INTISARI
Kegiatan usaha minyak bumi mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi
nasional. Minyak bumi merupakan komoditas ekspor utama Indonesia yang digunakan sebagai
sumber bahan bakar dan bahan mentah bagi industri petrokimia. Kegiatan eksploitasi yang
meliputi pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan,
penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemumian minyak bumi sering
mengakibatkan terjadinya pencemaran minyak pada lahan-lahan di area sekitar aktivitas
tersebut berlangsung. Minyak pencemar tersebut mengandung hidrokarbon bercampur
dengan air dan bahan-bahan anorganik maupun organik yang terkandung di dalam tanah.
Undang-undang No 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi mensyaratkan pengelolaan
lingkungan hidup, yakni pencegahan dan penanggulangan pencemaran serta pemulihan atas
terjadinya kerusakan lingkungan hidup sebagai akibat kegiatan pertambangan, bagi badan
usaha yang menjalankan usaha di bidang eksploitasi minyak bumi.
Terdapat tiga cara untuk mengatasi masalah lahan tercemar minyak yang dapat dipilih
berdasarkan jenis minyak pencemar, konsentrasi minyak pencemar dan lokasi pencemaran,
yakni dibakar, diberi disperser dan kemudian dihisap kembali dengan skimmer untuk diolah
di kilang minyak, dan didegradasi dengan memanfaatkan mikroorganisme pendegradasi
hidrokarbon. Bioremediasi, pengelolaan yang mengandalkan degradasi dengan
memanfaatkan mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon, merupakan cara yang paling
ekonomis dan dapat diterima lingkungan. Bioremediasi dapat digunakan untuk mengatasi
masalah lahan tercemar minyak baik secara in situ maupun ex situ. Biostimulation dan
bioaugmentation merupakan contoh pelaksanaan bioremediasi secara in situ, sedangkan
landfarming, biopile, dan composting merupakan contoh pelaksanaan bioremediasi secara
ex situ.