Anda di halaman 1dari 9

PERATURAN PERUNDANGAN K3

1. UU No. 24/2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan SOS


Pasal 6 (1) BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) huruf a menyelenggarakan program jaminan kesehatan. (2)
BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(2) huruf b menyelenggarakan program:
a. Jaminan Kecelakaan Kerja;
b. Jaminan Hari Tua;
c. Jaminan Pensiun; dan
d. Jaminan Kematian.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
Per.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Faktor Kimia di Tempat Kerja;
a. Pasal 2 (1) Pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan
pengendalian faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja
sehingga di bawah NAB. (2) Jika faktor fisika dan faktor kimia
pada suatu tempat kerja melampaui NAB, pengurus dan/atau
pengusaha wajib melakukan upaya-upaya teknis-teknologi
untuk menurunkan sehingga memenuhi ketentuan yang
berlaku. (3) Pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan
ketentuan-ketentuan yang terkait dengan faktor fisika dan
faktor kimia tertentu sebagaimana telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan
b. Pasal 3 (1) NAB faktor fisika sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2, meliputi iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro,
sinar ultra ungu, dan medan magnet. (2) NAB faktor kimia
meliputi bentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut, aerosol dan
uap yang berasal dari bahan-bahan kimia. (3) NAB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 tercantum dalam Lampiran I dan
Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
3. Permenegara Nomor 05 tahun 2012, tentang Jenis rencana kegiatan
yang wajib memiliki Amdal
4. UU No 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
Ketentuan umum “Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib
memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan, keselamatan
dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja dan lingkungan,
untuk mewujudkan terib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi”
17 Hal. 1 dari 2
Pasal 47: Kontrak kerja Konstruksi Kontrak Kerja Konstruksi
sekurang-kurangnya harus mencakup uraian mengenai:
“Perlindungan tenaga kerja yang memuat ketentuan tentang
kewajiban para pihak dalam pelaksanaan K3 serta jaminan sosial”
Pasal 59 : Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi Dalam setiap
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, pengguna jasa dan
penyedia jasa wajiib memenuhi standar keamanan, keselamatan,
kesehatan dan keberlanjutan.
5. Perpres No. 54 Tahun 2010 beserta perubahannya Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
Penjelasan Atas Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pasal 66 ayat (5)
huruf (b) : Batas tertinggi penawaran tersebut termasuk biaya
overhead yang meliputi antara lain biaya keselamatan dan
kesehatan kerja, keuntungan dan beban pajak.
6. PP No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3 :
a. Pasal 4 : Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan
pedoman penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan peraturan
Per-UU
b. Pasal 5: Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di
perusahaannya.
c. Pasal 19: Instansi pembina sektor usaha dpt melakukan
pengawasan SMK3 terhadap pelaksanaan penerapan SMK3 yg
dikembangkan sesuaia dgn ketentuan peraturan Per-UU 26 Hal.
1 dari 2 untuk melaksanakan ketentuan Pasal 87 ayat (2)
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Terdapat 6 Bab, 22 Pasal dan 3 lampiran :
 Lampiran I : Pedoman Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 Lampiran II : Pedoman Penilaian Penerapan SMK3
 Lampiran III : Formulir Laporan Audit SMK
7. PP No. 44/2015 Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian
a. Pasal 1 Ayat 1, Jaminan Kecelakaan Kerja yang selanjutnya
disingkat JKK adalah manfaat berupa uang tunai dan/atau
pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta
mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja. Ayat 6, Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan
yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau
sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
b. Pasal 4 Ayat 1, Setiap Pemberi Kerja selain penyelenggara negara
wajib mendaftarkan dirinya dan Pekerjanya sebagai Peserta
dalam program JKK dan JKM kepada BPJS Ketenagakerjaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Permen PU No 07/PRT/M/2011 beserta perubahannya Tentang
Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa
Konsultansi.
Dalam Peraturan Menteri ini disampaikan hal-hal yang berkaitan
dengan K3, yaitu antara lain termuat dalam:
a. Dokumen Pemilihan;
b. Dokumen Penawaran;
c. Syarat-Syarat Umum Kontrak;
d. Syarat-Syarat Khusus Kontrak
9. Permen 05/PRT/M/2014 Tentang Pedoman SMK3 Konstruksi
Bidang PU
Pasal 2 :
Ayat (1) : Peraturan Menteri ini dimaksudkan sbg acuan bagi
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dlm penerapan SMK3
KonstruksiBidang PU.
Ayat (2) : Tujuan diberlakukanya Permen PU ini agar SMK3K Bidang
PU dpt diterapkan secara konsisten untuk :
a. Meningkatkan efektifitas perlindungan K3 yg
terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi.
b. Dapat mencegah dan mengurangi K3
c. Menciptakan tempat kerja yg aman, nyaman dan
efisien, untuk mendorong produktifitas.
Pasal 3 : Ruang lingkup Permen PU meliputi:
a. Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU
b. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang, dan
c. Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU
Pasal 4 : Setiap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib
menerapkan SMK3 Konstruksi Bidang PU (2) SMK3
Konstruksi Bid. PU diterapkan pada tahapan:
a. Tahap Pra Konstruksi
b. Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
c. Tahap Pelaksanaan Konstruksi
d. Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan
10. Surat Edaran Menteri PU No 13/2012 tentang Program
Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Sektor Konstruksi di
Lingkungan Kementerian PU
Maksud :
Untuk menjadi acuan teknis bagi pelaksanaan penanggulangan
HIV dan AIDS pada sektor kontruksi di Iingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum yaitu pada proyekproyek konstruksi bersumber
dana APBN.
Tujuan :
Agar program penanggulangan HIV dan AIDS pada sektor
konstruksi di lingkungan Kementerian Pekerjaan umum
dilaksanakan mengikuti langkah-langkah dan upaya yang standar
sesuai dengan Surat Edaran ini
11. Surat Edaran Menteri PU No 66/SE/M/2015 tentang Biaya
Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU
Rincian Kegiatan Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi meliputi:
a. Penyiapan RK3K;
b. Sosialisasi dan Promosi K3;
c. Alat pelindung kerja;
d. Alat pelindung diri:
e. Asuransi dan perijinan;
f. Personrl K3;
g. Fasilitas sarana kesehatan;
h. Rambu- rambu; dan
i. Iain-lain
12. Besarnya biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum dialokasikan dalam “biaya umum” dan dihitung
berdasarkan tingkat risiko K3 sesuai rincian kegiatan
Penyelengaraan SMK3 konstruksi Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
13. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. 13 Tahun
2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di
Tempat Kerja.
14. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 52 tahun
2018 tentang keselamatan dan kesehatan kerja di fasilitas
pelayanan kesehatan
Pasal 5 SMK3 di Fasyankes meliputi:
a. Penetapan Kebijakan K3 di Fasyankes;
b. Perencanaan K3 di Fasyankes;
c. Pelaksanaan Rencana K3 di Fasyankes;
d. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 di Fasyankes; dan
e. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3 di Fasyankes
15. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga. Kesehatan (Lembaran Negara ... Kesehatan yang
selanjutnya disebut K3 di Fasyankes
16. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5309);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas
Pelayanan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 229, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5942);
18. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 59); 8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018
tentang Pasal 3 (1) Setiap Fasyankes wajib menyelenggarakan K3 di
Fasyankes. (2) Jenis Fasyankes sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak termasuk rumah sakit. (3) Penyelenggaraan keselamatan
dan kesehatan kerja di rumah sakit dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 4 (1)
Penyelenggaraan K3 di Fasyankes meliputi: a. membentuk
dan/atau mengembangkan SMK3 di Fasyankes; dan b.
menerapkan standar K3 di Fasyankes. (2) Penyelenggaraan K3 di
Fasyankes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan karakteristik dan faktor risiko pada masing-masing
Fasyankes
20. Permenaker No 5/2018 tentang K3 Permenaker nomor 5 tahun
2018 memuat syarat-syarat yang lebih lengkap tentang K3
Lingkungan Kerja untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih
sehat dan selamat. Ada hal-hal baru yang dimuat dalam
Permenaker No 5/2018 ini yaitu :
a. Faktor Ergonomi, adalah faktor yang dapat mempengaruhi
aktivitas Tenaga Kerja, disebabkan oleh ketidaksesuaian antara
fasilitas kerja yang meliputi cara kerja, posisi kerja, alat kerja,
dan beban angkat terhadap tenaga kerja. Faktor ergonomi ini
tidak ada dalam 3 peraturan yang dicabut oleh PERMENAKER
No 5/2018. Faktor ergonomi dijelaskan lebih lengkap dalam
Lampiran Permenaker No 5/2018. Penjelasan tersebut meliputi
pengumpulan data antropometri pekerja dan penggunaannya,
desain lay out tempat kerja, desain manual handling di tempat
kerja, dan penilaian batas beban angkat aman. Lampiran terkait
faktor ergonomi ini terbilang lengkap dan detail sehingga sangat
membantu kita dalam membuat tempat kerja yang lebih
ergonomis.
b. Faktor Psikologi adalah faktor yang mempengaruhi aktivitas
Tenaga Kerja, disebabkan oleh hubungan antar personal di
Tempat Kerja, peran dan tanggung jawab terhadap pekerjaan.
Sama seperti faktor ergonomi, faktor psikologi juga tidak ada
dalam 3 peraturan yang dicabut oleh Permenaker No 5/2018 .
Pengukuran faktor psikologi di tempat kerja menggunakan
metode survey dengan 7 skala. Survey tersebut meliputi tujuan
tugas pekerjaan, waktu untuk pertemuan-pertemuan yang tidak
penting, tugas kompleks yang dikerjakan dan lain-lain.
c. Standar iklim kerja dingin, tekanan dingin adalah pengeluaran
panas akibat pajanan terus menerus terhadap dingin yang
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas
sehingga mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh di bawah 36
derajat Celsius). Standar iklim kerja dingin ini tidak dimiliki oleh
Permenaker No 13/2011. Standar iklim kerja dingin meliputi
tabel standar di mana terdapat suhu dingin, kecepatan angin,
suhu actual yang dirasakan dan tingkat bahaya. Standar iklim
kerja dingin juga menjelaskan tentang istirahat yang harus
diambil untuk shift kerja 4 jam.
d. Peraturan menteri ketenagakerjaan republik indonesia nomor 5
tahun 2015 tentang standar operasional prosedur penerbitan
izin usaha pelatihan kerja dalam pelayanan terpadu satu pintu
di badan koordinasi penanaman modal
21. Peraturan pemerintah no 1 th 2020 (Perubahan Atas Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2016 )tentang Tata Cara
Pengawasan Ketenagakerjaan
22. Peraturan Menaker 22 tahun 2019 tentang Pedoman Pemberian
Tunjangan Kinerja bagi Pegawai Kementerian Ketenagakerjaan
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Undang Undang K3

Dosen Pengampu : Prof. Dr. dr. Meily Kurniawidjaja, Sp. Ok, M.Sc

Nama kelompok III


Laily Diana 196070022
Neri Dameisa Astuti 196070031
Bella Febriyanti 196070033

PROGRAM STUDI PASCASARJANA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

2020

Anda mungkin juga menyukai