SKENARIO 1
Dosen Pengampu :
dr. Aisyah Lahdji,MM,MMR
Disusun oleh :
Kelompok 1
Pertemuan I :
Moderator : M.Hanan Ramahendra (H2A016006)
Sekretaris : Lina Indah P.S (H2A016038)
Pertemuan II :
Moderator : M.Yahya Fadli (H2A016004)
Sekretaris : Edel W. (H2A016002)
Anggota :
M.Hanan Ramahendra (H2A016006)
M.Yahya Fadli (H2A016004)
Edel W. (H2A016002)
Destya Kusuma Wardhani (H2A016010)
Ikhsan Wahyu N. (H2A016032)
Lina Indah P.S. (H2A016038)
Moh. Iqbal Setiawan (H2A016046)
Dasminah (H2A016054)
Dyah Ayuning P. (H2A016059)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
Skenario 1.
Ny.Darsih usia 55 tahun datang ke Poli umum RS dengan keluhan nyeri pada dahi
dan pipi kanan sejak 5 hari yang lalu. Nyeri dirasakan seperti tersengat listrik
yang tiba tiba selama 30 detik namun bisa berulang 5 kali dalam sehari. Saat nyeri
menyerang Ny. Darsih tidak dapat melakukan aktifitas.Nyeri muncul saat
mengunyah makanan atau minuman yang dingin, menggosok gigi bahkan saat
terpapar kipas angin.Saat tersentuh tangan, juga terasa nyeri. Pasien sudah ke
dokter gigi dan disarankan untuk mencabut giginya, namun keluhan tidak sembuh.
Kemudian dirujuk ke spesialis syaraf. Pasien sebenarnya sudah pernah mengalami
keluhan yang sama 15 tahun yang lalu dan selalu berulang 2-3x dalam setahun.
Saat nyeri muncul, tidak ada mata merah dan berair, tidak ada pilek dan hidung
buntu, tidak ada wajah merot. Pasien menyangkal adanya pandangan dobel,
gangguan pendengaran dan kelemahan anggota gerak serta tidak ada riwayat
dompo sebelumnya. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil TD 130/80
mmHg, Nadi 88 x/mnt, RR 20x/mnt, suhu 36,80 C. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan hiperalgesia pada wajah sebelah kanan. Pemeriksaan neurologis lain
dbn.
Step 1
1.Nyeri : digambarkan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila kita
mengalami cedera atau kerasukan pada tubuh kita.
3.pilek : infeksi ringan pada hidung, saluran sinus, tenggorokan & saluran nafas
bagian atas akibat serangan virus dengan ingus yang terus keluar.
Hiperalgesia: respon yang berlebihan terhadap stimulus yang secara normal tidak
menimbulkan nyeri.
Step 2
Step 3
Step 4
Anamnesis,
Pemeriksaan Fisik
Step 5
1. Etiologi
Beberapa etiologi yang menyebabkan terjadinya trigeminal neuralgia
dapat diuraikan berdasarkan klasifikasi klinisnya, yaitu sebagai berikut :
1. Idiopatik
Trigeminal neuralgia idiopatik tidak diketahui pasti penyebab
spesifiknya, namun sering kali dikaitkan dengan adanya kompresi oleh
pembuluh perifer intrakranial pada area di sekitar percabangan saraf
trigeminal, sehingga mempengaruhi proses penghantaran impuls saraf
pada percabangan V1, V2, atau V3 yang menginervasi area
wajah.Menurut Krafft (2008), sekitar 80-90% kasus yang
diklasifikasikan sebagai trigeminal neuralgia idiopatik disebabkan oleh
kompresi saraf trigeminal pada area tempat keluarnya saraf tersebut
dari batang otak oleh penyimpangan arteri atau vena, terutama
disebabkan oleh arteri cerebellar superior. Kompresi neurovaskular
yang terus-menerus dapat menyebabkan rusaknya selubung myelin
pada syaraf, yang kemudian menyebabkan perubahan fungsional pada
akson, sehingga syaraf semakin sensitif dan stimulasi sentuhan
ditafsirkan sebagai rasa sakit. Menurut Luna (2010), kompresi
neurovaskular pada trigeminal neuralgia idiopatik ini kemungkinan
dipicu karena trauma, faktor emosional, atau rangsangan ekterna
2. Simptomatik
Trigeminal neuralgia simptomatik umumnya disebabkan karena
adanya suatu kondisi abnormal atau penyakit tertentu yang
mengganggu jalur persarafan saraf trigeminal, seperti adanya tumor
intrakranial yang menyebabkan terjadinya kompresi pada area
disekitar percabangan saraf trigeminal. Selain itu, dapat disebabkan
karena adanya beberapa perubahan anatomis yang terkait dengan
proses degeneratif penuaan tubuh manusia secara fisiologis, seperti
munculnya penyakit aterosklerosis atau hipertensi yang memiliki
kecenderungan untuk meningkat seiring bertambahnya usia dan
terkadang menyebabkan kontak neurovaskular pada area disekitar
percabangan saraf trigeminal, sehingga menyebabkan kompresi
vaskular. Penyakit autoimun seperti multipel sklerosis juga dapat
memicu terjadinya trigeminal neuralgia secara simptomatik karena
terdapat kerusakan selubung myelin oleh karena sistem kekebalan
tubuh, sehingga mengganggu proses penghantaran impuls saraf.
Menurut Bennetto (2007), sekitar 5-10% pasien dengan trigeminal
neuralgia memiliki penyebab karena tumor, multipel sklerosis,
abnormalitas pada tengkorak, atau malformasi arteriovenosa .
Penyebab terjadinya trigeminal neuralgia simptomatik kemungkinan
juga dapat terkait dengan trauma maksilofasial, seperti fraktur
zygomatic-maxillary komplek, terutama bila melibatkan lantai orbital
yang menyebabkan luka pada persarafan di sekitar infraorbital.
2. Faktor resiko
3. Patofisiologi
Distrofi nervus merupakan kemunduran saraf secara progresif dan akan berakhir
pada cabang perifer dari nervus trigeminus. Berdasarkan perjalanan penyakit,
progresifitas distropi tidak hanya pada cabang perifer nervus trigeminustapi juga
terjadi pada bagian nervus intrakranial. Hal ini telah ditunjukkan bahwareaksi
alergi imun dari cabang nervus trigeminus dengan cepat terjadi degranulasisel
mast. Agen-agen seperti histamin, serotonin, heparin, bradikinin, dan yang
lain bermigrasi menuju ruang intraseluler selama sel mas berdegranulasi.
Degranulasi sel mast dengan segera membangkitkan reaksi hiperergic. Reaksi ini
dimulaiketika imunoglobulin, terutama IgE memperbaiki reseptor spesifik dari sel
mast.Sel yang memproduksi IgE berada pada jaringan limpoid, telinga, hidung,
ronggamulut, dan membran saluran pernafasan bagian atas. Pada penyakit
ini,konsentrasi dari IgE meningkat pada inflamasi pada telinga, mulut,
dantenggorokakn sebanyak 3 kali dan pada polip hidung meningkat 5-6 kali.
Olehkarena itu jumlah antibodi IgE meningkat ketika individu mengalami
inflamasi pada daerah tersebut. Histamin meningkat secara signifikan pada
periodetrigeminal akut. Histamin adalah suatu regulator aktif aktivitas struktur
saraf fungsional termasuk mediasi reaksi nyeri. Telah terbukti bahwa nervus
trigeminusadalah kemoreseptor trigger zone histamin. Hal ini mungkin
menjelaskanmengapa histamin yang dilepaskan selama reaksi imun lokal akan
segeraterakumulasi pada saraf trigeminal. Bundel neurovaskular pada saraf
trigeminusterlokalisasi di osseus kanal. Oleh karena itu, edema saraf perifer
ditimbulkan oleh peradangan sering menyebabkan manifestasi "tunnel syndrome".
Ini berarti bahwakanal osseus akan menjadi sempit sehingga menekan saraf yang
dapatmenyebabkan trigeminal neuralgia.
5.DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
6.Penatalaksanaan
Perawatan bedah
7. Komplikasi
8. Prognosis
Daftar pustaka:
Ngoerah, I G.N.G. 2017. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Saraf. 1st ed. Udayana Unive
rsity Press. Denpasar.
Zussman B.M., Moshel Y.A., Trigeminal Neuralgia: Case Report and Review, JH
N Journal, 2012, 1-4.