Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Daun Seledri (Apium Graveolens L.) dan Daun Singkong (Manihot Utilissima P.

)
terhadap Tensi Darah pada Tubuh Manusia

Edi Asianto, Raji, M. Iqbal Firdaus, Tifani Diah Ayu Kusumawardani


Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan zat yang terdapat pada Daun
Seledri dan Daun Singkong serta untuk mengetahui Kandungan zat pada daun seledri dan
daun singkong yang mempengaruhi tekanan darah pada manusia. Berdasarkan penelitian,
seledri mengandung vitamin C yang jumlahnya dua kali lipat dari kandungan vitamin C
yang ada dalam buah jeruk. Selain itu ia juga mengandung Vitamin B, Vitamin PP dan E,
juga mengandung asam folat, posfor, Kalium dan Zn (Pałgan K1, 2012 ). Daun singkong
mengandung flavonoid, alkaloid, tanin, antrakuinon, saponin, gula pereduksi dan
antrosianida, tetapi tidak mengandung glikosida jantung (Ebuehi, Babalola, dan
Ahmed, 2005). Daun singkong mengandung rutin sebesar 0,71%(b/b) pada daun yang
muda, 0,35%(b/b) pada daun tua dan 0,16%(b/b) pada daun kuning (Bahruddin, dkk.,
2007). Natrium merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya
peningkatan tekanan darah. Tekanan darah meningkat karena adanya peningkatan volume
plasma (cairan tubuh). Mengkonsumsi garam (natrium) menyebabkan haus dan mendorong
kita minum. Hal ini meningkatkan volume darah di dalam tubuh yang berarti jantung harus
mempompa lebih giat sehingga tekanan darah naik dan darah mengental. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah studi kepustakaan dengan pendekatan kualitatif.
Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa Kandungan Luteolin dalam daun seledri dapat
meningkatkan sirkulasi darah dan memperlancar serta mengurangi peradangan. Daun
singkong tidak berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah jika tidak dikonsumsi
bercampur natrium.

Kata Kunci : Daun Seledri, Daun Singkong, Letuolin, Natrium.

1
Pendahuluan
Seledri (Apium graveolens L.) merupakan tanaman yang berasal dari keluarga
Apiaceae yang tumbuh menyebar sepanjang benua eropa, daerah tropis dan subtropis
Afrika dan Asia (Daraei, 2017). Secara umum kandungan senyawa fitokimia seledri terdiri
dari karbohidrat, fenol (flavonoid), alkaloid dan steroid. Keberadaan senyawa-senyawa
seperti limonen, selinen, prokoumarin glikosida, flavonoid, Vitamin A dan C, menjadikan
tanaman ini sering digunakan di dalam berbagai pengobatan tradisional dan berpotensi
dapat memelihara kebugaran dan kesehatan tubuh kita (Daraei, 2017). Berdasarkan
penelitian, tanaman ini mengandung vitamin C yang jumlahnya dua kali lipat dari
kandungan vitamin C yang ada dalam buah jeruk. Selain itu ia juga mengandung Vitamin
B, Vitamin PP dan E, juga mengandung asam folat, posfor, Kalium dan Zn (Pałgan K1,
2012 ). Selain itu, seledri banyak mengandung asam fenolat seperti asam caffeat, asam p-
kumarat dan asam ferrulat. Sedangkan kandungan flavonoid seledri terdiri dari apigenin,
luteolin dan kaempferol (Yao Y, 2010).
Tanaman singkong (Manihot utilissima Pohl.) termasuk dalam famili
Euphorbiaceae dan lebih dikenal dengan nama ubi kayu ( Steenis, 1992). Tanaman
singkong merupakan perdu tidak bercabang atau bercabang sedikit, tinggi 2-7 m.
batang dengan tanda berkas daun yang bertonjolan. Umbi akar besar, memanjang,
dengan kulit berwarna coklat suram. Tangkai daun 6-35 cm; helaian daun sampai dekat
pangkal berbagi menjari 3-9.

Di Indonesia banyak ditanam sebagai tanaman pangan, dan dapat hidup pada
ketinggian 5-1.300 m (Steenis, 1992). Daun singkong mengandung flavonoid, alkaloid,
tanin, antrakuinon, saponin, gula pereduksi dan antrosianida, tetapi tidak mengandung
glikosida jantung (Ebuehi, Babalola, dan Ahmed, 2005). Daun singkong mengandung
rutin sebesar 0,71%(b/b) pada daun yang muda, 0,35%(b/b) pada daun tua dan 0,16%
(b/b) pada daun kuning (Bahruddin, dkk., 2007).

2
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang
tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah, terjadi akibat adanya aksi
pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-
pembuluh. Darah mengalir melalui sistem pembuluh tertutup karena ada perbedaan tekanan
atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan. Faktor yang mempengaruhi
tekanan darah adalah: curah jantung, tahanan pembuluh darah perifer, aliran, dan volume
darah. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan
dalam keadaan duduk atau berbaring. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling
tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari (Guyton dan Hall,
1997. Ganong, 2005).

Tekanan darah merupakan salah satu dari tanda vital penting selain denyut nadi,
frekuensi nafas dan suhu. Tanda vital ini mencerminkan aspek dasar kesehatan seseorang,
bahkan juga kemampuan seseorang untuk bertahan hidup. Pada dewasa muda tekanan
sistolik adalah 120 mmHg, dan tekanan diastolik adalah 80 mmHg. Perbedaan antara kedua
tekanan disebut tekanan nadi, yaitu 40 mmHg. Tekanan darah dipertahankan dalam batas-
batas yang adekuat dengan cara interaksi kompleks antara mekanisme neuronal dan
hormonal dimana adekuasi tekanan darah sangat diperlukan untuk perfusi jaringan dan
mendorong berlangsungnya sirkulasi darah (Masud, 1989. Purba A, 2006).

Natrium merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya


peningkatan tekanan darah. Tekanan darah meningkat karena adanya peningkatan volume
plasma (cairan tubuh). Mengkonsumsi garam (natrium) menyebabkan haus dan mendorong
kita minum. Hal ini meningkatkan volume darah di dalam tubuh yang berarti jantung harus
mempompa lebih giat sehingga tekanan darah naik dan darah mengental. Karena masukan
(input) harus sama dengan pengeluaran (output) dalam sistem pembuluh darah, jantung
harus memompa lebih kuat dengan tekanan lebih tinggi (Maria, dkk., 2012)

Metode Penelitian

3
Metode penelitian merupakan satu jenis penelitian bila dilihat dari tempat
pengambilan data adalah penelitian kepustakaan (library research) (Sutrisno Hadi, 1990).
Disebut penelitian kepustakaan karena data-data atau bahan-bahan yang diperlukan dalam
menyelesaikan penelitian tersebut berasal dari perpustakaan baik berupa buku, ensklopedi,
kamus, jurnal, dokumen, majalah dan lain sebagainya.

Untuk memudahkan dalam penelitian kepustakaan tentunya seorang peneliti


dituntut untuk mengenal dan memahami organisasi dan tata kerja perpustakaan. Hal ini
adalah penting agar lebih mudah memperoleh dan mengakses bahan-bahan atau sumber-
sumber yang dibutuhkan.
Sistem pelayanan perpustakaan, biasanya ada dua macam yaitu system tertutup dan
sistem terbuka. Pada perpustakaan yang menerapkan sistem tertutup, peminjam tidak
dibenarkan mengambil buku secara langsung. Peminjam dapat melihat nama buku,
pengarang dan identitas lainnya pada katalog yang disediakan. Sedangkan sistem terbuka,
peminjam dapat langsung mencari dan memilih buku atau sumber yang dibutuhkannya ke
dalam ruangan buku (Winarno Surakhman, 1982). Dengan adanya berbagai system
perpustakaan dan tata kerja yang berbeda, maka bagi seorang peneliti kepustakaan tetapi
juga penting juga bagi para peneliti lapangan.

4
Hasil dan Pembahasan
KANDUNGAN ZAT
Daun Seledri Daun Singkong
Karbohidrat Alkaloid
Fenol (flavonoid) Tannin
Alkaloid Antrakuinon
Steroid Saponin
Vitamin C Gula pereduksi
Vitamin B
Antrosianida
Vitamin PP/B3
Rutin 0,35%
Vitamin E
Asam folat
Posfor
Asam caffeat
Asam p-kumarat
Asam ferrulat apigenin
Luteolin
Kaempferol
Crysoeriol
Apigenin
Pembahasan mengenai tensi darah, terkhusus bagi masyarakat Indonesia telah
tersebar pemikiran bahwa daun seledri mampu menurunkan tensi darah dan daun singkong
mampu menaikkan tensi darah. Apakah pemikiran tersebut benar jika dilihat dari sudut

5
pandang kedokteran. Dari hasil literatur yang kami dapatkan bahwasannya seledri mampu
menurukan tensi darah dan sebaliknya justru daun singkong sendiri tidak dapat menaikan
tensi darah meskipun ada sedikit kemungkinan daun singkong dapat menaikkan tensi darah.
Mengapa demikian, Dr. Siska menuturkan dalam paparan sidang terbuka promosi Doktor
farmasi UI bahwa hasil penilitian ditemukan kandungan Luteolin dalam daun seledri dapat
meningkatkan sirkulasi aliran darah (Ristekdikti, 2019).
Sedangkan daun singkong justru tidak dapat menaikkan tensi jika hanya dikonsumsi
tanpa mencampurkan bahan tambahan. Dilansir dari detik health bahwasannya pada
(8/10/2018) di Karawang dusun Cibenda ada pengobatan gratis beberapa warga mengalami
keluhan hipertensi. Mereka menuding daun singkong sebagai penyebabnya. Faktanya
warga dusun Cibenda dalam kesehariannya tidak hanya menggemari daun singkong mereka
juga mengkonsumsi ikan asin. Dibandingkan dengan daun singkong ikan asin justru lebih
dekat kaitannya dengan hipertensi.
Kandungan garam (Natrium) di dalam tubuh menyebabkan retensi atau menahan
cairan, membuat darah menjadi lebih kental sehingga tekanannya meningkat. Dari
penjelasan tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa daun singkong tersebut tidak
berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah jika tidak dikonsumsi menggunakan
garam (Natrium).
Nama Tekanan Darah
Menaikan Menurunkan
Sayuran
Daun X X
Singkong
Daun X V
Seledri

Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Kandungan Luteolin dalam daun seledri dapat meningkatkan sirkulasi darah dan
memperlancar serta mengurangi peradangan.

6
Daun singkong tidak berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah jika tidak
dikonsumsi bercampur natrium.
2. Saran
Saran yang dapat peneliti sampaikan yakni jika meneliti menggunakan metode
kepustakaan harus banyak menggunakan referensi karna akan berpengaruh terhadap
hasinya.

Daftar Pustaka

Akbar, Raditya. 2015. ANEKA TANAMAN APOTEK HIDUP DI SEKITAR KITA. ONE
BOOKS.
Bahruddin, Sirait M., Moesdarsono. 2007. Pemeriksaan Kadar Rutin pada daun
Singkong (manihot utilissima Pohl.) Muda, Tua, dan Kuning. http://bahan-
alam.fa.itb.ac.id, diakses tanggal 22 Juni 2019.
Daraei, W. K. 2017. A Review of the Antioxidant Activity of Celery (Apium graveolens L). J
Evid Based Complementary Altern Med, online first.
Ebuehi, O.A.T., Babalola, O., Ahmed, Z. 2005. Phytochemical, Nutrititive and Anti-
Nutritive Composition of Cassava (Manihot esculenta L) Tubers and Leaves.
http://ajol.info/index.php/nifoj/article/view/33597, diakses tanggal 22 Juni 2019.
Ganong, W F. 2005. Review of Medical Physiology, 22"* ed. USA: McGraw-Hill
Companies, Inc.
Guyton, A.C, Hall, J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 9. Editor bahasa
Indonesia. Jakarta: Sedawan, I. EGC.
Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Research. Yogyakarta : Fak.Psikologi UGM.
Maria G, Puspita RD, Sulistyowati Y. 2012. Hubungan asupan Natrium dan Kalium
dengan Tekanan darah pada pasien Hipertensi di Unit Rawat Jalan di Rumah Sakit
Guido Valdares Dili Timor Leste. Timor Leste : Unit Rawat Jalan di Rumah Sakit
Guido Valdares Dili.

7
Masud, I. 1989. Dasar-dasar Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta: EGC.
Pałgan K1, G.-Ż. M. 2012. Celery--cause of severe anaphylactic shock. Postepy Hig Med
Dosw.
Purba, A. 2006. Kardiovaskular dan Faal Olah Kaga. Bandung: Bagian Ilmu Faal/Faal
Olah Raga Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Ristekdikti. 2019. Doktor Farmasi UI Teliti Seledri untuk Atasi Penyakit Hipertensi.
https://www.ristekdikti.go.id/info_iptek_dikti/doktor_farmasi_ui_teliti_seledri_untu
k_atasi_penyakit_hipertensi/ diakses tanggal 22 Juni 2019.
Steenis, C.G.G.J.V. 1992. Flora Untuk Sekolah di Indonesia, 1-421. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita.
Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Tenik. Bandung :
Tartisto.
WA, Dorland. 2010. Kamus Kedokteran Edisi ke31. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran
EGC.
Yao Y, S. W. 2010. Phenolic composition and antioxidant activities of 11 celery cultivars. J
Food Sci.

Anda mungkin juga menyukai