Anda di halaman 1dari 9

ISSN : 1411-0199

Wacana – Vol. 15, No. 3 (2012) E-ISSN : 2338-1884

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Dalam Perencanaan dan


Pelaksanaan Anggaran di Daerah
(Studi Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun)
Nuning Hindriani1.2, Imam Hanafi1.3, Tjahjanulin Domai1.3
1
Program Magister Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya
2
Inspektorat Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Indonesia
3
Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

Abstrak
Tujuan penelitian ini menganalisis dan menginterpretasikan pelaksanaan SPIP dalam perencanaan dan pelaksanaan
anggaran di Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun. Metode penelitian menggunakan jenis deskriptif dengan pendekatan
kualitatif, yaitu metode pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan lembaga yang
menjalankan sistem pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya dengan tehnik
wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan SPIP di Dinas Kesehatan terbatas pada
internalisasi SPIP ke dalam seluruh proses kerja di organisasi, melalui unsur lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Pada Lingkungan Pengendalian, belum didukung
komitmen pimpinan untuk menerapkan SPIP sesuai dengan ketentuan yang berlaku; Penilaian Risiko, belum dilakukan
pemetaan yang terdokumentasi; Kegiatan Pengendalian, pelaksanaan review masih terbatas pada formalitas
pemenuhan terhadap permintaan data dari DPKD; informasi sebagai alat komunikasi yang efektif dengan tingkat akurasi
tinggi melalui laporan-laporan program/kegiatan menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan perencanaan selanjutnya,
namun masih diperlukan adanya pembaharuan-pembaharuan dalam sistem informasi yang digunakan; dan
Pemantauan dilakukan sebagai upaya meminimalisir penyimpangan dan efektifitas pencapaian tujuan organisasi,
namun tindaklanjut rekomendasi monitoring oleh APIP masih belum mendapatkan prioritas dalam penanganannya.
Proses internalisasi SPIP perlu di dukung dengan penerapan hard control berupa Standard Operating Procedure (SOP)
dan Satuan Tugas (SATGAS) implementasi SPIP. Sehingga dapat menjamin pengelolaan keuangan yang handal, melalui:
1) Penguatan komitmen pimpinan dan semua pihak; 3) Pelaksanaan review sebagai bahan acuan perbaikan tahun yang
akan datang; 4) Melakukan inovasi-inovasi baru dalam penerapan teknologi informasi, dan 5) memperhatikan
rekomendasi tindak lanjut monitoring oleh APIP.
Kata Kunci: kabupaten madiun, pelaksanaan anggaran, SPIP, wawancara


Abstract
The purpose of this research to analyze and interpret the implementation of the Government Internal Control System in
planning and budget implementation in Madiun District Health Department. The Method of research uses a type of
descriptive with a qualitative approach, the problem solving methods are investigated by describing the state agency
that runs the system at the present time based on the facts or as they appear with interview techniques and study
documents. Result of this research is the implementation of the SPIP in Health Department is limited to SPIP
internalization into the whole process of working in the organization, through the elements of the control environment,
risk assessment, control activities, information and communication, and monitoring. On Environmental Control, has not
supported the leadership's commitment to implement the SPIP in accordance with applicable regulations; Risk
Assessment, the mapping has not documented; Activities Control, the implementation of the review is limited to
compliance with the formalities of DPKD data request, information as an effective means of communication with the
level of high accuracy through reports program / activity to be an evaluation for further improvement of the planning,
but still needed reforms in the information systems used, and monitoring is done in an effort to minimize aberrations
and effectiveness of the achievement of organizational goals, but the follow-on monitoring by APIP still do not get
priority in handling. SPIP internalization process needs to be supported by the application of a hard control Standard
Operating Procedure (SOP) and the Task Force SPIP implementation. So as to ensure a reliable financial management,
through: 1) Strengthening the leadership and commitment of all parties; 3) Implementation of the review as a reference
material improvements coming year; 4) Conduct new innovations in the application of information technology, and 5)
the recommendation of the follow- Further monitoring by APIP.
Keywords: budget implementation, interview, madiun district, SPIP

Alamat korespondensi:
Nuning Hindriani
Email : n_hindriani@yahoo.com
Alamat : Jl. Alun-alun Utara No. 4 Madiun

1
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (Hindriani, et al.)

PENDAHULUAN Sistem pengendalian intern juga dibutuhkan


Semangat reformasi birokrasi dimaknai pemerintah daerah dalam mencapai tujuan
sebagai penataan ulang terhadap sistem organisasinya. Pemerintah daerah melakukan
penyelenggaraan pemerintahan yang pengendalian untuk dapat memantau
menerapkan prinsip-prinsip transparansi dan pelaksanaan kegiatan sehingga lebih menjamin
akuntabilitas yang merupakan bagian dari Good pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Governance secara konsisten. Akuntabilitas Adapun tujuan SPIP pada Pemerintah Daerah
dilaksanakan melalui pengelolaan dan akan tercapai dengan diimplementasikannya
pertanggungjawaban keuangan daerah yang unsur-unsur dan sub unsur-sub unsur SPIP di
dilakukan melalui pelaksanaan pengawasan lingkungan Pemerintah Daerah yaitu Lingkungan
keuangan daerah oleh unit-unit pengawasan Pengendalian, Penilaian Resiko, Kegiatan
internal maupun eksternal yang ada atau Pengendalian, Informasi dan Komunikasi, dan
tindakan pengendalian oleh masing-masing Pemantauan Sistem Pengendalian Intern [7].
instansi pemerintah [2]. Dalam Reviu Keuangan Pemerintah Daerah
Dalam sistem penganggaran, setiap Kabupaten Madiun Tahun 2012 yang merupakan
pengeluaran anggaran harus memiliki acuan dan penelaahan keandalan sistem pengendalian
kerangka yang jelas alasan munculnya suatu intern dalam penyajian laporan keuangan, dan
mata anggaran, selanjutnya proses perencanaan kesesuaian laporan keuangan dengan Standar
dan penganggaran daerah membutuhkan sistem Akuntansi Pemerintahan, diperoleh adanya
pengendalian agar perencanaan dan koreksi-koreksi yang perlu dilakukan dalam
penganggaran yang telah dibuat dapat kesesuaiannya dengan SPI, yaitu 1) kelemahan
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Mengacu resiko, dalam hal ini adanya kesalahan
pada tujuan tersebut proses perencanaan daerah penganggaran, SPJ yang belum diselesaikan
memiliki hubungan dengan sistem pengendalian sesuai dengan katentuan yang berlaku, belum
keuangan yang diatur dalam Undang-undang adanya regulasi terkait dengan piutang pajak,
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem retribusi, dana revolving; dan 2) aktivitas
Perencanaan Pembangunan Nasional [18]. penganggaran, dalam hal ini ketidakseragaman
Di antara alat ukur keberhasilan dari kinerja laporan keuangan oleh SKPD [7].
suatu pemerintahan adalah dengan melihat Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun sebagai
berapa besarnya kemampuan untuk menyerap instansi yang melaksanakan tugas-tugas otonomi
anggaran yang telah direncanakan di dalam di bidang kesehatan memiliki visi misi SKPD yang
ABPD. Daya serap anggaran merupakan tolak diselaraskan dengan visi misi daerah dengan
ukur kinerja finansial pemerintah daerah, pelaksanaan program-program kegiatan yang
sekaligus menggambarkan kualitas perencanaan sesuai dengan perencanaan dan ketentuan
pembangunan di daerah [1]. peraturan perundang-undangan yang berlaku
Seperti yang disampaikan dalam penjelasan serta dilaporkan dalam laporan keuangan SKPD
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 yang handal dan akuntabel. Namun dalam
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pelaksanaan program-program kegiatannya
bahwa pengelolaan keuangan daerah yang lebih masih terdapat penyerapan anggaran yang tidak
akuntabel dan transparan dapat dicapai jika sesuai target dan terkonsentrasi pada akhir tahun
seluruh jajaran pimpinan di daerah anggaran [7].
menyelenggarakan kegiatan pengendalian atas Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik
keseluruhan kegiatannya mulai dari untuk menganalisis pelaksanaan Sistem
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai Pengendalian Intern Pemerintah dalam
dengan pertanggungjawaban secara tertib, perencanaan dan pelaksanaan anggaran.
terkendali, efektif dan efisien. Untuk itu Sistem Pengendalian Intern
dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberi Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1989
keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan
kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapat Melekat, sistem pengendalian internalnya
mencapai tujuannya secara efektif dan efisien, menggunakan pengawasan melekat atau sistem
melaporkan pengelolaan keuangan daerah secara pengendalian manajemen. Disini pelaksanaan
andal, mengamankan aset daerah, mendorong pengendalian lebih menitikberatkan pada
ketaatan terhadap peraturan perundang- komponen peraturan, sistem, prosedur atau
undangan. kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
(hard control). Karena Pengawasan Melekat

2
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (Hindriani, et al.)

masih merupakan tools dan bersifat statis serta tentang SPIP adalah sebagai petunjuk
tidak bisa mengikuti perkembangan jaman, pelaksanaan dari Paket Reformasi Keuangan
terutama perkembangan teknologi dan Negara menuju Good Governance atau tata
informasi, sehingga belum mampu menciptakan kelola yang baik dan Good Geverment.
tata kelola yang baik dan tata kelola yang bersih. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Aparat pemerintah dituntut untuk mampu diadopsi dari konsep internal control yang
menciptakan birokrasi yang kuat untuk menuju dikeluarkan oleh COSO (The Committee of
cita-cita yang diharapkan melalui penerapan Sponsoring Organizations of the Treadway
pengendalian intern yang tercakup dalam Commission) yang berusaha meningkatkan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 kinerja dan tata kelola organisasinya
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menggunakan Manajemen Risiko Terpadu
(SPIP) yang lebih menitikberatkan pada soft (Enterprise Risk Management), Pengendalian
controlnya meliputi etika, moral, integritas, Intern (Internal Control) dan Pencegahan
kejujuran, disiplin, kompetensi, komitmen dan Kecurangan (Fraud Detterence). COSO memiliki
perangkat lunak lainnya. SPIP diadopsi dari COSO prinsip dasar good risk management and internal
Internal Control Framework dengan dilakukan control are necessary for long term success of all
penyesuaian-penyesuaian dengan kebutuhan dan organizations [16].
karakteristik pemerintahan di Indonesia. SPIP ini Unsur-unsur yang ada dalam SPIP mengacu
bersifat integrated dan merupakan suatu proses pada unsur SPI yang telah dipraktekkan di
yang terus menerus dilakukan oleh Instansi lingkungan pemerintahan di berbagai negara
Pemerintah serta bersifat dinamis dan seiring yang meliputi Lingkungan Pengendalian,
dengan perkembangan jaman. Penilaian resiko, Kegiatan Pengendalian,
Moeller (2007, 4) menuliskan pengertian internal Informasi dan Komunikasi, Pemantauan
control menurut COSO [11]: Pengendalian Intern.
“Internal control is a process, affected by an Menurut Moeller (2007: 4-5), model
entity's board of directors, management, internal control versi Coso dapat digambarkan
and other personnel, designed to provide sebagai rubic cube, dimana penerapan kelima
reasonable assurance regarding the unsurnya saling menguatkan disesuaikan dengan
achievement of objectives in the following bentuk organisasinya dengan kepatuhan
categories: pelaporan operasi keuangan melalui kegiatan
- effectiveness and efficiency of operations, yang efektif dan efisien, keandalan laporan
- reliability of financial reporting, keuangan, pengamanan aset, dan ketaatan
- compliance with applicable laws and peraturan [11].
regulations”
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
U
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun U n
2008 ini dilandasi pada pemikiran bahwa Sistem U n i
Pemantauan n i t
Pengendalian Intern melekat sepanjang kegiatan, U
i t D
n
dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta i t C
Informasi dan Komunikasi B
hanya memberikan keyakinan yang memadai, t
A
bukan keyakinan mutlak.
Kegiatan Pengendalian
Berdasarkan pemikiran tersebut,
dikembangkan unsur Sistem Pengendalian Intern Penilaian Risiko
yang berfungsi sebagai pedoman
penyelenggaraan dan tolok ukur pengujian Lingkungan Pengendalian

efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian


Intern. Pengembangan unsur Sistem Sumber: Forum Penanaman Modal
Pengendalian Intern perlu mempertimbangkan Gambar 1. Mekanisme Sistem Pengendalian
aspek biaya- manfaat (cost and benefit), sumber Intern Pemerintah
daya manusia, kejelasan kriteria pengukuran Pengelolaan Keuangan
efektivitas, dan perkembangan teknologi Teori keagenan (Agency Theory)
informasi serta dilakukan secara komprehensif. menjelaskan hubungan prinsipal dan agen yang
Alasan atau latar belakang diterbitkannya menganalisis susunan kontraktual di antara dua
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008

3
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (Hindriani, et al.)

atau lebih individu, kelompok, atau organisasi. jawaban yang diwawancarai, bila hasil jawaban
Principal membuat suatu kontrak, baik secara yang telah dianalisis terasa belum memuaskan,
implisit maupun eksplisit, dengan agent dengan peneliti dapat melanjutkan pertanyaan lagi
harapan bahwa agen akan bertindak/melakukan hingga diperoleh data yang dianggap kredibel.
pekerjaan seperti yang dinginkan oleh prinsipal, Model analisis data yang digunakan adalah
dalam hal ini terjadi pendelegasian wewenang model interaktif melalui tahapan [10]:
[6]. 1) Reduksi data, dengan melakukan abstraksi
Hubungan keagenan di lingkungan yang merupakan usaha membuat rangkuman
pemerintah daerah memiliki dual accountability, inti, data dipilah-pilah dan disederhanakan,
yaitu hubungan keagenan antara legislatif difokuskan pada proses pelaksanaan SPIP
(principal) dan eksekutif (agent), dan hubungan pada perencanaan anggaran dan proses
keagenan antara legislatif (agent) dan publik pelaksanaan SPIP pada pelaksanaan
(prinsipal). Terkait dengan anggaran, teori agensi anggaran. Untuk data-data yang tidak
dapat dilihat pada hubungan eksekutif dan diperlukan disortir untuk dapat memberikan
legislatif. kemudahan dalam penyajian dan penarikan
Dalam pengelolaan keuangan, undang- kesimpulan sementara.
undang di Indonesia memisahkan dengan tegas Reduksi data merupakan bagian dari analisis,
antara fungsi pemerintah (eksekutif) dengan pemilihan terhadap potongan-potongan data
fungsi perwakilan rakyat (legislatif). Berdasarkan untuk diberi kode, memilahnya dalam
pembedaan fungsi tersebut, eksekutif melakukan kategori-kategori dalam persamaan makna
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan atas yang terkandung pada setiap kalimat atau
anggaran, yang merupakan manifestasi dari paragraf berdasarkan pada teori-teori yang
pelayanan kepada publik, sedangkan legislatif ada atau hasil penelitian terdahulu. Data
berperan aktif dalam melaksanakan legislasi, hasil wawancara dipilah dan disisihkan
penganggaran, dan pengawasan. menurut kelompok data perencanaan dan
Anggaran daerah merupakan rencana pelaksanaan anggaran dan disusun sesuai
keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan dengan kategori yang sejenis untuk
pelayanan publik. Di Indonesia dokumen ditampilkan sesuai dengan subunsur-
anggaran daerah disebut anggaran pendapatan subunsur SPIP sebagai pilihan-pilihan analitis.
dan belanja daerah (APBD) yang proses 2) Pengelompokan data perencanaan dan
penyusunannya melibatkan dua pihak: eksekutif pelaksanaan anggaran disajikan dalam data
dan legislatif melalui sebuah tim atau panitia display berbentuk teks yang bersifat naratif.
anggaran. Dalam perspektif keagenan, hal ini Unsur dan sub unsur penyajian data
merupakan bentuk kontrak (incomplete dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti
contract), yang menjadi alat bagi legislatif untuk untuk melihat gambaran secara keseluruhan
mengawasi pelaksanaan anggaran oleh eksekutif. atau bagian-bagian tertentu dari penelitian
atau merupakan pengorganisasian data ke
METODE PENELITIAN dalam bentuk tertentu sehingga kelihatan
Sesuai dengan permasalahan penelitian, dengan sosoknya yang lebih utuh.
jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif 3) Penarikan Kesimpulan/Verifikasi, merupakan
dengan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur proses untuk menarik kesimpulan dari
pemecahan masalah yang teliti dengan kategori-kategori data yang telah direduksi
menggunakan cara memaparkan data yang dan disajikan pada sintesisasi kesimpulan
diperoleh dari wawancara, pengamatan sementara untuk menuju pada kesimpulan
kepustakaan dan pengamatan lapangan, akhir yang mampu menjawab permasalahan
kemudian dianalisa dan diinterpretasikan dengan yang dihadapi. Penarikan kesimpulan awal
memberikan kesimpulan [12]. dapat bersifat tentatif, kabur dan diragukan,
Analisis data dilakukan sejak sebelum untuk itu diperlukan adanya verifikasi secara
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan terus-menerus dengan menguji validitasnya
setelah selesai di lapangan, yaitu Dinas sehingga diperoleh kesimpulan yang kredibel
Kesehatan Kabupaten Madiun. Pada saat dengan membandingkan informasi dari hasil
wawancara dengan orang-orang yang wawancara dengan data pengamatan dan
membidangi perencanaan anggaran dan yang data pustaka, melakukan wawancara terpisah
melaksanakan anggaran sebagai informan, untuk informasi yang sama pada waktu yang
peneliti sudah melakukan analisis terhadap

4
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (Hindriani, et al.)

berbeda, serta membandingkan simpulan 1. Lingkungan Pengendalian


sementara dengan hasil penelitian terdahulu. Untuk mendapatkan lingkungan pengendalian
yang baik diperlukan adanya pemenuhan sub
HASIL DAN PEMBAHASAN unsur [8]:
Pengawasan intern merupakan salah satu 1) Penegakan integritas dan nilai-nilai melalui
bagian dari kegiatan pengendalian intern yang kode etik keprofesiannya, nilai-nilai etika yang
berfungsi melakukan penilaian independen atas berlaku secara umum di masyarakat, dan
pelaksanaan tugas dan fungsi instansi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
pemerintah. Moeller (2007, 4) menyampaikan tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
pendapat bahwa pengendalian intern dapat 2) Diperlukan sumber daya manusia yang
dilihat sebagai proses yang terintegrasi pada kompeten, melalui proses rekrutmen sebagai
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara pegawai dengan mengisi formasi yang
terus menerus oleh pimpinan dan seluruh dibutuhkan sesuai dengan jenjang pendidikan
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai dan keahlian calon pegawai.
atas tercapainya tujuan organisasi melalui 3) Pengendalian memerlukan adanya pemimpin
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan yang kondusif, dimana pimpinan tahu kapan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, harus menjadi seorang pemimpin yang
dan ketaatan terhadap peraturan perundang- memberikan arahan kepada bawahannya,
undangan yang dapat dilihat pada perencanaan dan kapan harus menjadi tempat yang tepat
dan pelaksanaan anggaran [11]. bagi bawahannya untuk mengkomunikasikan
Unsur Sistem Pengendalian Intern harus kendala-kendala yang dihadapinya.
dapat berfungsi sebagai pedoman 4) Pembentukan struktur organisasi sesuai
penyelenggaraan dan tolok ukur pengujian dengan Peraturan Bupati Kabupaten Madiun
efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Nomor 29 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok
Intern. Pengembangan unsur Sistem Dan Fungsi Dinas Kesehatan.
Pengendalian Intern perlu mempertimbangkan 5) Pendelegasian wewenang dan tanggung
aspek cost and benefit, sumber daya manusia, jawab dilakukan dengan memberikan Surat
kejelasan kriteria pengukuran efektivitas, dan Tugas dan Surat Keputusan yang ditetapkan
perkembangan teknologi informasi serta oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas pokok
dilakukan secara komprehensif. dan fungsinya.
Pengembangan SPIP pada setiap Satuan 6) Penyusunan dan penerapan kebijakan yang
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) memerlukan sehat tentang pembinaan SDM melalui
adanya Standard Operating Procedure (SOP). pelaksanaan diklat-diklat penjenjangan
Namun sampai dengan penelitian dilakukan, ataupun pendidikan dan pelatihan teknis bagi
Dinas Kesehatan belum menyusun SOP. aparatur dan tenaga kesehatan di Puskesmas-
Pelaksanaannya terbatas pada internalisasi SPIP puskesmas serta kader-kader kesehatan di
ke dalam seluruh proses kerja di organisasi. desa/kelurahan. Penerapan kebijakan ini
Pengendalian dilaksanakan untuk mengetahui dapat dilihat dari prosentase anggaran untuk
kejadian-kejadian atau kendala yang dihadapi kegiatan peningkatan kapasitas aparatur.
pada saat pelaksanaan yang sebelumnya tidak 7) Penegakan lingkungan pengendalian yang
terpikirkan pada saat menyusun perencanaan, kondusif juga dilakukan oleh Inspektorat
sehingga dapat segera dicari solusinya untuk sebagai early warning system yang
mengurangi adanya kemungkinan resiko memberikan pembinaan terhadap
kegagalan suatu kegiatan. pelaksanaan pengelolaan kepegawaian,
Menurut Moeller (2007, 4) pengendalian anggaran, dan aset daerah.
intern sebagai rubic cube merupakan penerapan 8) Kerjasama dengan instansi-instansi terkait
lima unsur yang saling menguatkan, disesuaikan juga perlu dilakukan, seperti dengan Dinas
dengan bentuk organisasinya melalui kegiatan Pendidikan, Kepolisian, Desa/Kelurahan
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan dalam bentuk pemberian
keuangan, pengamanan aset negara, dan sosialisasi/penyuluhan/pelatihan atau
ketaatan terhadap peraturan perundang- sebagai saksi ahli.
undangan yang dapat dilihat pada perencanaan Penegakan lingkungan pengendalian ini
dan pelaksanaan anggaran [11]. merupakan bentuk soft control dari para
pelaksana kegiatan sebagaimana yang
disampaikan Boynton and Kell (1992), bahwa

5
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (Hindriani, et al.)

lingkungan pengendalian menentukan irama Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang


sebuah organisasi, membentuk kesadaran Milik Daerah.
pengendalian dari orang-orangnya dan 5) Penetapan dan review atas indikator dan
menjadikannya sebagai dasar dari semua unsur ukuran kinerja menngunakan Standar
pengendalian intern dengan penegakan disiplin Pelayanan Minimal, Millenium Development
dan tata kelolanya [3]. Goals, Analisis Standar Biaya, dan indikator-
2. Penilaian resiko indikator lainnya.
Langkah awal dalam mengelola risiko 6) Pemisahan fungsi dilakukan berdasarkan tugas
dengan baik adalah melakukan Risk Assessment pokok dan fungsi masing-masing pada
(identifikasi dan evaluasi risiko yang melekat Peraturan Bupati Kabupaten Madiun Nomor
pada organisasi) sehingga menghasilkan daftar 29 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok Dan
pemetaan dan kuantitas risiko serta daftar Fungsi Dinas Kesehatan. Halim dan Abdullah
respon risiko [17]. Namun, pada Dinas Kesehatan (2006) dalam teori keagenan, Dinas
pelaksanaannya masih berupa mengenali resiko- Kesehatan sebagai kepanjangan tangan dari
resiko dan bagaimana cara mengatasinya dari eksekutif melakukan perencanaan,
hasil evaluasi kegiatan-kegiatan sebelumnya. pelaksanaan dan pelaporan atas anggaran
Menurut Utoyo (2011), untuk dapat dinas yang merupakan manifestasi dari
meningkatkan kinerja dan tata kelola organisasi pelayanan publik bidang kesehatan dengan
diperlukan adanya penyatuan Manajemen Risiko melaksanakan pemisahan fungsi untuk
Terpadu (Enterprise Risk Management), melaksanakan tugas pokok yang diembannya
Pengendalian Intern dan Pencegahan Kecurangan dengan memberikan pertanggungjawaban
(Fraud Detterence) [16]. Prinsip dasar atas pelaksanaannya.
pengendalian internal versi COSO adalah good 7) Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang
risk management and internal control are penting dilakukan oleh Pejabat Pelaksana
necessary for long term success of all Teknis Kegiatan (PPTK) yang dibantu oleh
organizations [16]. bendahara pembantu dalam menatausahakan
3. Kegiatan Pengendalian setiap belanja yang dilakukan untuk
Kegiatan pengendalian dilakukan melalui: mendukung terlaksananya kegiatan sesuai
1) Penetapan kebijakan dan prosedur tertulis dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
serta mengevaluasi kegiatan pengendalian Nomor 13 Tahun 2006.
tersebut secara teratur untuk memastikan 8) Pencatatannya yang akurat, tepat waktu
akurasi dan kelengkapan informasi bahwa dilakukan melalui BKU, Kartu Kendali
kegiatan masih sesuai dan berfungsi seperti Kegiatan, dan bentuk pencatatan lainnya.
yang diharapkan. Yuwono, dkk (2005) menyampaikan bahwa
1) Review atas kinerja Dinas Kesehatan dilakukan pengendalian memiliki karakteristik donor
sebatas formalitas untuk memenuhi restriction, yaitu sistem akuntansi yang dapat
kebutuhan permintaan data oleh DPKD. memberikan jaminan bahwa sumber daya
2) Pembinaan SDM dengan memberikan rewards digunakan untuk kegiatan dengan tujuan
berupa promosi dan mengikuti pendidikan / spesifik.
pelatihan yang ditawarkan / direncanakan 9) Pembatasan atas akses sumber daya dan
dalam program / kegiatan di intern SKPD. Dan pencatatannya terbatas kepada yang memiliki
punnishment berupa sanksi oleh atasan kepentingan terhadap pembuatan laporan.
langsung ataupun melalui pemanggilan 10) Akuntabilitas terhadap sumber daya dan
langsung oleh Inspektorat. pencatatannya mengacu pada Standar
3) Pengendalian atas pengelolaan sistem Akuntasi Pemerintah (SAP)
informasi dilakukan oleh satu seksi yang 11) Pencatatan dibuat laporan yang akuntabel
bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan terdokumentasi dengan baik dan bersifat
jaringannya dan sebagai pengelola digunakan transparan. Laporan-laporan tidak hanya
operator secara khusus untuk bersifat laporan anggaran saja.
menjalankannya dan mendapatkan informasi 4. Informasi dan Komunikasi
yang dibutuhkan sebagai bahan evaluasi. Sarana informasi dan komunikasi yang
4) Pengendalian fisik atas aset dilakukan dengan digunakan oleh Dinas Kesehatan adalah Simda
penatausahaan aset sesuai dengan Peraturan untuk pengelolaan keuangan daerah yang
Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 berhubungan langsung dengan Dinas Pendapatan
dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD),

6
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (Hindriani, et al.)

Simbada untuk pengelolaan aset daerah yang karena pelaksanaan anggaran telah diatur
terhubung langsung dengan Bagian Perlengkapan dengan prosedur pelaksanaan [5].
Sekretariat Daerah, dan Simpustronik yang Evaluasi kegiatan diselenggarakan melalui
terhubung langsung dengan puskesmas. Dengan penilaian sendiri dan aparat pengawasan internal
adanya sistem informasi yang berbasis komputer (Inspektorat) atau pihak eksternal (BPK). Evaluasi
ini, laporan dapat disampaikan secara tepat yang dilakukan oleh Inspektorat dalam bentuk
waktu dengan tingkat akurasi yang tinggi dan pemeriksaan reguler/insidental sebagai aerly
selalu melakukan pembaharuan dan pelatihan warning system terhadap pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan perkembangan kebutuhan [7]. di Dinas, dengan menerbitkan Laporan Hasil
Suatu organisasi membutuhkan jalinan Pemeriksaan (LHP) untuk ditindak lanjuti. Namun
komunikasi yang intensif antar komponennya untuk Dinas Kesehatan belum memberikan
dengan informasi yang berkualitas. Menurut respon tindak lanjut rekomendasi hasil
Yuwono (2005), pengendalian dapat dilakukan pemeriksaan tahun sebelumnya.
dengan sistem akuntansi dengan menerapkan Pemantauan dilakukan untuk meminimalisir
sistem informasi akuntansi dan berbagai bentuk penyimpangan dan efektifitas pencapaian tujuan
aplikasi komputer dengan karakteristik double organisasi. Besar kecilnya aktivitas pemantauan
entry yang bertujuan untuk mendapatkan yang diperlukan suatu organisasi tergantung dari
informasi yang lebih reliabel [18]. Sehingga, keempat unsur SPIP yang lain. Sinamo (2010: 24)
dalam menghadapi resiko yang mungkin muncul mengartikan pemantauan sebagai proses menilai
dapat dipecahkan dengan informasi yang kualitas kinerja pengendalian intern dalam
berkualitas dan terkomunikasikan dengan baik suatu periode tertentu yang mencakup
untuk dapat dilakukan pengambilan keputusan penilaian design, operasi pengendalian, dan
yang tepat. melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan
5. Pemantauan melalui pemantauan berkelanjutan (on going
Pemantauan diselenggarakan melalui monitoring), evaluasi terpisah (separate
kegiatan monitoring/kontrol pengelolaan rutin evaluation), dan tindak lanjut rekomendasi hasil
terkait dalam pelaksanaan tugas baik oleh atasan audit dan reviu lainnya [15].
langsung maupun kontrol dalam bentuk
koordinasi antar bidang untuk memberikan KESIMPULAN DAN SARAN
masukan-masukan, pemanggilan secara langsung Kesimpulan
oleh kepala dinas jika membutuhkan informasi Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
terkait dengan permasalahan yang ada. Lebih Pemerintah di Dinas Kesehatan terbatas pada
lanjut disampaikan bahwa kontrol dibentuk oleh internalisasi SPIP ke dalam seluruh proses kerja di
lingkungan, artinya lingkungan yang organisasi, melalui unsur:
mengendalikan, bagaimana seorang pimpinan 1) Lingkungan Pengendalian, dengan telah
harus bersikap terhadap bawahannya, dan diterapkannya sebagai soft control dan
sebaliknya, sehingga komunikasi yang terjadi mendapatkan porsi terbesar untuk
antara atasan dan bawahan menjadi salah satu membangun etika, moral, integritas,
bentuk kontrol yang dilakukan secara dini [7]. kejujuran, disiplin, kompetensi, komitmen
Sependapat di atas disampaikan pula oleh dari para pelaksana kegiatan untuk dapat
Budiharto (2008: 13) bahwa pengawasan melekat melaksanakan tata kelola yang didukung
(built in control) adalah proses pemantauan, dengan hard control yang baik. Disini masih
pemeriksaan dan evaluasi atasan langsung kurang adanya komitmen dari Kepala Dinas
"terhadap pekerjaan " dan "hasil kerja" untuk menerapkan SPIP sesuai dengan
bawahannya, agar dapat mencegah terjadinya ketentuan yang berlaku.
penyalahgunaan wewenang dan penyimpangan 2) Penilaian Resiko, dengan sub unsur
dari ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan identifikasi dan analisa resiko yang telah
dan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dilakukan, namun belum dilakukan pemetaan
[4]. Hasil penelitian Fuadi (2008: 15) juga yang terdokumentasi.
menunjukkan bahwa dalam pengawasan 3) Kegiatan Pengendalian, dimana pelaksanaan
preventif dijadikan sebagai pengendalian awal review masih terbatas pada formalitas
terhadap pelaksanaan anggaran. Dengan pemenuhan terhadap permintaan data dari
demikian realisasi anggaran yang dilakukan akan DPKD.
lebih terarah dalam pencapaian sasaran 4) informasi sebagai alat komunikasi yang efektif
anggaran dan penyimpangan lebih terminimalisir dengan tingkat akurasi yang tinggi yang

7
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (Hindriani, et al.)

disampaikan dalam laporan-laporan Pembangunan, Program Pascasarjana


program/kegiatan menjadi bahan evaluasi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
untuk perbaikan perencanaan selanjutnya.
[3]. Boynton, William C. And Walter G. Kell,
Namun demikian masih diperlukan adanya
1992. Modern Auditing. New York: Wiley.
pembaharuan-pembaharuan dalam sistem
informasi yang digunakan. [4]. Budiharto, Priyo, 2008. Analisis Kebijakan
5) Pemantauan dilakukan sebagai upaya Pengawasan Melekat di Badan Pengawas
meminimalisir penyimpangan dan efektifitas Propinsi Jawa Tengah. Dialogue, 5 (1). Pp. 1-
pencapaian tujuan organisasi. Namun 20 ISSN 1693-8399 .Melalui
tindaklanjut rekomendasi monitoring oleh http://eprints.undip.ac.id/4682/
APIP masih belum mendapatkan prioritas
dalam penanganannya. [5]. Fuadi, Arif, 2008. Pengaruh Pengawasan
Saran Prefentif dan Pengawasan Detektif
Berdasarkan kesimpulan di atas, proses Terhadap Efektivitas Pengendalian
internalisasi SPIP perlu didukung dengan Anggaran (Studi empiris pada Satuan Kerja
penerapan hard control, untuk itu perlu adanya Perangkiat Daerah di Kota Bukittinggi).
perangkat pendukung berupa Standard Jurnal Akuntansi: Vol. 1, No. 1 (2013).
Operating Procedure (SOP) dan Satuan Tugas Melalui
(Satgas) implementasi SPIP. Pelaksanaan SPIP http://ejournal.unp.ac.id/students/index.ph
dapat menjamin pengelolaan keuangan yang p/akt/article/view/115
handal, melalui unsur: [6]. Halim, Abdul dan Syukriy Abdullah. 2006.
1) Lingkungan Pengendalian dengan komitmen “Hubungan dan Masalah Keagenan di
yang kuat dari pimpinan dan semua pihak Pemerintahan Daerah: (Sebuah Peluang
untuk menjadikan SPIP sebagai sarana untuk Penelitian Anggaran dan Akuntansi)”. Jurnal
mencapai tujuan organisasi yang lebih baik. Akuntansi Pemerintah, hal. 53-64.
2) Penilaian Risiko dengan pemetaan yang
terdokumentasi. [7]. Hindriani, Nuning, 2012. Sistem
3) Kegiatan Pengendalian dengan pelaksanaan Pengendalian Intern Pemerintah dalam
review menjadi acuan dalam mengevaluasi Perencanaan dan Penyerapan Anggaran di
untuk perbaikan tahun yang akan datang. Daerah (Studi pada Dinas Kesehatan
4) Informasi dan Komunikasi dengan melakukan Kabupaten Madiun). Tesis Magister
inovasi-inovasi baru dalam penerapan Administrasi Publik, Program Pascasarjana
teknologi informasi dengan segera Universitas Brawijaya, Malang.
merealisasikan rencana pembuatan sistem
[8]. Mahmudi, 2010. Analisis Laporan Keuangan
informasi untuk pengelolaan keuangan di
Pemerintah Daerah: Panduan Bagi
Puskesmas dan UPT lainnya, dan
Eksekutif, DPRD, dan Masyarakat dalam
5) Pemantauan, dengan memperhatikan
Pengambilan Keputusan Ekonomi, Sosial
rekomendasi tindak lanjut monitoring oleh
dan Politik. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
APIP sehingga efektivitas pencapaian tujuan
organisasi dapat terwujud. [9]. ---------------, 2010. Manajemen Keuangan
Daerah. Jakarta: Erlangga.
DAFTAR PUSTAKA [10]. Miles, Matthew B, dan Michael Huberman,
2009. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
[1]. Abdullah, Syukriy, 2009. Rendahnya Tentang Metode-Metode Baru.
Serapan APBD: Apa Akar Masalahnya?. Diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi.
Melalui http://syukriy.wordpress.com/2009 Jakarta: UI Press.
/12/25/rendahnya-serapan-apbd-apa-akar-
masalahnya/ [11]. Moeller, Robert R., 2007. COSO Enterprise
Risk Management: Understanding The New
[2]. Arieswibowo, Darmadi, 2009. Control Self- Integrated ERM Framework. New Jersey:
Assessment atas Sistem Pengendalian John Wiley & Sons, Inc.
Intern Mekanisme Pencairan Dana Pada
Bendahara Umum Daerah Pemerintah [12]. Moleong, Lexy J, 2011. Metodologi
Propinsi Gorontalo. Tesis Magister Ekonomi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

8
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (Hindriani, et al.)

[13]. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun


2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah. Jakarta, Kementerian Hukum
dan HAM
[14]. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Jakarta, Kementerian
Dalam Negeri
[15]. Sinamo, Jansen H., 2010. “ Monitoring
Sebagai Alat Kendali Kualitas SPIP”. Warta
Pengawasan: Membangun Good
Governance Menuju Clean Government,
Vol. XVII/No. 2/Juni 2010. ISSN: 0854-0519,
hal. 24.
[16]. Utoyo, Bambang, 2011. “Perkembangan
Konsep Internal Control Versi COSO”. Warta
Pengawasan: Membangun Good
Governance Menuju Clean Government,
Vol. XVIII/No. 4/Desember 2011. ISSN:
0854-0519, hal. 50-51.
[17]. Wongso, Andre, 2010. Risk Assessment:
Membangun Budaya Awareness. Warta
Pengawasan: Membangun Good
Governance Menuju Clean Government,
Vol. XVII/No. 2/Juni 2010. ISSN: 0854-0519,
hal. 17.
[18]. Yuwono, Sony, Tengku Agus Indrajaya,
Hariyandi, 2005. Penganggaran Sektor
Publik: Pedoman Praktis Penyusunan,
Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban
APBD (Berbasis Kinerja). Malang:
Bayumedia.
[19]. ------------------, 2008. Memahami APBD dan
Permasalahannya (Panduan Pengelolaan
Keuangan Daerah). Malang: Bayumedia.

Anda mungkin juga menyukai