Anda di halaman 1dari 3

Final Studi Syari’at Islam di Aceh

NAMA : TEUKU REZA VALEVI


NIM : 180204060
MK : STUDI SYARIAT ISLAM DI ACEH

1. Apa yang dimaksud dengan “keputusan Missi Hardi”?


Jawab:

2. Apa yang dimaksud dengan “keputusan Prinsipil Bijaksana”?


Jawab:

3. Bagaimana saudara menjelaskan tantangan Syari’at Islam di Aceh yang dikritik banyak
pihak?
Jawab:

4. Apakah Syari’at Islam di Aceh mengalami kemajuan ataukah mengalami kemunduran?


Jelaskan pendapat saudara disertai alasannya.
Jawab:
Menurut saya Syari’at Islam di Aceh sekarang ini mengalami kemunduran,
dikarenakan ada beberapa faktor, yang salah satu faktornya yaitu faktor pengaruh dari
budaya ke barat-baratan sehingga Syari’at Islam di Aceh terkontaminasi oleh budaya
tersebut yang dapat mempengaruhi masyarakat yang berada di Aceh terutama pemuda
dan pemudi Aceh. Walaupun pemerintah daerah sudah banyak melakukan pencegahan
untuk meningkatkan kemajuan Syari’at Islam di Aceh akan tetapi apabila hanya
pemerintah saja yang bergerak untuk meningkatkan kemajuan tersebut, pasti tidak akan
terealisasikan apabila kurang kesadaran dari masyarakat nya sendiri.

5. Sebutkan landasan hukum Syari’at Islam diberlakukan di Aceh?


Jawab:
6. Pada siapa terletak tanggung jawab pembuatan Qanun Aceh?
Jawab:
Qanun dibentuk dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Aceh,
pemerintahan Kabupaten/Kota, dan penyelenggaraan tugas pembantuan. Qanun Aceh
disahkan oleh Gubernur setelah mendapat persetujuan bersama dengan
DPRA. Qanun Kabupaten/Kota disahkan oleh Bupati/Wali kota setelah mendapat
persetujuan bersama dengan DPRK. Masyarakat berhak memberikan masukan secara
lisan atau tulisan dalam rangka penyiapan dan pembahasan rancangan Qanun. Setiap
tahapan penyiapan dan pembahasan Qanun harus terjamin adanya ruang partisipasi
publik. Dalam hal diperlukan untuk pelaksanaan Qanun, Gubernur dan Bupati/Wali kota
dapat menetapkan Peraturan/Keputusan Gubernur atau peraturan/keputusan Bupati/Wali
kota.

7. Pada masa pemerintahan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, hukuman cambuk sempat
dihentikan. Jelaskan mengapa?
Jawab:

8. Bagaimana saudara mengutarakan pendapat saudara jika ada pihak-pihak yang mengkritik
Syari’at Islam di Aceh terlebih lagi kepada hukuman cambuk dan dilabeli sebagai daerah
intoleran?
Jawab:
Pendapat saya
9. Apakah Syariat Islam di Aceh sudah menjawab tantangan zaman dan menjawab rasa
kebutuhan orang Aceh tentang Syari’at Islam?
Jawab:

10. Apa yang dimaksud dengan PROLEGA dan PROLEK?


Jawab:
Prolegda adalah amanat UU PA kepada Pemerintahan Aceh (eksekutif dan
legislatif), yaitu perintah untuk membuat daftar atau list urutan rancangan Qanun yang
harus dihasilkan dalam 1 masa keanggotaan (5 tahunan) dan ada pem-prioritas-an tiap
tahun anggarannya (1 tahunan). Serupa halnya dengan work plan atau rencana kerja
yang disusun oleh setiap organisasi dengan berbagai analisa dan target capaian-capaian
output-nya, namun bedanya adalah Prolegda menghasilkan aturan hukum, dalam hal ini
Qanun. Kebijakan ini juga diikuti dengan penambahan alat kelengkapan di tubuh
dewan, yaitu Panitia Legislasi (Panleg).
Penting juga rasanya untuk menyampaikan perbedaan persepsi didalamnya,
bahwa dalam konteks Aceh secara keseluruhan sebutannya adalah Program Legislasi
Daerah atau Prolegda, untuk tingkat provinsi disebut Program Legislasi Aceh atau
Prolega, dan tingkatan Kabupaten/Kota disebut dengan Program Legislasi
Kabupaten/Kota atau Prolek.

11. Jika saudara diberi tampuk kekuasaan dan punya wewenang untuk melahirkan Qanun,
Qanun apa yang ingin saudara tambah, evaluasi dan hilangkan?
Jawab:

Anda mungkin juga menyukai