saling percaya 1. Mendiskusikan masalah yang
WAHAM
dirasakan keluarga dalam
2. Membantu orientasi realita
merawat pasien
3. Mengidentifikasi kebutuhan yang
2. Menjelaskan pengertian, tanda
tidak terpenuhi
dan gejala waham, dan jenis
4. Membantu pasien untuk memenuhi waham yang dialami pasien
kebutuhannya beserta proses terjadinya

5. Membimbing pasien memasukkan 3. Menjelaskan cara-cara merawat


dalam jadwal kegiatan harian pasien waham

SP II p 4. Melatih keluarga melakukan


cara merawat langsung kepada
1. Memvalidasi masalah dan latihan
pasien waham
sebelumnya.
SP II k
2. Mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki 1. Melatih keluarga untuk
mempraktekkan cara merawat
3. Melatih kemampuan yang dimiliki
pasien dengan waham
4. Membimbing pasien memasukkan 2. Melatih keluarga melakukan
dalam jadwal kegiatan harian.. cara merawat langsung kepada
pasien waham

3. Membantu keluarga membuat


jadwal aktivitas di rumah
SP III p termasuk minum obat

1. Klien dapat menilai kemampuan dan 4. Mendiskusikan sumber rujukan


aspek positif yang dimiliki yang bisa dijangkau keluarga

2. Klien dapat menilai kemampuan


yang dapat digunakan

SP IV p

1. Klien dapat memanfaatkan sistem


pendukung yang ada
Tindakan Keperawatan

SP 1 p

1. Bina hubungan saling percaya


2. Membantu orientasi realita
3. Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
4. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya
5. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

ORIENTASI

“Perkenalkan nama saya Wati Nursana Waruwu, saya perawat yang dinas pagi ini di Ruang
Tulip. Saya dinas dari jam 13.00–20.00, saya yang akan membantu perawatan Bapak hari ini.
Nama Bapak siapa? senangnya dipanggil apa?” “Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang
bapak Resno rasakan sekarang?” “Berapa lama Bapak Resno mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit?” Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?”

KERJA

“Saya mengerti Pak Resno merasa bahwa Pak Resno adalah seorang Nabi, tapi sulit bagi
saya untuk pembicaraan yang tadi terputus Pak?” “Tampaknya Pak Resno gelisah sekali, bisa
Pak Resno ceritakan kepada saya apa yang Pak Resno rasakan?” “ Bapak mempercayainya?
karena setahu saya semua Nabi tidak hidup didunia ini, bisa kita lanjutkan” “Oooo, jadi Pak
Resno merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur diri
Pak Resno sendiri?” “Siapa menurut Pak Resno yang sering mengatur-atur diri Pak Resno?”
“Jadi Istri Pak Resno yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga keluarga Pak Resno yang lain?”
“Kalau Pak Resno sendiri inginnya seperti apa?” “Ooo, Bagus Pak Resno sudah punya rencana
dan jadwal untuk diri sendiri.” “Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut Pak Resno.”
“Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya Pak Resno ingin ada kegiatan di luar rumah sakit karena
bosan kalau dirumah sakit terus ya?”
TERMINASI

“Bagimana perasaan Pak Resno setelah berbincang-bincang dengan saya?” “Apa saja tadi
yang telah kita bicarakan? Bagus.” “Bagaimana kalau jadwal ini Pak Resno coba lakukan, setuju
Pak?” “Bagaimana kalau perbincangan kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.” “Saya akan datang
kembali dua jam lagi.” “Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah Pak
Resno miliki?” “Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja Pak
Resno?”

SP 2 p

1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.


2. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
3. Melatih kemampuan yang dimiliki.
4. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

ORIENTASI

“Selamat pagi Pak Resno, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus” “Apakah Pak Resno
masih ingat apa saja yang Pak Resno tulis sebagai jadwal sendiri” “Apakah Pak Resno telah
menuliskan apa saja yg sudah dilakukan dari jadwal tersebut?” “Apakah ada kendala dalam
melakukannya Pak?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi Pak Resno
tersebut?” “Berapa lama Pak Resno mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit,
setuju Pak?”

KERJA

“Apa saja hal baru yang sudah Pak Resno lakukan? Saya catat ya pak, terus apa lagi?”
“Wah, rupanya Pak Resno ingin main gitar juga ya.” “Bisa Pak Resno ceritakan kepada saya
kapan pertama kali belajar main gitar, siapa yang dulu mengajarkannya kepada Pak Resno dan
dimana?” “Bisa Pak Resno peragakan kepada saya bagaimana bermain gitar yang baik itu.””oh
jadi seperti itu ya Pak mainnya” “Wah, bagus sekali Pak. Bagaimana kalau kita buat jadwal
untuk kemampuan Pak Resno ini. Berapa kali sehari/seminggu Pak Resno mau bermain suling?”
“Apa yang Pak Resno harapkan dari kemampuan bermain gitar ini?” “Ada tidak hobi atau
kemampuan Pak Resno yang lain selain bermain gitar?”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan Pak Resno setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan
kemampuan Pak Resno tadi?” “Setelah ini coba Pak Resno lakukan latihan bermain gitar sesuai
denga jadwal yang telah kita buat ya Pak?” “Bagaimana kalau perbincangan kita saat ini kita
akan lanjutkan lagi.” “Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang Pak? Nanti kita ketemuan di
taman saja, setuju pak?” “Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus Pak Resno
minum, setuju Pak?”

SP 3 p

1. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


2. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

ORIENTASI

“Selamat pagi Pak Resno, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus” “Apakah Pak Resno
masih ingat apa saja hobi atau kegemaran Pak Resno?” “Bagaimana kalau kita lanjutkan
membicarakan hobi tersebut sekarang?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi
Pak Resno tersebut?” “Berapa lama Pak Resno mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
20 menit, setuju Pak?

KERJA

“Apakah Pak Resno sudah melakukan kegemaran bermain gitarnya?” “Apakah Pak Resno
merasakan ada kemajuan bermain gitarnya setelah sering bermain gitar?” “Wah, rupanya Pak
Resno semakin pandai bermain gitar ya.”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan Pak Resno setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan
kemampuan Pak Resno tadi?” “Lakukan terus latihan bermain gitar sesuai dengan jadwal yang
telah kita buat sebelumnya ya Pak?” “Bagaimana kalau perbincangan kita saat ini kita akan
lanjutkan lagi.” “Bagaimana kalau nanti sore Pak? Nanti kita ketemuan di taman saja, setuju
pak?”

SP IV P

1. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

ORIENTASI

“Selamat pagi Pak Resno, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus” “Apakah Pak Resno
merasa semakin mahir bermain gitar?” “Apakah Pak Resno masih merasa ada kendala dalam
memainkannya?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang kendala Pak Resno
tersebut?” “Berapa lama Pak Resno mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit,
setuju Pak?”

KERJA

“Apa yang menjadi kendala Pak Resno dalam bermain gitar?” “oohh jadi Pak Resno suka
bermain gitar tanpa bisa dikontrol sampai tali senarnya rusak ya?” “Pak Resno bisa minta tolong
Ibu Santi atau keluarga untuk menenangkan Pak Resno kalau bermain gitar terlalu cepat ya Pak”

TERMINASI :

“Bagaimana perasaan Pak Resno setelah kita berbincang-bincang tentang kendala Pak Resno
tadi?” “Lakukan terus latihan bermain gitar sesuai dengan jadwal yang telah kita buat
sebelumnya ya Pak?” “Bermain gitar dengan santai sambil menikmati ya pak “Bagaimana kalau
perbincangan kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.nanti ya Pak”
SP 1 k

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien


2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis waham yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham
4. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien waham

ORIENTASI

“Selamat pagi Ibu, perkenalkan nama saya Wati Nursana Waruwu, saya perawat yang dinas
diruang Tulip ini. Saya yang merawat Pak Resno selama ini. Kalau bisa saya tahu nama Ibu
siapa? “Ibu senangnya saya memanggil Ibu seperti apa? “Bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang masalah Pak Resno dan cara merawat Pak Resno dirumah.” “Dimana Ibu
mau berbicara dengan saya? Bagaimana kalau diruang wawancara?” “Berapa lama Ibu mau
berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 20 menit saja, Bu? Apakah waktunya cukup
Bu kira-kira?”

KERJA

“Bu Santi, apa masalah yang Ibu rasakan dalam merawat Pak Resno? apa yang sudah Pak
Resno lakukan dirumah? Dalam menghadapi sikap Pak Resno yang selalu mengaku-ngaku
sebagi seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi hanya merupakan salah satu gangguan proses
berpikir Pak Resno saja. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali
Pak Resno berkata bahwa ia seorang nabi, Ibu Santi bersikap dengan mengatakan;

Pertama: Ibu Santi mengerti bahwa Pak Resno merasa seorang nabi, tapi sulit bagi Ibu Santi
untuk mempercayainya karena setahu kita semua nantinya tidak ada yang hidup didunia.

Kedua: Ibu Santi harus lebih sering memuji Pak Resno jika ia melakukan hal-hal yang baik”

Ketiga: Hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yan berinteraksi dengan Pak
Resno. Ibu dan keluarga dapat bercakap-cakap dengan Pak Resno tentang kebutuhan yang
diinginkan oleh Pak Resno, misalnya; Ibu percaya kalau Pak Resno punya kemampuan dan
keinginan. Coba ceritakan kepada kami Pak Resno punya kemampuan apa?”
Keempat: Ibu Santi mengatakan kepada Pak Resno, Bagaimana kalau kemampuan untuk
bermain gitar yang baik dicoba sekarang” dan kemudian setelah dia melakukannya Ibu Santi dan
keluarga harus memberikan pujian.

Ibu Santi dan keluarga jangan lupa Pak Resno perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang.”
“Obatnya ada tiga macam ya Bu, yang warnanya orange namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran Pak Resno jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam
1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter ya Bu karena
dapat menyebabkan Pak Resno bisa kambuh kembali jika tidak dikomsumsi dengan baik. Pak
Resno sudah punya jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera berikan
pujian!”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang-bincang dengan saya tentang cara merawat Pak
Resno dirumah nanti?” “Setelah ini coba Ibu Santi dan keluarga lakukan apa yang sudah saya
jelaskan tadi setiap kali berkunjung ke rumah sakit.” “Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi Ibu
Santi datang kembali kesini dan kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat Pak
Resno sesuai dengan pembicaraan kita tadi.” “Baik kalau begitu pertemuan kita kali ini kita
akhiri dulu, saya tunggu kedatangan Ibu Santi lagi kita ketemu ditempat ini ya Bu”

SP 2 k:

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan waham


2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien waham
3. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
4. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau keluarga

ORIENTASI

“Selamat pagi Bu Santi sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi.
Bagaimana Bu ada pertanyaan tentang cara merawat pasien seperti yang telah kita bicarakan dua
hari yang lalu?, sekarang kita akan latihan cara-cara merawat pasien tersebut ya Bu.” “Kita akan
coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung kepada Pak Resno ya?”

KERJA

“Sekarang anggap saja saya pak Resno yang sedang mengaku nabi, coba Ibu Santi
praktekkan cara bicara yang benar bila Pak Resno sedang dalam keadaan seperti ini!”
“Bagus,betul begitu caranya, sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian atas
kemampuan yang dimiliki oleh Pak Resno” “bagus!” “Sekarang coba cara memotivasi Pak
Resno minum obat dan melakukan kegitan positifnya sesuai jadwalnya!” Bagus sekali ternyata
Ibu Santi sudah mengerti cara merawat Pak Resno ya.” “Bagaimana kalau sekarang kita coba
langsung kepada Pak Resno.”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berlatih cara merawat Pak Resno?” “Setelah ini coba
Ibu Santi lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali Ibu membesuk Pak Resno!” “Baiklah,
bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali ke sini dan kita akan mencoba lagi
cara merawat Pak Resno sampai Ibu Santi lancar melakukannya?” “Jam berapa Ibu Santi bisa
kemari?” Baik, kita akan ketemu lagi di tempat ini ya Bu”
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, d. (2003). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.

Grind, K. (2017). LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM. Retrieved June 2018, from


https://www.academia.edu/9554704/LAPORAN_PENDAHULUAN_WAHAM

Stuart, G. d. (2005 ). Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai