Anda di halaman 1dari 11

TEORI KECERDASAN MAJEMUK

A. Memahami pentingnya keterampian hidup

Selain kecerdasan, di butuhkan juga keterampian hidup (life skil) sebagai beka yang harus
dimiiki anak sejak dini. Kecerdasan saja tidak cukup menjadi anak suskses dimasa depan. Di
masa periode emas yaitu 1-3 tahun, anak akan sangat mudah menyerap segala macm
informasi, termasuk belajar tentang segala sesuatu. Maka dari itu, gunakan masa – masa
tersebut untuk memeberikan bekal, seperti kecerdasan pada anak. Pemberian bekal sejak dini
sangat baik dilakukan untuk meraih sukses di masa mendatang.

Cerdas berarti mampu menjelaskan sesuatu yang rumit secara sederhana kepada orang lain.
Sedangkan, kecerdasan adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran
yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan,
memecahkan masalah, berfikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.
Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO yang juga pemerhati pendidikan anak,
prof D.R. H. Arief Rachman, M.Pd mengatakan bahwa kecerdasan erat kaitanya dengan
emampuan kognitif yang dimiliki oleh individu untuk meraih sukses. Namun dalam meraih
sukses, banyak yang harus di perhatikan selain kecerdasan, yaitu keterampilan hidup. Arif
menelaskan, keterampilan hidup adalah seperangat keteramplan manusia yang diperoleh
melalui pengajaran atau pengalaman langsung yang digunakan untuk menangani masalah dan
pernyataan yang biasa di temui dalam kehidupan manusia sehari-hari.

B. Memahami teori kecerdasan majemuk

Kecerdasaan atau intelejensi seseorang di bawa dari pertama kali iya di lahirkan. Akan
tetapi, perkembangan kecerdasan intelejensi itu didapat seseorang seiring perkembangan
dalam kehidupan. Kecerdasan terbagi – bagi menjadi 3 bagian, yaitu kecerdasan intelektual
atau IQ, kecerdasan sepiritual SQ, dan kecerdasan emosional EQ. ketiga bentuk kecerdasan ini
tidak dapat di pisakan antara satu dan yang lain. Agar terjadi keseimbangan, ketiganya harus di
asah dengan baik melalui suatu proses pembelajaran dan pengalaman – pengalaman tersendiri.

Menurut piaget, perkembangan intelegensi atau kecerdasan anak itu terbagi menjadi
empat tahap, yaitu tahap sensori motorik antara umur 0 – 2 tahun, tahap pra oprasional ( 2 – 7
tahun ), tahap oprasional konkret ( 7 – 12 tahun ), dan tahap oprasional formal ( 12 –
seterusnya ). Tahapan – tahapan ini pasti di lalui oleh anak dalam perkembanganya dari lahir
sampai ia dewasa. Menurut piaget apabila satu tahap saja tidak di lalui leh seorang anak, hal itu
akakn berakibat pada kecerdasan anak.
1. Pengertian inteligensi
orang berfikir menggunakan fikiran atau inteleknya. Cepat tidaknya dan terpecahkan
atau tidaknya suatu masalah tergantung kepada kemampuan itelegensinya. Jika di lihat dari
intelegensinya, kita dapat mengatakan seseorang itu pandai atau bodoh. Intelegensinya
ialah kemampuan yang di bawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu
dengan cara yang tertentu.
Wiliam stern mengemukakan batasan sebagai berikut, “ inteligensi adalah kesanggupan
untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat –alat berpikir
yang sesuai dengan tujuanya. “ pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh pada
intelegensi seseorang. Selain itu, prof. Waterink seorang guru besar di Amsterdam,
menyatakan bahwa belum dapat di buktikan bahwa intelegensi dapat di perbaiki atau di
latih. Belajar berfikir hanya di artikan bahwa banyaknya pengetahuan bertambah. Akan
tetapi, tidak berarti bahwa kekuatan berfikir bertambah baik.
Dari batasan yang di kemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa :
a. Inteligensi itu adalah fator total berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di
dalamnya (ingatan, fantasi, perasaan, minat, dan sebagainya turut mempengaruhi
seseorang).
b. Suatu perbuatan inteligensi bukan hanya kemampuan yang di bawa sejak lahir saja
yang penting. Faktor – faktor lingkungan dan pendidikan juga berperan penting.
c. Manusia dalam kehidupanya senantiasa dapat menemukan tujuan – tujuan yang
baru, dapat memikirkan, dan menggunakan cara – cara untuk mewujudkan dan
mencapai tujuan itu.
2. Cirri – cirri perbuatan inteligensi
Suatu perbuatan dapat dianggap inteligensi bila memenuhi beberapa syarat antara lain:
a. Banyak sedikitnya masalah yang di hadapi merupakan masalah yang baru bagi yang
bersangkutan.
b. Perbuatan inteligensi sifatnya serasi tujuan dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan
yang hendak di selesaikanya, di cari jalan yang dapat menghemat waktu dan tenaga.
c. Masalah yang di hadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang
bersangkutan.
d. Keterangan pemecahanya harus dapat diterima oleh masyarakat.
e. Dalam berbuat inteligensi sering menggunakan daya mengabtraksi. Pada waktu
berfikir, tanggapan – tanggapan dan ingatan – ingatan yang tidakpelu harus di
singkirkan.
f. Perbuatan inteligensi bercirikan kecepatan. Proses pemecahanya relative cepat,
sesuai dengan masalah yang di hadapi.
g. Inteligensi membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindari perasaan yang
menganggu jalanya pemecahan masalah yang sedang di hadapi.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi inteligensi

Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi inteligensi seseorang berbeda dengan yang
lain, yaitu :

a. Pembawaan
Pembawaan ditentukan oleh sifat – sifat dan cirri – cirri sejak lahir.
b. Kematangan
Setiap organ tubuh dalam tubuh mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Setiap organ ( fisik maupun psikis ) dapat dikatakan telah matang jika ia telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing – masing.
c. Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan inteligensi. Factor pembentukan dapat di bedakan menjadi
pembentukan sengaja ( seperti yang di lakukan di sekolah – sekolah )dan
pembentukan tidak sengaja ( pengaru alam sekitar ).
d. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu.
e. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode – metode yang
tertentu dalam memecahkan masalah – masalah.
4. Konsep kecerdasan majemuk ( Multiple intelligence )
Kecerdasan majemuk adalah suatu kemampuan ganda untuk memecahkan suatu
masalah – masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai berikut :

a. Kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.


b. Kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan.
c. Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat didalam
kehidupannya.

Penelitian Gardner mengidentifikasi delapan macam kecerdasan manusia dalam memahami


dunia nyata, kemudian diikuti oleh tokoh-tokoh lain dengan menambahkan dua kecerdasan lagi
sehingga menjadi sepuluh macam kecerdasan. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat
kesepuluh kecerdasan tersebut.

a. Kecerdasan Bahasa ( Verbal-Linguistics Intelligence )


Kecerdasan bahasa merupakan kecakapan berpikir melalui kata-kata, menggunakan
bahasa untuk menyatakan, dan memaknai arti yang kompleks. Contoh orang yang
unggul dalam kecerdasan bahasa adalah para penulis, ahli bahasa, sastrawan, jurnalis,
dan orator.
b. Kecerdasan Matematis ( Logical-Mathematical Intelligence ).
Kecerdasan matematis merupakan kecakapan untuk menghitung, mengualitatif,
merumuskan proposisi, hipotesis, serta memecahkan perhitungan-perhitungan
matematis yang kompleks. Contoh : para ilmuwan, ahli matematis, akuntan, insiyur,
dan pemrogram komputer.
c. Kecerdasan Ruang ( Visual-Spatial Intelligence )
Kecerdasan ruang merupakan kecakapn berpikir dalam ruang tiga dimensi. Orang
yang unggul dalam kecerdasan ini mampu menangkap bayangan ruang internal dan
eksternal untuk penentuan arah dirinya atau benda yang dikendalikan, mengubah, dan
menciptakan karya tiga dimensi nyata. Contoh : pilot, nahkoda, astronot, pelukis dan
arsitek.
d. Kecerdasan Kinestetik / Gerak Fisik ( Kinesthetic Intelligence )
Kecerdasan kinestetik merupakan kecakapan untuk melakukan gerakan dan
keterampilan, kecakapan fisik, seperti olahrag. Contoh : penari, olahragawan, perajin
profesional.
e. Kecerdasan music ( Musical intelligence )
Kecerdasan musikal adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk menghasilkan
dan menghargai musik, sensitive terhadap melodi, ritme, nada, dan tangga nada.
Contoh : komponis, dirigen, musisi, kritikus penyanyi music, dan pembuat instrument
musik.
f. Kecerdasan Hubungan Sosial ( Interpersonal Intelligence )
Kecerdasan hubungan social adalah kecakapan memahami dan merespons serta
berinteraksi dengan orang lain dengan tepat, watak, temperamen, motivasi, dan
kecenderungan terhadap orang lain. Contoh : guru, konselor, actor, dan politikus.
g. Kecerdasan Keruhanian ( Intrapersonal Intelligence )
Kecerdasan keruhanian adalah kecakapan untuk memahami kehidupan emosional,
membedakan emosi orang-orang, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.
Kecakapan ini membentuk persepsi yang tepat terhadap orang, menggunakannya
dalam merencanakan, dan mengarahkan kehidupan orang lain. Contoh : psikolog,
psikiater, filosof, dan ruhaniawan.
h. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan,
mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam maupun
lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan
dan bagian lain dari alam semesta.
i. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual banyak dimiliki oleh para ruhaniawan. Kecerdasan ini berkaitan
dengan bagaimana manusia berhubungan dengan Tuhannya. Kecenderungan ini dapat
dikembangkan pada setiap orang melalui pendidikan agama, kontemplasi
kepercayaan dan refleksi teologis.
j. Kecerdasan Eksistensial ( Existensialist Intelligence )
Kecerdasan eksistensial banyak dijumpai pada para filsuf. Mereka mampu menyadari
dan menghayati dengan benar keberadaan dirinya di dunia ini dan apa tujuan
hidupnya. Melalui kontemplasi dan refleksi diri, kecerdasan ini dapat berkembang.
Teori Gardner ini memang masih memerlukan penelitian lebih lanjut, khususnya tentang
strategi pengukuran untuk masing-masing jenis kecerdasan, serta apakah macam-macam
kecerdasan yang ada adalah sejumlah yang telah diuraikan di atas atau masih bias bertambah
lagi.

C. Keabsahan Munculnya Teori Kecerdasan Majemuk


1. Memiliki Dasar Biologis
Kecenderungan untuk mengetahui dan memecahkan masalah merupakan sifat dasar
biologis/fisiologis manusia. Misalnya, gerak tubuh, berkomunikasi dengan orang lain,
berimajinasi sendiri, menggunakan ritme dan suara, dan lain-lain. Kecenderungan-
kecenderungan ini semua berakar pada sistem biologis manusia.
2. Bersifat universal bagi Spesies Manusia
Setiap cara untuk memahami sesuatu selalu ada pada setiap budaya, tidak peduli
kondisi sodio-ekonomi dan pendidikannya. Walaupun telah berkembang jenis
keterampilan pada budaya yang berbeda, hadirnya kecerdasan bersifat universal.
Dengan kata lain, kecerdasan berakar pada kebebasan spesies manusia.
3. Nilai Budaya Suatu Keterampilan
Cara untuk memahami sesuatu didukung oleh budaya manusia dan merupakan hal
yang harus diteruskan kepada generasi penerus. Contoh pengembangan bahasa bias
berupa tulisan pada suatu budaya tertentu pada budaya yang lain, pesan-pesan lisan
dan bahasa-bahasa tanda pada budaya lain pula. Namun, bahasa formal dinilai tinggi
dan merupakan criteria pendidikan dan social seseorang.
4. Memiliki Basis Neurologi
Setiap kecerdasan memiliki bagisa tertentu pada otak sebagai pusat kerjanya dan yang
dapat diaktifkan atau dipicu oleh informasi eksternal maupun internal.
5. Dapat dinyatakan dalam Bentuk Simbol
Setiap kecerdasan dapat dinyatakan dalam bentuk simbol atau tanda-tanda
tertentu.Misalnya simbol kata, gambar, music, angka dll. Adanya simbol-simbol
tersebut dapat dialihkan atau diajarkan.

D. Strategi Pembelajaran Kecerdasan Majemuk


Ada beberapa strategi dasar dalam kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan
kecerdasan ganda, yaitu :
1. Membangunkan/memicu kecerdasan, yaitu upaya untuk mengaktifkan indra dan
menghidupkan kerja otak.
2. Memperkuat kecerdasan, yaitu dengan cara member latihan dan memperkuat
kemampuan membangunkan kecerdasan.
3. Mengajarkan dengan atau untuk kecerdasan, yaitu upaya-upaya mengembangkan
struktur pelajaran yang mengacu pada penggunaan kecerdasan ganda.
4. Mentransfer kecerdasan, yaitu usaha memanfaatkan berbagai cara yang telah
dilatihkan di kelas untuk memahami realitas diluar kelas atau pada lingkungan
nyata.
E. Mengembangkan Kecerdasan Ganda dalam Kegiatan Pembelajaran
Kecerdasan ganda sebenarnya merupakan teori yang bersifat filosofis, Hal ini
tampak pada sikapnya terhadap belajar dan pandangannya terhadap pendidikan atau
pembelajaran. Pendidikan/pembelajaran ditinjau dari sudut pandang kecerdasan ganda
lebih mengarah kepada hakikat pendidikan, yaitu yang secara langsung berhubungan
dengan eksistensi, kebenaran, dan pengetahuan.
Ketika Gardner memasukkan kategori-kategori tersebut ke dalam pengertian
kecerdasan dan bukan talenta atau bakat, merupakan hal yang baru. Gardner menyadari
bahwa banyak orang telah terbiasa mengatakan atau mendengarkan ungkapan seperti, “ Ia
tidak begitu cerdas, tetapi ia memiliki bakat musik yang sangat hebat.” Sebagaimana
orang-orang mengatakan bahwa sesuatu adalah bakat. Oleh Gardner bakat-bakat atau
kategori-kategori tersebut dikatakan sebagai kecerdasan.
Untuk member dasar terhadap teori yang dikemukakannya, Gardner merancang
dasar-dasar “tes” tertentu, yaitu setiap kecerdasan harus dipertimbangkan sebagai
inteligensi yang terlatih dan memiliki banyak pengalaman, yang tidak disebut sebagai
talenta atau bakat. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam teori kecerdasan ganda,
yaitu sebagai berikut.
1. Setiap orang memiliki semua kecerdasan-kecerdasan itu.
2. Banyak orang dapat mengembangkan masing-masing kecerdasannya sampai ke
tingkat optimal.
3. Kecerdasan biasanya bekerja bersama-sama dengan cara yang unik.
4. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas

Teori kecerdasan ganda merupakan model kognitif yang menjelaskan bagaimana


individu-individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan
bagaimana hasilnya. Tidak seperti model-model lain yang berorientasi pada proses,
pendekatan Gardner lenih berorientasi pada bagaimana pikiran manusia mengoperasi atau
mengolah, menggunakan, dan menguasai lingkungan.
Pengalaman-pengalaman menyenangkan ketika belajar akan menjadi activator bagi
perkembangan kecerdasan pada tahap perkembangan berikutnya. Sedangkan,
pengalaman-pengalaman yang menakutkan, memalukan, menyebabkan marah, dan
pengalaman emosi negative lainnya akan menghambat perkembangan kecerdasan pada
tahap perkembangan berikutnya.
Kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kecerdasan ganda
antara lain, dengan menyediakan hari-hari karier, study tour, biografi, pembelajaran
terprogram, kegiatan-kegiatan eksperimen, majalah dinding, membaca buku-buku yang
bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan ganda.
Setiap siswa memiliki perbedaan kecenderungan dalam perkembangan kecerdasan
gandanya. Oleh karena itu, guru perlu menggunakan strategi umum maupun khusus
dalam pembelajaran untuk mengembangkan seluruh kecerdasan siswa secara optimal.
Teori kecerdasan ganda juga mengatakan bahwa tidak ada satu pun pendekatan atau
strategi yang cocok digunakan bagi semua siswa. Dalam hal pengukuran, kecerdasan
ganda lebih megutamakan pada study dokumentasi dan proses pemecahan masalah.
Apabila kegiatan di atas dapat dilakukan, keterampilan kognitif siswa pun dapat
berkembang dengan sendirinya.
Ada satu alternative lain yang juga dapat digunakan dalam rangka memantau
perkembangan kecerdasan siswa di kelas, yaitu dengan memberdayakan siswa. Artinya,
checklist yang mencakup kecerdasan-kecerdasan tadi yang mengisi bukannya guru,
melainkan pengisian dilakukan oleh para siswa. Kegiatan di kelas pada saat-saat tertentu
adalah pengisian checklist tentang kecerdasan-kecerdasan masing-masing anak. Mereka
saling memberikan penilaian antar teman. Selain anak diberi kesempatan untuk menilai
kecerdasan temannya, ia juga diberi kesempatan untuk melakukan self-monitoring,
dengan cara mengisi checklist kecerdasan-kecerdasan yang dimilikinya.
Perkembangan kecerdasan juga dapat dilakukan dengan teknik konseling
sebaya/tutor sebaya. Caranya, guru menyeleksi siapakah yang memiliki keunggulan di
bidang matematika. Misalnya, siswa diminta membimbing teman-temannyayang kurang
dalam matematika. Demikian juga untuk bidang-bidang kecerdasan lain. Pembimbing di
dalam kelompok dapat bergantian, tergantung pada kecerdasan apa yang akan
dikembangkan.
Pendekatan ini tepat digunakan untuk anak-anak SMP dan SMA, mengingat pada
dasarnya mereka lebih suka berbicara dan bergaul dengan teman sebayanyadaripada
gurunya. Di samping itu, model konseling sebaya atau tutor sebaya dalam pembelajaran
kecerdasan ganda memungkinkan berbagai aspek dalam diri anak dapat berkembang
selaras dan optimal. Kelompok belajar semacam ini sangat potensial untuk
mengembangkan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Guru dituntut
untuk mampu mendeteksi anak-anak yang memiliki kecerdasan-kecerdasan unggul dan
membentuk kelompok-kelompok sesuai dengan kebutuhan.
Pendidikan/pembelajaran kecerdasan ganda berorientasi pada pengembangan potensi
anak, bukan berorientasi pada idiealisme guru atau orangtua, apalagi ideology politik.
Anak berkembang agar mampu membuat penilaian dan keputusan sendiri secara tepat,
bertanggung jawab, percaya diri, mandiri tidak bergantung pada orang lain, kreatif,
mampu berkolaborasi, serta dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik.
Keterampilan-keterampilan ini sangat dibutuhkan oleh manusia-manusia yang hidup di
era ekonomi informasi abad global.

F. Belajar Dari Sudut Pandang Teori Kecerdasan Majemuk

Belajar adalah usaha untuk menghidupkan secara utuh dan alamiah seluruh
kecerdasan yang dimiliki individu. Dari sudut pandang teori humanistik, dasar-dasar teori
kecerdasan majemuk memang sangat humanis, yang memberi tekanan pada positive
regards (pandangan positif), acceptance (dukungan), awareness (kesadaran), self-worth
(nilai diri) yang kesemuanya itu bermuara pada aktualisasi diri yang optimal. Psikologi
humanistik menekankan pada personal growth (perkembangan individu), sesuai dengan
arah dari teori kecerdasan majemuk.

Pembelajaran adalah suatu proses membangun/memicu, memperkuat,


mencerdaskan, dan mentransfer kecerdasan. Pada hakikatnya seorang pendidik adalah
seorang fasilitator. Fasilitator baik dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik, maupun
konatif (Riyanto Theo, 2002). Seorang pendidik hendaknya mampu membangun suasana
belajar yang kondusif untuk belajar-mandiri (self-directed learning). Ia juga hendaknya
mampu menjadikan proses pembelajaran sebagai kegiatan eksplorasi diri. Galileo
menegaskan bahwa sebenarnya kita tidak dapat mengajarkan apapun, kita hanya dapat
membantu peserta didik untuk menemukan dirinya dan mengaktualisasikan dirinya.
Setiap pribadi manusia memiliki “self-hidden potential excellence” (mutiara talenta yang
tersembunyi di dalam diri), tugas pendidikan yang sejati adalah membantu peserta didik
untuk menemukan dan mengembangkannya seoptimal mungkin.
Persoalannya adalah bagaimana menciptakan kondisi kelas bagi tumbuh
kembangnya kecerdasan majemuk pada diri para siswa, mengingat banyak orang
mempersepsi bahwa kelas yang baik adalah kelas yang diam, teratur, tertib, dan taat pada
guru. Kelas yang ramai selalu diterima sebagai kelas yang negatif, tidak teratur,
walaupun mungkin ramainya kelas tersebut disebabkan karena siswa berdebat,
berdiskusi, bereksplorasi, atau kegiatan-kegiatan positif lainnya. Guru-guru yang ada pun
seringkali lebih menyukai pada kelas yang tertib, teratur, siswa-siswanya patuh dan tidak
kritis.
Sistem pendidikan hendaknya berpusat pada peserta didik, artinya kurikulum,
administrasi, kegiatan ekstrakurikuler maupun kokurikulernya, sistem pengelolaannya
harus dirumuskan dan dilaksanakan demi kepentingan peserta didik, bukan demi
kepentingan guru, sekolah atau lembaga lain. Pendidikan yang hanya memusatkan pada
kepentingan kebutuhan kerja secara sempit harus dikembalikan kepada kepentingan
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian peserta didik secara utuh. Seperti misalnya
kemampuan bernalar, berpikir aktif-positif, kreatif, menemukan alternatif dan prosesnya
menjadi pribadi yang utuh (process of becoming). Peserta didik hendaknya benar-benar
dikembalikan sebagai subjek (dan juga objek) pendidikan dan bukannya objek semata-
mata.
Pendidikan dan pembelajaran yang mendasarkan pada kecerdasan majemuk
membuka kesempatan pada para siswanya untuk kritis dan mungkin tidak patuh karena
siswa menemukan kebenaran-kebenaran lain dari kebenaran yang dipegang oleh gurunya.
Masalahnya, sejauh mana kesiapan para guru dan pengelola pendidikan lainnya dalam
rangka mengembangkan sumber daya manusia Indonesia? Dapatkah sekolah atau
lembaga-lembaga pendidikan lain memenuhi semua fasilitas untuk kepentingan
mengasah kecerdasan yang sesuai dengan gaya belajar secara proporsional? Apakah guru
atau tenaga-tenaga kependidikan lain siap mengadakan pembaharuan terhadap dirinya?
Semua jawaban terpulang pada mereka yang terlibat dalam proses pendidikan dan
pembelajaran.
G. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Kecerdasan Majemuk

Sebagai sebuah teori, apa yang dikemukakan oleh Howard Gardner ini tentu
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan-kelebihan teori kecerdasan majemuk
antara lain sebagai berikut ini.

1. Pembelajaran dapat lebih fokus terhadap suatu kecenderungan kecerdasan dan punya
hasil yang optimal.
2. Memberikan sudut pandang baru terhadap pengembangan potensi manusia.
3. Memberi harapan dan semangat baru, terutama terhadap si belajar/pemelajar.
4. Membuka kesempatan pada si belajar untuk kritis dan berpikiran terbuka.
5. Menghindari adanya penghakiman terhadap manusia dari sudut pandang
kecerdasan/inteligensi.

Dan kelemahan-kelemahannya sebagai berikut:

1. Memiliki kontroversi terutama dalam pandangan ahli psikologi tradisional, antara lain
mencampuradukkan pengertian kecerdasan, ketrampilan dan bakat.
2. Bersifat personal/individual sehingga teori ini lebih efektif digunakan untuk
mengembangkan pembelajaran orang per orang daripada mengembangkan
pembelajaran massa/klasikal.
3. Membutuhkan fasilitas yang lengkap sehingga membutuhkan biaya besar untuk
operasional klasikal atau massal.
4. Tenaga kependidikan di Indonesia belum sepenuhnya siap melaksanakan teori ini
dalam praktek di dalam kelas K-12 ataupun juga pembelajaran yang melibatkan
pemelajar dewasa, karena sudut pandang kebanyakan orang masih sudut pandang
tradisional.

Anda mungkin juga menyukai