Kata Pengantar
2
Buku ini hanyalah semata-mata dari pemikiran
manusia yang memiliki banyak kekurangan, maka Tim
Penulis menyadari tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membagun
dari semua pihak sangat diharapkan demi tercapainya
sebuah kesempurnaan atau paling tidak mendekati
kesempurnaan karena kesempurnaan yang sebenarnya
hanyalah milik Allah semata.
3
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................. 4
4
Sejarah Kampung Pueh
Oleh Mahdalina
5
di balik rumput-rumput pueh, karena rumput pueh yang
sangat banyak sehingga mereka terlindungi dari
kolonel itu dan mereka terselamatkan. Sebab itu lah
mereka sebut kampung pueh. Warga disini merupakan
orang yang suka bercocok tanam, sebab itu lah mereka
pergi merantau mencari tempat yang cocok, sampailah
mereka di serawak Malaysia ini, disini tanahnya bagus
sangat cocok sekali untuk mereka bercocok tanam, dan
sebab itu juga lah mereka menetap disini.
6
Pendidikan Di Kampung
Oleh : Miftah Ihsan
7
umur 5 tahun. SKP sendiri dalam satu kelas memuat
kurang lebih 30 orang anak. Itu untuk kebanyakan anak
muslim di sana.
8
memuat pelajaran berbasis islam, karena jika ada
memuat pelajaran islam pihak kerajaan akan
membantu dengan mengirimkan pengajar, ustadz
untuk mengajar pelajaran islam tersebut.
9
Amm, Sejarah Islam (diwajibkan semua pelajar
termasuk non muslm) dan lainnya.
10
Profil Tokoh Masyarakat
Oleh Mahdalina
Binet
11
Wakil Ketua : Numban Anak Jista
12
Dia putra dari ibu Siti Nur Hayati dan bapak
Muhammad Sabtaji. Dia merupakan anak bungsu dari
empat bersaudara, saudara pertama yang bernama
cahyadi yang kedua M. Zulfikar, dan yang terakhir
saudari nya bernama Zakiah Megawati.
13
Abdullah bin Poli adalah salah satu masyarakat
yang ikut berperan aktif dalam kegiatan, dia sering
pergi kesurau ikut solat berjamaah, dan juga beliau
selalu mengantar anak nya pergi ke surau (mushola)
untuk mengikuti program yang kita adakan. Tempat
lahirnya di Sandung Jaya, pada tanggal 30 agustus
1978. Tempat tinggalnya sekarang di Kampung Pueh,
sematan. Pekerjaannya sebagai Buruh Upah. Beliau
mempunyai 4 orang anak yang bernama Nurul Imelda,
Aiman Haikal, Afiq Rayyan, Ammar Danish.
14
Penghalsilan tetap nya selama satu bulan sekitar Rm.
800
15
Muhammad Irfan, inilah anak mereka yang sangat
pandai mengaji dan paling banyak hafalan Qurannya,
dan Nur Alisya dia anak bungsu dari bang Fen dan Kak
Aisyah, anaknya sangat imut dan lucu, dia juga pandai
mengaji. Kelurga mereka ini merupakan keluarga yang
humoris dan sweet sekali.
16
kita gak masak pasti dia masakin buat kita, dia gak mau
kalau sampai kita semua kelaperan. Dan Pak Yanto
orangnya juga sangat baik dan perhatian.
17
Ekonomi Masyarakat
Oleh Mahdalina
18
yang benar gimana buat menanam padinya, kita di
ajarin sama Mak cara menanam padi. Akhirnya kita
bisa menanamnya dengan benar. Inilah mata
pencaharian mereka, dari menanam padi inilah mereka
menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan
mereka sehari-hari. Yang namanya juga bertani
menanam padi pastilah penghasilan perbulan itu tidak
tetap, tapi bisa diperkirakan penghasilan Mak
mencapai Rm. 500. Pada umumnya pekerjaan mereka
bukan hanya sekedarpetani saja namun ada sebagian
yang menjadi nelayan tetapi itu hanya dijadikan
pekerjaan sampingan. Ada juga yang bekerja di
kantoran, dll.
19
Adat dan Kebudayaan
Oleh : Nia Amirah Rif’ad
20
Dari keberagaman masyarakat kampong pueh
untuk pekerjaan masyarakat kampong pueh rata-rata
adalah adalah petani, berkebun, ada yang menjaring
ikan (nelayan). Pekerja sawit dan toreh getah hanya
sebagian kecil saja. Tidak berbeda jauh dari kebiasaan
warga Indonesia pada umumnya. Toleransi antar
ummat beragama disini sangatlah baik. Sudah menjadi
budaya dan kebiasaan warga kampong pueh untuk
saling menghormati masing-masing agama yang dianut
masyarakat peuh.
21
Keagamaan
Oleh : Miftah Ihsan
22
mengenal seluk beluk kampung pueh dan dia seorang
muslim.
23
Pariwisata/Destinasi
di Kampung Pueh
Oleh Siti Mahmudah
RumAh PANJANG
24
kolonial Belanda wilayah ini di bagi dan menjadi milik
Malaysia.
25
buas dan menjaga keselamatan keluarga dari serangan
suku-suku lain dalam masyarakat dayak. Rumah
panjang juga sering kali digunakan masyarakat dayak
Salako untuk kegiatan-kegiatan seperti rapat, upacara-
upacara adat atau ritus-ritus yang ada dalam
masyarakat dayak “kata abang Ali” warga setempat
desa Pueh.
27
Penduduk dapat membeli hasil kerajinan dari
penduduk desa di bagian samihk dengan harga yang
wajar. Oleh karena itu, rumah panjang bukan hanya
milik pribadi saja tetapi juga milik masyarakat dayak
setempat.
PANTAi
28
berkunjung ke sana. Pantai Pueh tidak jauh dari
pemukiman warga, hanya berjarak sekitar 2 km dari
Surau Baitul Qudus. Pantai Pueh tidak sulit untuk
dikunjungi karena akses jalan menuju kesana sangat
bagus
29
Untuk pengunjung jangan sampai melewatkan
untuk memancing di sekitar pantai Pueh. Disana
pengunjung dapat menyewa kapal atau kapal dari
penduduk setempat untuk membawa pengunjung
ketujuan yang banyak mendapatkan ikan.
30
Gunung Pueh
31
adalah tempatnya dan jarak tempuhnya pun lumayan
lama yaitu 1 hari 1 malam dengan jalan kaki.
Air Terjun
32
Desa Pueh memiliki banyak tempat wisata
misalnya air terjun yang sangat indah. Air terjun
terbagi menjadi dua bagian, yaitu air terjun Sebat dan
air terjun Jangkar. Air terjun Sebat merupakan air
terjun yang sering dikunjungi oleh pendatang lokal
maupun non lokal. Tempatnya yang mudah dijangkau
serta ke asrian alamnya yang masih terjaga membuat
mata pengunjung menjadi tidak mau lepas untuk
melihat keindahannya.
33
naik ke sana, serta tidak bisa menggunakan transportasi
menuju air terjun tersebut. Akibatnya, menghambat
niat para wisatawan untuk pergi kesana.
34
Cerita Pengabdian Kami
di Kampung Pueh
Ceritaku
Oleh : Miftah Ihsan
35
darul ilmi bertujuh orang mencoba untuk mendaftarkan
diri untuk KKN Internasional. Kami mengikuti
prosudernya akan tetapi kami tidak terlalu berharap
bahwa kami bakalan lulus. Kami serahkan hasil kepada
Allah, kami berkata: jika emang ketentuan Allah kita
bakal kesana, walaupun tidak ikut tes pun pasti bakal
kesana.
36
menyianyiakan waktu yang ada selama dipontianak
untuk berdiam diri, kami selalu menelusuri tempat
menarik disana.
37
Rifad, Siti Mahmudah dan Mahdalina. Dan kampung
yang diberikan ke kami adalah kampung pueh,
sematan, lundu. Aku mengatakan kepada diriku, inilah
yang terbaik menurut Allah bagiku. Karena niat dari
awal adalah mengabdi kepada masyarakat, mengabdi
kepada ummat rasul, menyenangkankan hati
rasulullah. Semoga Allah memudahkannya.
38
begitu ramah, begitu menerima dengan kami, semangat
mereka dalam belajar mangaji belajar agama membuat
kami malu untuk mengeluhkan lelah. Kami malu jika
kami lelah, kami malu jika kami tidak semangat.
Masyarakat disana begitu akrab begitu antusias kepada
kami, itulah keluarga baru kami, itulah keluarga besar
kami. Saking akrabnya, kami bahkan sering bergurau
sering bercanda sering bertukar cerita. Mereka selalu
menjadi motivasi kami. Selama masa bakti 25 hari
tepatnya mulai tanggal 2 sampai 26 Desember 2019
hari demi hari tak terasa. Kami merasa masa bakti
selama 25 hari itu sangatlah kurang. Banyak yang
belum bisa kami berikan itulah yang membuat kami
sedih.
39
Alhamdulillah. Pengalaman yang tak akan pernah
terlupakan, pengalaman yang sangat berkesan.
40
Ceritaku
Oleh Nia Amirah Rif’ad
D
Indonesia.
Sarawak, Malaysia. Kami datang dari
berbagai perguruan tinggi islam negeri di
Dalam Program Pengabdian
Masyarakat, disinilah kami dipertemukan untuk
kepada
41
Mahmudah dari UIN Banjarmasin, Mahdalina UIN
Banjarmasin, dan terakhir aku sendiri yang menjadi
berbeda. Namaku, Nia Amirah Rif’ad dari IAIN
Pontianak. Kami dijemput dan dibawa ke kampong
pueh bersama Pakcik sadam yang merupakan salah
satu warga kampong pueh. Selama kurang lebih 2 jam
perjalanan dari Hikmah, Kuching menuju kampong
pueh. Kami pun banyak berbincang dan mulai saling
mengenal satu sama lain.
Mendengar cerita dari pakcik bahwa lokasi KKN
yang akan kami tempati adalah perkampungan yang
mana Ummat Islam menjadi minoritas. Dalam hatiku
berkata, semoga bisa menjadi bermanfaat, dan akupun
sangat percaya dengan personil kelompok ku bahwa
kita bisa melewati masa masa ini bersama. Kami
melewati sungai kuching dan menyebrang dengan
menggunakan kapal feri. Sesampainya di Kampong
Pueh kami disambut dengan hangat walaupun sedikit
canggung, ya aku paham ini kali pertama dan awal dari
segalanya. Kami tinggal di rumah makcik yati yang
42
biasanya kami panggil mak dan pakcik yanto saat itu,
ku kira kita bakal tinggal di rumah pakcik sadam
ternyata tidak. Rumah yang kami tempati berada persis
di sebelah surau, yaitu surau baitul quddus namanya.
Malam pertama kami dirumah makcik yati kami
semua berkumpul di ruang keluarga rumah mak yati.
Kami saling memperkenalkan diri, begitu juga dengan
kelarga mak yati. Kami merasa sangat disambut
dengan baik, jadi di dalam rumah mak yati ada anak
pertama nya mak bernama kak aisyah atau yang sering
kita panggil akak, kak aisyah sudah memiliki suami
yaitu bg effendi dan dua orang anak., anak laki-laki
bernama irfan yang masih duduk di bangku sd, dan
yang perempuan bernama alisya yang baru mau masuk
sekolah tadika atau TK. Kemudian mak yati memiliki
anak laki-laki yang berarti adek nya kak aisyah, yaitu
bang ali. Saat perkenalan malam itu juga ada pakcik
Dollah yang merupakan jamaah surau sekaligus warga
kampong pueh, dan juga ada pakcik sadam.
43
Keesokan harinya kami memulai aktivitas di
pueh dengan mengisi kegiatan-kegiatan kecil seperti si
miftah adzan dan menadi imam, kemudian kami
membersihkan surau. Jujur awal sekali, kami masi
bingung untuk membangun proker di kampong pueh,
kami pun mulai bertanya, mencari tahu informasi
seputar kegiatan yang biasanya anak PPM lakukan
ketika masa KKN. Dan yaa, bang ali banyak membantu
kami. Bang ali, anak laki-laki mak yati yang ternyata
seumuran dengan kita. Mendengar arahan dari bang ali
bahwa kami harus menunggu Ustad Halim untuk
ta’aruf secara resmi. Sambil menunggu hari itu, kami
pun mulai saling mengenal karakter masing-masing.
Aku, miftah, mudah, mahda dan bang ali. Kami sering
bersama membicarakan seputar cerita pribadi untuk
lebih mengenal satu sama lain.
Waktu itu hari rabu, bang ali bilang bahwa nanti
malam Ustad Halim akan datang ke surau untuk
mengisi ta’lim wanita sekaligus memperkenalkan kami
ke warga kampong pueh. Karna pada event itu jama’ah
44
sangat ramai datang ke surau. Ustad Halim adalah salah
satu da’i Hikmah yang ditugaskan sebagai pz atau
penanggung jawab zon sematan, termasuk kampong
pueh. Acara beralan dengan baik, kami pun telah
memperkenalkan secara resmi. Kami menyampaikan
maksut dan tujuan kami datang ke kampong pueh
untuk mengabdi, dengan harapan bisa menjadi
bermanfaat untuk warga kampong pueh.
Keesokan harinya kami memulai merancang
program-program yang akan kami jalankan. Mulai dari
solat 5 waktu, membersihkan surau, kajian ba’da subuh
dan maghrib, mengajar pakcik , makcik dan anak2
mengaji. Terkadang kami membantu mak ke sawah,
makan bersama, bantu kak aisyah masak, ziarah ke
rumah pakcik sadam. Untuk lebih mengenal satu sama
lain.
Tugas miftah sebagai seorang lelaki sangat
banyak, tapi kami menjalani nya dengan sangat senang,
semua itu mengalir begitu saja. Si Mudah adalah chef
kita, dia yang selalu memasak untuk kita, si mahda
45
membantu mudah, dan aku sendiri apapun yang bisa
kukerjakan aku lakukan, begitu juga miftah. Dia sangat
ramah kepada makcik dan pakcik.
Hari demi hari terus bergulir, setiap harinya
kami selalu mengevaluasi program apa yang baik untuk
esok. Kami pun berusaha memperbaiki segala
kekurangan yang ada. Kak aisyah, mak yati, bang ali
yang selalu ada membantu kita. Kami semakin dekat
dan mengenal satu sama lain. Bahkan dengan keluarga
mak yati, keluarga pakcik sadam. Pakcik Dollah yang
sering datang ke surau. Kami sangat senang
menjalankan program-program dengan adanya respon
positif dari warga.
Minggu kedua berada di pueh, kami kedatangan
tamu dari PPM terdahulu yang kebetulan pernah PPM
di Pueh, bang rahmat namanya. Karna ada bang rahmat
kami pun banyak sharing tentang masalah proker
proker yang ada. Waktu kian berlalu, selain kami terus
meningkatkan kinerja, dan memanfaatkan waktu saat
berada di pueh, kami berusaha menjadi bermanfaat.
46
Semakin hari semangat belajar pakcik, makcik dan
adek2 di kampong pueh sangat baik. Banyak
perubahan yang dirasakan warga pueh saat kita datang,
kami pun sangat bersyukur mendengar hal itu.
Waktu kian bergulir, rasa nyaman yang sangat
dalam berada di kampong pueh. Kami sangat
diistimewakan, kami diperlakukan dengan baik oleh
warga sekitar. Dan hubungan kami terjalin dengan
sangat indah. Kak aisyah yang sangat baik, mak yati
pun juga. Pakcik sadam yang selalu membawa kami
jalan-jalan agar tidak bosan, makcik salma istrinya
pakcik sadam yang sangat baik pula, iin anak angkat
keluarga mak yati yang ikut mewarnai hari-kami
selama berada di pueh.
Selain itu hubungan kami dengan kelompok
yang sangat dekat. Saling melengkapi, miftah yang
selalu menyelesaikan segalanya. Aku sangat bahagia
dipertemukan dengan orang-orang baik seperti mereka
bertiga. Miftah, mahda, dan mudah.
47
Kami melewati hari-hari bersama, menyelesai-
kan masalah yang terjadi, membangun rasa
keharmonisan yang teramat indah diantara kelompok
kami.
Minggu ketiga kami tetap melaksanakan proker
seperti biasa, hanya saja lebih tertata dan mulai
terbiasa, memahami satu sama lain dan sudah merasa
nyaman berada di kampong pueh. Di minggu ketiga ini
kami sudah berhasil merealisasikan agenda-agenda
besar dan kami mulai memikirkan proker akhir kami
yaitu perpisahan.
Memang awalnya aku merasa hampa karna
belum saling mengenal, tapi semakin hari, setelah
melewati berbagai hal bersama. Khusunya bersama
teman-temanku. Miftah, mudah, mahda, bang ali, kak
aisyah, adek2 ku irfan, alisya dan iin, juga bersama
mak yati dan pak yanto. Tak lupa pakcik sadam, pakcik
dollah, dan makcik salma.
Memikirkan untuk berpisah saja membuatku
sedih. Tapi kami tetap harus menjalani itu. Dan
48
akhirnya masih di minggu ketiga. Aku dan yang lain,
ditemani oleh pakcik sadam, bang ali, dan makcik
salma. Kami pergi ke kuching untuk membeli peralatan
perpisahan.
Perjalanan yang sangat menyenangkan, kami
membeli peralatan untuk perpisahan kemudian
kembali ke pueh. Sesampainya di pueh, ternyata rumah
pakcik sadam dan makcik salma terkena banjir. Dan
kami pun langsung bakti sosial untuk membantu
membersihkan rumah pakcik sadam yang terkena
banjir.
Hari yang sangat lelah tapi aku dan teman-teman
selalu mensyukuri apa yang terjadi. Bisa bermanfaat
sudah cukup untuk menutupi rasa lelah kami.
Tak terasa kami tinggal menghitung hari berada
di pueh, kami pun memaksimalkan hari yang tersisa.
Mengurus segala sesuatunya untuk acara nanti, dan
menyiapkan segalanya. Kami menyelesaikan target
kami.
49
Singkat cerita, tibalah malam itu. Malam
perpisahan. Yang dihadiri oleh warga kampong pueh,
Ustad Halim dan tamu dari kelompok 2 temaga dayak
yang ikut meramaikan acara perpisahan kami di
kampong pueh. Acara berjalan dengan cukup baik dan
sangat mengharukan.
Karna aku pun tau setiap pertemuan mestilah ada
perpisahan. Seakan keduanya tidak dapat kita hindari.
Malam itu sangat berat bagiku, teman-temanku dan
warga kampong pueh. Hubungan kami sudah terjalin
dengan baik. Tapi tak mengapa, aku yakin dan selalu
berdoa kita akan dipertemukan kembali dalam keadaan
yang lebih baik lagi.
Pagi itu, dengan berat hati kami harus kembali
ke kuching untuk berkumpul bersama rombongan
sebelum balik ke Pontianak. Kami diantar oleh ustad
Zahari ke kuching. Dan sampainya di hikmah kami
semua berkumpul dari kelompok 1 sampai 9 untuk
mepresentasikan hasil laporan atau hasil pengabdian
50
kami selama di kampong. Dan Alhamdulillah kami
menjadi yang terbaik mewakili kampong pueh.
Nah, sore harinya kami dikasi waktu untuk jalan-
jalan dan beli oleh. Dan keeesokan harinya kami pun
pulang ke Pontianak.
Sangat menyenangkan bisa dipertemukan
dengan orang-orang baik. Walaupun ada rasa sedih
yang tak karuan karna berpisah. Tapi kami yakin akan
dipertemukan kembali dalam keadaan yang jauh lebih
baik. Dan aku selalu mendoakan kebaikan untuk orang-
orang baik yang pernah menngisi hari-hariku.
Dan yakin bahwa, ini bukanlah akhir. Ini adalah
awal yang baik bagi kita semua untu memulai dan
menjalankan segala seuatu untuk lebih baik lagi.
51
Dan inilah poto tentang diriku, kalau kalian
ketemu aku jangan lupa di sapa ya…
52
Ceritaku
Oleh SitiMahmudah
N
akan
kuliah di Universitas Islam Negeri
Antasari Banjarmasin. Jurusan
Pendidikan Matematika angkatan 2016. Disini saya
menceritakan pengalaman tentang KKN
Internasional Serawak, Malaysia di Desa Pueh ,
Sematan.
53
pertama dan mendapatkan desa yang sangat ramah
penduduknya, yaitu Desa Pueh.
54
Kami tinggal di Pueh kecil dirumah pakcik yanto
dan makcik yati. Dalam keluarga tersebut ada kaka
Aisyah, abang Fendi, abang Ali, Iin, Alisya serta Irfan.
Mata pencaharian keluarga ini yaitu bertani serta
mencari kayu dipegunungan. Rumah tempat kami
tinggal serta Surau Baitul Quddus tempat kegiatan
kami berlangsung terletak ditengah-tengah
persawahan. Adapun program kerja kami secara garis
besar yaitu mengajar mengaji, silaturahmi kepada
masyarakat pueh baik yang muslim maupun non
muslim, hafalan-hafalan surah pendek, dan lain
sebagainya.
55
kalau di desa susah mencarinya tidak seperti Indonesia
yang berlimpah pengisian air dimana-mana.
56
Indonesia , semakin ke pedalaman terpencil agama
seseorang jauh lebih kuat sebab jauh dari perkotaan.
Hal ini menjadi tantangan kami dalam pengabdian
masyarakat di Desa Pueh tersebut.
57
Indonesia juga sama seperti Malaysia yang sangat
indah dan terjaga kebersihannya.
58
Ceritaku
Oleh Mahdalina
59
akan ku ceritakan dari awal aku mendaftar sampe aku
pulang lagi ke kampus ku…….
60
bukan rezeki ku bisa pergi ke luar negeri. Aku men-
jalani kuliah seperti hari biasanya dengan muka
kecewa, sedih, dan lainnya. Dan tiba-tiba ada kejutan
yang sangat besar, tapi membuat hati dan pikiran ku
bimbang. Bagaiman ini?, apa yang harus aku lakukan?.
Dan kejutannya itu adalah….. semester 5 boleh
mengikuti kegiatan ini, aku sangat bersyukur, aku gak
mikir terlalu lama, aku hanya mengingatkan tujuan ku
diawal aku harus bisa ikut pengabdian masyarakat ke
Malaysia ini. Aku mulai mendaftar melengkapi semua
berkas-berkas yang diminta dan mengikuti seleksi
berkas. Tibalah di pagi hari, yang aku tahu hari itu
adalah tes lisan, tapi aku gak tahu bahwa aku lolos
seleksi berkasnya. Aku sudah tiba di kampus, lalu
temen aku bilang “kita lolos seleksi berkasnya”, aku
benar-benar kaget, kalau aku lolos seleksi berkas
berarti hari ini aku tes lisan dong, ya Allah aku gak ada
persiapan sama sekali.tapi kepercayaan diriku saat itu
sangatlah tinggi, aku memberanikan diri buat
mengikuti tes lisan ini. Masuk lah aku ke ruangan tes
61
tersebut, begitu campur aduknya hati ini, memikirkan
ya ampun gimana ini tesnya? aku bisa apa engga? Tapi
tekat ku satu “ Aku Pasti Bisa dan Pasti Lolos!”. Nama
ku dipanggil pertama, dan aku menempati kursi tes itu,
dan mengikuti tes dengan berusaha sebaik mungkin,
masa tes sudah berlalu dan aku sangat puas dengan tes
itu, hatiku semakin kuat bilang “ Mahda kamu pasti
lolos”, oke… dan ternyata ada lagi tes, yaitu tes
wawancara menggunakan bahasa inggris. Aku sama
sekali gak ada mempersiapkan buat tes ini dari bulan
sebelumnya, ya tapi gimana lagi, waktu tes sudah
didepan mata. Sekarang waktunya aku tunjukin
kemampuanku berbahasa inggris tanpa persiapan
apapun. Detik demi detik berlalu, dan akhirnya tes ku
selesai. Singkat cerita, aku bersyukur kepada allah
karena aku diberi kesempatan buat pergi keluar negeri.
62
aku mengerti dengan kehidupan mandiri yang
sebenarnya.
63
berada di ujung kegiatan kita yaitu perpisahan. Aku
mungkin gak akan cerita soal ini, sebab pasti teman-
teman ku udah pada cerita semua dibagian atas.
Maaf lupa….
64
Kalau kalian bingung kenapa aku pake cadar,
kalian bisa tunggu cerita ku selanjutnya ya……
Terimakasih …….
65
Kampung Pueh berdiri sekitar 100 tahun yang lalu.
Awalnya kampung pueh ini adalah bagian dari Indonesia namun
saat penjajah datang maka wilayah ini dibagi menjadi milik
Malaysia. Pueh sendiri berasal dari nama rumput, rumput pueh.
Masyarakat kampung pueh memiliki beragam agama dan
kepercayaan, ada Kristen, Islam, Paganisme, dan Budha.
Akan tetapi dari beragam agama dan kepercayaan tersebut
tidak membatasi masyarakat kampung pueh untuk saling
menghargai, saling menolong.
Masyarakat kampung pueh sangat ramah, sangat akrab,
sangat berkeluarga. Disanalah tempat kami mengabdi dalam
program PPM dari 2 sampai 26 Desember 2019.
66