Anda di halaman 1dari 2

MITIGASI DAN BIOREMEDIASI LAHAN TAMBANG MINYAK

Irfan D. Prijambada dan Jaka Widada


Lab. Mikrobiologi Tanah dan Lingkungan
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
JI. Flora, Bulaksumur, Yogyakarta 55281.

INTISARI

Kegiatan usaha minyak bumi mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi
nasional. Minyak bumi merupakan komoditas ekspor utama Indonesia yang digunakan sebagai
sumber bahan bakar dan bahan mentah bagi industri petrokimia. Kegiatan eksploitasi yang
meliputi pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan,
penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemumian minyak bumi sering
mengakibatkan terjadinya pencemaran minyak pada lahan-lahan di area sekitar aktivitas
tersebut berlangsung. Minyak pencemar tersebut mengandung hidrokarbon bercampur
dengan air dan bahan-bahan anorganik maupun organik yang terkandung di dalam tanah.
Undang-undang No 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi mensyaratkan pengelolaan
lingkungan hidup, yakni pencegahan dan penanggulangan pencemaran serta pemulihan atas
terjadinya kerusakan lingkungan hidup sebagai akibat kegiatan pertambangan, bagi badan
usaha yang menjalankan usaha di bidang eksploitasi minyak bumi.

Pemulihan kerusakan lingkungan hidup dimulai dan pemantauan atas terjadinya


pencemaran. Pemantauan terhadap terjadinya adanya tumpahan minyak se!ama ini masih
dilakukan secara visual berdasarkan laporan di lapangan. Upaya meningkatkan kecepatan
penanggulangan akan dilakukan dengan memanfaatkan penginderaan jauh dengan teknologi
radar ataupun infra merah pada satelit. Di Indonesia jasa satelit yang dapat digunakan untuk
itu adalah SPOT, Landsat, dan ERS. Akan tetapi, tetap diperlukan verifikasi di lapangan atas
temuan berdasarkan penginderaan jauh tersebut. Metode verifikasi adanya pencemaran
minyak yang dapat digunakan di lapangan antara lain adalah detector tube, fiber optic
chemical sensors, colorimetric test kits, total organic vapor analysis menggunakan flame
ionization dan photoionization detectors, turbidimetric test kits, immunoassay test kits,
portable infra red detectors, dan field gas chromatography. Selain melakukan verifikasi
adanya pencemaran minyak, mitigasi juga melakukan pendataan atas luasan kawasan yang
tercemar minyak, jeluk pencemaran, serta kondisi vegetasi daerah tercemar. Konsentrasi
hidrokarbon pencemar kemudian ditentukan dengan cara gravimetri ataupun
spektrofotometri yang lebih seksama di laboratorium setelah dilakukan ekstraksi.

Terdapat tiga cara untuk mengatasi masalah lahan tercemar minyak yang dapat dipilih
berdasarkan jenis minyak pencemar, konsentrasi minyak pencemar dan lokasi pencemaran,
yakni dibakar, diberi disperser dan kemudian dihisap kembali dengan skimmer untuk diolah
di kilang minyak, dan didegradasi dengan memanfaatkan mikroorganisme pendegradasi
hidrokarbon. Bioremediasi, pengelolaan yang mengandalkan degradasi dengan
memanfaatkan mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon, merupakan cara yang paling
ekonomis dan dapat diterima lingkungan. Bioremediasi dapat digunakan untuk mengatasi
masalah lahan tercemar minyak baik secara in situ maupun ex situ. Biostimulation dan
bioaugmentation merupakan contoh pelaksanaan bioremediasi secara in situ, sedangkan
landfarming, biopile, dan composting merupakan contoh pelaksanaan bioremediasi secara
ex situ.

Seminar Nasional PKRLT Fakultas Pertanian UGM, Sabtu 11 Feb 2006


Dalam pelaksanaan bioremediasi, baik secara in situ maupun ex situ, perlu dilakukan
pemantauan terhadap proses pengolahan dan hasil akhir pengolahan. Hal itu perlu dipantau
adalah kandungan minyak bumi dan/atau kandungan total hidrokarbon minyak bumi.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 128 tahun 2003 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak
Bumi secara Biologis mensyaratkan kandungan total hidrokarbon minyak bumi yang tidak
lebih dan 15 % di awal proses bioremediasi. Selama proses bioremediasi, kandungan total
hidrokarbon minyak bumi perlu dipantau setidaknya setiap 2 minggu. Pemantauan
kandungan bensena, toluene, etil-bensena, silena, dan hidrokarbon polisilkik aromatic perlu
dilakukan di akhir proses bioremediasi. Kandungan total hidrokarbon minyak bumi di akhir
proses bioremediasi disyaratkan di bawah 1 %. Di akhir proses bioremediasi, kandungan
toluene, etil-bensena, silena, dan hidrokarbon polisilkik aromatik disyaratkan masing-masing
berada di bawah 10 ppm, sedangkan kandungan bensena disyaratkan berada di bawah 10
ppm.

Kata kunci : mitigasi, bioremediasi, dan minyak bumi

Seminar Nasional PKRLT Fakultas Pertanian UGM, Sabtu 11 Feb 2006

Anda mungkin juga menyukai