Anda di halaman 1dari 14

Open Space

Pengertian

Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau merupakan komponen rancang kawasan, yang tidak
sekadar terbentuk sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa setelah proses rancang
arsitektural diselesaikan, melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu
lingkungan yang lebih luas. Penataan sistem ruang terbuka diatur melalui pendekatan desain
tata hijau yang membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik secara
ekologis, rekreatif dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter terbuka
sehingga mudah diakses sebesar-besarnya oleh publik.

Komponen Penataan
(1) Sistem Ruang Terbuka Umum (kepemilikan publikaksesibilitas publik), yaitu ruang yang
karakter fisiknya terbuka, bebas dan mudah diakses publik karena bukan
milik pihak tertentu.
(2) Sistem Ruang Terbuka Pribadi (kepemilikan pribadi– aksesibilitas pribadi), yaitu ruang yang
karakter fisiknya terbuka tapi terbatas, yang hanya dapat diakses oleh pemilik, pengguna atau
pihak tertentu.
(3) Sistem Ruang Terbuka Privat yang dapat diakses oleh Umum (kepemilikan pribadi–
aksesibilitas publik), yaitu ruang yang karakter fisiknya terbuka, serta bebas dan mudah diakses
oleh publik meskipun milik pihak tertentu, karena telah didedikasikan untuk kepentingan public
sebagai hasil kesepakatan antara pemilik dan pihak pengelola/pemerintah daerah setempat, di
mana pihak pemilik mengizinkan lahannya digunakan untuk kepentingan publik, dengan
mendapatkan kompensasi berupa insentif/disinsentif tertentu, tanpa mengubah status
kepemilikannya.
(4) Sistem Pepohonan dan Tata Hijau, yaitu pola penanaman pohon yang disebar pada ruang
terbuka publik.
(5) Bentang Alam, yaitu ruang yang karakter fisiknya terbuka dan terkait dengan area yang
dipergunakan sebesarbesarnya untuk kepentingan publik, dan pemanfaatannya sebagai bagian
dari alam yang dilindungi. Pengaturan ini untuk kawasan:
(a) Pantai dan laut, sebagai batas yang melingkupi tepian kawasan, menentukan atmosfir dari
suasana kehidupan kawasan, serta dasar penciptaan pola tata
ruang;
(b) Sungai, sebagai pembentuk koridor ruang terbuka;
(c) Lereng dan perbukitan, sebagai potensi pemandangan luas;
(d) Puncak bukit, sebagai titik penentu arah orientasi visual, serta memberikan kemudahan
dalam menentukan arah (tengaran alam).
(6) Area Jalur Hijau, yaitu salah satu ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai area preservasi
dan tidak dapat dibangun. Pengaturan ini untuk kawasan:
(a) Sepanjang sisi dalam Daerah Milik Jalan (Damija);
(b) Sepanjang bantaran sungai;
(c) Sepanjang sisi kiri kanan jalur kereta;
(d) Sepanjang area di bawah jaringan listrik tegangan tinggi;
(e) Jalur hijau yang diperuntukkan sebagai jalur taman kota atau hutan kota, yang merupakan
pembatas atau pemisah suatu wilayah.

Prinsip-prinsip Penataan
Prinsip-prinsip penataan Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau:
(1) Secara Fungsional, meliputi:
(a) Pelestarian ruang terbuka kawasan
Pendistribusian berbagai jenis ruang terbuka yang disesuaikan dengan kebutuhan tipologis
fungsi/peruntukan, sirkulasi dan elemen perancangan lainnya.
(b) Aksesibilitas publik
(i) Penciptaan integrasi sosial secara keruangan bagi semua pengguna (termasuk penyandang
cacat dan lanjut usia) pada berbagai ruang terbuka kawasan yang ada;
( i i ) Penciptaan ruang publik yang dapat diakses secara terbuka (sebesar-besarnya) oleh public
sehingga dapat memperkaya karakter dan integrasi sosial para pemakai ruang kota.
(c) Keragaman fungsi dan aktivitas
(i) Penciptaan ruang yang dapat mengadaptasi dan mengadopsi berbagai aktivitas interaksi
social yang direncanakan, dan tetap mengacu pada ketentuan rencana tata ruang wilayah;
( i i ) Penetapan kualitas ruang yang menyediakan lingkungan yang aman, nyaman, sehat dan
menarik, serta berwawasan ekologis.
(d) Skala dan proporsi ruang yang manusiawi dan berorientasi bagi pejalan kaki
(i) Penciptaan keseimbangan ruang terbuka atau pun ruang terbuka antarbangunan dengan
tema ramah bagi pejalan kaki sekaligus menghidupkan ruang kawasan melalui berbagai
aktivitas pada area pejalan kaki;
( i i ) Penciptaan iklim mikro berskala lingkungan yang memberi kenyamanan dan keserasian
pada area pejalan kaki.
(e) Sebagai pengikat lingkungan/bangunan
Penciptaan ruang terbuka sebagai sarana interaksi dan sosialisasi penghuni, atau pun ruang
pengikat/penyatu antarbangunan kelompok bangunan.
( f) Sebagai pelindung, pengaman dan pembatas lingkungan/bangunan bagi pejalan kaki
Penciptaan ruang terbuka dan tata hijau sebagai pelindung, peneduh, maupun pembatas
antarruang.
(2) Secara Fisik dan Nonfisik, meliputi:
(a) Peningkatan estetika, karakter dan citra kawasan
(b) Kualitas fisik
Perancangan lingkungan yang memenuhi kriteria kenyamanan bagi pemakai, kelancaran
sirkulasi udara, pancaran sinar matahari, tingkat kebisingan, dan aspek
klimatologi lainnya.
(c) Kelengkapan fasilitas penunjang lingkungan
Penyediaan elemen pendukung kegiatan seperti street furniture (kios, tempat duduk, lampu,
material perkerasan elemen, dan lain-lain).
(3) Dari Sisi Lingkungan, meliputi:
(a) Keseimbangan kawasan perencanaan dengan sekitar
(b) Keseimbangan dengan daya dukung lingkungan
(c) Kelestarian ekologis kawasan
(d) Pemberdayaan kawasan
(i) Pengembangan potensi bentang alam sebagai unsur kenyamanan kota dengan
merencanakannya sebagai ruang terbuka bagi publik;
( i i ) Penekanan adanya pelestarian alam dengan merencanakan proteksi terhadap area
bentang alam yang rawan terhadap kerusakan.

1. South Quarter Dome

South Quarter Dome ini merupakan Kawasan milik PT Intiland Development TBK sehingga dapat
disimpulkan untuk Open Space dari Kawasan ini merupakan milik privat yang digunakan untuk
keperluan publik.

Open space terpapar di sekeliling Kawasan yang di fungsikan sebagai tempat untuk
bersosialisasi dengan adanya tempat berkumpul dan dilenngkapi juga dengan kolam untuk
meningkatkan kenyamanan visual.

Susunan bangunan yang memusat ke dome membentuk jalur sirkulasi para pengguna
menghubungakan outdoor dan indoor serta antar bangunan
Bagian dome juga merupakan area semi terbuka sebagai tempat masuk keluarnya mall di lantai
bawah.
Untuk penataan tanaman di letakkan di samping jalan sehingga tidak menghalangi pandangan
para pengunjung. Selain itu, digunakan juga sebagai pembatas visual untuk memberikan kesan
bagi pengguna jalan yang nyaman.

Prinsip : Skala proporsi yang sudah baik bagi pejalan kaki, sebagai pengikat lingkungan dan
bangunan, aksesibilitas yang baik bagi pengguna jalan, adanya penyusunan dan penambahan
beberapa fasilitas seperti kolam dan dome untuk perlindungan dan estetika.

2. Pasific Place in SCBD

Ruang terbuka pada kawasan SCBD salah satunya diletakkan di tengah kawasan sebagai area
resapan air hujan dan dapat dijadikan titik kumpul untuk berbagai acara Bersama. Kawasan
milik PT Danayasa Arthatama TBK merupakan Kawasan privat yang digunakan untuk public.
Sistem pepohonan dan tata hijau ini disusun secara melingkar sehingga menjadikan tanaman
sebagai pembatas.
Untuk Open Space pada Pasific Place sendiri digolongkan ke dalam kategori privat untuk privat
yang hanya diperuntukkan bagi para pengguna hotel Ritz – Calton karena termasuk dalam
fasilitas hotel yang tidak dapat sembarang di akses pengunjung lainnya.
Adapun fasilitas fasilitas pada ruang terbuka ini digunakan sebagai restoran, kolam renang,
lapangan olah raga, dan lainnya. Pemisahan antar ruangannya menggunakan penataan
pepohonan dan tanaman yang membatasi fungsi ruang satu dengan lainnya.

PT Danayasa Arthatama Tbk

Selain sebagai fasilitas penunjang, bagian open space ini menjadi penghubung antar bangunan.

Prinsip : skala proporsi yang baik bagi pejalan kaki,aksesibilitas privat bagi para pengunjung
hotel, adanya bebagai fasilitas pendukung bangunan utama.

3. Central Park
Open Space pada Central Park ini tergolong Privat
untuk public. Untuk Ruang terbuka di central Park
ini dijadikan sebagai area bersosialisasi,
mengadakan acara, dan lainnya. Hal ini
memberikan pengalaman baru bagi para
pengunjungnya untuk menikmati rekreasi di mall
yang dengan suasana alam.
Beberapa penghubung antar mall dengan ruang
terbuka ini yang berupa escalator menunjukkan
ruang terbuka ini mengambil peranan yang
besar dalam Kawasan central park. Area terbuka
ini juga menjadi penghubung antar bangunan
dengan lingkungan sekitarnya dimana semakin
sedikit adanya area hijau pada wilayah
perkotaan Jakarta.

Untuk penataan tanaman sudah cukup rapi


dan jalur pedestrian yang sudah memenuhi
standar.

Selain itu adanya Tribeca yang menyediakan


fasilitas bagi para pengunjung seperti restoran,
tempat gym, pertokoan, dan lainnya membuat
Kawasan Central park ini menjadi satu kesatuan. Adapun, area ini dilengkapi kanopi agar
terlindung dari hujan.

Open Space Lainnya yaitu pada kolam renang


Hotel Pullman dimana bersifat privat untuk
privat bagi para pengguna hotel. Pada area ini
hanya difungsikan sebagai area berenang
dengan akses hanya melalui hotel. Untuk
penataan tanaman cukup jarang, hanya pada
pembatas di sisi ruangan.

Prinsip : Skala proporsi yang sudah baik bagi


pejalan kaki, sebagai pengikat lingkungan dan bangunan, aksesibilitas yang baik bagi pengguna
jalan, adanya beberapa fasilitas seperti kolam dan kanopi untuk perlindungan dan estetika.A
4. Chao Yang Park Plaza
Chaoyang Park Plaza” justru merupakan perluasan dari alam. Ini adalah perpanjangan
dari taman ke kota, menaturalisasikan cakrawala buatan CBD yang kuat, meminjam
pemandangan dari lanskap yang
jauh ─ pendekatan klasik untuk
arsitektur taman Cina, di mana
alam dan arsitektur berbaur satu
sama lain.

Kawasan Chao Yang Park


Plaza ini berhubungan
dengan danau yang
berhubugan dengan konsep
bangunan ini. Open Space
terbentuk di tengah
kumpulan bangunan bangunan dengan pepohonan yang tinggi menyesuaikan dengan skala
Kawasan serta membuat suasana menjadi lebih sejuk
Prinsip : Sebagai pengikat bangunan dan lingkungan, peingkatan citra Kawasan, bentang alam
berupa sungai sebagai batas Kawasan, aksesibilitas public.

5. Da Wa Jing
Kelima menara pembangunan itu cukup jauh dari satu
sama lain, menyediakan ruang publik yang luas dengan
tanaman hijau yang membentang hingga Taman Wangjing
di utara ke lokasi. Desain ini bertujuan untuk menonjolkan
hubungannya dengan tanaman hijau di sekitarnya dan
mendorong akses publik.
Pada Bagian atap dari pameran terbentang
roof garden yang menjadikan bangunan
dengan lingkungan satu kesatuan. Selain itu,
roof garden juga digunakan sebagai tempat
masuknya cahaya ke main lobby

Prinsip : Sebagai pengikat bangunan dan


lingkungan, pembatas antar bangunan, peingkatan citra Kawasan, aksesibilitas public.

6. OXIC Mixed Use Development in Xi'an

Open space ini termasuk dalam kategori ruangan


privat untuk public. integrasi dengan taman yang
berdekatan dicapai melalui teras ruang ritel luar ruang
yang bertingkat, memastikan pejalan kaki terlibat
dengan bangunan dan bahwa bangunan tersebut
terkait dengan lanskap jalanan di sekitarnya. Bentang
alam terintegrasi sebagai bagian dari bangunan
melalui roof garden.
Prinsip : Prinsip : Skala proporsi yang sudah baik
bagi pejalan kaki, sebagai pengikat lingkungan
dan bangunan, aksesibilitas yang baik bagi
pengguna jalan, penggunaan ruang terbuka
sebagai penghubunng antar bangunan dan
memberikan kesan alami kepada para pejalan
kaki.
7. Mission Rock Mixed Use Development
Bagian Open Space pada bangunan terdapan di atas podium
yang dimaksudkan untuk memeberikan activity support
sebagai salah satu kompoen perkotana sambil secara
bersamaan menciptakan teras pribadi dan umum yang
memiliki pemandangan luar biasa ke arah teluk dan pusat
kota. Disini terlihat bahwa teluk menjadi salah satu design
dalam merancang open space

Prinsip : Sebagai pengikat bangunan dan lingkungan,


pembatas antar bangunan, peingkatan citra Kawasan,
aksesibilitas public.

8. K11 Musea
Open Space utama dan menajdi ikon di Kawasan ini
yaitu Salibury Garden yang menghubungkan Hong
Kong Museum of Art dengan Hong Kong Space
Museum. Area ini di fungsikan sebagai tempat untuk
bersosialisai. Seluruh bentuk dari Salibury garden ini
terbentuk dari penataan tanaman sehingga
terciptanya pembatas non- massive. Kawasan ini
menjadi suatu jawaban di suatu perkotaan yang
berperan menjadi third place dan bersifat public.
Prinsip : Sebagai pengikat bangunan dan lingkungan, pembatas antar bangunan, peingkatan
citra Kawasan, aksesibilitas public.
9. Songdo City
Dilihat dari Landuse, area terbuka hijau
terletak di pinggir sekeliling Kawasan dan di
tengah sebagai pusat dari Kawasan mixed
use. Pada bagian terbuka di barat terdapat
laut sebagai pembatas area. Songdo Central
Park berfungsi untuk terhubung ke berbagai
tujuan budaya dan masyarakat dan tepi laut
melalui serangkaian kanal air laut buatan manusia yang diakses
dengan transportasi air. Kombinasi elemen alami dan buatan ini
menjadikan taman ini sebagai jantung budaya dan rekreasi Songdo
Pedestrian

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1999), jalur pejalan kaki merupakan lintasan yang
diperuntukkan untuk berjalan kaki yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada pejalan
kaki. Jalur pejalan kaki dapat berupa trotoar, penyeberangan sebidang (penyeberangan zebra
dan penyeberangan pelican), dan penyeberangan tidak sebidang.

Perencanaan jalur pedestrian yang baik tidak hanya memberi kenyamanan pada para pejalan
kaki, namun juga menambah keindahan kota dengan kesan rapih dan indah.
Lebar jalur pedestrian rata rata yaitu 1.2M - 4M

1. South Quarter Dome


Jalur pedestrian di jalan sekitar south quarter dome ini memiliki jarak yang cukup minim sekitar
1.2 meter pas untuk 2 orang sesuai dengan standar yang telah ditentukan tanpa adanay
aktifitas lainnya. Jalan ini menjadi salah satu akses pejalan kaki menuju kawasan south quarter
dome.

Tangga menjadi salah satu penghubung jalur sirkulasi bagi para pejalan kaki selain ram. Untuk
akses ke bangunan adanya zebra cross yang dinilai kurang efisien dan Tanaman sebagai
Pembatas jalan.

Jalur pedestrian di samping mall memiliki ukuran lebar sekitar 1.5 meter dengan adanya canopy
sebagai pelindung para pengguna jalan dan Plaza di bagian tengah Kawasan. Adapun fasilitas
fasilitas yang disediakan bagi para pengunjung seperti tempat duduk untuk berkumpul dan
beristirahat yang merupakan salah satu street furniture.

2. Pasific Place in SCBD


Pedestrian dikawasan SCBD sangat memadai karena selain menggunakan material yang baik
dan lengkap, kebersihannya juga selalu dijaga karena ada petugas khusus yang mengepel
pedestriannya. Akses pedestrian menuju bangunan Pasific Place ini terdapat pada beberapa sisi
dari bangun dan saling terhubunga dengan bangunan lain di Kawasan SCBD ini. Lebar trotoar
sekitar 1.5 meter yang dibatasi dengan tanaman terhadap jalan raya serta ditunggikan sekitar
30cm dari jalan raya dengan maksud membatasi para pengendara kendaraan motor dalam hal
penggunaan jalan. Namun, untuk rambu rambu yang tergolong masih kurang seperti tidak
adanya petunjuk jalan dan lainnya , hal ini tidak menjadikan pedestrian ini menjadi pedestrian
yang ideal.

Pada bagian atas podium yang digunakan


sebagai fasilitas penunjang hotel memiliki jalu
pedestrian yang terhubung antara fungsi ruang
satu ke yang lain dan memusat di tengah.
Namun, sesuai dengan pengamatan ,pada bagian
pedestrian tengah kurang adanya street
furniture seperti kursi dan pendukung lainnya.

3. Central Park

Di sekitar Central Park tidak terdapat jalur


pedestrian maupun pembatas jalan bagi pejalan
kaki sehingga menjadikan Kawasan mixed use
yang kurang mendukung pejalan kaki.

Bagian dalam area Central Park ini sudah di dukung


dengan adanya jalur pedestrian selebar 2.5 meter
dengan dibatasi bolard berbentuk bulat agar
menyatu dengan bangunan dan pelindung berupa
kanopi serta jalur penyebrangan berupa zebra cross
yang sudah memenuhi aturan.
Pada outdoor yang merupakan bagain bangunan digunakan untuk berbagai fungsi seperti hall,
tempat komersil, dan lainnya dan dihubungkan dengan jalur pedestrian dengan kolam dan
tanaman untuk meningkatkan kenyamanan visual.

4. Chao Yang Park Plaza


Menurut analisis pengamatan, Kawasan
sekitar Chao Yang Park Plaza ini sudah
sangat mendukung bagi pada pejalan
kaki dimana penggunaan material yang
berbeda menjadi pembagi antar jalan
raya dengan jalur pedestrian selebar
kurang lebih 2.5 meter. Penataan
Tanaman dan tata hijau cukup baik
karena tidak menghalangi para
penggguna jalan. Namun, di sisi lain
penggunaan pohon pohon besar bersifat menganggu kenyamanan visual para pengguna
jalana dalam hal penglihatan selain sebagai penyejuk.

5. Da Wa Jing
Pedestrian pada Kawasan Da Wa Jing ini sebagai akses public yang
menghubungkan antar bagunan dengan pola lantai bergaris
memungkinkan mempermudah meresapnya air hujan. Selain itu
pedestrian ini dilengkap dengan tanaman pada bagian tengah yang
selain digunakan untuk penghijuan dapat digunakan juga untuk
area tempat untuk duduk yang termasuk salah satu dari elemen
perancangan kota.
6. OXIC Mixed Use Development in Xi'an

Pedestrian pada bangunan ini berupa


plaza dengan lebar sekitar 3 meter yang
mencakup berbagai fungsi sebagai
tempat berkumpul, komersil, dan
penghubung kota sehinga memberikan
pengalaman bagi pejalan kaki yang
baik. Selain itu, jarak antar bangunan
pun diperhatikan agar tidak menganggu
pandangan bagi para pengguna jalan.
7. Mission Rock Mixed Use Development
Pedestrian Kawasan ini bernilai penting
bagaimana topografi Kawasan tepi laut
dihubungkan dengan daerah perkotaan.
Dengan adanya berbagai street furniture seperti
tempat duduk, tempat parkir sepeda, dan lainnya
membuat Kawasan Mission rock ini lebih hidup
dan mendukung Kawasan yang walkable.

8. K11 Musea
Kawasan dikelilingi jalur
pesedtrian dari entrance hingga
waterfront “Avenue of Stars”
sehhingga terhubung antar satu
dengan lainnya. Pada
pedestrian salibary garden
kurang adanya street furniture
yang medukung Kawasan untuk bersosialisasi. Jalur pedestrian
terbentuk tanpa adanya pembatas massive sehingga terkesan
lebih alami.

9. Songdo International Business District

Berdasarkan pengamatan Pola Jalan di Songdo ini


dominan dengan pola grid. Dimana pola grid dapat
dikatakan lebih efektif dalam pencapaian tujuan yang
dituju sehingga untuk kasus Kawasan mixed use pola ini
menjadi salah satu pilihan yang baik. Semua aktifitas
kawasan dipusatkan pada 1 jalur tengah Kawasan.

Anda mungkin juga menyukai