Anda di halaman 1dari 66

1

Kata Pengantar

Alhamdulillah kami haturkan kepada Allah swt


atas segala kenikmatan, kemudahan dan hidayah yang
telah diberikan. Hanya dengan karunia-Nyalah pada
akhirnya buku DI BUMI PUEH, telah terselesaikan.
Buku yang ada di tangan pembaca merupakan hasil
kolaborasi tulisan naratif populer tentang Sejarah,
Profil dan perkembangan desa yang ada di Pueh
Sematan, Serawak Malaysia . Dalam Buku ini terdapat
9 bagian tema tulisan: Pertama tentang Sejarah
Kampung Pueh, Bagian kedua Kehidupan Sosial
Masyarakat, Bagian Ketiga tentang Pendidikan di
Kampung, Bagian Keempat Profil Tokoh Masyarakat,
Bagian Kelima Tentang Ekonomi Masyarakat, Bagian
Keenam Adat dan Kebudayaan, Bagian Ke Tujuh
Tentang Keagamaan, Bagian Kedelapan Tentang
Pariwisata/Estimasi di Kampung, Bagian Kesembilan
Tentang Cerita Kami Berada Di Kampung Pueh.

2
Buku ini hanyalah semata-mata dari pemikiran
manusia yang memiliki banyak kekurangan, maka Tim
Penulis menyadari tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membagun
dari semua pihak sangat diharapkan demi tercapainya
sebuah kesempurnaan atau paling tidak mendekati
kesempurnaan karena kesempurnaan yang sebenarnya
hanyalah milik Allah semata.

3
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................. 4

A. SEJARAH KAMPUNG PUEH.....................................5


Mahdalina
B. PENDIDIKAN DI KAMPUNG .....................................7
Miftah Ihsan
C. PROFIL TOKOH MASYARAKAT ............................11
Mahdalina
D. EKONOMI MASYARAKAT ......................................18
Mahdalina
E. ADAT DAN KEBUDAYAAN ....................................20
Nia Amirah Rif’ad
F. KEAGAAMAAN ........................................................ 22
Miftah Ihsan
G. PARIWISATA/DESTINASI DI KAMPUNG .............24
Siti Mahmudah
H. CERITA PENGABDIAN KAMI DI KAMPUNG
PUEH ...........................................................................35

4
Sejarah Kampung Pueh
Oleh Mahdalina

Dalam menyelusuri sejarah kampung Pueh


Sematan, kami melakukan wawancara dengan
Penghulu Kampung atau biasa disebut dengan Camat.

Kampung pueh sudah berdiri sekitar 100 tahun,


Nenek moyang berasal dari sungai selako sambas
Kalimantan Barat, dan mulai imigrasi ke tanah pueh
untuk bercocok tanam mencari tempat yang sesuai
awalnya kampung pueh ini adalah bagian dari
Indonesia, namun saat penjajahan datang maka wilayah
ini di bagi menjadi milik Malaysia. Kata Pueh sendiri
berasal dari rumput. Konon waktu dulu saat penjajahan
beberapa orang pergi ke bukit untuk menyelamatkan
diri dari kejaran kolonel, namun para kolonen tidak
dapat menemukan mereka sebab mereka bersembunyi

5
di balik rumput-rumput pueh, karena rumput pueh yang
sangat banyak sehingga mereka terlindungi dari
kolonel itu dan mereka terselamatkan. Sebab itu lah
mereka sebut kampung pueh. Warga disini merupakan
orang yang suka bercocok tanam, sebab itu lah mereka
pergi merantau mencari tempat yang cocok, sampailah
mereka di serawak Malaysia ini, disini tanahnya bagus
sangat cocok sekali untuk mereka bercocok tanam, dan
sebab itu juga lah mereka menetap disini.

Suku yang ada di kampung pueh ini adalah suku


selako (dayak selako), karena berbagai orang datang
kekampung ini seperti china, melayu, dan lain
sebagainya. Maka suku disini sekarang menjadi
beragam tidak hanya suku dayak selako saja. Budaya
dayak selako ini sama pada umumnya seperti suku
melayu, ada khitanan, potong rambut, dan lain
sebagainya.

6
Pendidikan Di Kampung
Oleh : Miftah Ihsan

inggu, 22 Desember 2019. Setelah sholat

M subuh berjamaah kami biasa santai di teras


Surau Baitul Quddus kampung Pueh,
Sematan, Lundu bersama pakcik dan makcik sekitar
surau.

Pagi itu, Pak Abdollah atau disebut disana


pakcik dollah merupakan tokoh masyarakat muslim
yang ada disana. Saya berbincang bincang santai
dengan beliau sambil bertanya tentang pendidikan
warga kampung pueh terkhusus masyarakat
muslimnya. Berdasarkan penuturan pakcik dollah, di
Pueh sendiri hanya ada berdiri Sekolah Kebangsaan
Pueh (Sederajat SD) untuk umur 6 sampai 12 tahun dan
untuk peraturan terbaru sekarang diperbolehkan dari

7
umur 5 tahun. SKP sendiri dalam satu kelas memuat
kurang lebih 30 orang anak. Itu untuk kebanyakan anak
muslim di sana.

Pakcik dollah sendiri memiliki 4 orang anak,


anak pertama beliau bernama Nurul Emilda. Nurul
Emilda telah menyelesaikan SPM (Sijil Pelajaran
Malaysia) atau sederajat dengan SMA dan melanjutkan
Diploma di Slango. Anak kedua beliau bernama
Aiman, Aiman ini sedikit membuat saya terkejut, dia
berumur 10 tahun tetapi awal mula kami belajar
mengaji bersama dia termasuk anak yang aktif dan dia
sudah bisa berbahasa inggris dan mandarin dengan
lancar itu yang membuat saya terkejut. Aiman
bersekolah di sekolah Chung Hua, sekolah cina di
Sematan. Sama seperti Sekolah kebangsaan Pueh,
Sekolah Chung Hua juga untuk umur 6 sampai 12
tahun, walaupun sekolah itu sekolah cina tetapi
pelajaran didalamnya memuat pelajaran asas fardhu
ain. Semua sekolah di seluruh kerajaan malaysia harus

8
memuat pelajaran berbasis islam, karena jika ada
memuat pelajaran islam pihak kerajaan akan
membantu dengan mengirimkan pengajar, ustadz
untuk mengajar pelajaran islam tersebut.

Anak anak muslim di kampung Pueh hanya


sedikit, mereka kisaran umur 5 sampai 11 tahun dan
untuk yang ingin bersekolah lanjut, mereka mesti pergi
ke lundu atau ke kuching.

Makcik-makcik dan pakcik-pakcik muslim di


Pueh rata-rata memiliki pendidikan sampai SPM Sijil
Pelajaran Malaysia selain dari Pakcik dollah dan
istrinya yaitu Siti Nur Hidayah, mereka melanjutkan
pendidikan sampai STPM Sekolah Tinggi Pelajaran
Malaysia. STPM sendiri ada hanya di lundu dan untuk
lebih banyak bidang mestilah ke Kuching. STPM
setara dengan Sarjana jika di Indonesia (S1). Untuk
syarat lulus dari STPM adalah menyelesaikan empat
pelajaran kredit dari lima diantaranya Pengajaran

9
Amm, Sejarah Islam (diwajibkan semua pelajar
termasuk non muslm) dan lainnya.

Jadi untuk warga kampung pueh yang muslim,


mereka rata-rata memiliki pendidikan sampai SPM
(Sijil Pelajaran Malaysia) selain Pakcik Dollah dan
istrinya yaitu sampai STPM (Sekolah Tinggi Pelajaran
Malaysia).

10
Profil Tokoh Masyarakat
Oleh Mahdalina

Struktur kepengURUSAN KAmpung


Kampung pueh ini terbagi menjadi dua yaitu
kampung pueh besar dan kampung pueh kecil. Jumlah
seluruh penduduk di kampung pueh ini sekitar ±1628
jiwa sampai pada tahun 2019 ini, dan terdapat 258
rumah. Kampung pueh besar terdapat ± 600 jiwa dan
terdapat 72 rumah, dan sisanya berada di kampung
pueh kecil. Jumlah Warga Kampong Pueh Kecil ± 300
jiwa, terdapat 64 buah rumah, terdapat 76 keluarga.
Adapun struktur kepengurusan kampung ini yaitu:

Ketua Kampong Pueh Besar : Pak Cik Iran

Ketua Kampong Pueh Kecil : Keke Lida Anak

Binet

11
Wakil Ketua : Numban Anak Jista

Sekretaris : Abah anak Irun

Bendahari : Puan Bonika anak Midel

Biro Agama : Pak Cik Anizan

Profil WArgA SetempAt

Ali karya winata adalah salah satu masyarakat di


kampung pueh ini. Dia sering di panggil dengan
sebutan bang Ali. Dia lahir di Tembaga Melayu,
Serawak Malaysia pada tanggal 28 november 1998.

12
Dia putra dari ibu Siti Nur Hayati dan bapak
Muhammad Sabtaji. Dia merupakan anak bungsu dari
empat bersaudara, saudara pertama yang bernama
cahyadi yang kedua M. Zulfikar, dan yang terakhir
saudari nya bernama Zakiah Megawati.

Dia pernah menempuh pendidikan di SDN Suka


Sirna Jawa Barat, dan melanjutkan pendidikan di
Pondok Pesantren Miftahul Huda Jawa Barat, sekarang
dia sudah bekerja sebagai Buruh, dan dia juga
mempunyai hobbi bermain sepak bola.

13
Abdullah bin Poli adalah salah satu masyarakat
yang ikut berperan aktif dalam kegiatan, dia sering
pergi kesurau ikut solat berjamaah, dan juga beliau
selalu mengantar anak nya pergi ke surau (mushola)
untuk mengikuti program yang kita adakan. Tempat
lahirnya di Sandung Jaya, pada tanggal 30 agustus
1978. Tempat tinggalnya sekarang di Kampung Pueh,
sematan. Pekerjaannya sebagai Buruh Upah. Beliau
mempunyai 4 orang anak yang bernama Nurul Imelda,
Aiman Haikal, Afiq Rayyan, Ammar Danish.

14
Penghalsilan tetap nya selama satu bulan sekitar Rm.
800

Afandy bin Dullah, adalah menantu dari


keluarga Pak Yanto dan Mak Yati. Sering kita panggil
Bang Fen. Dia kelahiran Miri (Serawak), pada tanggal
10 Desember 1980. Pekerjaannya sebagai seorang
buruh. Dia mempunyai istri yang bernama Siti Nur
Aisyah, yang sering kami sebut dengan kak Aisyah.
Kak Aisyah ini sosok perempuan yang sangat kuat,
pinter, dan pandai masak. Wah masakannya itu top
enak banget, seperti masakan chef pada umumnya.
Mereka berdua di karunia 2 orang anak yang bernama

15
Muhammad Irfan, inilah anak mereka yang sangat
pandai mengaji dan paling banyak hafalan Qurannya,
dan Nur Alisya dia anak bungsu dari bang Fen dan Kak
Aisyah, anaknya sangat imut dan lucu, dia juga pandai
mengaji. Kelurga mereka ini merupakan keluarga yang
humoris dan sweet sekali.

Inilah Mak Yati dan Bapak Yanto, yang


memberikan kita tempat tinggal yang nyaman,
membantu kita saat kita menjalankan kegiatan/
program kerja. Mak Yati orangnya sangat baik, kalau

16
kita gak masak pasti dia masakin buat kita, dia gak mau
kalau sampai kita semua kelaperan. Dan Pak Yanto
orangnya juga sangat baik dan perhatian.

17
Ekonomi Masyarakat
Oleh Mahdalina

Mata pencaharian utama penduduk kampung


pueh ini adalah petani (bercocok tanam). Berbagi cerita
ini pengalaman kami selama di kampung Pueh ini,
kami ikut masyarakat khususnya Mak Yati, kami ikut
bercocok tanam yaitu menanam padi. Ini pengalaman
pertama kami, pertama kalinya kami menanam pagi,
kalau dibilang sulit engga juga sih sebenarnya, tapi
yang namanya juga pengalaman pertama, gak tau cara

18
yang benar gimana buat menanam padinya, kita di
ajarin sama Mak cara menanam padi. Akhirnya kita
bisa menanamnya dengan benar. Inilah mata
pencaharian mereka, dari menanam padi inilah mereka
menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan
mereka sehari-hari. Yang namanya juga bertani
menanam padi pastilah penghasilan perbulan itu tidak
tetap, tapi bisa diperkirakan penghasilan Mak
mencapai Rm. 500. Pada umumnya pekerjaan mereka
bukan hanya sekedarpetani saja namun ada sebagian
yang menjadi nelayan tetapi itu hanya dijadikan
pekerjaan sampingan. Ada juga yang bekerja di
kantoran, dll.

19
Adat dan Kebudayaan
Oleh : Nia Amirah Rif’ad

ari Jum’at, 6 Desember 2019 dengan

H penghulu kampung kami berbincang dan


bertanya-tanya tentang budaya dan
kebiasaan kampong pueh. Suku asal nya adalah dayak
selako akantetapi karena banyak pendatang di
kampong pueh maka kampong pueh sendiri ada suku
melayu, dayak, jiran, bahkan suku cina pun menjadi
bagian dari kampong pueh. Budaya dan kebiasaan suku
dayak disini hampir sama dengan suku melayu. Ada
sunatan, ada tubok telinga, ada gunting rambut seakan
akan melayu, tidak jauh dari budaya melayu. Dari segi
makanan bahkan cara berpakaian pun sama. Dan
bahasa yang dipakai di kampong ini pun bahasa
melayu.

20
Dari keberagaman masyarakat kampong pueh
untuk pekerjaan masyarakat kampong pueh rata-rata
adalah adalah petani, berkebun, ada yang menjaring
ikan (nelayan). Pekerja sawit dan toreh getah hanya
sebagian kecil saja. Tidak berbeda jauh dari kebiasaan
warga Indonesia pada umumnya. Toleransi antar
ummat beragama disini sangatlah baik. Sudah menjadi
budaya dan kebiasaan warga kampong pueh untuk
saling menghormati masing-masing agama yang dianut
masyarakat peuh.

Yang uniknya di kampong pueh ada suatu


kebiasaan yang sudah turun menurun seperti gawai
dayak, lebaran, hari natal, cap go meh atau perayaan-
perayaan masing-masing agama. Haruslah berkunjung,
saling toleransi dan menghargai agama masing-
masing. Ini yang menjadikan kampong pueh bisa
berdiri walaupun terdapat banyak sekali suku, budaya,
kebiasaan, dan agama antar masyarakat. Dengan hidup
rukun dan saling menjaga.

21
Keagamaan
Oleh : Miftah Ihsan

aktu sore Jum’at, 6 Desember 2019 kami

W mengisi kekosongan waktu kami dengan


berziarah ke penghulu kampung.
Penghulu kampung adalah orang yang mengatasi setiap
ketua kampung, dia mengetahui semua kampung yang
ada di zonanya. Ketua kampung mengetahui secara
detail tentang berapa warganya, agamanya, jumlah
rumah, batas kampung dan lainnya. Setelah itu, para
ketua kampung melaporkan kepada penghulu kampung
zona tersebut.

Penghulu kampung yang kami ziarahi bernama


Ramel. Dia seorang kristen. Kami bertamu kerumah
beliau dibawa oleh Pakcik sadam, seseorang yang

22
mengenal seluk beluk kampung pueh dan dia seorang
muslim.

Kami berbincang-bincang dengan penghulu


kampung mengenai desa pueh termasuk tentang
keagamaannya. Penghulu kampung menjelaskan
bahwa untuk di pueh sendiri memiliki beragam
kepercayaan dan agama. Ada yang beragama islam
atau biasa disebut untuk orang yang masuk Islam di
kampung setempat adalah saudara baru. Masyarakat
muslim disana sedikit karena mayoritas disana adalah
kristen, untuk surau di pueh ada satu, yaitu surau baitul
quddus. Selain Islam dan kristen ada juga warga pueh
yang masih berpegang pada kepercayaan lama atau
disebut dengan paganisme yaitu kepercayaan kepada
benda-benda bahwa benda memiliki kekuatan
tersendiri seperti, pohon, batu, gunung, dan
sebagainya.

23
Pariwisata/Destinasi
di Kampung Pueh
Oleh Siti Mahmudah

RumAh PANJANG

Rumah panjang adalah salah satu rumah adat


dayak dari daerah Kalimantan Barat. Dahulu desa Pueh
termasuk wilayah Indonesia. Tetapi, saat dijajah oleh

24
kolonial Belanda wilayah ini di bagi dan menjadi milik
Malaysia.

Rumah panjang merupakan ciri khas dari


masyarakat dayak Salako. Hal ini dikarenakan rumah
panjang adalah gambaran sosial kehidupan masyarakat
dayak dan merupakan rumah pertama yang ada di desa
Pueh.

Pada umumnya, rumah panjang digunakan untuk


tempat tinggal beberapa keluarga. Akan tetapi, rumah
panjang tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal
saja, tetapi untuk menghindari dari serangan binatang

25
buas dan menjaga keselamatan keluarga dari serangan
suku-suku lain dalam masyarakat dayak. Rumah
panjang juga sering kali digunakan masyarakat dayak
Salako untuk kegiatan-kegiatan seperti rapat, upacara-
upacara adat atau ritus-ritus yang ada dalam
masyarakat dayak “kata abang Ali” warga setempat
desa Pueh.

Untuk masuk ke rumah panjang harus


menggunakan tangka (anak tangga). Rumah panjang
waktu pertama dibangun hanya memilki 9 kamar
dulunya. Tapi, seiring berjalannya zaman rumah
panjang terdiri dari 20 kamar dan memiliki lebih dari
20 keluarga. Rumah panjang telah dibangun hampir
26
100 tahun yang lalu dan banyak di kunjungi wisatawan
luar pulau “kata Pak cik Saddam”.

Bagian rumah panjang desa Pueh terdiri dari


pante (tempat jemur), samihk (hall), bonceng (kamar)
dan dapur. Setiap bagian dari rumah ini memiliki
fungsi tersendiri. Semua ruangan di rumah panjang ini
dilengkapi dengan peralatan modern seperti kulkas,
televisi, dan ponsel. Build kayu asli masih
dipertahankan untuk memastikan nilai rumah panjang
sebelumnya masih dilindungi.

27
Penduduk dapat membeli hasil kerajinan dari
penduduk desa di bagian samihk dengan harga yang
wajar. Oleh karena itu, rumah panjang bukan hanya
milik pribadi saja tetapi juga milik masyarakat dayak
setempat.

PANTAi

Pantai di desa Pueh juga merupakan tempat


wisata yang bagus untuk dikunjungi. Banyak
wisatawan dari luar daerah pueh serta warga setempat

28
berkunjung ke sana. Pantai Pueh tidak jauh dari
pemukiman warga, hanya berjarak sekitar 2 km dari
Surau Baitul Qudus. Pantai Pueh tidak sulit untuk
dikunjungi karena akses jalan menuju kesana sangat
bagus

Pantai yang ditutupi dengan pasir putih yang


dapat memukau setiap pengunjung yang datang kesana.
Pengunjung dapat melakukan aktivitas di pantai seperti
mandi, olahraga pantai, dan lain-lainnya. Ada dua
pulau di tengah-tengah pantai yang bisa kita lihat dari
area pantai yang bernama Talang dan Talang Island.

29
Untuk pengunjung jangan sampai melewatkan
untuk memancing di sekitar pantai Pueh. Disana
pengunjung dapat menyewa kapal atau kapal dari
penduduk setempat untuk membawa pengunjung
ketujuan yang banyak mendapatkan ikan.

30
Gunung Pueh

Gunung Pueh merupakan salah satu kebanggaan


desa Pueh yang hijau dan masih dilindungi. Tinggi
gunung Pueh mencapai 1356 meter. Pengadilan daerah
hutan di sekitar gunung Pueh oleh Depertemen Hutan
Sarawak memastikan sifat flora dan fauna akan terus
dilindungi dan tidak diganggu oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab.

Berbagai kegiatan telah diadakan oleh berbagai


pihak untuk menikmati keindahan daerah hutan ini
seperti eksplorasi dan juga menyulap trecking akhir-
akhir ini. Jika anda ingin tantangan nyata, gunung Pueh

31
adalah tempatnya dan jarak tempuhnya pun lumayan
lama yaitu 1 hari 1 malam dengan jalan kaki.

Air Terjun

32
Desa Pueh memiliki banyak tempat wisata
misalnya air terjun yang sangat indah. Air terjun
terbagi menjadi dua bagian, yaitu air terjun Sebat dan
air terjun Jangkar. Air terjun Sebat merupakan air
terjun yang sering dikunjungi oleh pendatang lokal
maupun non lokal. Tempatnya yang mudah dijangkau
serta ke asrian alamnya yang masih terjaga membuat
mata pengunjung menjadi tidak mau lepas untuk
melihat keindahannya.

Berbeda dengan air terjun Jangkar, meskipun


jaraknya tidak jauh dari air terjun Sebat tetapi, akses
menuju kesana sangat sulit. Ditambah harus jalan kaki

33
naik ke sana, serta tidak bisa menggunakan transportasi
menuju air terjun tersebut. Akibatnya, menghambat
niat para wisatawan untuk pergi kesana.

Jarak dari desa Pueh ke Air terjun Sebat kurang


lebih 10 menit kalau menggunakan mobil. Jalan
menuju air terjun Sebat aksesnya pun mudah, serta
transportasi pun dapat masuk kesana. Karena, wilayah
sekitarnya telah dikelola masyarakat. Kalau mau mandi
di air terjun Sebat, cukup sediakan uang sebesar 5 RM
atau senilai dengan 17.005 rupiah sudah bisa
menikmati keindahan air terjun sepuasnya.

34
Cerita Pengabdian Kami
di Kampung Pueh

Ceritaku
Oleh : Miftah Ihsan

umulai cerita perjalanan KKN 2019 ku dengan

K Bismillah. Aku berasal dari desa Hantakan,


Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan
Selatan. Sekarang aku tinggal dipondok pesantren
darul ilmi, Liang Anggang, Banjarbaru. Dan kuliah di
UIN Antasari Banjarmasin mengambil jurusan PAI.
Bermula dari mencari informasi tentang KKN karena
aku ingin memaksimalkan waktuku di kuliah dan
ketemulah berita bahwa diadakan KKN Internasional
ke Malaysia. Kami yang berasal dari Pondok pesanten

35
darul ilmi bertujuh orang mencoba untuk mendaftarkan
diri untuk KKN Internasional. Kami mengikuti
prosudernya akan tetapi kami tidak terlalu berharap
bahwa kami bakalan lulus. Kami serahkan hasil kepada
Allah, kami berkata: jika emang ketentuan Allah kita
bakal kesana, walaupun tidak ikut tes pun pasti bakal
kesana.

Hari pengumuman kami tunggu dan


Alhamdulillah ternyata kami bertujuh dari darul ilmi
lolos semua. Hari terus berlalu dengan pengurusan
segalanya dan tibalah hari keberangkatan kami untuk
KKN. Prosudural perjalanan kami adalah dari bandara
samsudinor banjarbaru, transit ke bandara juanda
surabaya, akhir kami di bandara supadio Pontianak.
Kami menginap di hotel nusantara dekat IAIN
Pontianak.

Banyak kegiatan yang kami lakukan selama di


pontianak, kami begitu menikmati pontianak,
pontianak begitu indah dan bagus. Kami tidak

36
menyianyiakan waktu yang ada selama dipontianak
untuk berdiam diri, kami selalu menelusuri tempat
menarik disana.

Waktu pembekalan dan keberangkatan pun tiba,


kami berangkat dari IAIN Pontianak dengan bus besar
damri, menuju perbatasan dari jam 21.00 sampainya
jam 03.00, kami menunggu gerbang perbatasan buka
jam 05.00. dari perbatasan menuju kuching sekitar 3
jam an. Di kuching kami menuju hikmah (harakatul
islamiyah) jika diibaratkan di indonesia hikmah adalah
MUI nya Indonesia. Di hikmah kami disambut dengan
begitu ramah dan pada hari itu juga kami di bagi
kelompok. Total kami keseluruhan adalah 35 dibagi
menjadi 9 kelompok. Di pembagian kelompok tersebut
Aku berkeyakinan bahwa teman-teman yang bakalan
satu kelompok denganku adalah yang terbaik bagiku,
karena aku yakin Allah pasti selalu memberikan aku
yang terbaik, menurutNya. Kami mendapat kelompok
satu, dengan beranggotakan 4 orang, Aku, Nia Amirah

37
Rifad, Siti Mahmudah dan Mahdalina. Dan kampung
yang diberikan ke kami adalah kampung pueh,
sematan, lundu. Aku mengatakan kepada diriku, inilah
yang terbaik menurut Allah bagiku. Karena niat dari
awal adalah mengabdi kepada masyarakat, mengabdi
kepada ummat rasul, menyenangkankan hati
rasulullah. Semoga Allah memudahkannya.

Selesai pembagian kelompok, kami istirahat


sambil bersiap menunggu jemputan untuk menuju
kampung kami. Dan Alhamdulillah disana kami
dipertemukan dengan pakcik sadam, perwakilan dari
kampung pueh yang menjemput kami. Pakcik sadam
begitu baik, ramah dan kami senang dengan pakcik
sadam.

Dari hikmah menuju kampung pueh dapat


ditempuh sekitar 3 sampai 4 jam. Kami sampai di pueh
pada waktu magrib. Disanalah kami mengabdi,
disanalah kami belajar, kami belajar banyak dengan
masyarakat kampung pueh, pakcik makcik disana

38
begitu ramah, begitu menerima dengan kami, semangat
mereka dalam belajar mangaji belajar agama membuat
kami malu untuk mengeluhkan lelah. Kami malu jika
kami lelah, kami malu jika kami tidak semangat.
Masyarakat disana begitu akrab begitu antusias kepada
kami, itulah keluarga baru kami, itulah keluarga besar
kami. Saking akrabnya, kami bahkan sering bergurau
sering bercanda sering bertukar cerita. Mereka selalu
menjadi motivasi kami. Selama masa bakti 25 hari
tepatnya mulai tanggal 2 sampai 26 Desember 2019
hari demi hari tak terasa. Kami merasa masa bakti
selama 25 hari itu sangatlah kurang. Banyak yang
belum bisa kami berikan itulah yang membuat kami
sedih.

Kami sangat bersyukur dengan semua yang


Allah aturkan kepada kami. Begitu indah. Sampai kami
pun tak bisa berkata apa apa selain dari Syukur
Alhamdulillah, Syukur Alhamdulillah, Syukur

39
Alhamdulillah. Pengalaman yang tak akan pernah
terlupakan, pengalaman yang sangat berkesan.

40
Ceritaku
Oleh Nia Amirah Rif’ad

i ujung pulau Borneo, Kampong Pueh,

D
Indonesia.
Sarawak, Malaysia. Kami datang dari
berbagai perguruan tinggi islam negeri di
Dalam Program Pengabdian
Masyarakat, disinilah kami dipertemukan untuk
kepada

memulai cerita baru. Kelompok 1 Al-Maula dengan


harapan kami selalu menjadi yang terdepan. Pertama
kali pembagian kelompok kami tidak saling mengenal,
sampai pada akhirnya kami menjadi satu kelompok,
dan dimana kami harus saling kenal bahkan bekerja
sama untuk satu bulan kedepan.
Singkat cerita mungkin aku akan
memperkenalkan personil dari kelompok ku yang amat
kusayangi saat ini. Kelompok 1 Al-Maula terdiri dari 4
personil; Ada Miftah Ihsan dari UIN Banjarmasin, Siti

41
Mahmudah dari UIN Banjarmasin, Mahdalina UIN
Banjarmasin, dan terakhir aku sendiri yang menjadi
berbeda. Namaku, Nia Amirah Rif’ad dari IAIN
Pontianak. Kami dijemput dan dibawa ke kampong
pueh bersama Pakcik sadam yang merupakan salah
satu warga kampong pueh. Selama kurang lebih 2 jam
perjalanan dari Hikmah, Kuching menuju kampong
pueh. Kami pun banyak berbincang dan mulai saling
mengenal satu sama lain.
Mendengar cerita dari pakcik bahwa lokasi KKN
yang akan kami tempati adalah perkampungan yang
mana Ummat Islam menjadi minoritas. Dalam hatiku
berkata, semoga bisa menjadi bermanfaat, dan akupun
sangat percaya dengan personil kelompok ku bahwa
kita bisa melewati masa masa ini bersama. Kami
melewati sungai kuching dan menyebrang dengan
menggunakan kapal feri. Sesampainya di Kampong
Pueh kami disambut dengan hangat walaupun sedikit
canggung, ya aku paham ini kali pertama dan awal dari
segalanya. Kami tinggal di rumah makcik yati yang

42
biasanya kami panggil mak dan pakcik yanto saat itu,
ku kira kita bakal tinggal di rumah pakcik sadam
ternyata tidak. Rumah yang kami tempati berada persis
di sebelah surau, yaitu surau baitul quddus namanya.
Malam pertama kami dirumah makcik yati kami
semua berkumpul di ruang keluarga rumah mak yati.
Kami saling memperkenalkan diri, begitu juga dengan
kelarga mak yati. Kami merasa sangat disambut
dengan baik, jadi di dalam rumah mak yati ada anak
pertama nya mak bernama kak aisyah atau yang sering
kita panggil akak, kak aisyah sudah memiliki suami
yaitu bg effendi dan dua orang anak., anak laki-laki
bernama irfan yang masih duduk di bangku sd, dan
yang perempuan bernama alisya yang baru mau masuk
sekolah tadika atau TK. Kemudian mak yati memiliki
anak laki-laki yang berarti adek nya kak aisyah, yaitu
bang ali. Saat perkenalan malam itu juga ada pakcik
Dollah yang merupakan jamaah surau sekaligus warga
kampong pueh, dan juga ada pakcik sadam.

43
Keesokan harinya kami memulai aktivitas di
pueh dengan mengisi kegiatan-kegiatan kecil seperti si
miftah adzan dan menadi imam, kemudian kami
membersihkan surau. Jujur awal sekali, kami masi
bingung untuk membangun proker di kampong pueh,
kami pun mulai bertanya, mencari tahu informasi
seputar kegiatan yang biasanya anak PPM lakukan
ketika masa KKN. Dan yaa, bang ali banyak membantu
kami. Bang ali, anak laki-laki mak yati yang ternyata
seumuran dengan kita. Mendengar arahan dari bang ali
bahwa kami harus menunggu Ustad Halim untuk
ta’aruf secara resmi. Sambil menunggu hari itu, kami
pun mulai saling mengenal karakter masing-masing.
Aku, miftah, mudah, mahda dan bang ali. Kami sering
bersama membicarakan seputar cerita pribadi untuk
lebih mengenal satu sama lain.
Waktu itu hari rabu, bang ali bilang bahwa nanti
malam Ustad Halim akan datang ke surau untuk
mengisi ta’lim wanita sekaligus memperkenalkan kami
ke warga kampong pueh. Karna pada event itu jama’ah

44
sangat ramai datang ke surau. Ustad Halim adalah salah
satu da’i Hikmah yang ditugaskan sebagai pz atau
penanggung jawab zon sematan, termasuk kampong
pueh. Acara beralan dengan baik, kami pun telah
memperkenalkan secara resmi. Kami menyampaikan
maksut dan tujuan kami datang ke kampong pueh
untuk mengabdi, dengan harapan bisa menjadi
bermanfaat untuk warga kampong pueh.
Keesokan harinya kami memulai merancang
program-program yang akan kami jalankan. Mulai dari
solat 5 waktu, membersihkan surau, kajian ba’da subuh
dan maghrib, mengajar pakcik , makcik dan anak2
mengaji. Terkadang kami membantu mak ke sawah,
makan bersama, bantu kak aisyah masak, ziarah ke
rumah pakcik sadam. Untuk lebih mengenal satu sama
lain.
Tugas miftah sebagai seorang lelaki sangat
banyak, tapi kami menjalani nya dengan sangat senang,
semua itu mengalir begitu saja. Si Mudah adalah chef
kita, dia yang selalu memasak untuk kita, si mahda

45
membantu mudah, dan aku sendiri apapun yang bisa
kukerjakan aku lakukan, begitu juga miftah. Dia sangat
ramah kepada makcik dan pakcik.
Hari demi hari terus bergulir, setiap harinya
kami selalu mengevaluasi program apa yang baik untuk
esok. Kami pun berusaha memperbaiki segala
kekurangan yang ada. Kak aisyah, mak yati, bang ali
yang selalu ada membantu kita. Kami semakin dekat
dan mengenal satu sama lain. Bahkan dengan keluarga
mak yati, keluarga pakcik sadam. Pakcik Dollah yang
sering datang ke surau. Kami sangat senang
menjalankan program-program dengan adanya respon
positif dari warga.
Minggu kedua berada di pueh, kami kedatangan
tamu dari PPM terdahulu yang kebetulan pernah PPM
di Pueh, bang rahmat namanya. Karna ada bang rahmat
kami pun banyak sharing tentang masalah proker
proker yang ada. Waktu kian berlalu, selain kami terus
meningkatkan kinerja, dan memanfaatkan waktu saat
berada di pueh, kami berusaha menjadi bermanfaat.

46
Semakin hari semangat belajar pakcik, makcik dan
adek2 di kampong pueh sangat baik. Banyak
perubahan yang dirasakan warga pueh saat kita datang,
kami pun sangat bersyukur mendengar hal itu.
Waktu kian bergulir, rasa nyaman yang sangat
dalam berada di kampong pueh. Kami sangat
diistimewakan, kami diperlakukan dengan baik oleh
warga sekitar. Dan hubungan kami terjalin dengan
sangat indah. Kak aisyah yang sangat baik, mak yati
pun juga. Pakcik sadam yang selalu membawa kami
jalan-jalan agar tidak bosan, makcik salma istrinya
pakcik sadam yang sangat baik pula, iin anak angkat
keluarga mak yati yang ikut mewarnai hari-kami
selama berada di pueh.
Selain itu hubungan kami dengan kelompok
yang sangat dekat. Saling melengkapi, miftah yang
selalu menyelesaikan segalanya. Aku sangat bahagia
dipertemukan dengan orang-orang baik seperti mereka
bertiga. Miftah, mahda, dan mudah.

47
Kami melewati hari-hari bersama, menyelesai-
kan masalah yang terjadi, membangun rasa
keharmonisan yang teramat indah diantara kelompok
kami.
Minggu ketiga kami tetap melaksanakan proker
seperti biasa, hanya saja lebih tertata dan mulai
terbiasa, memahami satu sama lain dan sudah merasa
nyaman berada di kampong pueh. Di minggu ketiga ini
kami sudah berhasil merealisasikan agenda-agenda
besar dan kami mulai memikirkan proker akhir kami
yaitu perpisahan.
Memang awalnya aku merasa hampa karna
belum saling mengenal, tapi semakin hari, setelah
melewati berbagai hal bersama. Khusunya bersama
teman-temanku. Miftah, mudah, mahda, bang ali, kak
aisyah, adek2 ku irfan, alisya dan iin, juga bersama
mak yati dan pak yanto. Tak lupa pakcik sadam, pakcik
dollah, dan makcik salma.
Memikirkan untuk berpisah saja membuatku
sedih. Tapi kami tetap harus menjalani itu. Dan

48
akhirnya masih di minggu ketiga. Aku dan yang lain,
ditemani oleh pakcik sadam, bang ali, dan makcik
salma. Kami pergi ke kuching untuk membeli peralatan
perpisahan.
Perjalanan yang sangat menyenangkan, kami
membeli peralatan untuk perpisahan kemudian
kembali ke pueh. Sesampainya di pueh, ternyata rumah
pakcik sadam dan makcik salma terkena banjir. Dan
kami pun langsung bakti sosial untuk membantu
membersihkan rumah pakcik sadam yang terkena
banjir.
Hari yang sangat lelah tapi aku dan teman-teman
selalu mensyukuri apa yang terjadi. Bisa bermanfaat
sudah cukup untuk menutupi rasa lelah kami.
Tak terasa kami tinggal menghitung hari berada
di pueh, kami pun memaksimalkan hari yang tersisa.
Mengurus segala sesuatunya untuk acara nanti, dan
menyiapkan segalanya. Kami menyelesaikan target
kami.

49
Singkat cerita, tibalah malam itu. Malam
perpisahan. Yang dihadiri oleh warga kampong pueh,
Ustad Halim dan tamu dari kelompok 2 temaga dayak
yang ikut meramaikan acara perpisahan kami di
kampong pueh. Acara berjalan dengan cukup baik dan
sangat mengharukan.
Karna aku pun tau setiap pertemuan mestilah ada
perpisahan. Seakan keduanya tidak dapat kita hindari.
Malam itu sangat berat bagiku, teman-temanku dan
warga kampong pueh. Hubungan kami sudah terjalin
dengan baik. Tapi tak mengapa, aku yakin dan selalu
berdoa kita akan dipertemukan kembali dalam keadaan
yang lebih baik lagi.
Pagi itu, dengan berat hati kami harus kembali
ke kuching untuk berkumpul bersama rombongan
sebelum balik ke Pontianak. Kami diantar oleh ustad
Zahari ke kuching. Dan sampainya di hikmah kami
semua berkumpul dari kelompok 1 sampai 9 untuk
mepresentasikan hasil laporan atau hasil pengabdian

50
kami selama di kampong. Dan Alhamdulillah kami
menjadi yang terbaik mewakili kampong pueh.
Nah, sore harinya kami dikasi waktu untuk jalan-
jalan dan beli oleh. Dan keeesokan harinya kami pun
pulang ke Pontianak.
Sangat menyenangkan bisa dipertemukan
dengan orang-orang baik. Walaupun ada rasa sedih
yang tak karuan karna berpisah. Tapi kami yakin akan
dipertemukan kembali dalam keadaan yang jauh lebih
baik. Dan aku selalu mendoakan kebaikan untuk orang-
orang baik yang pernah menngisi hari-hariku.
Dan yakin bahwa, ini bukanlah akhir. Ini adalah
awal yang baik bagi kita semua untu memulai dan
menjalankan segala seuatu untuk lebih baik lagi.

51
Dan inilah poto tentang diriku, kalau kalian
ketemu aku jangan lupa di sapa ya…

52
Ceritaku
Oleh SitiMahmudah

ama saya adalah Siti Mahmudah. Saya

N
akan
kuliah di Universitas Islam Negeri
Antasari Banjarmasin. Jurusan
Pendidikan Matematika angkatan 2016. Disini saya
menceritakan pengalaman tentang KKN
Internasional Serawak, Malaysia di Desa Pueh ,
Sematan.

Sebelum itu, saya akan memperkenalkan teman


satu kelompok, yang terdiri dari Miftah Ihsan dari UIN
Antasari Banjarmasin, Nia Amirah Rif’ad dari IAIN
Pontianak, dan Mahdalina dari UIN Antasari
Banjarmasin. Kami dipertemukan di Ibu Pejabat
Hikmah, Kuching. Kami merupakan kelompok

53
pertama dan mendapatkan desa yang sangat ramah
penduduknya, yaitu Desa Pueh.

Setelah pelapasan di Hikmah, kelompok kami


dijemput oleh seorang lelaki setengah baya yang
bernama Pakcik Saddam. Beliau sangat baik terhadap
kami, bahkan di mobil pun dia bercerita tentang
keluarga beliau serta desa Pueh yang akan kami
tinggali selama kurang lebih 25 hari kedepan.

Desa Pueh merupakan desa yang terletak di


pedalaman Sematan, Serawak, Malaysia. Jarak tempuh
dari Kuching ke desa hanya memakan waktu kurang
lebih 3 jam lamanya. Pueh pun terbagi menjadi dua
bagian yaitu Pueh besar dengan ketua kampong Pakcik
Iran dan Pueh Kecil dengan ketua kampong Pakcik
Lida. Desa Pueh merupakan desa yang sangat indah
dan penduduknya pun baik. Meskipun disana
agamanya mayoritas non muslim, tetapi toleransi antar
umat beragama sangat lah bagus. Mata pencaharian
penduduk disana kebanyakan berkebun serta bertani.

54
Kami tinggal di Pueh kecil dirumah pakcik yanto
dan makcik yati. Dalam keluarga tersebut ada kaka
Aisyah, abang Fendi, abang Ali, Iin, Alisya serta Irfan.
Mata pencaharian keluarga ini yaitu bertani serta
mencari kayu dipegunungan. Rumah tempat kami
tinggal serta Surau Baitul Quddus tempat kegiatan
kami berlangsung terletak ditengah-tengah
persawahan. Adapun program kerja kami secara garis
besar yaitu mengajar mengaji, silaturahmi kepada
masyarakat pueh baik yang muslim maupun non
muslim, hafalan-hafalan surah pendek, dan lain
sebagainya.

Tempat wisata disana pun banyak, seperti Air


terjun Jangkar, Air Terjun Sebat, Pantai Pueh dan
Gunung Pueh. Meskipun di negeri jiran ini kota nya
bersih, penduduknya dilihat cukup sejahtera,
pekerjaannya pun cukup memadai tetapi bahan
sembako seperti gula, beras, telor dan sembako lainnya
sangat mahal, serta untuk pengisian air minum pun

55
kalau di desa susah mencarinya tidak seperti Indonesia
yang berlimpah pengisian air dimana-mana.

Ada beberapa hal juga yang saya kagumi di


tempat ini seperti, tidak ada penduduk setempat yang
berani buang sampah sembarangan karena kalau ada
yang berani buang sampah sembarangan akan
dikenakan denda sebesar 1.000,000,000 RM. Saat
penduduk muallaf yang baru masuk islam dan tidak
memiliki rumah, maka dari pihak Kerajaan Malaysia
akan membuatkan muallaf tersebut sebuah rumah yang
cukup bagus. Serta tempat pembuangan sampah
dimana-mana membuat negeri jiran ini semakin indah
karena kebersihannya.

Semakin ke pedalaman desa terpencil, semakin


asri pemandangannya yang dapat dilihat oleh mata
telanjang. Akan tetapi, sangat disayangkan sekali
semakin ke pedalaman agamanya semakin menurun,
akhlaknya pun kurang, serta terhadap orang yang lebih
tua tidak ada sopan santun. Bukan seperti Negara

56
Indonesia , semakin ke pedalaman terpencil agama
seseorang jauh lebih kuat sebab jauh dari perkotaan.
Hal ini menjadi tantangan kami dalam pengabdian
masyarakat di Desa Pueh tersebut.

Tantangan terbesar yang kelompok kami


rasakan yaitu kurangnya minat penduduk muslim
setempat untuk ke surau dan belajar membaca Al-
Qur’an. Padahal kedatangan PPM (Pekan Pengabdian
untuk Masyarakat) merupakan hal yang di nanti oleh
sebagian penduduk pueh. Karena ada sebagian
penduduk pueh sangat suka sama pelajar dari
Indonesia, dan ini merupakan bonus yang kami
dapatkan untuk menarik sebagian penduduk pueh
untuk belajar ilmu agama.

Negara Indonesia pun harus banyak belajar dari


negeri jiran ini, mulai dari menjaga kebersihannya,
membuang sampah pada tempatnya, menjaga ke
indahan alamnya, serta toleransi antar umat bergama
yang cukup bagus. Sehingga, lama kelamaan negeri

57
Indonesia juga sama seperti Malaysia yang sangat
indah dan terjaga kebersihannya.

Inilah diriku yang sebenarnya, see you ketemu di


cerita lain ya….

58
Ceritaku
Oleh Mahdalina

allo…… Assalamualaikum …… muslim

H dan muslimah sekalian, perkenalkan nama


ku Mahdalina, aku sering di panggil
Mahda, aku kuliah di UIN Antasari Banjarmasin
Jurusan Pendidikan Matematika. Heee…… Pasti
kalian bingung ya, kok jurusan Matematika
Pengabdian Masyarakatnya malah bertani, ngajar
ngaji, bukannya mengajar matematika?.

Aku akan menjawab semua kebingungan kalian,


tolong disimak ya…… Karena cerita ku ini adalah
akhir atau penutup dari buku ini.

Jadi, sebelum aku tiba di Pueh Malaysia begitu


banyak hambatan dan rintangan yang ku lalui, sekarang

59
akan ku ceritakan dari awal aku mendaftar sampe aku
pulang lagi ke kampus ku…….

Aku sudah menanti-nanti pengabdian


masyarakat di Malaysia ini sejak 3 bulan sebelum
dibukanya pendaftaran. Aku menabung, mempersiap
kan diri ku dan lain sebagainya. Tiba lah di bulan
November, hal yang sangat mengejutkan terjadi dan
membuat semangatku hilang. Tepat pada malam hari
saat itu aku buka social media (instagram), wowww
apa yang terjadi? Ternyata ada pengumuman bahwa
pendaftaran pengabdian masyarak ke Malaysia di buka,
ku baca semua isi pengumumannya dan akhirnya ini
membuat ku sangat kecewa, sedih, marah, semua
emosi ku hamper keluar semua disaat itu, karena yang
boleh mendaftar hanyalah semester 7. Hmmmm….
Sedangkan aku hanya semester 5, ketentuannya pun
berbeda dari tahun–tahun sebelumnya, ternyata
penatianku, persiapanku beberapa bulan ini sia-sia.
Aku mulai melupakan semuanya, mungkin ini memang

60
bukan rezeki ku bisa pergi ke luar negeri. Aku men-
jalani kuliah seperti hari biasanya dengan muka
kecewa, sedih, dan lainnya. Dan tiba-tiba ada kejutan
yang sangat besar, tapi membuat hati dan pikiran ku
bimbang. Bagaiman ini?, apa yang harus aku lakukan?.
Dan kejutannya itu adalah….. semester 5 boleh
mengikuti kegiatan ini, aku sangat bersyukur, aku gak
mikir terlalu lama, aku hanya mengingatkan tujuan ku
diawal aku harus bisa ikut pengabdian masyarakat ke
Malaysia ini. Aku mulai mendaftar melengkapi semua
berkas-berkas yang diminta dan mengikuti seleksi
berkas. Tibalah di pagi hari, yang aku tahu hari itu
adalah tes lisan, tapi aku gak tahu bahwa aku lolos
seleksi berkasnya. Aku sudah tiba di kampus, lalu
temen aku bilang “kita lolos seleksi berkasnya”, aku
benar-benar kaget, kalau aku lolos seleksi berkas
berarti hari ini aku tes lisan dong, ya Allah aku gak ada
persiapan sama sekali.tapi kepercayaan diriku saat itu
sangatlah tinggi, aku memberanikan diri buat
mengikuti tes lisan ini. Masuk lah aku ke ruangan tes

61
tersebut, begitu campur aduknya hati ini, memikirkan
ya ampun gimana ini tesnya? aku bisa apa engga? Tapi
tekat ku satu “ Aku Pasti Bisa dan Pasti Lolos!”. Nama
ku dipanggil pertama, dan aku menempati kursi tes itu,
dan mengikuti tes dengan berusaha sebaik mungkin,
masa tes sudah berlalu dan aku sangat puas dengan tes
itu, hatiku semakin kuat bilang “ Mahda kamu pasti
lolos”, oke… dan ternyata ada lagi tes, yaitu tes
wawancara menggunakan bahasa inggris. Aku sama
sekali gak ada mempersiapkan buat tes ini dari bulan
sebelumnya, ya tapi gimana lagi, waktu tes sudah
didepan mata. Sekarang waktunya aku tunjukin
kemampuanku berbahasa inggris tanpa persiapan
apapun. Detik demi detik berlalu, dan akhirnya tes ku
selesai. Singkat cerita, aku bersyukur kepada allah
karena aku diberi kesempatan buat pergi keluar negeri.

Beranjak pada masa saat aku berada di Pueh


Malaysia ini, begitu banyak pengalaman yang ku dapat,
begitu banyak kasih sayang yang diberikan, dari sinilah

62
aku mengerti dengan kehidupan mandiri yang
sebenarnya.

Orang bilang hidup mandiri itu ya sendiri,


menurut ku itu salah besar, ketika kita bersama orang
lain pun bisa di katakan mandiri. Kami berempat
tinggal di Pueh satu kelompok, satu bahasa, satu
agama, dan satu Negara, tapi berbeda karakter. Dicerita
ini aku gak akan membahas tentang teman-teman ku
saja, tapi aku akan berceritan tentang kami semua dan
warga masyarakat sekitar.

Pada malam itu, kita tiba di rumahnya Mak Yati,


yaitu rumah buat tempat tinggal kita selama kegiatan
berlangsung. Malam itu kita disambut dengan hangat,
dengan rasa kasih sayang. Beberapa warga berkumpul,
dan kita memperkenalkan diri satu-satu kepada warga
setempat. Dilihat dari raut wajah mereka, mereka
sepertinya suka dan senang dengan keberadaan kita.

Waktu begitu cepat berlalu, hari demi hari kami


melewati kebersamaan ini bersama warga, tak terasa

63
berada di ujung kegiatan kita yaitu perpisahan. Aku
mungkin gak akan cerita soal ini, sebab pasti teman-
teman ku udah pada cerita semua dibagian atas.

Mungkin sampai disini saja ceritaku ya…. Kalau


aku ceritain semuanya, takutnya kalian para pembaca
bosan membacanya..

Oke……. Terimakasih kepada kalian yang


sudah bersedia membaca cerita ku…… jangan lupa,
tunggu buku kita selanjutnya.

Maaf lupa….

Tapi inilah aku…..

64
Kalau kalian bingung kenapa aku pake cadar,
kalian bisa tunggu cerita ku selanjutnya ya……
Terimakasih …….

65
Kampung Pueh berdiri sekitar 100 tahun yang lalu.
Awalnya kampung pueh ini adalah bagian dari Indonesia namun
saat penjajah datang maka wilayah ini dibagi menjadi milik
Malaysia. Pueh sendiri berasal dari nama rumput, rumput pueh.
Masyarakat kampung pueh memiliki beragam agama dan
kepercayaan, ada Kristen, Islam, Paganisme, dan Budha.
Akan tetapi dari beragam agama dan kepercayaan tersebut
tidak membatasi masyarakat kampung pueh untuk saling
menghargai, saling menolong.
Masyarakat kampung pueh sangat ramah, sangat akrab,
sangat berkeluarga. Disanalah tempat kami mengabdi dalam
program PPM dari 2 sampai 26 Desember 2019.

66

Anda mungkin juga menyukai