Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan kardiovaskuler adalah penyakit yang menyerang jantung
dan pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan perubahan anatomi,
gangguan fungsional dan hemodinamis kasus (Hudak, 2010). Riset Kesehatan
Dasar 2018 menyebutkan bahwa prevalensi penyakit gagal jantung meningkat
seiring dengan bertambahnya unur, tertinggi pada umur 65-74 tahun (4,6%)
untuk yang terdiagnosis dokter, meningkat pada umur ≥75 tahun (4,7%),
tetapi untuk yang terdiagnosis dokter atau gejala tertinggi pada umur ≥75
tahun (2,1%). Untuk yang didiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi pada
perempuan (1,6%) dibandingkan laki-laki (1,3%), berdasarkan didiagnosis
dokter atau gejala prevalensi sama banyaknya antara laki-laki dan perempuan
(2,0%) (Kemenkes, 2018). Penyakit jantung yang umum dijumpai adalah
penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, dan gagal jantung.
Gagal jantung atau Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu
kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna
mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat
(Udjiyanti, 2010). Gagal jantung memiliki tanda dan gejala yang penting,
yaitu sesak nafas, batuk, mudah lelah, disfungsi ventrikel, dan kegelisahan
yang diakibatkan oleh gangguan oksigenisasi (Saputra, 2008). Penderita gagal
jantung identik dengan pernafasan cepat, dangkal, dan kesulitan mendapatkan
udara yang cukup (Nurarif, 2016). Penderita akan sering terbangun tengah
malam karena mengalami nafas pendek yang hebat dikarenakan perpindahan
cairan dari jaringan ke dalam kompartemen intravascular akibat posisi
terlentang ketika berbaring, sehingga muncul keluhan kesulitan untuk tidur
(Smeltzer, 2013).
Kualitas tidur merupakan kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga
seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang
dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak,
konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan
sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). Kualitas tidur yang buruk
pada penderita gagal jantung akan memperlama proses pemulihan kondisi
klien sehingga memperpanjang masa long of stay (LOS) di rumah sakit.
Menurut Indrawati (2018) perawat perlu memberikan perhatian khusus
terhadap pasien gagal jantung yang memiliki kualitas tidur yang buruk,
perhatian khusus yang dimaksud adalah dalam hal pengaturan posisi. Hal ini
sangat penting untuk dilakukan pada penderita gagal jantung kongestif karena
salah satu upaya yang dilakukan untuk meminimalkan terjadinya masalah
kesehatan baru untuk memperbaiki kualitas tidur pasien (Sulistiyani, 2012).
Positioning atau menyesuaikan posisi adalah tindakan keperawatan
yang dilakukan dengan cara memberikan pasien posisi tubuh sesuai dengan
hambatan yang diderita dengan tujuan memanajemen keselarasan dan
kenyamanan fisiologis (Tarwoto, 2010). Tujuan dari pemberian posisi untuk
meningkatkan ekspansi paru secara maksimal dan mengatasi kerusakan
pertukaran gas sehingga pasien memperoleh kualitas tidur yang baik
(Muttaqin, 2009). Menurut Naga (2012) pemberian posisi semi fowler akan
mempengaruhi keadaan curah jantung dan pengembangan rongga paru-paru
pasien, sehingga sesak nafas berkurang dan akan mengoptimalkan kualitas
tidur pasien. Pengembangan rongga dada dan paru-paru akan menyebabkan
asupan oksigen membaik, sehingga proses respirasi akan kembali normal.
Hasil penelitian Sulistyowati (2015) menerangkan bahwa posisi tidur
semi fowler menghasilkan kualitas tidur yang lebih baik bagi pasien dengan
gangguan jantung. Selain itu, Merdekawati (2019) juga menyatakan bahwa
posisi semi fowler dapat membantu memanajemen pasien gagal jantung
dengan gangguan tidur dan apnea, karena posisi semifowler membantu
mengurangi aliran balik vena pada pasien dengan gagal jantung yang akan
mengurangi peningkatan dan distensi vena jugularis pada leher penderita.
Berdasarkan kegunaan pengaturan posisi tidur pada pasien dengan
gagal jantung, mendorong penulis untuk melakukan penelitian pengaruh
pemberian posisi semi fowler terhadap perubahan kualitas tidur pada pasien
gagal jantung.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian posisi tidur semi fowler terhadap kualitas
tidur pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang CVCU RSUP
Dr. Mohammad Hosein.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetuhui kualitas tidur pada pasien Congestive Heart Failure
(CHF) sebelum dilakukan pemberian posisi tidur semi fowler
b) Mengetuhui kualitas tidur pada pasien Congestive Heart Failure
(CHF) setelah dilakukan pemberian posisi tidur semi fowler
c) Menganalisis perubahan kualitas tidur pada pasien Congestive Heart
Failure (CHF) sebelum dan sesudah dilakukan pemberian posisi tidur
semi fowler

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Perawat Ruangan
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi perawat dalam
melakukan pemberian posisi tidur untuk meningkatkan kulitas tidur dan
mengurangi sesak nafas pada pasien gagal jantung.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai pemberian posisi tidur semi fowler terhadap kualitas tidur pada
pasien gagal jantung.
3. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan referensi atau acuan
tambahan bila dilakukan penelitian lebih lanjut yang ingin mempelajari
mengenai pengaruh pemberian posisi tidur semi fowler terhadap kualitas
tidur pada pasien gagal jantung.

D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam telaah literatur ini adalah mengumpulkan dan
menganalisis artikel-artikel penelitian mengenai pengaruh pemberian posisi
tidur semi fowler terhadap kualitas tidur pasien Congestive Heart Failure
(CHF). Artikel didapat dari jurnal-jurnal elektronik dari Google Scholar dan
PubMed, menggunakan kata kunci posisi tidur, kualitas tidur dan Congestive
Heart Failure (CHF). Kriteria inklusi telaah literatur ini adalah artikel
diterbitkan antara 2010-2020 dan bisa mengakses full text. Dari pencarian ini
didapatkan 110 artikel yang terkait dengan kata kunci, namun hanya 5
diantaranya yang menjelaskan secara konsisten mengenai pengaruh pemberian
posisi tidur semi fowler terhadap kualitas tidur pada pasien Congestive Heart
Failure (CHF).

Sumber:
Naga, S. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta:
Diva Press.

Saputra, L. (2008). Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Tanggerang: Karisma.

Udjianti, W. J. (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba


Medika.

Sulistiyani, C. (2012). Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Tidur.


Jurnal Kesehatan Masyarakat Undip, 1(2): 1-6.

Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Tarwoto., & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Hudak, C. M., & Gallo, B. M. (2010). Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC

Nurarif, A. H., & Kusuma. H. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
MediAction

Indrawati, L., & Nuryanti, L. (2018). Hubungan Posisi Tidur Dengan Kualitas
Tidur Pasien Congestive Heart Failure. Jurnal Kesehatan Budi Luhur
Cimahi, 11(2): 401-410.

Merdekawati, D., Susanti, F., & Maulani. (2019). Peningkatan Kualitas Tidur
Klien Kardiovaskuler dengan Pengaturan Posisi Tidur. Jurnal Endurance,
4(2): 382-387.

Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart. Jakarta: EGC.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama


RISKESDAS 2018. Jakarta: Kemenkes RI.

Hidayat, A. A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:


Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai