2) Kegagalan fungsi tubuh: hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan
depersonalisasi, yaitu tidak mengakui atau asing terhadap bagian tubuh,
sering berkaitan dengan fungsi syaraf. 3) Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh.Sering terjadi pada pasien gangguan jiwa. Pasien mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan. 4) Tergantung mesin. Pasienintensivecare eped buek memandang immobilisasi sebagai tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik. Penggunaan alat-alat intensivecare dianggap sebagai gangguan. b. Faktor Presipitasi 1) Transisi peran sehat - sakit. Pergeseran dari keadaaan sehat ke keadaan sakit. Stressor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh: •Kehilangan bagian tubuh • Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh • Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal • Prosedur medis dan keperawatan. 2) Transisi Perkembangan. Adanya perubahan tubuh yang berkaitan dengan tumbuh kembang, dimana seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal. c. Penilaian terhadap Stressor Seorang dengan gangguan citra tubuh memiliki penilaian sendiri terhadap stressor atau masalah/perubahan tubuhnya yang menyebabkan penurunan kepercayaan dirinya. Wajah tampak tegang, menghindari kontak mata, dahi