Selain kecerdasan, di butuhkan juga keterampian hidup (life skil) sebagai beka yang harus
dimiiki anak sejak dini. Kecerdasan saja tidak cukup menjadi anak suskses dimasa depan. Di
masa periode emas yaitu 1-3 tahun, anak akan sangat mudah menyerap segala macm
informasi, termasuk belajar tentang segala sesuatu. Maka dari itu, gunakan masa – masa
tersebut untuk memeberikan bekal, seperti kecerdasan pada anak. Pemberian bekal sejak dini
sangat baik dilakukan untuk meraih sukses di masa mendatang.
Cerdas berarti mampu menjelaskan sesuatu yang rumit secara sederhana kepada orang lain.
Sedangkan, kecerdasan adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran
yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan,
memecahkan masalah, berfikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.
Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO yang juga pemerhati pendidikan anak,
prof D.R. H. Arief Rachman, M.Pd mengatakan bahwa kecerdasan erat kaitanya dengan
emampuan kognitif yang dimiliki oleh individu untuk meraih sukses. Namun dalam meraih
sukses, banyak yang harus di perhatikan selain kecerdasan, yaitu keterampilan hidup. Arif
menelaskan, keterampilan hidup adalah seperangat keteramplan manusia yang diperoleh
melalui pengajaran atau pengalaman langsung yang digunakan untuk menangani masalah dan
pernyataan yang biasa di temui dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Kecerdasaan atau intelejensi seseorang di bawa dari pertama kali iya di lahirkan. Akan
tetapi, perkembangan kecerdasan intelejensi itu didapat seseorang seiring perkembangan
dalam kehidupan. Kecerdasan terbagi – bagi menjadi 3 bagian, yaitu kecerdasan intelektual
atau IQ, kecerdasan sepiritual SQ, dan kecerdasan emosional EQ. ketiga bentuk kecerdasan ini
tidak dapat di pisakan antara satu dan yang lain. Agar terjadi keseimbangan, ketiganya harus di
asah dengan baik melalui suatu proses pembelajaran dan pengalaman – pengalaman tersendiri.
Menurut piaget, perkembangan intelegensi atau kecerdasan anak itu terbagi menjadi
empat tahap, yaitu tahap sensori motorik antara umur 0 – 2 tahun, tahap pra oprasional ( 2 – 7
tahun ), tahap oprasional konkret ( 7 – 12 tahun ), dan tahap oprasional formal ( 12 –
seterusnya ). Tahapan – tahapan ini pasti di lalui oleh anak dalam perkembanganya dari lahir
sampai ia dewasa. Menurut piaget apabila satu tahap saja tidak di lalui leh seorang anak, hal itu
akakn berakibat pada kecerdasan anak.
1. Pengertian inteligensi
orang berfikir menggunakan fikiran atau inteleknya. Cepat tidaknya dan terpecahkan
atau tidaknya suatu masalah tergantung kepada kemampuan itelegensinya. Jika di lihat dari
intelegensinya, kita dapat mengatakan seseorang itu pandai atau bodoh. Intelegensinya
ialah kemampuan yang di bawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu
dengan cara yang tertentu.
Wiliam stern mengemukakan batasan sebagai berikut, “ inteligensi adalah kesanggupan
untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat –alat berpikir
yang sesuai dengan tujuanya. “ pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh pada
intelegensi seseorang. Selain itu, prof. Waterink seorang guru besar di Amsterdam,
menyatakan bahwa belum dapat di buktikan bahwa intelegensi dapat di perbaiki atau di
latih. Belajar berfikir hanya di artikan bahwa banyaknya pengetahuan bertambah. Akan
tetapi, tidak berarti bahwa kekuatan berfikir bertambah baik.
Dari batasan yang di kemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa :
a. Inteligensi itu adalah fator total berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di
dalamnya (ingatan, fantasi, perasaan, minat, dan sebagainya turut mempengaruhi
seseorang).
b. Suatu perbuatan inteligensi bukan hanya kemampuan yang di bawa sejak lahir saja
yang penting. Faktor – faktor lingkungan dan pendidikan juga berperan penting.
c. Manusia dalam kehidupanya senantiasa dapat menemukan tujuan – tujuan yang
baru, dapat memikirkan, dan menggunakan cara – cara untuk mewujudkan dan
mencapai tujuan itu.
2. Cirri – cirri perbuatan inteligensi
Suatu perbuatan dapat dianggap inteligensi bila memenuhi beberapa syarat antara lain:
a. Banyak sedikitnya masalah yang di hadapi merupakan masalah yang baru bagi yang
bersangkutan.
b. Perbuatan inteligensi sifatnya serasi tujuan dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan
yang hendak di selesaikanya, di cari jalan yang dapat menghemat waktu dan tenaga.
c. Masalah yang di hadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang
bersangkutan.
d. Keterangan pemecahanya harus dapat diterima oleh masyarakat.
e. Dalam berbuat inteligensi sering menggunakan daya mengabtraksi. Pada waktu
berfikir, tanggapan – tanggapan dan ingatan – ingatan yang tidakpelu harus di
singkirkan.
f. Perbuatan inteligensi bercirikan kecepatan. Proses pemecahanya relative cepat,
sesuai dengan masalah yang di hadapi.
g. Inteligensi membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindari perasaan yang
menganggu jalanya pemecahan masalah yang sedang di hadapi.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi inteligensi
Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi inteligensi seseorang berbeda dengan yang
lain, yaitu :
a. Pembawaan
Pembawaan ditentukan oleh sifat – sifat dan cirri – cirri sejak lahir.
b. Kematangan
Setiap organ tubuh dalam tubuh mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Setiap organ ( fisik maupun psikis ) dapat dikatakan telah matang jika ia telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing – masing.
c. Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan inteligensi. Factor pembentukan dapat di bedakan menjadi
pembentukan sengaja ( seperti yang di lakukan di sekolah – sekolah )dan
pembentukan tidak sengaja ( pengaru alam sekitar ).
d. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu.
e. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode – metode yang
tertentu dalam memecahkan masalah – masalah.
4. Konsep kecerdasan majemuk ( Multiple intelligence )
Kecerdasan majemuk adalah suatu kemampuan ganda untuk memecahkan suatu
masalah – masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
Belajar adalah usaha untuk menghidupkan secara utuh dan alamiah seluruh
kecerdasan yang dimiliki individu. Dari sudut pandang teori humanistik, dasar-dasar teori
kecerdasan majemuk memang sangat humanis, yang memberi tekanan pada positive
regards (pandangan positif), acceptance (dukungan), awareness (kesadaran), self-worth
(nilai diri) yang kesemuanya itu bermuara pada aktualisasi diri yang optimal. Psikologi
humanistik menekankan pada personal growth (perkembangan individu), sesuai dengan
arah dari teori kecerdasan majemuk.
Sebagai sebuah teori, apa yang dikemukakan oleh Howard Gardner ini tentu
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan-kelebihan teori kecerdasan majemuk
antara lain sebagai berikut ini.
1. Pembelajaran dapat lebih fokus terhadap suatu kecenderungan kecerdasan dan punya
hasil yang optimal.
2. Memberikan sudut pandang baru terhadap pengembangan potensi manusia.
3. Memberi harapan dan semangat baru, terutama terhadap si belajar/pemelajar.
4. Membuka kesempatan pada si belajar untuk kritis dan berpikiran terbuka.
5. Menghindari adanya penghakiman terhadap manusia dari sudut pandang
kecerdasan/inteligensi.
1. Memiliki kontroversi terutama dalam pandangan ahli psikologi tradisional, antara lain
mencampuradukkan pengertian kecerdasan, ketrampilan dan bakat.
2. Bersifat personal/individual sehingga teori ini lebih efektif digunakan untuk
mengembangkan pembelajaran orang per orang daripada mengembangkan
pembelajaran massa/klasikal.
3. Membutuhkan fasilitas yang lengkap sehingga membutuhkan biaya besar untuk
operasional klasikal atau massal.
4. Tenaga kependidikan di Indonesia belum sepenuhnya siap melaksanakan teori ini
dalam praktek di dalam kelas K-12 ataupun juga pembelajaran yang melibatkan
pemelajar dewasa, karena sudut pandang kebanyakan orang masih sudut pandang
tradisional.