Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktek kerja lapangan (PKL) adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara
memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa untuk berpasrtisipasi dan tugas
secara langsung dilapangan sengan sebuah perusahaan baik pemerintah maupun
swasta setempat untuk memperoleh keahlian di bidang pelayanan, menejemen
dan admunistrasi insalasi farmasi rumah sakit (IFRS), apotek, pedagang besar
farmasi (PBF), puskesmas, dan gudang farmasi.
Kesehatan adalah keadaan Sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial dan
memumgkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan di selenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep kesatuan
upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di
Indonesia (Kementrian kesehatan, 2004)
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (Kementerian
Kesehatan No 36, 2009)
Manajemen pengelolaan obat merupakan bagian dari upaya pembangunan
dibidang obat. Kebijakan dari pemerintah terhadap peningkatan akses obat
diselenggarakan melalui beberapa kebijakan yaitu : undang-undang No.6Tahun
2009 tentang kesehatan, peraturan pemerintah No.51 tentang pekerjaan
kefarmasian, Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan kebijakan obat
nasional(KONAS). Salah satu sistem (SKN) 2009 adalah obat dan perbekalan
kesehatan.

1
2

Pedagang Besar Farmasi merupakan suatu badan usaha yang mempunyai fungsi
untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat atau bahan obat dalam jumlah
besar kepada apotek, rumah sakit, PBF lainnya serta pelayanan kesehatan lain
yang telah mendapatkan izin.
Pedagang Besar Farmasi sebagai salah satu tempat pengabdian profesi
seorang farmasis merupakan bagian terpenting dalam siklus penyaluran sediaan
farmasi melalui apotek, rumah sakit, toko obat, klinik dan puskesmas hingga ke
tangan konsumen.

Tujuan PKL
Tujuan PKL Meliputi :
1. Untuk mempekenalkan mahasiswa pada dunia Usaha
2. Menumbuhkan dan Meningkatkan sikap profesional yang di tumbuhkan
mahasiswa untuk memasuki dunia usaha
3. Meningkatkan daya kreasi dan produktivitas terhadap mahasiswa
sebagai persiapan dalam menghadapi atau memasuki dunia usaha yang
sesungguhnya
4. Meluaskan wawasan dan pandangan mahasiswa terhadap jenis-jenis
pekerjaan pada tempat di mana mahasiswa melaksananakan praktek
kerja lapangan (PKL)

1.2 Manfaat
Adanya manfaat PKL ini diharapkan dapat mencapai beberapa manfaat
yaitu :
1. Bagi mahasiswa :
Dapat meningkatkan wawasan keilmuan mahasiswa tentang situasi
dalam dunia kerja.
2. Bagi progam studi :
3

a) Dapat menjadi tolak ukur pencapaian kinerja program studi


khusunya untuk mengevaluasi hasil pembelajaran oleh instansi
tempat PKL
b) Dapat menjalin kerjasama dengan instansi tempat PKL.

3. Bagi instansi tempat PKL :


Dapat menjadi bahan masukan bagi instansi untuk menentukan
kebijakan perusahaan di masa yang akan datang berdasarkan hasil
pengkajian dan analisis yang dilakukaan mahasiswa selama PKL

1.4 Waktu dan tempat PKL


Waktu PKL dimulai pada tanggal 17 februari 2020 sampai tanggal 20
februari 2020, tempat PKL di PT PARIT PADANG GLOBAL Jl. Pingkan
Matindas No. 57, Dendengan Dalam, Kec. Tikala, Kota Manado, Sulawesi Utara.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian PBF


Pengertian yang telah diperbaharui dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2014, bahwa Pedagang Besar Farmasi, yang
selanjutnya disingkat PBF adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan
obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan salah satu unit terpenting dalam
kegiatan penyaluran sediaan farmasi ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti
apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik dan toko obat agar dapat
sampai ke tangan masyarakat. Apoteker sebagai penanggung jawab di PBF harus
mampu melakukan kegiatan pengelolaan sediaan farmasi di PBF dimulai dari
pengadaan, penyimpanan hingga pendistribusian sediaan farmasi ke sarana
pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

2.2 Tugas dan fungsi PBF


Tugas PBF adalah sebagai berikut :
a) Tempat menyediakan dan menyimpan perbekalan farmsi yang meliputi
obat, bahan obat, dan alat kesehatan.
b) sebagai sarana yang mendistribusika perbekalan farmasi ke sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang meliputi: apotek, rumah sakit, toko
obat berizin dan sarana pelayanan kesehatan masyarakat lain serta PBF
lainya.
c) Membuat laporan dengan lengkap setiap pengadaan, penyimpanan,
penyaluran, perbekalan farmasi sehingga dapat dipertanggung jawabkan
setiap dilakukan pemeriksaan.

4
5

Fungsi PBF antara lain:


a) Sebagai sarana distribusi farmasi bagi industri-industri farmasi.
b) sebagai saluran distribusi obat-obatan yang bekerja aktif keseluruh
tanah air secara merata dan teratur guna mempermudah pelayanan
kesehatan.
c) untuk membantu pemerintah dalam mencapai tingkat kesempirnaan
penyediaan obat-obatan untuk pelayanan kesehatan.
d) Sebagai penyalur tunggal obat-obatan golongan narkotik dimana pbf
khusus, yang melakukanya adalah PT Kimia Farma.
e) Sebagai aset kekayaan nasional dan lapangan kerja.

2.3 Tujuan Instansi PBF


Tujuan dari PBF yaitu untuk mengadakan perbekalan farmasi, menyimpan
perbekalan farmasi dan menyalurkan perbekalan farmasi ke Apotek, Rumah sakit
dan toko-toko obat.

2.4 Persyararan PBF


Suatu PBF baru dapat beroprasi seetelah mendapat surat izin. Selama PBF
tersebut masih aktif melakukan kegiatan pengelolaan obat, maka seluruh kegiatan
yang dilaksanakan di PBF tersebut wajib berdasarkan kepada CDOB. Agar dapat
beroperasi, PBF harus mempunyai lokasi dan bangunan yang memenuhi
persyaratan serta menyediakan perlengkapan yang dilakukan dalam kegiatan
distribusi.
1. Tempat dan Lokasi PBF
dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi efisiensi dan efektifitas dalam
pengadaan dan penyaluran obat ke sarana pelayanan kesehatan dan faktor-fator
lainya. (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012)
Suatu PBF harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi
persyaratan teknis, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan
fungsi PBF. Suatu PBF paling sedikit memiliki ruang tuggu, ruang penerimaan
obat, ruang penyiapan obat, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, gudang obat
6

jadi, ruang makan dan kamar kecil. Bangunan PBF dilengkapi dengan sumber air
yang memenuhi syarat kesehatan, pencahayaan yang memadai, alat pemadam
kebakaran ventilasi dan sanitasi yang baik. Bangunan harus dirancang dan
disesuaikan untuk memastikan bahwa kondisi penyimpanan yang baik dapat
dipertahankan, mempunyai keamanan yang memadai dan kapasitas yang cukup
untuk memungkinkan penyimpanan dan penanganan obat yang baik, serta area
penyimpanan dilengkapi dengan pencahayaan yang memadai untuk
memungkinkan semua kegiatan dilaksanakan secara akurat dan aman.
Area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman harus terpisah, terlindung dari
kondisi cuaca, dan harus ddidesain dengan baik serta dilengkapi dengan peralatan
yang memadai. Akses masuk ke area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman
hanya diberikan kepada personil yang berwenang yakni dengan adanya sistem
alarm dan kontrol akses yang memadai. Selain itu harus disediakan area khusus,
antara lain:

a) harus ada area terpisah dan terkunci antara obat yang menunggu keputusan
lebih lanjut mengenai statusnya, meliputi obat yang diduga palsu, yang
dikembalikan, yang ditolak, yang dimusnakan yang ditarik, dan yang
kadarluasa dari obat yang dapat disalurkan.

b) Harus tersedia kondisi penyimpanan khusus untuk obat yang membutuhkan


penanganan dan keamanan khusus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan (misalnya narkotika)

c) Harus tersedia area khusus untuk penyimpanan obat yang mengandung bahan
radioaktif dan bahan berbahaya lain yang dapat menimbulkan risiko kebakaran
atau ledakan (misalnya gas bertekanan, mudah terbakar cairan dan padatan
mudah menyala) sesuai keselamatan dan keamanan. Bangunan dan fasilitas
penyimpanan harus bersih, bebas dai sampah dan debu serta harus dirancang
dan dilengkapi, sehingga memberikan perlindungan terhadap masuknya
serangga, hewan pengerat atau hewan lain. Selain itu, ruang istrahat, toilet dan
kantin untuk personil harus terpisah dari area penyimpanan.
7

2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi


Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor hk.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang Pedoman Teknis
Cara Distribusi Obat yang Baik, pengelolaan perbekalan farmasi sebagai berikut:

2.5.1 Perencanaan
a. Fasilitas distribusi harus memperoleh pasokan obat dan/atau bahan obat
dari pemasok yang mempunyai izin sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
b. Jika obat dan/atau bahan obat diperoleh dari fasilitas distribusi lain, maka
fasilitas distribusi wajib memastikan bahwa pemasok tersebut
mempunyai izin serta menerapkan prinsip dan Pedoman CDOB.
c. Jika obat dan/atau bahan obat diperoleh dari industri farmasi, maka
fasilitas distribusi wajib memastikan bahwa pemasok tersebut
mempunyai izin serta menerapkan prinsip dan Pedoman CPOB.
d. Jika bahan obat diperoleh dari industri non-farmasi yang memproduksi
bahan obat dengan standar mutu farmasi, maka fasilitas distribusi wajib
memastikan bahwa pemasok tersebut mempunyai izin serta menerapkan
prinsip CPOB.

2.5.2 Pengadaan
a. Pengadaan obat dan/atau bahan obat harus dikendalikan dengan prosedur
tertulis dan rantai pasokan harus diidentifikasi serta didokumentasikan.
b. Harus dilakukan kualifikasi yang tepat sebelum pengadaan dilaksanakan.
Pemilihan pemasok, termasuk kualifikasi dan persetujuan
penunjukannya, merupakan hal operasional yang penting. Pemilihan
pemasok harus dikendalikan dengan prosedur tertulis dan hasilnya
didokumentasikan serta diperiksa ulang secara berkala.
8

c. Harus tersedia prosedur tertulis yang mengatur kegiatan administratif dan


teknis terkait wewenang pengadaan dan pendistribusian, guna
memastikan bahwa obat hanya diperoleh dari pemasok yang memiliki
izin dan didistribusikan oleh fasilitas distribusi resmi.
d. Sebelum memulai kerjasama dengan pemasok baru, fasilitas distribusi
harus melakukan pengkajian guna memastikan calon pemasok tersebut
sesuai, kompeten dan dapat dipercaya untuk memasok obat dan/atau
bahan obat. Dalam hal ini, pendekatan berbasis risiko harus dilakukan.

2.5.3 Penerimaan
a. Proses penerimaan bertujuan untuk memastikan bahwa kiriman obat
dan/atau bahan obat yang diterima benar, berasal dari pemasok yang
disetujui, tidak rusak atau tidak mengalami perubahan selama
transportasi.
b. Obat dan/atau bahan obat tidak boleh diterima jika kadarluasa, atau
mendekati tanggal kedaluwarsa sehingga kemungkinan besar obat
dan/atau bahan obat telah kadarluasa sebelum digunakan oleh konsumen.
c. Obat dan/atau bahan obat yang memerlukan penyimpanan atau tindakan
pengamanan khusus, harus segera dipindahkan ke tempat penyimpanan
yang sesuai setelah dilakukan pemeriksaan.
d. Nomor batch dan tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat harus
dicatat pada saat penerimaan, untuk mempermudah penelusuran.
e. Jika ditemukan obat dan/atau bahan obat diduga palsu, batch tersebut
harus segera dipisahkan dan dilaporkan ke instansi berwenang, dan ke
pemegang izin edar.
f. Pengiriman obat dan/atau bahan obat yang diterima dari sarana
transportasi harus diperiksa sebagai bentuk verifikasi terhadap keutuhan
kontainer / sistem penutup, fisik dan fitur kemasan serta label kemasan.
9

2.5.4 Penyimpanan
a. Penyimpanan dan penanganan obat dan/atau bahan obat harus mematuhi
peraturan perundang-undangan.
b. Kondisi penyimpanan untuk obat dan/atau bahan obat harus sesuai
dengan rekomendasi dari industri farmasi atau non-farmasi yang
memproduksi bahan obat standar mutu farmasi.
c. Volume pemesanan obat dan/atau bahan obat harus memperhitungkan
kapasitas sarana penyimpanan.
d. Obat dan/atau bahan obat harus disimpan terpisah dari produk selain obat
dan/atau bahan obat dan terlindung dari dampak yang tidak diinginkan
akibat paparan cahaya matahari, suhu, kelembaban atau faktor eksternal
lain. Perhatian khusus harus diberikan untuk obat dan/atau bahan obat
yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus.
e. Kontainer obat dan/atau bahan obat yang diterima harus dibersihkan
sebelum disimpan.
f. Kegiatan yang terkait dengan penyimpanan obat dan/atau bahan obat
harus memastikan terpenuhinya kondisi penyimpanan yang
dipersyaratkan dan memungkinkan penyimpanan secara teratur sesuai
kategorinya; obat dan/atau bahan obat dalam status karantina, diluluskan,
ditolak, dikembalikan, ditarik atau diduga palsu.
g. Harus diambil langkah-langkah untuk memastikan rotasi stock sesuai
dengan tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat mengikuti kaidah
First Expired First Out (FEFO).
h. Obat dan/atau bahan obat harus ditangani dan disimpan sedemikian rupa
untuk mencegah tumpahan, kerusakan, kontaminasi dan campur-baur.
Obat dan/atau bahan obat tidak boleh langsung diletakkan di lantai.
i. Obat dan/atau bahan obat yang kedaluwarsa harus segera ditarik,
dipisahkan secara fisik dan diblokir secara elektronik. Penarikan secara
fisik untuk obat dan/atau bahan obat kedaluwarsa harus dilakukan secara
berkala.
10

j. Untuk menjaga akurasi persediaan stok, harus dilakukan stock opname


secara berkala berdasarkan pendekatan risiko.
k. Perbedaan stok harus diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis yang
ditentukan untuk memeriksa ada tidaknya kesalahan keluar-masuk,
pencurian, penyalahgunaan obat dan/atau bahan obat. Dokumentasi yang
berkaitan dengan penyelidikan harus disimpan untuk jangka waktu yang
telah ditentukan.

2.5.5 Pengiriman
a. Pengiriman obat dan/atau bahan obat harus ditujukan kepada pelanggan
yang mempunyai izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Untuk penyaluran obat dan/atau bahan obat ke orang/pihak yang
berwenang atau berhak untuk keperluan khusus, seperti penelitian,
special access dan uji klinik, harus dilengkapi dengan dokumen yang
mencakup tanggal, nama obat dan/atau bahan obat, bentuk sediaan,
nomor batch, jumlah, nama dan alamat pemasok, nama dan alamat
pemesan/penerima. Proses pengiriman dan kondisi penyimpanan harus
sesuai dengan persyaratan obat dan/atau bahan obat dari industri farmasi.
Dokumentasi harus disimpan dan mampu tertelusur.
c. Prosedur tertulis untuk pengiriman obat dan/atau bahan obat harus
tersedia. Prosedur tersebut harus mempertimbangkan sifat obat dan/atau
bahan obat serta tindakan pencegahan khusus.
d. Dokumen untuk pengiriman obat dan/atau bahan obat harus disiapkan
dan harus mencakup sekurang-kurangnya informasi berikut:
1) Tanggal pengiriman;
2) Nama lengkap, alamat (tanpa akronim), nomor telepon dan status
dari penerima (misalnya Apotek, rumah sakit atau klinik);
3) Deskripsi obat dan/atau bahan obat, misalnya nama, bentuk sediaan
dan kekuatan (jika perlu)
4) Nomor batch dan tanggal kadarluasa
11

5) Kuantitas obat dan/atau bahan obat, yaitu jumlah kontainer dan


kuantitas per kontainer (jika perlu)
6) Nomor dokumen untuk identifikasi order pengiriman
7) Transportasi yang digunakan mencakup nama dan alamat
perusahaan ekspedisi serta tanda tangan dan nama jelas personil
ekspedisi yang menerima (jika menggunakan jasa ekspedisi) dan
kondisi penyimpanan.

2.6 Pelayanan Instansi PBF


PBF pusat dan PBF Cabang dalam melaksanakan pengadaan obat atau
bahan obat harus berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani Apoteker
Penanggung Jawab dengan mencantumkan nomor SIPA, SITK. (PERMENKES
No. 30, 2017).

2.7 Peraturan dan Perundang-Undang PBF


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2017.
Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1148/Menkes/Per/VI/
2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi.
Pasal 13
1. PBF dan PBF Cabang hanya dapat mengadakan, menyimpan dan
menyalurkan obat dan/atau bahan obat yang memenuhi persyaratan
mutu yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
2. PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dari industri farmasi
dan/atau sesama PBF.
3. PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan bahan obat dari industri
farmasi, sesama PBF dan/atau melalui importasi.
4. Pengadaan bahan obat melalui importasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
12

5. PBF Cabang hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dan/atau bahan


obat dari PBF pusat atau PBF Cabang lain yang ditunjuk oleh PBF
pusatnya.
6. PBF dan PBF Cabang dalam melaksanakan pengadaan obat atau bahan
obat harus berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker
penanggung jawab dengan mencantumkan nomor SIPA.

Pasal 14A
1. Dalam hal apoteker penanggung jawab tidak dapat melaksanakan
tugas, PBF atau PBF Cabang harus menunjuk apoteker lain sebagai
pengganti sementara yang bertugas paling lama untuk waktu 3 (tiga)
bulan.
2. PBF atau PBF Cabang yang menunjuk apoteker lain sebagai pengganti
sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada kepala dinas kesehatan provinsi
setempat dengan tembusan Kepala Balai POM.

Pasal 15
1. PBF dan PBF Cabang harus melaksanakan pengadaan, penyimpanan
dan penyaluran obat dan/atau bahan obat sesuai dengan CDOB yang
ditetapkan oleh Menteri.
2. Penerapan CDOB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai pedoman teknis CDOB yang ditetapkan oleh Kepala Badan.
3. PBF dan PBF Cabang yang telah menerapkan CDOB diberikan
sertifikat CDOB oleh Kepala Badan.

Pasal 16
1. Setiap PBF atau PBF Cabang wajib melaksanakan dokumentasi
pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran di tempat usahanya
dengan mengikuti pedoman CDOB.
2. Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
13

secara elektronik.
3. Dokumentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) setiap
saat harus dapat diperiksa oleh petugas yang berwenang

Pasal 19
1. PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat dan/ atau bahan obat di
daerah provinsi sesuai dengan surat pengakuannya.
2. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PBF
Cabang dapat menyalurkan obat dan/ atau bahan obat di daerah
provinsi terdekat untuk dan atas nama PBF pusat yang dibuktikan
dengan Surat Penugasan/ Penunjukan.
3. Setiap Surat Penugasan/ Penunjukkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berlaku hanya untuk 1 (satu) daerah provinsi terdekat yang
dituju dengan jangka waktu selama 1 (satu) bulan.
4. PBF Cabang yang menyalurkan obat dan/ atau bahan obat di daerah
provinsi terdekat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menyampaikan
pemberitahuan atas Surat Penugasan/ Penunjukan secara tertulis
kepada kepala dinas kesehatan provinsi yang dituju dengan tembusan
kepala dinas kesehatan provinsi asal PBF Cabang, Kepala Balai POM
provinsi asal PBF Cabang dan Kepala Balai POM provinsi yang dituju.

Pasal 20
1. PBF dan PBF Cabang hanya melaksanakan penyaluran obat
berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker pemegang
SIA, apoteker penanggung jawab, atau tenaga teknis kefarmasian
penanggung jawab untuk toko obat dengan mencantumkan nomor
SIPA atau SIPTTK.
2. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penyaluran obat berdasarkan pembelian secara elektronik (E-
Purchasing) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
14

1. PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan bahan obat kepada

industri farmasi, PBF dan PBF Cabang lain, apotek, instalasi farmasi

rumah sakit dan lembaga ilmu pengetahuan.

2. Penyaluran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan surat

pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola apotek atau apoteker

penanggung jawab.

3. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

surat pesanan untuk lembaga ilmu pengetahuan ditandatangani oleh

pimpinan lembaga.
BAB III
TEMPAT PKL

3.1 Sejarah Tempat PKL


PT. PARIT PADANG awalnya di kenal sebagai PT. Ethica Industri
Farmasi yang didirikan oleh Tan Tjhoen Lim sebagai perusahaan farmasi yang
berfokus pada produk injeksi pada tahun 1946. Pada tahun 1951 diubah lagi
namanya menjadi N.V Soho Pharmaceutische Industrie en Handel Maatshappij
(kini PT Soho Industri Pharmasi) didirikan sebagai pioneer dan pelopor dalam
penggunaan produk alami di pasar obat resep. Pada tahun 1956 PT. Parit Padang
didirikan untuk melayani distribusi bagi grup beserta usaha terkaitnya. Tahun
1992 PT Soho Industri Pharmasi mengembangkan usahanya dengan memasarkan
produk OTC . Tahun 2005 bisnis Alliance didirikan untuk menyediakan solusi
layanan lengkap bagi perusahaan multinasional yang akan melakukan penetrasi ke
pasar farmasi Indonesia. Pada tahun 2006 PT. Soho mengembangkan bisnis OTC
nya dengan meluncurkan produk consumer Health memulai ekspor ke pasar
internasional untuk pertama kalinya, Tahun 2009 PT. Universal Health Network
(“Unihealt”) didirikan untuk memperluaskan jangkuan kepada konsumen lewat
jalur multi-level marketing/ penjualan langsung. kemudian pada tahun 2012 PT.
Soho Global Medika didirikan untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan
segmen peralatan medis dan alat kesehatan (alkes).
Pada tahun 2013 Ethica Fresenius Kabi (EFK) didirikan sebagai perusahaan
patungan dengan Fresenius Kabi- sebuah perusahaan kesehatan global yang
menguasai pasar generik injeksi melalui pembelian 51% saham PT Ethica Industri
Farmasi, Natural wellness mengembangkan potensi alam untuk Indonesia sehat,
kemudian pada tahun 2015 menerapkan purpose, vision dan care values (PVCV)
yang baru sebagai pedoman dalam mengembangkan bisnis yang
berkesinambungan, mengumumkan kemitraan dengan Quadria Capital. Lembaga
pendanaan khusus yang bergerak di bidang healthcare dengan spesialisasi
dikawasan regional, kemudian pada tahun 2017 SAP mulai diimplementasikan
untuk PPG (Parit Padang Global) pada bulan januari 2017, sementara SIP ( soho

15
16

industry pharmasi ) sudah mengimplementasikan SAP sejak akhir 2015. Sistem


manajemen perusahaan terpadu yang baru diharapkan untuk merampingkan
proses bisnis, mendorong efisensi dan memastikan integritas data dan akurasi di
seluruh perusahaan.

3.2 Tata Ruang


PT. Parit Padang Global adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/ atau bahan
obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perlengkapan yang tersedia didalam gudang obat antara lain rak-rak besar untuk
penyimpanan dus (karton) yang berisi obat, steker alat yang digunakan untuk
mengambil obat dirak paling atas yang sulit untuk dijangkau, hand pallet beserta
tangga. Sedangkan penyimpanan obat-obat berdasarkan suhu dan jenis obatnya
antara lain suhu kurang dari 25oC, suhu kurang dari 30oC dan suhu ambient.
Untuk produk khusus (dalam pengawasan Balai BPOM) diletakkan diruangan
terpisah antara lain produk yang masuk kategori psikotropik, prekursor, dan OOT.

PT. Parit Padang Global Cabang Manado mempunyai 10 ruangan logistik diarea
gudang yaitu terdiri dari :

1. Ruang Admin
2. Ruang Retur
3. Ruang Farma
4. Ruang Ambien
5. Ruang Psikotropika
6. Ruang Alat Kesehatan
7. Ruang Obat-obat yang diawasi BPOM (Psikotropika, prekursor dan OOT)
8. Ruang Kosmetik
9. Ruang Aromatik
10. Ruang loading in & loading out
17

2.3 Struktur Organisasi

Ali
Branch Manager

Andi Hasmita
Apoteker PJ PBF
Gloria Fretty S, Z. Mandrey
Apoteker PJ Alkes

Ika Abidin Mus & Wesly Abdul Puasa Raffika Sondakh Refli M Fransiscus V
Branch Sales TSM (Exclusiv & Riffia Mengko Data Support
Accounting Spv Supervisor Soho) CSSA Logistic Branch Exc
Spv
Englin Maleke Ricky Egetan Mulyadi Reinold Z
Branch Cashier Junaidin Hafid ……. Dedi Lausu
Youdi Meichel R HC Sales Rep. Michel
Senny Rengkung Sandy (Exc.Soho) Andersen F. L
Branch Acct Adm Tobias Security
Ruli
Marnita Ndede Stenly Hidayatullah Popa
Sri Wahyuni Stefi Office Cleanser
Branch Inkaso
Adm Salesman
David Prihandoko Siska Sumaga
Koord. Petugas Warehouse Adm
Gudang
Rocky Lawalata
Joneta Petugas Retur
Fanly A. Alimang
Willi
Vekky L
Petugas Gudang

4 Delivery Man
Pengantar Barang
18

3.4 Kegiatan Tempat PKL


Di tempat PKL PT. Parit Padang Global jam kerja mulai pukul 09:00-16:00
dari hari senin-jum’at, dan pada hari sabtu jam kerjanya mulai pukul 09:00-13.30.
Kegiatan sehari-hari yang dilakukan sebagai berikut :
1. Melakukan Stok harian setiap ruangan dan didampingi oleh masing-masing
petugas penanggung jawab ruangan.
2. Melakukan validasi faktur.
3. Melakukan DO (Delivery Order) yang didampingi oleh masing-masing
petugas penanggung jawab ruangan.
4. Menanyakan tugas pokok dari setiap petugas yang ada diPBF yaitu ;
a. Tentang proses Loading In (barang masuk): yang harus diperiksa terlebih
dahulu Nama baarang, quantity, nomor batch, expire date, dan bentuk
fisik apakah rusak atau tidak. jika rusak barang langsung dikembalikan ke
tim ekspedisi (petugas pengantar barang) disertai surat yang ditanda
tangani oleh APJ (Apoteker penanggung jawab), kepala gudang dan
petugas penanggung jawab Loading In.
b. Tentang proses Loading Out (barang keluar) : yang harus diperiksa
terlebih dahulu yaitu produknya sudah sesuai dengan DO atau belum.
Untuk meminimalisir kekurangan dan kelebihan produk pada saat
melakukan stok untuk mencegah kerugian pada PBF.
c. Tentang Retur : Proses pemusnahan barang, barang yang sudah expire
date dikemas dan dikirim kepusat dan pusat yang akan melakukan
pemusnahan.

3.5 Pengelolaan PBF


a. Perencanaan & Pengadaan
Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun
daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar konsep
kegiatan yang sistematis untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan, proses perencanaan terdiri dari perkiraan kebutuhan, menetapkan
sasaran dan menentukan strategi, tanggung jawab dan sumber yang dibutuhkan
19

untuk mencapai tujuan, perencanaan dilakukan secara optimal sehingga


perbekalan farmasi dapat digunakan secara efektif & efisien.
Alur dari perencaan obat di PT. Parit Padang yaitu setiap awal bulan PJ. Parit
Padang Global Pusat akan email ke Parit Padang Global cabang Manado untuk
membuat permintaan ke pusat berdasarkan data jumalah stok yang dikirimkan
oleh pusat. cabang manado akan membuat permintaan barang tersebut dan di
input ke dalam system, yang akan membuat permintaan obat ke pusat adalah
kepala logistik, dan harus diketahui oleh kepala cabang dan apoteker. Setelah
kepala cabang menyetujui permintaan tersebut maka Parit Padang Global pusat
akan memproses permintaan tersebut sesuai dengan kebutuhan cabang tiap bulan,
jika ada forcase tambahan atau permintaan tambahan maka spv(supervisor) akan
email kebagian logistik (kepala logistik ) untuk dilakukan permintaan tambahan
ke pusat dengan alsan yang jelas dan harus diketahui oleh kepala cabang.
Sedangkan untuk barang produk yang diawasi oleh BPOM permintaannya
apoteker, apoteker akan membuat surat pesanan (SP) berdasarkan nomor PO
(Purces Order) yang dikirimkan oleh pusat. PPG pusat tidak akan proses barang
tersebut jika SP&PO dari cabang belum diterima oleh PPG pusat, jika permintaan
tersebut tidak pengiriman untuk via diproses oleh pusat maka pusat akan
mengeluarkan surat penolakan produk ke cabang yang disertai dengan alasan
penolakan tersebut.
Permintaan barang tersebut akan dikirimkan melalui via udara untuk injeksi
dan produk- produk CCP( Cold Chain Produk) , untuk produk-produk tablet,
syrup akan dikirimkan melalui via laut, lama pengiriman untuk via udara hanya
sehari barang akan sampai ke cabang sedangkan untuk via laut barang akan
diterima di cabang sekitar 2 sampai 3 minggu.

b. Penerimaan
Barang yang masuk kecabang baik via udara, maupun via laut yang dibawah
oleh ekspedisi akan masuk melalui area penerimaan barang atau dinamakan
loading in, barang yang masuk ini akan dicek oleh petugas gudang yang ditunjuk
untuk melakukan penerimaan barang, pengecekan barang dilakukan berdasarkan
20

surat jalan, packing list yang dikirimkan oleh PPG pusat, yang akan dicek dari
barang-barang tersebut meliputi quantity, bentuk sediaan batch, dan expire date
jika sudah sesuai dengan surat jalan dan packing list maka petugas gudang akan
menandatangani surat jalan dan checklist penerimaan barang, beserta packing
packing list akan diserahkan ke kepala gudang (LSH) atau admin logistic untuk
dibuatkan label produk dimana label produk ini akan digunakan untuk
menentukan letak penyimpanan obat-obat tersebut yang akan di barcode oleh
petugas gudang agar barang yang masuk di rak bisa terbaca di system. Jika ada
barang yang tidak sesuai atau rusak pada saat penerimaan di cabang maka cabang
akan membuatkan berita acara ketidaksesuaian barang yang akan di laporkan pada
ekspedisi dan PPG pusat untuk segera diproses atau dilakukan pergantian.

c. Penyimpanan
Metode penyimpanan yang diterapkan oleh Parit Padang Global adalah
sesuai dengan suhu penyimpanan yang tertera pada kemasan yaitu kurang lebih
25°C, suhu 30°C & suhu Ambient adapun untuk produk-produk CCP(Cold Chain
Produk) maka akan diletakkan di chiller atau lemari pendingin yang sudah
dikalibrasi dan dilengkapi dengan alarm yang akan berbunyi ketika suhu diatas
8◦C atau dibawah 2◦C dan akan terhubung ke hp apoteker & hp kepala gudang.
Setiap ruang penyimpanan di PT. PPG dilengkapi dengan monitoring suhu
yang di isi 3x sehari di jam-jam tertentu yaitu jam 09.00, 12.00, 15.00 yang
dicatat berdasarkan suhu yang terbaca ditermometer dimasing-masing ruangan,
dan thermometer tersebut telah dikalibrasi setahun sekali , pada area penyimpanan
obat juga dilengkapi dengan monitoring kebersihan yang akan diisi setiap hari
ketika sudah melakukan pembersihan diruangan penyimpanan obat.

d. Pendistribusian
Pendistribusian dilakukan ke apotek-apotek, rumah sakit, dinas kesehatan &
PBF-PBF local maupun PBF nasional, pendistribusian obat berdasarkan surat
pesanan outlet kepada parit padang, surat pesanan outlet ini akan digunakan
salesman & CSSA untuk input barang di system yang akan keluar TO-DO ke
21

gudang. TO-DO yang keluar di gunakan petugas gudang untuk mengeluarkan


barang. Barang yang telah dikeluarkan oleh petugas gudang akan diletakkan
sesuai lokasi masing-masing (yaitu area luar kota, dalam kota & perifer) peletakan
barang tersebut disertai dengan copy TO-DO yang akan digunakan oleh
koordinator barang untuk mengecek kesesuian barang yang dikeluarkan petugas
gudang, beserta faktur yang telah diprint ketika TO-DO sudah dikeluarkan.
Setelah barang sudah sesuai dengan TO-DO dan faktur maka barang tersebut akan
di packing di serahkan ke ekspedisi untuk dilakukan pengantaran atau
pendistribusian ke tiap-tiap outlet dalam kota, sedangkan untuk wilayah luar kota
(ternate, gorontalo, kotamobagu, tomohon, bitung, sanger, talaud dan lain-lain)
akan diserahkan ke ekspedisi pihak ketiga dilakukan pendistribusian ke outlet,
untuk pihak ketiga ini PT.PPG telah di lakukan kerja sama yang di tuang dalam
perjanjian khusus dengan notaris agae produk yang di terima oleh outlet sesuai
dengan pesanan dan quantity.
Penerimaan barang di outlet untuk produk dot merah harus di terima
minimal asisten apoteker yang memiliki SIKTTK sedangkan produk
pisikotropika, precursor dan OOT harus diterima oleh apoteker, jika apoteker
berhalangan hadir dan tidak bisa menerima barang maka apoteker wajib membuat
surat pendelegasian ke asisten untuk penerimaan barang, jika tidak ada surat
pendelegasian maka produk tersebut harus di bawah pulang kembali ke
distributor.

D. Pemusnahan
Untuk pemusnahan obat di parit padang global cabang manado tidak
pernah di lakukan karena belum ada vendor yang menangani untuk pemusnahan
obat maka untuk retur barang expire date akan di kirim ke parit padang global
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, barang yang sudah di expired date
atau telah rusak akan di letakan di ruangan khusus retur barang-barang. Barang-
barang expire date yang akan di kirim ke pusat akan di proses oleh petugas retur
dan di infokan ke pusat setelah di buatkan STTR (surat tanda terima retur).
22

f. Pelaporan
Pelaporan obat-obat di lakukan tiap bulan sekali untuk produk
pisikotropik, precursor, dan OOT di masing-masing web BPOM (E-napza) web
KEMENKES (E-report PBF) dan pelaporan ALKES, sedangkan obat-obat yang
lain atau di namakan produk reguler di laporkan tiap tiga bulan sekali di web
KEMENKES.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pedagang Besar Farmasi yang selanjutnya di singkat PBF adalah perusahaan


berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pedagang Besar Farmasi (PBF)
merupakan salah satu unit terpenting dalam kegiatan penyaluran sediaan farmasi
ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti apotek, instalasi farmasi rumah sakit,
klinik dan toko obat agar dapat sampai ke tangan masyarakat. Apoteker sebagai
penanggung jawab di PBF harus mampu melakukan kegiatan pengelolaan sediaan
farmasi di PBF dimulai dari pengadaan, penyimpanan hingga pendistribusian
sediaan farmasi ke sarana pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI,
2011).
PT. Parit padang global adala sebuah PBF yang berdiri sejak tahaun 1946
yang awalnya bernama PT. Ethica industri Farmasi yang berfokus pada produk
injeksi. Pada tahun 1951 diubah lagi namanya menjadi N.V Soho
Pharmaceutische Industrie en Handel Maatshappij (kini PT Soho Industri
Pharmasi) didirikan sebagai pioner dan pelopor dalam penggunaan produk alami
di pasar obat resep. Pada tahun 1956 PT. Parit Padang didirikan untuk melayani
distribusi bagi grup beserta usaha terkaitnya. Tahun 1992 PT Soho Industri
Pharmasi mengembangkan usahanya dengan memasarkan produk OTC.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pedagang besar farmasi PT.
Parit Padang Global yaitu :
1. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun
daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar konsep
kegiatan yang sistematis untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan, proses perencanaan terdiri dari perkiraan kebutuhan, menetapkan
sasaran dan menentukan strategi, tanggung jawab dan sumber yang dibutuhkan

23
24

untuk mencapai tujuan, perencanaan dilakukan secara optimal sehingga


perbekalan farmasi dapat digunakan secara efektif & efisien.
Alur perencaan obat di PT. Parit Padang yaitu setiap awal bulan PJ. Parit
Padang Global Pusat akan email ke Parit Padang Global cabang Manado untuk
membuat permintaan ke pusat berdasarkan data jumlah stok yang dikirimkan oleh
pusat. Parit padang cabang manado akan membuat permintaan barang tersebut
dan di input ke dalam sistem, yang akan membuat permintaan obat ke pusat
adalah kepala logistik, dan harus diketahui oleh kepala cabang dan apoteker.
Setelah kepala cabang menyetujui permintaan tersebut maka Parit Padang Global
pusat akan memproses permintaan tersebut sesuai dengan kebutuhan cabang tiap
bulan, jika ada forcase tambahan atau permintaan tambahan maka spv(supervisor)
akan email kebagian logistik (kepala logistik ) untuk dilakukan permintaan
tambahan ke pusat dengan alasan yang jelas dan harus diketahui oleh kepala
cabang. untuk barang produk yang diawasi oleh BPOM permintaannya apoteker,
apoteker akan membuat surat pesanan (SP) berdasarkan nomor PO (Purces Order)
yang dikirimkan oleh pusat. PPG pusat tidak akan proses barang tersebut jika
SP&PO dari cabang belum diterima oleh PPG pusat, jika permintaan tersebut
tidak disertai dengan SP dan PO maka pengiriman tidak diproses oleh pusat dan
pusat akan mengeluarkan surat penolakan produk ke cabang yang disertai dengan
alasan penolakan tersebut.

2. Penerimaan
Barang yang masuk kecabang baik via udara, maupun via laut yang dibawah
oleh ekspedisi akan masuk melalui area penerimaan barang atau dinamakan
loading in, barang yang masuk ini akan dicek oleh petugas gudang yang ditunjuk
untuk melakukan penerimaan barang, pengecekan barang dilakukan berdasarkan
surat jalan, packing list yang dikirimkan oleh PPG pusat, yang akan dicek dari
barang-barang tersebut meliputi quantity, bentuk sediaan batch, dan expire date
jika sudah sesuai dengan surat jalan dan packing list maka petugas gudang akan
menandatangani surat jalan dan checklist penerimaan barang, beserta packing
packing list akan diserahkan ke kepala gudang (LSH) atau admin logistic untuk
25

dibuatkan label produk dimana label produk ini akan digunakan untuk
menentukan letak penyimpanan obat-obat tersebut yang akan di barcode oleh
petugas gudang agar barang yang masuk di rak bisa terbaca di system. Jika ada
barang yang tidak sesuai atau rusak pada saat penerimaan di cabang maka cabang
akan membuatkan berita acara ketidaksesuaian barang yang akan di laporkan pada
ekspedisi dan PPG pusat untuk segera diproses atau dilakukan pergantian.

3. Penyimpanan
Metode penyimpanan yang diterapkan oleh Parit Padang Global adalah
sesuai dengan suhu penyimpanan yang tertera pada kemasan yaitu kurang lebih
25°C, suhu 30°C & suhu Ambient adapun untuk produk-produk CCP(Cold Chain
Produk) maka akan diletakkan di chiller atau lemari pendingin yang sudah
dikalibrasi dan dilengkapi dengan alarm yang akan berbunyi ketika suhu diatas
8°C atau dibawah 2°C dan akan terhubung ke hp apoteker & hp kepala gudang.
Setiap ruang penyimpanan di PT. PPG dilengkapi dengan monitoring suhu
yang di isi 3x sehari di jam-jam tertentu yaitu jam 09.00, 12.00, 15.00 yang
dicatat berdasarkan suhu yang terbaca ditermometer dimasing-masing ruangan,
dan thermometer tersebut telah dikalibrasi setahun sekali , pada area penyimpanan
obat juga dilengkapi dengan monitoring kebersihan yang akan diisi setiap hari
ketika sudah melakukan pembersihan diruangan penyimpanan obat.

4. Pendistribusian
Pendistribusian dilakukan ke apotek-apotek, rumah sakit, dinas kesehatan &
PBF-PBF local maupun PBF nasional, pendistribusian obat berdasarkan surat
pesanan outlet kepada parit padang, surat pesanan outlet ini akan digunakan
salesman & CSSA untuk input barang di system yang akan keluar TO-DO ke
gudang. TO-DO yang keluar di gunakan petugas gudang untuk mengeluarkan
barang. Barang yang telah dikeluarkan oleh petugas gudang akan diletakkan
sesuai lokasi masing-masing (yaitu area luar kota, dalam kota & perifer) peletakan
barang tersebut disertai dengan copy TO-DO yang akan digunakan oleh
koordinator barang untuk mengecek kesesuian barang yang dikeluarkan petugas
26

gudang, beserta faktur yang telah diprint ketika TO-DO sudah dikeluarkan.
Setelah barang sudah sesuai dengan TO-DO dan faktur maka barang tersebut akan
di packing di serahkan ke ekspedisi untuk dilakukan pengantaran atau
pendistribusian ke tiap-tiap outlet dalam kota, sedangkan untuk wilayah luar kota
(ternate, gorontalo, kotamobagu, tomohon, bitung, sanger, talaud dan lain-lain)
akan diserahkan ke ekspedisi pihak ketiga dilakukan pendistribusian ke outlet,
untuk pihak ketiga ini PT.PPG telah di lakukan kerja sama yang di tuang dalam
perjanjian khusus dengan notaris agae produk yang di terima oleh outlet sesuai
dengan pesanan dan quantity.
Penerimaan barang di outlet untuk produk dot merah harus di terima
minimal asisten apoteker yang memiliki SIKTTK sedangkan produk
pisikotropika, precursor dan OOT harus diterima oleh apoteker, jika apoteker
berhalangan hadir dan tidak bisa menerima barang maka apoteker wajib membuat
surat pendelegasian ke asisten untuk penerimaan barang, jika tidak ada surat
pendelegasian maka produk tersebut harus di bawah pulang kembali ke
distributor.

5. Pemusnahan
Untuk pemusnahan obat di parit padang global cabang manado tidak
pernah di lakukan karena belum ada vendor yang menangani untuk pemusnahan
obat maka untuk retur barang expire date akan di kirim ke parit padang global
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, barang yang sudah di expired date
atau telah rusak akan di letakan di ruangan khusus retur barang-barang. Barang-
barang expire date yang akan di kirim ke pusat akan di proses oleh petugas retur
dan di infokan ke pusat setelah di buatkan STTR (surat tanda terima retur).

6. Pelaporan
Pelaporan obat-obat di lakukan tiap bulan sekali untuk produk
pisikotropik, precursor, dan OOT di masing-masing web BPOM (E-napza) web
KEMENKES (E-report PBF) dan pelaporan ALKES, sedangkan obat-obat yang
27

lain atau di namakan produk reguler di laporkan tiap tiga bulan sekali di web
KEMENKES.
BAB V
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Setelah melakukan PKL, dapat disimpulkan bahwa PBF (pedagang besar
Farmasi) adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk
pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmai dalam jumlah besar,
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap PBF harus memiliki
apoteker penanggung jawab terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan,
penyimpanan, dan penyaluran obat atau bahan obat.
PT. Parit Padang Global melakukan pendistribusian ke apotek-apotek,
instalasi farmasi rumah sakit, klinik dan toko-toko obat. Adapun penyimpanan di
PT. Parit Padang global yaitu sesuai suhu yang tertera pada kemasan obat. Dan
obat-obat ccp(cold chain produk) akan di letakan di chiller atau lemari pendingin
yang sudah di kalibrasi dan dilengkapi dengan alarm yang akan berbunyi ketika
suhu di atas 8°C atau di bawah 2°C dan akan terhubung ke hp apoteker atau
kepala gudang. Untuk pemusnahan di PT. Parit Padang global cabang manado,
barang barang yang sudah expire date maka akan di letakan di ruang retur dan
akan di kirim ke Parit padang global pusat sesuai dengan prosedur yang di
tetapkan.

4.2 SARAN
Saran kami dalam praktek kerja lapangan yaitu:
1. Bagi tempat PKL yaitu dapat meningkatkan kerjasama antara institusi
terkait dan PBF agar banyak memberi peluang pada mahasiswa dalam
melakukan praktek kerja lapangan dalam mempelajari manajemen farmasi.
2. Bagi institusi terkait agar dapat meningkatkan pembelajaran mengenai
manajemen farmasi.
3. Bagi mahasiswa yang akan melanjutkan praktek kerja lapangan di
harapkan agar dapat menjaga nama baik almamater dan dapat
meningkatkan pembelajaran tentang manajemen farmasi.

28
DAFTAR PUSTAKA

29

Anda mungkin juga menyukai