Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BLOK MATA
SKENARIO 2
Mata Saya Merah, Kenapa Ya?
KELOMPOK 20
LUTHFI ADIJAYA LAKSANA G0015140
RADHITYA SASONGKOJATI G0015192
BENEDICTUS ALDO NOVA P. G0015038
M. FARIS AT-TSABIT G0015144
AULIA BUDI AGUSTIN G0015030
ZHAFIRAH RAMADHANTY G0015242
DINANNISYA FAJRI S. G0015064
SAVIRA WIDHA A G0015210
MONIKA PUTRI GRATIA G0015160
MAGHFIRA AYUNI S.G. G0015148
HANIFAH KAMILAH G0015102
FINA RAHMATU UMMAH G0015088
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO 2
Mata Saya Merah, kenapa ya?
1. Mata merah
Pada mata normal sklera terlihat berwarna putih. Hiperemia konjungtiva/mata
merah terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah atau berkurangnya
pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh darah. Mata terlihat merah
akibat : a) Melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan
mata akut, misalnya keratitis, pleksus arteri konjungtiva permukaan melebar, iritis,
glaukoma akut. b) Pecahnya salah satu dari kedua pembuluh darah konjungtiva, dan
darah tertimbun di bawah jaringan konjungtiva.
Injeksi Konjungtiva
Pelebaran pada pembuluh darah arteri konjungtiva posterior, oleh karena
pengaruh mekanis, alergi, ataupun infeksi pada jaringan konjungtiva.
Ciri :
● Mudah digerakkan dari dasarnya
● Daerah peradangan/merah utama pada bagian forniks
● Semakin ke perifer pembuluh darah terlihat lebih besar
● Merah segar
● Dapat hilang sementara dengan tetesan adrenalin 1:1000
● Gatal
● Tidak ada fotobia
● Ukuran dan reaksi pupil normal
Injeksi Siliar
Pelebaran pada pembuluh darah arteri siliar anterior (kornea) atau injeksi siliar
atau injeksi perikornea. Penyebabnya bisa karena perdangan/infeksi pada kornea,
tukak kornea, benda asing, radang pada uvea, glaukoma, endoftalmitis ataupun
panoftalmitis.
Ciri :
● Warnanya lebih ungu
● Pembuluh darah tidak tampak
● Tidak ikut bergerak bila konjungtiva digerakkan
● Ukurannya halus disekitar kornea dan jarang didaerah forniks (berkurang)
● Tidak menciut dengan tetesan adrenalin 1:1000
● Fotofobia
● Berair
● Sakit bila ditekan
● Pupil iregular kecil (iritis) dan lebar (glaukoma)
4. Pasien tidak merasakan mata kabur, silau, berair, kotoran mata, sakit kepala
Seperti kita yang tahu, bahwa organ yang mengalami kelainan adalah mata bagian tertentu.
Bukan bagian dari kelopak mata, dan tidak ditemuakan adanya kelainan sakit kepala.
Gejala : Keluhan pasien dengan episkleritis berupa mata terasa kering, dengan
rasa sakit yang ringan, mengganjal, dengan konjungtiva yang kemotik. Terlihat
mata merah satu sektor yang disebabkan melebarnya pembuluh darah di bawah
konjungtiva. Pembuluh darah ini mengecil bila diberi fenil efrin 2.5% topikal.
Bentuk radang yang terjadi pada episkleritis mempunyai gambaran khusus, yaitu
berupa benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu di bawah
konjungtiva. Bila benjolan ini ditekan dengan kapas atau ditekan pada kelopak di
atas benjolan, akan memberikan rasa sakit yang menjalar ke sekitar mata. Pada
episkleritis bila dilakukan pengangkatan konjungtiva di atasnya, maka akan
mudah terangkat atau dilepas dari pembuluh darah yang meradang. Perjalanan
penyakit mulai dengan episode akut dan terdapat riwayat berulang dan dapat
berminggu-minggu atau beberapa bulan.
Prognosis : Episkletitis dapat sembuh sempurna atau bersifat residif yang dapat
menyerang tempat yang sama ataupun berbeda-beda dengan lama sakit umumnya
berlangsung 4-5 minggu penyulit yang dapat timbul adalah terjadinya peradangan
lebih dalam pada sklera yang disebut sebagai skleritis.
B. Skleritis
Skleritis biasanya disebabkan oleh penyakit sistemik, seperti herpes, sifilis,
gout, kadang-kadang TB, dll. Skleritis ini terjadi bilateral pada kedua mata pasien,
biasanya pada wanita lebih banyak terjadi dibandingkan pria, yang timbul pada
usia 50-60 tahun. Skleritis lebih jarang terjadi bila dibandingkan dengan
episkleritis, tapi penyebabnya hampir sama.
Gejala : Berupa rasa nyeri yang dapat menyebar ke daerah dahi, mata berair,
ada fotofobia/pasien merasakan silau, tidak ada kotoran mata, dan kadang
penglihatan ikut menurun.
Tatalaksana : Pengobatan dengan antiinflamasi steroid / nonsteroid, obat
imunosupresif lainnya.
Prognosis : Bila skleritis bersama dengan penyakit keratitis, glaukoma,
granuloma subretina, uveitis, ablasi retina, katarak, proptosis, hipermetropia maka
penyakit lain tersebut akan menjadi penyulit
C. Konjungtivitis Dry Eye
Gejala :
Tatalaksana :
Prognosis :
D. Hematoma Subkonjungtiva
Gambar tabel otot-otot bola mata, inervasi dan fungsinya (Snell, 2012)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan fisik, pasien mengeluhkan adanya gejala mata merah,
pedih, kering dan nyeri pada salah satu matanya. Namun pasien tidak mengeluhkan
adanya gangguan pengelihatan, mata berair, silau dan kotoran pada mata. Visus pasien
juga normal, hal ini menandakan pasien tidak mengalami gangguan pada sistem
refraksi serta tidak ada indikasi konjungtivitis. Untuk skenario 2 ini diperlukan lagi
pemeriksaan penunjang guna menentukan diagnosis pasti serta tatalaksana yang tepat
bagi pasien.
B. Saran
Kegiatan tutorial sudah berjalan baik, hanya saja pada pertemuan pertama belum
diketahui algoritma bagan untuk mendiagnosa gangguan pada mata berdasarkan gejala
yang timbul. Sebaiknya dipersiapkan kembali agar dapat mendiagnosis dengan lebih
cepat. Kemudian sebaiknya mahasiswa lebih berusaha memahami dan mengumpulkan
materi dari sumber serta melakukan pemahaman lebih lanjut dan mengkaji sumber
tersebut apakah informasi yang diberikan sumber tersebut memiliki keterkaitan
dengan learning objective yang dibahas. Serta memperbanyak sumber supaya ada
masukan-masukan tambahan sehingga materi yang di-share oleh mahasiswa menjadi
lebih padat dan lengkap.
Tutor pembimbing sudah baik, kompeten, dapat mengarahkan mahasiswa untuk
menuju learning objective yang hendak dicapai serta memberikan masukan-masukan
kekurangan dalam diskusi. Tutor pembimbing juga mampu memberi dorongan kepada
para mahasiswa untuk saling berpartisipasi dalam jalannya diskusi sehingga semakin
banyak materi dari sumber yang beragam, membuat materi yang diterima oleh
mahasiswa lebih beragam dan lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
DI ISIIII CUYY!!!
Ilyas, S., Yulianti, SR., (2015). Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. Jakarta : Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Riordan-Eva, P., Whitcher, J. P. (2007). Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi
17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC