238 477 3 PB PDF
238 477 3 PB PDF
Abstrak
Tujuan penelitian ini menganalisis dan menginterpretasikan pelaksanaan SPIP dalam perencanaan dan pelaksanaan
anggaran di Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun. Metode penelitian menggunakan jenis deskriptif dengan pendekatan
kualitatif, yaitu metode pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan lembaga yang
menjalankan sistem pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya dengan tehnik
wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan SPIP di Dinas Kesehatan terbatas pada
internalisasi SPIP ke dalam seluruh proses kerja di organisasi, melalui unsur lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Pada Lingkungan Pengendalian, belum didukung
komitmen pimpinan untuk menerapkan SPIP sesuai dengan ketentuan yang berlaku; Penilaian Risiko, belum dilakukan
pemetaan yang terdokumentasi; Kegiatan Pengendalian, pelaksanaan review masih terbatas pada formalitas
pemenuhan terhadap permintaan data dari DPKD; informasi sebagai alat komunikasi yang efektif dengan tingkat akurasi
tinggi melalui laporan-laporan program/kegiatan menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan perencanaan selanjutnya,
namun masih diperlukan adanya pembaharuan-pembaharuan dalam sistem informasi yang digunakan; dan
Pemantauan dilakukan sebagai upaya meminimalisir penyimpangan dan efektifitas pencapaian tujuan organisasi,
namun tindaklanjut rekomendasi monitoring oleh APIP masih belum mendapatkan prioritas dalam penanganannya.
Proses internalisasi SPIP perlu di dukung dengan penerapan hard control berupa Standard Operating Procedure (SOP)
dan Satuan Tugas (SATGAS) implementasi SPIP. Sehingga dapat menjamin pengelolaan keuangan yang handal, melalui:
1) Penguatan komitmen pimpinan dan semua pihak; 3) Pelaksanaan review sebagai bahan acuan perbaikan tahun yang
akan datang; 4) Melakukan inovasi-inovasi baru dalam penerapan teknologi informasi, dan 5) memperhatikan
rekomendasi tindak lanjut monitoring oleh APIP.
Kata Kunci: kabupaten madiun, pelaksanaan anggaran, SPIP, wawancara
Abstract
The purpose of this research to analyze and interpret the implementation of the Government Internal Control System in
planning and budget implementation in Madiun District Health Department. The Method of research uses a type of
descriptive with a qualitative approach, the problem solving methods are investigated by describing the state agency
that runs the system at the present time based on the facts or as they appear with interview techniques and study
documents. Result of this research is the implementation of the SPIP in Health Department is limited to SPIP
internalization into the whole process of working in the organization, through the elements of the control environment,
risk assessment, control activities, information and communication, and monitoring. On Environmental Control, has not
supported the leadership's commitment to implement the SPIP in accordance with applicable regulations; Risk
Assessment, the mapping has not documented; Activities Control, the implementation of the review is limited to
compliance with the formalities of DPKD data request, information as an effective means of communication with the
level of high accuracy through reports program / activity to be an evaluation for further improvement of the planning,
but still needed reforms in the information systems used, and monitoring is done in an effort to minimize aberrations
and effectiveness of the achievement of organizational goals, but the follow-on monitoring by APIP still do not get
priority in handling. SPIP internalization process needs to be supported by the application of a hard control Standard
Operating Procedure (SOP) and the Task Force SPIP implementation. So as to ensure a reliable financial management,
through: 1) Strengthening the leadership and commitment of all parties; 3) Implementation of the review as a reference
material improvements coming year; 4) Conduct new innovations in the application of information technology, and 5)
the recommendation of the follow- Further monitoring by APIP.
Keywords: budget implementation, interview, madiun district, SPIP
Alamat korespondensi:
Nuning Hindriani
Email : n_hindriani@yahoo.com
Alamat : Jl. Alun-alun Utara No. 4 Madiun
1
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (Hindriani, et al.)
2
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (Hindriani, et al.)
masih merupakan tools dan bersifat statis serta tentang SPIP adalah sebagai petunjuk
tidak bisa mengikuti perkembangan jaman, pelaksanaan dari Paket Reformasi Keuangan
terutama perkembangan teknologi dan Negara menuju Good Governance atau tata
informasi, sehingga belum mampu menciptakan kelola yang baik dan Good Geverment.
tata kelola yang baik dan tata kelola yang bersih. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Aparat pemerintah dituntut untuk mampu diadopsi dari konsep internal control yang
menciptakan birokrasi yang kuat untuk menuju dikeluarkan oleh COSO (The Committee of
cita-cita yang diharapkan melalui penerapan Sponsoring Organizations of the Treadway
pengendalian intern yang tercakup dalam Commission) yang berusaha meningkatkan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 kinerja dan tata kelola organisasinya
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menggunakan Manajemen Risiko Terpadu
(SPIP) yang lebih menitikberatkan pada soft (Enterprise Risk Management), Pengendalian
controlnya meliputi etika, moral, integritas, Intern (Internal Control) dan Pencegahan
kejujuran, disiplin, kompetensi, komitmen dan Kecurangan (Fraud Detterence). COSO memiliki
perangkat lunak lainnya. SPIP diadopsi dari COSO prinsip dasar good risk management and internal
Internal Control Framework dengan dilakukan control are necessary for long term success of all
penyesuaian-penyesuaian dengan kebutuhan dan organizations [16].
karakteristik pemerintahan di Indonesia. SPIP ini Unsur-unsur yang ada dalam SPIP mengacu
bersifat integrated dan merupakan suatu proses pada unsur SPI yang telah dipraktekkan di
yang terus menerus dilakukan oleh Instansi lingkungan pemerintahan di berbagai negara
Pemerintah serta bersifat dinamis dan seiring yang meliputi Lingkungan Pengendalian,
dengan perkembangan jaman. Penilaian resiko, Kegiatan Pengendalian,
Moeller (2007, 4) menuliskan pengertian internal Informasi dan Komunikasi, Pemantauan
control menurut COSO [11]: Pengendalian Intern.
“Internal control is a process, affected by an Menurut Moeller (2007: 4-5), model
entity's board of directors, management, internal control versi Coso dapat digambarkan
and other personnel, designed to provide sebagai rubic cube, dimana penerapan kelima
reasonable assurance regarding the unsurnya saling menguatkan disesuaikan dengan
achievement of objectives in the following bentuk organisasinya dengan kepatuhan
categories: pelaporan operasi keuangan melalui kegiatan
- effectiveness and efficiency of operations, yang efektif dan efisien, keandalan laporan
- reliability of financial reporting, keuangan, pengamanan aset, dan ketaatan
- compliance with applicable laws and peraturan [11].
regulations”
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
U
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun U n
2008 ini dilandasi pada pemikiran bahwa Sistem U n i
Pemantauan n i t
Pengendalian Intern melekat sepanjang kegiatan, U
i t D
n
dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta i t C
Informasi dan Komunikasi B
hanya memberikan keyakinan yang memadai, t
A
bukan keyakinan mutlak.
Kegiatan Pengendalian
Berdasarkan pemikiran tersebut,
dikembangkan unsur Sistem Pengendalian Intern Penilaian Risiko
yang berfungsi sebagai pedoman
penyelenggaraan dan tolok ukur pengujian Lingkungan Pengendalian
3
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (Hindriani, et al.)
atau lebih individu, kelompok, atau organisasi. jawaban yang diwawancarai, bila hasil jawaban
Principal membuat suatu kontrak, baik secara yang telah dianalisis terasa belum memuaskan,
implisit maupun eksplisit, dengan agent dengan peneliti dapat melanjutkan pertanyaan lagi
harapan bahwa agen akan bertindak/melakukan hingga diperoleh data yang dianggap kredibel.
pekerjaan seperti yang dinginkan oleh prinsipal, Model analisis data yang digunakan adalah
dalam hal ini terjadi pendelegasian wewenang model interaktif melalui tahapan [10]:
[6]. 1) Reduksi data, dengan melakukan abstraksi
Hubungan keagenan di lingkungan yang merupakan usaha membuat rangkuman
pemerintah daerah memiliki dual accountability, inti, data dipilah-pilah dan disederhanakan,
yaitu hubungan keagenan antara legislatif difokuskan pada proses pelaksanaan SPIP
(principal) dan eksekutif (agent), dan hubungan pada perencanaan anggaran dan proses
keagenan antara legislatif (agent) dan publik pelaksanaan SPIP pada pelaksanaan
(prinsipal). Terkait dengan anggaran, teori agensi anggaran. Untuk data-data yang tidak
dapat dilihat pada hubungan eksekutif dan diperlukan disortir untuk dapat memberikan
legislatif. kemudahan dalam penyajian dan penarikan
Dalam pengelolaan keuangan, undang- kesimpulan sementara.
undang di Indonesia memisahkan dengan tegas Reduksi data merupakan bagian dari analisis,
antara fungsi pemerintah (eksekutif) dengan pemilihan terhadap potongan-potongan data
fungsi perwakilan rakyat (legislatif). Berdasarkan untuk diberi kode, memilahnya dalam
pembedaan fungsi tersebut, eksekutif melakukan kategori-kategori dalam persamaan makna
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan atas yang terkandung pada setiap kalimat atau
anggaran, yang merupakan manifestasi dari paragraf berdasarkan pada teori-teori yang
pelayanan kepada publik, sedangkan legislatif ada atau hasil penelitian terdahulu. Data
berperan aktif dalam melaksanakan legislasi, hasil wawancara dipilah dan disisihkan
penganggaran, dan pengawasan. menurut kelompok data perencanaan dan
Anggaran daerah merupakan rencana pelaksanaan anggaran dan disusun sesuai
keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan dengan kategori yang sejenis untuk
pelayanan publik. Di Indonesia dokumen ditampilkan sesuai dengan subunsur-
anggaran daerah disebut anggaran pendapatan subunsur SPIP sebagai pilihan-pilihan analitis.
dan belanja daerah (APBD) yang proses 2) Pengelompokan data perencanaan dan
penyusunannya melibatkan dua pihak: eksekutif pelaksanaan anggaran disajikan dalam data
dan legislatif melalui sebuah tim atau panitia display berbentuk teks yang bersifat naratif.
anggaran. Dalam perspektif keagenan, hal ini Unsur dan sub unsur penyajian data
merupakan bentuk kontrak (incomplete dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti
contract), yang menjadi alat bagi legislatif untuk untuk melihat gambaran secara keseluruhan
mengawasi pelaksanaan anggaran oleh eksekutif. atau bagian-bagian tertentu dari penelitian
atau merupakan pengorganisasian data ke
METODE PENELITIAN dalam bentuk tertentu sehingga kelihatan
Sesuai dengan permasalahan penelitian, dengan sosoknya yang lebih utuh.
jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif 3) Penarikan Kesimpulan/Verifikasi, merupakan
dengan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur proses untuk menarik kesimpulan dari
pemecahan masalah yang teliti dengan kategori-kategori data yang telah direduksi
menggunakan cara memaparkan data yang dan disajikan pada sintesisasi kesimpulan
diperoleh dari wawancara, pengamatan sementara untuk menuju pada kesimpulan
kepustakaan dan pengamatan lapangan, akhir yang mampu menjawab permasalahan
kemudian dianalisa dan diinterpretasikan dengan yang dihadapi. Penarikan kesimpulan awal
memberikan kesimpulan [12]. dapat bersifat tentatif, kabur dan diragukan,
Analisis data dilakukan sejak sebelum untuk itu diperlukan adanya verifikasi secara
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan terus-menerus dengan menguji validitasnya
setelah selesai di lapangan, yaitu Dinas sehingga diperoleh kesimpulan yang kredibel
Kesehatan Kabupaten Madiun. Pada saat dengan membandingkan informasi dari hasil
wawancara dengan orang-orang yang wawancara dengan data pengamatan dan
membidangi perencanaan anggaran dan yang data pustaka, melakukan wawancara terpisah
melaksanakan anggaran sebagai informan, untuk informasi yang sama pada waktu yang
peneliti sudah melakukan analisis terhadap
4
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (Hindriani, et al.)
5
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (Hindriani, et al.)
6
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (Hindriani, et al.)
Simbada untuk pengelolaan aset daerah yang karena pelaksanaan anggaran telah diatur
terhubung langsung dengan Bagian Perlengkapan dengan prosedur pelaksanaan [5].
Sekretariat Daerah, dan Simpustronik yang Evaluasi kegiatan diselenggarakan melalui
terhubung langsung dengan puskesmas. Dengan penilaian sendiri dan aparat pengawasan internal
adanya sistem informasi yang berbasis komputer (Inspektorat) atau pihak eksternal (BPK). Evaluasi
ini, laporan dapat disampaikan secara tepat yang dilakukan oleh Inspektorat dalam bentuk
waktu dengan tingkat akurasi yang tinggi dan pemeriksaan reguler/insidental sebagai aerly
selalu melakukan pembaharuan dan pelatihan warning system terhadap pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan perkembangan kebutuhan [7]. di Dinas, dengan menerbitkan Laporan Hasil
Suatu organisasi membutuhkan jalinan Pemeriksaan (LHP) untuk ditindak lanjuti. Namun
komunikasi yang intensif antar komponennya untuk Dinas Kesehatan belum memberikan
dengan informasi yang berkualitas. Menurut respon tindak lanjut rekomendasi hasil
Yuwono (2005), pengendalian dapat dilakukan pemeriksaan tahun sebelumnya.
dengan sistem akuntansi dengan menerapkan Pemantauan dilakukan untuk meminimalisir
sistem informasi akuntansi dan berbagai bentuk penyimpangan dan efektifitas pencapaian tujuan
aplikasi komputer dengan karakteristik double organisasi. Besar kecilnya aktivitas pemantauan
entry yang bertujuan untuk mendapatkan yang diperlukan suatu organisasi tergantung dari
informasi yang lebih reliabel [18]. Sehingga, keempat unsur SPIP yang lain. Sinamo (2010: 24)
dalam menghadapi resiko yang mungkin muncul mengartikan pemantauan sebagai proses menilai
dapat dipecahkan dengan informasi yang kualitas kinerja pengendalian intern dalam
berkualitas dan terkomunikasikan dengan baik suatu periode tertentu yang mencakup
untuk dapat dilakukan pengambilan keputusan penilaian design, operasi pengendalian, dan
yang tepat. melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan
5. Pemantauan melalui pemantauan berkelanjutan (on going
Pemantauan diselenggarakan melalui monitoring), evaluasi terpisah (separate
kegiatan monitoring/kontrol pengelolaan rutin evaluation), dan tindak lanjut rekomendasi hasil
terkait dalam pelaksanaan tugas baik oleh atasan audit dan reviu lainnya [15].
langsung maupun kontrol dalam bentuk
koordinasi antar bidang untuk memberikan KESIMPULAN DAN SARAN
masukan-masukan, pemanggilan secara langsung Kesimpulan
oleh kepala dinas jika membutuhkan informasi Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
terkait dengan permasalahan yang ada. Lebih Pemerintah di Dinas Kesehatan terbatas pada
lanjut disampaikan bahwa kontrol dibentuk oleh internalisasi SPIP ke dalam seluruh proses kerja di
lingkungan, artinya lingkungan yang organisasi, melalui unsur:
mengendalikan, bagaimana seorang pimpinan 1) Lingkungan Pengendalian, dengan telah
harus bersikap terhadap bawahannya, dan diterapkannya sebagai soft control dan
sebaliknya, sehingga komunikasi yang terjadi mendapatkan porsi terbesar untuk
antara atasan dan bawahan menjadi salah satu membangun etika, moral, integritas,
bentuk kontrol yang dilakukan secara dini [7]. kejujuran, disiplin, kompetensi, komitmen
Sependapat di atas disampaikan pula oleh dari para pelaksana kegiatan untuk dapat
Budiharto (2008: 13) bahwa pengawasan melekat melaksanakan tata kelola yang didukung
(built in control) adalah proses pemantauan, dengan hard control yang baik. Disini masih
pemeriksaan dan evaluasi atasan langsung kurang adanya komitmen dari Kepala Dinas
"terhadap pekerjaan " dan "hasil kerja" untuk menerapkan SPIP sesuai dengan
bawahannya, agar dapat mencegah terjadinya ketentuan yang berlaku.
penyalahgunaan wewenang dan penyimpangan 2) Penilaian Resiko, dengan sub unsur
dari ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan identifikasi dan analisa resiko yang telah
dan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dilakukan, namun belum dilakukan pemetaan
[4]. Hasil penelitian Fuadi (2008: 15) juga yang terdokumentasi.
menunjukkan bahwa dalam pengawasan 3) Kegiatan Pengendalian, dimana pelaksanaan
preventif dijadikan sebagai pengendalian awal review masih terbatas pada formalitas
terhadap pelaksanaan anggaran. Dengan pemenuhan terhadap permintaan data dari
demikian realisasi anggaran yang dilakukan akan DPKD.
lebih terarah dalam pencapaian sasaran 4) informasi sebagai alat komunikasi yang efektif
anggaran dan penyimpangan lebih terminimalisir dengan tingkat akurasi yang tinggi yang
7
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (Hindriani, et al.)
8
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (Hindriani, et al.)