Anda di halaman 1dari 16

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 24%

Date: Monday, December 09, 2019


Statistics: 898 words Plagiarized / 3697 Total words
Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PELAKSANAAN TEACHING


FACTORY BIDANG PERMESINAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI
INDONESIA Dani irawan1, Dwi Agus Sudjimat2, dan Isnandar3 1,2,3,Universitas Negeri
Malang, Malang, indonesia the_boymaster2@yahoo.com ABSTRACT The aim of this
research is to generate the best regression model from the implementation of teaching
factory review of management, workshops, learning of training, human resources of
marketing, industry relations, and products in Vocational High School Department of
Mechanical Engineering in East Java Indonesia.

The data was taken from 96 teachers in 6 schools. The research uses stepwise regression
to analyze quantitative data. The results of the research shows that the teaching factory
implementation was better if the quality of management, industry relations and
products improved. This research advises Vocational High School (Indonesian: Sekolah
Menengah Kejuruan, SMK) managers to focus on improving management, industry and
product relationships so that the teaching factory is better. Keywords: Teaching factory,
Management, Product.

Industry relation Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menngetahui model
regresi yang terbaik dari pelaksanaan teaching factory ditinjau dari Manajemen ,
bengkel, Pembelajaran Training, Sumber Daya Manusia Marketing, Hubungan Industri,
dan Produk di Sekolah menengah kejuruan jurusan Teknik Mesin di Jawa Timur
Indonesia. Data diambil dari 96 guru di 9 sekolah. penelitian ini menggunakan regresi
stepwise untuk menganalisis data kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan teaching factory menjadi lebih baik jika
kualitas manajemen, hubungan industry dan produk ditingkatkan. Penelitian ini
memberikan saran kepada pengelola Sekolah menengah kejuruan untuk fokus
meningkatkan manajemen, hubungan industry dan produk sehingga pelaksanaan
teaching factory menjadi lebih baik. Kata Kunci: Teaching factory, Manajemen, Produk.

Hubungan industri PENDAHULUAN Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia akan


menghadapi tantangan besar ditahun-tahun mendatang karena perubahan yang cepat
dari sistem produksi barang, siswa harus secepat mungkin diperkenalkan perkembangan
teknologi terbaru dan teknologi yang akan datang. Dimasa depan, diperlukan
pengajaran yang lebih berorientasi pada praktik.

Oleh karena itu, adaptasi dalam pengajaran dan isi pelatihan dan mekanisme
penyampaiannya yang berkaitan dengan teknologi bidang manufactur harus
disesuaikan dengan perkembangan industri saat ini. Menurut Rentzos, dkk (2014),
situasi kerja yang ada dipabrik sebenarnya dapat dibawa ke ruang kelas. Hal ini
dikarenakan Fleksibilitas dan perubahan pembelajaran telah diidentifikasi sebagai
persyaratan produksi pada industri untuk mengatasi berbagai macam masalah yang
berkaitan dengan sumber daya. Lebih lanjut Rentzos, dkk (2014) menyebutkan bahwa
salah satu metode pembelajaran yang tepat adalah dengan Teaching Factory (TEFA).

Berkaitan dengan pelaksanaan TEFA terdapat masalah pada manajemen yang


dikemukakan oleh Utami (2011) yaitu administrasi keuangan bersifat tertutup untuk
warga sekolah (intern stakeholder). Komite sekolah (ekstern stakeholder) tidak dilibatkan
dalam pengelolaan program TEFA. Berdasarkan hal tersebut mempresentasikan bahwa
pengelolaan program TEFA belum menerapkan prinsip-prinsip dalam Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS), terutama prinsip akuntabilitas, transparan dan partisipasi.

Kurikulum SMK kurang mendukung pelaksanaan program TEFA, yang dibuktikan


dengan tidak tersedianya dokumen yang dijadikan acuan pelaksanaan program TEFA.
Masalah SDM menurut Hidayat (2012), sebagian besar guru tidak memiliki pengalaman
industri sehingga masih lemah pada sense of quality, sense of efficiency dan sense of
innovation.

Kegiatan TEFA terkendala oleh rendahnya motivasi dan inovasi hal ini dibuktikan dengan
menghasilka bentuk produk dan belum mengarah pada kegunaan suatu produk dan
team work belum optimal. Menurut Gali (2014), mutu pendidik dan tenaga
kependidikan kurang mendukung pelaksanaan program TEFA, yang dibuktikan dengan
rendahnya standar akademik bagi tenaga pendidik khususnya guru produktif yang
berhubungan dengan pelaksanaan TEFA.Tenaga pendidik guru produktif dari lima guru
produktif hanya dua guru produktif yang pernah magang di indusstri dan memiliki
sertifikat kompetensi, sedangkan tiga guru produktif yang lain belum memiliki kualifikasi
tersebut. Hal ini tentunya akan menghambat ketercapaian tujuan dari pelaksanaan TEFA
itu sendiri.

Begitu pula tenaga kependidikan yang berhubungan langsung dengan program TEFA
belum menjalankan tugasnya dengan optimayang dibuktikan dengan tidak tersedianya
dokumen-dokumen program TEFA Masalah yang berkaitan pembelajaran training,
bahan ajar yang kurang berkualitas, produk yang dihasilkan masih merupakan benda
yang tidak terpakai (dibuang), rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berfungsi murni
pendidikan dan tidak menerapkan budaya industri, sistem penilaian belum
menggambarkan fungsi dari sebuah produk (belum mengedepankan kualitas dan
efisiensi), penyelenggaraan pembelajaran menggunakan model konvensional
(pembelajaran model kelas), dan tidak memperhatikan rasio guru, peserta didik dan alat
praktik.

GIZ (2016a), Permasalahan pada hubungan industri dikemukakan oleh Fathurrohman


(2016), ketidakpercayaan konsumen kepada tim pelaksana karena sebagian besar
pelaksana praktek adalah siswa yang ingin belajar seharusnya perlu didampingi oleh
tenaga ahli dari industri dan tidak adanya tim Assesor, tidak ada rencana produksi
karena hanya bergantung pada pesanan dari konsumen, sehingga jika tidak ada
pesanan maka tidak ada yang dikerjakan/diproduksi, ketergantungan produksi pada
jumlah pesanan dari konsumen menyebabkan tim pengelola menjadi malas-malasan
dan enggan berinovasi menciptakan produk yang lain.

Permasalahan pada produk dikemukakan oleh Nastini (2017) yaitu pelayanan yang
diberikan kepada mitra kerja tidak dapat mencapai target yang diinginkan,
keterlambatan barang yang dibuat, harga tidak sesuai dengan yang disepakati, bahkan
barang yang dibuat tidak berfungsi sesuai dengan aslinya dan terkesan trial and error.
Tentu hal ini tidak bisa mencapai tujuan dari pelaksanaan TEFA yaitu membantu siswa
SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu menjalin
kerjasama dengan dunia kerja yang aktual.

Hal ini disebabkan oleh guru yang kurang dapat memberikan pelajaran dan pelatihan
serta kurang memiliki konsep desain dan manufaktur sebuah produk dan jasa yang
dibutuhkan oleh mitra kerja. Berdasarkan masalah-masalah yang berkenaan dengan
pelaksanaan TEFA maka penelitian ini bertujuan untuk menemukan model regresi
terbaik dari kualitas pelaksanaan teaching factory ditinjau dari manajemen , sumberdaya
manusia, hubungan industry, pembelajara training, dimediasi oleh kualitas produk di
SMK.

KAJIAN TEORI Teaching Factory TEFA adalah konsep pembelajaran berbasis produk
melalui sinergi sekolah dengan industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten
sesuai dengan kebutuhan pasar, konsep ini memiliki kesamaan dengan pelatihan yang
dilakukan di perusahaan yang digunakan oleh perusahaan untuk membantu karyawan
mengembangkan ketrampilan dan kemampuan dengan tujuan pengubah sikap (Tisch,
Hertle, Abele, Metternich, & Tenberg, 2016), (Chryssolouris, Mavrikios, & Rentzos, 2016),
(Müller-Frommeyer, Aymans, Bargmann, Kauffeld, & Herrmann, 2017).

Label "Teaching Factory" yang terdiri dari kata "Teaching/pengajaran" dan "Factory/
pabrik" mempunyai makna bahwa kegiatan produksi yang dilaksanakan di sekolah harus
mencangkup unsur-unsur pembelajaran, dan setting atau latar harus semirip mungkin
dengan industry (Abele, dkk, 2015). Kata “pengajaran” dalam istilah ini menekankan
pentingnya pengalaman belajar, penelitian telah menunjukkan bahwa learning by doing
memberikan pengaruh yang lebih besar daripada belajar dengan metode tradisional
seperti ceramah.

Kata “factory” merupakan latar/setting tempat berprosesnya teknologi didalam pabrik


yang didasarkan pada keadaan sesungguhnya. Di pabrik tidak hanya terdapat fungsi
tunggal suatu mesin tetapi , banyak fungsi sesuai dengan kebutuhan produksi. Sehingga
TEFA merupakan kegiatan peserta didik yang dapat menemukan dan menguji
pendekatan atau percobaan teknologi di lingkungan yang terkait dengan industri
Konsep Teaching Factory Konsep sederhana TEFA merupakan pengembangan dari
pendidikan sistem ganda, yaitu Competence Based Training (CBT), dan Production
Based Education and Training (PBET) yang dilaksanakan oleh SMK.

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Triatmoko (2009:35), bahwa
SMK masih kesulitan untuk menerapkan pendidikan berbasis produksi. Oleh karena itu
dimunculkan istilah TEFA yang mengharuskan sekolah memiliki tempat untuk siswa
melaksanakan pembelajaran praktik yang dirancang sedemikian rupa sehingga
menyerupai lingkungan kerja.

Penyelenggaraan model TEFA memadukan sepenuhnya antara belajar dan bekerja, tidak
lagi memisahkan antara tempat penyampaian materi teori dan tempat materi produksi
(praktik). TEFA menghadirkan DU/DI sesungguhnya dalam lingkungan sekolah sehingga
dapat menyiapkan lulusan untuk siap kerja. Untuk mewujudkan TEFA di SMK diperlukan
adanya sinergi dalam pelaksanaan TEFA melalui proses pembelajaran dengan produksi
dan sentuhan teknologi dalam manajemen dan berbagai dalam pemanfaatan SDM dan
fasilitas ebagaimana terlihat pada Gambar 1. Gambar 1.

Kondisi Ideal Teaching Factory (Dinkelman, 2016: 17) Pelaksanaan TEFA di sekolah
menengah kejuruan (SMK) di Indonesia khususnya bidang permesinan hanya
menerapkan 7 komponen saja yaitu (1) Manajemen, (2) bengkel, (3) Pembelajaran; (4)
SDM, (5) Marketing, (6) Hubungan Industri, (7) Produk. Mengapa demikian karena untuk
menghasilkan produk kebutuhan internal dan eksternal membutuhkan biaya dan waktu
yang besar, di pabrik sesungguhnya seseorang bekerja selama 8 jam sehari dan hanya
menangani satu bidang pekerjaan untuk menghasilan sebuah produk sedangkan siswa
mempunyai waktu terbatas.

untuk kegiatan produksi barang dan proses pembelajaran. Selanjutnya pada aspek
bahan ajar tidak dibedakan pola pembelajaran taining dan bahan ajar, pelaksanaan TEFA
hanya menggunakan pola pembelajaran training saja sedangkan bahan ajar sudah
termasuk didalamyan. Bahan ajar dan pola pembelajaran training menurut Dinkelman
terpisah karena adanya variasi produk yang dihasilkan.

Kemudian pada aspek pelanggan dan market segmen juga tidak dipakai karena
pelaksanaan TEFA di SMK sudah bekerjasama dengan pihak industri. Komponen Utama
Teaching Factory Keberhasilan dari pelaksanaan TEFA secara sederhana dapat dilihat
dari komponen utama diantaranya berdasarkan kajian-kajian yang telah dijelaskan
diatas meliputi (1) manajemen, (1) Manajemen, (2) bengkel, (3) Pembelajaran; (4) SDM,
(5) Marketing, (6) Hubungan Industri, (7) Produk.

Manajemen Manajemen sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran TEFA.


Menurut Griffin (2006), manajemen adalah sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian dan pengkoordinasian, serta pengawasan sumber daya untuk
mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat
dicapai sesuai perencaaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan.

Efisien berarti tugas yang dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan
jadwal. Pendapat tersebut memiliki 3 (tiga) kata kunci manajemen, yaitu: sebagai suatu
proses, sebagai kolektifitas para pelakunya, dan sebagai sebuah pengetahuan. Tvenge,
Martinsen, & Kolla (2016) menjelaskan indikator manajemen pada TEFA sebagai brikut:
important aspects in Teaching Factory concept for management is order and billing
management system, one door system, Financial transparancy accompanied by good
internal control system, Clear and describable organisation structure, Good production
system (Inventory system, PPC including production design, Handling system, Inspection
(QC), Delivery and Incentive system to accelerate performance.

Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan aspek manajemen TEFA di SMK harus
memiliki stuktur organisasi sehingga antara sekolah dan pelaksana kegiatan
pembelajaran TEFA berada pada satu sistem pengelolaan. Bentuk organisasinya dengan
demikian dapat ditentukan oleh peraturan birokrasi sekolah. Sekolah juga memiliki andil
untuk menyediakan fasilitas berupa bengkel dan gedung untuk kegiatan pendidikan,
SDM, rencana program, dan juga pengembangan.

Seluruh proses yang berjalan serta struktur pada umumnya tunduk pada norma-norma
organisasi sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, komitmen dan fungsi manajemen
menjadi ujung tombak pengelolaan TEFA. Bengkel Menurut Supriyanto (2017) Ruang
praktik pemesinan terbagi dalam beberapa ruang diantaranya: area kerja bangku, ruang
pengukuran dan pengujian logam, area kerja mesin bubut, area kerja mesin frais, area
kerja mesin gerinda, mesin bor, ruangkerja pengepasan, ruang penyimpanan dan ruang
instruktur.

Setiap ruang praktik memiliki sarana sesuai dengan fungsi masing-masing terdiri dari
perabot, peralatan, media pembelajaran, dan perlengkapan lain. Penyusunan mesin-
mesin produksi (mesin bubut, mesin frais mesin gerinda, mesin bor) ditempatkan secara
permanen. Penyusunan alat-alat bergerak (alat pengukuran, pahat, mata bor, mata
gerenda dll) ditempatkan pada almari alat pada ruang masing-masing.

Penataan mesinmesin produksi mempertimbangkan efisiensi kerja dan keselamatan


kerja. Mesin-mesin Ruang praktik ditempatkan terpisah dengan ruang teori, sehingga
kenyamanan belajar tidak terganggu oleh kegiatan praktik. Tata letak mesin
dikelompokkan berdasarkan jenis mesin bubut, frais, gerinda, ruang pengukuran, ruang
instruktur dan peralatan, ruang CNC, dan area kerja bangku.

Penataan mesin ditata berjajar menyudut dengan jarak antara mesin satu dengan mesin
lainnya 120 cm, mesin bor dan mesin gerenda ditempatkan di tepi ruang berdekatan
dengan jendela Sarana prasarana pendidikan yang sesuai dengan standar DU/DI akan
menunjang kegiatan pembelajaran. Sarana prasarana tersebut pada hakikatnya semakin
membentuk suatu kebiasaan kerja seperti halnya di DU/DI.
Sarana prasarana yang dimaksud adalah fasilitas produksi berupa alat dan bahan yang
digunakan dalam menunjang pembelajaran TEFAdi SMK baik dari sisi kualitas, kuantitas,
penggunaan, maupun perawatan. Sisi kualitas sarana dan prasarana erat kaitannya
dengan kalayakan dan kesesuaian dengan standar DU/DI. Sisi kuantitas kaitannya
dengan jumlah sarana dan prasarana yang memadai. Penggunaan dan perawatan
kaitannya dengan kesesuaian dengan prosedur DU/DI.

Pola Pembelajaran Training Dobson, G (2003), memberikan definisi tentang


pembelajaran training yaitu pembelajaran yang bertujuan untuk membantu peserta
didik memperoleh ketrampilan dan pengetahuan sehingga mampu melakukan tugas
sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Pola pembelajaran training adalah pola
pembelajaran TEFA di kegiatan yang bertujuan supaya siswa dapat mengikuti
pembelajaran sesuai dengan kegiatan nyata di industri, dalam hal ini sekolah dituntut
mendatangkan industri yang mau memberikan pendidikan di sekolah dan tindak
lanjutnya biasanya pada rekruitmen tenaga kerja.

Kurikulum dalam kelas industri disusun oleh sekolah dan industri, peran industri disini
dituntut untuk menskenario proses pembelajaran yang menghasilkan lulusan yang
sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Sumber Daya Manusia Menurut Dinkelman (2016),
dan GIZ (2016), Chryssolouris,dkk (2016)Sumber Daya Manusia (SDM) dalam TEFA
merupakan orang- orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas dan usaha mereka
dalam melaksanakan tujuan TEFA.

Implementasi TEFA harus memiliki SDM yang berpengalaman produksi dan TEFA, serta
SDM yang mampu berinovasi dan bekerja sama dengan baik dalam tim. SDM TEFA
adalah Jumlah SDM yang mampu melaksanakan TEFA dan terlibat langsung dalam
pelaksanaan distribusi pekerjaan dan kewenangan sudah berjalan dengan lancar dan
sesuai dengan SOP.

Marketing Menurut Buchari Alma (2007;3), Marketing adalah aktivitas yang memfasilitasi
dan memperlancar suatu hubungan pertukaran yang saling memuaskan melalui
penciptaan, pendistribusian, promosi, dan penentuan harga dari suatu barang, jasa dan
ide. Pengertian lainnya dikemukakan oleh Dharmesta (2007:5) yang menyatakan bahwa:
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli
yang ada maupun yang pontensial.
Selain kegiatan marketing dalam TEFA yang tak kalah pentingya adalah kegiatan
promosi. Promosi adalah seni untuk merayu pelanggan dan calon konsumen untuk
membeli lebih banyak produk perusahaan (Tandjung, 2004) Promosi adalah salah satu
variabel didalam bauran pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh pengelola
TEFA dalam pemesaran produk atau jasanya.

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran.
Betapapun kualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan
tidak yakin bahwa produk itu akan berguna, maka mereka tidak akan pernah
membelianya. Hubungan Industri Hubungan industri merupakan upaya meningkatkan
kerja sama dengan Dunia Bisnis dan Industri pada dasarnya cukup positif untuk industri
skala besar baik dalam dukungan moral dan material.

Hubungan kerja sama dengan anggota eksternal dilakukan melalui kemitraan dalam
kegiatan prakerin, mekanisme informasi dan melalui tugas, proposal saat ini, audiensi
dan promosi dengan keterlibatan Pemerintah Daerah dan UNICEF. Kemitraan dengan
dunia bisnis dan industri berdampak positif pada dukungan industri dalam berbagai
kegiatan seperti prakerin, saling memberi dan menerima, bertukar informasi tentang
kebutuhan dunia bisnis dan industri dan sekolah, bersedia menjadi narasumber, dan
sebagainya.

Namun, masih ditemukan bahwa dunia industri dan bisnis memiliki komitmen yang
rendah terhadap kegiatan prakerin. Hal ini terbukti melalui periode waktu dan posisi
yang diberikan oleh industri tidak relevan dengan kebutuhan siswa praktis, ada MoU
antara dua pihak dan kurikulum yang disesuaikan untuk siswa.

(Adelman & Taylor, L, 2015: (Hendarman, 2016), Produk Menurut Bertrand, Wordman,
dan Wijngaard (1990) terdapat beberapa tipe industri dalam sistem produksi antara lain:
make to stock, make to order, assemble to order, dan engginer to order. Kaitannya
dengan pembelajaran TEFA di SMK, tipe-tipe industri dalam sistem produksi tersebut
sering kali diterapkan baik secara keseluruhan maupun sebagian.

Sistem produksi ini semakin mendekatkan suasana pembelajaran dengan DU/ DI.
Berkaitan dengan produk selanjutnya adalah purna jual, menurut Philip Kotler (2002:
508) purna jual adalah layanan yang diberikan perusahaan kepada seorang konsumen
setelah terjadinya transaksi penjualan.
Philip Kotler (2002: 509) mengatakan: A service parts is that component or subassembly
that may be needed at some time to keep the appliance or device operable for the user.
The component or assembly will be required to satisfy the original warranty repair the
appliance or device beyond the basic warranty period, and be available at all the times
to insure and protect the good will of purchases to the and that be will maintains his
brand loyalty.

Produk adalah hasil dari pembelajaran teaching Factory. Produk sudag terstandar,
kualitas baik dan sesuai, dengan pesanan atau kebutuhan industry METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan rancangan
noneksperimen.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menentukan model regresi yang terbaik
serta menganalisis pengaruh antara Manajemen, Pola pembelajaran, Produk, SDM,
Hubungan industri terhadap pelaksanaan Teaching Factory SMK kompetensi keahlian
teknik mesin di Jawa Timur. Gambar 2 Model Penelitian X1: Manajemen, X2: bengkel, X3:
Pembelajaran; X4: SDM, X5: Marketing X6: Hubungan Industri, X7: Produk Populasi dan
Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh SMK permesinan negeri dan
swasta yang terakreditasi “A” telah melaksanakan pembelajaran teaching factory dan
melengkapi data pokok SMK pada situs <http://datapokok.ditpsmk.net> di Jawa Timur
yang tersebar di 19 Kabupaten/Kota. Teknik sampling yang digunakan adalah
multitasgle sampling.

Memperhatikan sifat dan karakteristik populasi maka pada teknik pengambilan sampel
pada tahap pemilihan area kota atau kabupaten digunakan teknik random sampling.
Jumlah sampel area yang dibutuhkan dihitung dengan menggunakan rumus Slovin.
Jumlah sampel SMK adalah 10 sekolah yang tersebar pada 8 area. Guru yang yang
terlibat secara langsung pada penelitian digunakan seluruhnya yang berjumlah 96. 3.3

Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan angket. Angket disebarkan kepada sampel yang telah di pilih. Angket
tersebut dimaksudkan untuk memperoleh data informasi dari responden mengenai
pelaksanaan Teaching Factory. Angket yang digunakan telah diuji validitas dan
reliabilitas instrumennya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan tabel 1 bahwa variable yang dimasukan
adalah yang memiliki Probability <= ,050, yaitu, manajemen (X1), pembelajaran (X3),
produk (X7) sedangkan variable yang di removed adalah yang memiliki Probability >= ,
100 yaitu begkel (X2), SDM (X4) dan Marketing (X5) . Tabel 1 Variables
Entered/Removeda Model Variables Entered Variables Removed Method 1
Pembelajaran .

Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <= ,050, Probability-of-F-to-remove >= ,


100). 2 Manajemen . Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <= ,050, Probability-of-
F-to-remove >= ,100). 3 Produk . Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <= ,050,
Probability-of-F-to-remove >= ,100). 4 .

Pembelajaran Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <= ,050, Probability-of-F-to-


remove >= ,100). 5 Hubungan Industri . Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <= ,
050, Probability-of-F-to-remove >= ,100). a. Dependent Variable: Pelaksanaan TEFA
Berdasarkan tabel 2 model kelima menyertakan variable manajemen, produk dan
hubungan industry memiliki nilai R= 0,954 dan R square= 0,91 artinya memiliki
simbangan sebesar 91% dengan signifikansi 0,039 <0,05 sehingga model signifikan dan
dapat dipercaya. Tabel 2.

Model Summaryf Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate F
Change df1 df2 Sig. F Change 594,686 1 94 ,000 2 ,944b ,890 ,888 ,82133 22,869 1 93 ,
000 3 ,953c ,907 ,904 ,75960 16,729 1 92 ,000 4 ,951d ,905 ,903 ,76366 1,996 1 92 ,161 5 ,
954e ,910 ,907 ,75020 4,366 1 92 ,039 Menurut tabel 2 model terbaik adalah model ke 5
yaitu menyertakan variable manajemen (X1), hubungan indutri (X6) dan produk (X7),
dengan sumbangan sebesar 91% berkontribusi terhadap pelaksanaan Tefa sedangkan
9% dijelaskan oleh factor lain yang tidak disebutkan dalam penelitian ini Tabel 3
ANOVAa Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 494,493 1 494,493 594,686 ,000b Residual 78,163 94 ,832 Total 572,656 95
2 Regression 509,920 2 254,960 377,952 ,000c Residual 62,736 93 ,675 Total 572,656 95
3 Regression 519,572 3 173,191 300,158 ,000d Residual 53,084 92 ,577 Total 572,656 95
4 Regression 518,421 2 259,210 444,478 ,000e Residual 54,236 93 ,583 Total 572,656 95
5 Regression 520,878 3 173,626 308,500 ,000f Residual 51,778 92 ,563 Total 572,656 95
b. Predictors: (Constant), Pembelajaran c.

Predictors: (Constant), Pembelajaran, Manajemen d. Predictors: (Constant),


Pembelajaran, Manajemen, Produk e. Predictors: (Constant), Manajemen, Produk f.
Predictors: (Constant), Manajemen, Produk, Hubungan Industri Berdasarkan tabel anova
jumlah kuadrat regresi model kelima = 520,878 dengan degree of freedom= 3 dan
jumlah kuadrat residual= 51.778 dengan degree of freedom (df)= 92. Jumlah kuadrat
total = 572,656 dengan degree of freedom= 95.

Rata-rata kuadarat regresi = 173,626 rata-rata kuadrat residual= 0,563 nilai F hitung =
308,5 dengan signifikansi= 0,000. Tabel 4. Coefficients Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 5 (Constant) ,577 ,414
1,394 ,167 Manajemen ,420 ,075 ,480 5,597 ,000 Produk ,311 ,059 ,315 5,228 ,000
Hubungan Industri ,204 ,098 ,206 2,090 ,039 a.

Dependent Variable: Pelaksanaan TEFA Berdasarkan tabel 4 persamaan regresi


berganda: Y=a+b1x1+b2x2+b3x3 Y= 0,557+0,420x1+0,311x2+0,204x3 Kriteri pengujian
jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan nilai signifikasni <5% maka H0 ditolak.
Nilai signifikansi= 0,00<0,05 maka H0 ditolak berarti ada pengaruh manajemen, produk
dan hubungan industry terhadap pelaksanaan Tefa secara simultan.

Gambar 3 Model regresi Stepwise Berdasarkan tabel 4 Nilai koefisein regresi manajemen
(x1)= 0,420 menunjukan bahwa kualitas manajemen akan mengalamai perubahan
sebesar 0,420 jika pelaksanaan Tefa berubah sebesar satu satuan baik berubah turun
maupun berubah naik. Nilai t hitung koefisen regresi 5,597 dengan signifikasni
0,00<0,05 maka nilai koefisiensi regresi manajemen signifikan untuk memprediksi
pelaksanaan Tefa Nilai koefisein regresi produk (x6)= 0,311 menunjukan bahwa kualitas
produk akan mengalamai perubahan sebesar 0,311 jika pelaksanaan Tefa berubah
sebesar satu satuan baik berubah turun maupun berubah naik.

Nilai t hitung koefisen regresi 2,09 dengan signifikasni 0,00<0,05 maka nilai koefisiensi
regresi produk signifikan untuk memprediksi pelaksanaan Tefa Nilai koefisein regresi
hubungan industri (x7)= 0,24 menunjukan bahwa kualitas produk akan mengalamai
perubahan sebesar 0,24 jika pelaksanaan Tefa berubah sebesar satu satuan baik
berubah turun maupun berubah naik.

Nilai t hitung koefisen regresi 5,228 dengan signifikasni 0,00<0,39 maka nilai koefisiensi
regresi produk signifikan untuk memprediksi pelaksanaan Tefa PEMBAHASAN
Hubungan antara manajemen terhadap pelaksanaan TEFA Hasil peneltian menunjukan
bahwa manajemen juga memberikan sumbangan terbesar hal ini bisa dilihat dari
koefisein determinasi sebesar 42%.

Dari hasil data disebutkan bahwa pelaksanaan TEFA bidang permesinan yang ada di
Jawa Timur telah berjalan dengan baik yaitu melalui perencanaan dengan pembuatan
rencana jangka panjang, menengah, dan pendek, dengan mengintegrasikan ke dalam
kurikulum sehingga melibatkan semua siswa serta pengawasan dengan melakukan
koordinasi rutin.

Hal ini sejalan dengan teori dan hasil penelitian Arifin,Zainal (2014); G Chryssolouris, dkk
(2016) Rentzos,dkk (2014); Budiwati, Budineti (2004); Damiri, Dhami Johar (2012); Enke,
J., Tisch, M., & Metternich, J. (2016) Hubungan industri berpengaruh terhadap
pelaksanaan TEFA. Hasil penelitian menunujukan bahwa hubungan industry Pelaksanaan
Tefa SMK Bidang Permesinan dilakukan kolaborasi antara akademisi dan industri akan
menjadi sangat strategis untuk mendukung industri manufacturing.

Fokusnya menghasilkan pengetahuan melalui penelitian, menyebarkan pengetahuan


melalui pendidikan serta menggunakan dan menerapkan pengetahuan melalui
manufacturing. Industri dilibatkan dalam semua tahap proses pendidikan (desain
kurikulum, dewan penasehat, sponsor proyek, pengalaman kerja, dukungan keuangan)
selain itu lingkungan yang tepat memotivasi siswa untuk belajar sendiri, Fasilitas yang
tempat untuk merangsang pembelajaran oleh karena itu fasilitas harus dilengkapi
dengan baik.

Semua siswa, dapat menggunakan perlatan yang tersedia dan memiliki akses terbuka.
Artinya dalam proses produksi semua siswa boleh menggunakan peralatan yang
disediakan oleh sekolah di intas jurusan/ keahlian hal ini dimaksudkan untuk
menghemat biaya dan meningkatkan produktifitas kerja untuk itu diperlukan
pengawasan dan pemeliharaan alat yang tersetruktur/ maintenance aand repair (MRC).

Hal ini sejalan dengan teori dan hasil penelitian Rahmi & Suryalena (2017); Ratnata
(2017); Rentzos, L, dkk (2014); Rochmadi, S. (2016); Rochmadi, Sunar, dkk.
(2015).Suhartanta, dkk (2016); Sutianah (2017); Veza, I., Gjeldum, N., & Mladi (2016)
Hubungan antara produk terhadap TEFA. Produk yang berkulalitas baik dihasilkan dari
perencananaan yang baik Kualitas merupakan kemampuan suatu produk atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya.

Terdapat tiga pendekatan dalam hal ini, yang pertama kualitas berbasis pengguna
dimana kualitas tergantung kepada audiensnya. Pendekatan ini biasanya digunakan
oleh orang pemasaran dan pelanggan. Yang kedua, kualitas berbasis manufaktur yang
biasanya diterapkan oleh manajer produksi. Dalam pendekatan ini kualitas suatu barang
berarti pemenuhan standar dan membuat produk dengan benar sejak awal.

Yang ketiga adalah kualitas itu berbasis produk yang memandang bahwa kualitas
sebagai variabel yang pesisi dan dapat dihitung. Hal ini sejalan dengan teori dan hasil
penelitian Heizer & Reinder (2008); Jacobs and Aquilano (2007); Russel & Tailor (2000);
Aming & Nurnajamuddin (2014). KESIMPULAN Dari hasil analisis, dapat disimpulkan
bahwa berdasarkan regresi stepwise, kualitas pelaskanaan TEfa dipengaruhi oleh
Manajemen, Hubungan Industri dan Produk. Semakin bagus manajemen, hubungan
industry dan produk yang dihasilkan maka semakin baik kualitas pelaksanaan Tefa.

Dengan kata lain, untuk meningkatkan kualitas Pelaksanaan Tefa bidang permesinan
khususnya di jaswa Timur , perlu adanya upaya peningkatan manajemen, hubungan
industry

INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/294886200_The_impact_of_Total_Quality_Man
agement_on_organizational_performance
<1% - https://id.123dok.com/document/qoggvnkz-background-study-for-the-
preparation-of-the-rpjmn-for-education-2015-2019-part-2-repositori-institusi-
kementerian-pendidikan-dan-kebudayaan.html
<1% - http://docplayer.info/34735979-Prosiding-seminar-nasional-dan-call-for-papers-
roundtable-for-indonesian-entrepreneurship-educators-riee-2016.html
<1% - https://jasapengetikancibinong.blogspot.com/2015/10/laporan-pkl-praktek-
kerja-lapangan-yang.html
<1% - https://id.123dok.com/document/zwk5k50z-artikel-nuryake-fy-10702251009.html
<1% - http://eprints.ums.ac.id/19058/1/HALAMAN_DEPAN.pdf
<1% - https://dwiwidjanarko.com/2019/10/08/landasan-isu-dan-kebijakan-pendidikan-
kejuruan-2/
<1% - https://pt.scribd.com/document/33815674/3-Manajemen-Berbasis-Sekolah
<1% - https://www.scribd.com/document/355483060/TeachingFactory2015-pdf
<1% - http://www.axiooclassprogram.org/konten/Instrumen%20Teaching
%20Industry.xlsx
<1% - https://issuu.com/radarlampung/docs/010409
<1% - http://digilib.unila.ac.id/6133/14/BAB%20I.pdf
<1% -
https://www.academia.edu/40029857/BAHAN_AJAR_PERENCANAAN_PENGAJARAN
1% - http://lib.unnes.ac.id/27476/1/5201409029.pdf
<1% - https://id.123dok.com/document/q5mjr37y-etika-dan-manajemen-bisnis-islam-
studi-kasus-di-waroeng-steak-and-shake-cabang-sm-raja-medan-repository-uin-
sumatera-utara-tesis-full-pdf.html
<1% - https://www.pondok-belajar.com/2019/11/model-model-pembelajaran-
kurikulum-2013.html
<1% - https://www.smkn2kuripan.sch.id/model-pembelajaran-teaching-factory/
<1% - http://staffnew.uny.ac.id/upload/132048523/pengabdian/mesin-penggoreng-
vakum.pdf
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/317546146_ANALISIS_KETERSEDIAAN_GARA
M_MENUJU_PENCAPAIAN_SWASEMBADA_GARAM_NASIONAL_YANG_BERKELANJUTAN
_SUATU_PENDEKATATAN_MODEL_DINAMIK
<1% - https://blog.igi.or.id/kolaborasi-mapel-pkk-efektif-dengan-model-theaching-
factory-tulisan-kedua-dari-dua-tulisan.html
<1% - https://tjungteckmahasiswaunpri.blogspot.com/2015/04/tugas-psikologi-
manajemen-sdm-makala.html
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/317693018_Introducing_Competency_Models
_as_a_Tool_for_Holistic_Competency_Development_in_Learning_Factories_Challenges_Ex
ample_and_Future_Application
1% - http://www.informasiguru.com/2017/12/teachingfactorysmk.html
<1% - https://tefasmkkosgorobogor.com/kurikulum-pembelajaran-tefa/
<1% - http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Yoga%20Guntur%20Sampurno,
%20S.Pd.T,%20M.Pd./Teaching%20Factory%20di%20SMK%20Muhammadiyah
%202%20Borobudur%20Magelang.pdf
<1% - http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Christina%20Ismaniati,
%20M.Pd./Penggunaan%20Teknologi%20Informasi%20dan%20komunikasi%20dalam
%20peningkatan%20kualitas%20pembelajaran.pdf
<1% - https://kebebasaninformasi.org/id/2010/10/26/kinerja-birokrasi-pelayanan-
publik/
<1% - http://eprints.unpam.ac.id/7436/3/BAB%20II.pdf
1% - https://www.gurupendidikan.co.id/manajemen-organisasi/
<1% - http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/198212302008121009/Faktor
%20pendukung%20dan%20penghambat%20pelaksanaan%20teaching%20factory%20di
%20SMK%20RSBi%20Yogyakarta.pdf
<1% - https://id.scribd.com/doc/186434350/Bengkel-Pemesinan
<1% - https://disdik.tebingtinggikota.go.id/images/peraturan/permen/Lampiran
%20Permen%2024%202007%20Standar%20Sarana%20Prasarana.pdf
<1% - http://staffnew.uny.ac.id/upload/132304811/pengabdian/makalah-pelatihan-
perawatan-mesin.pdf
<1% - https://indeksprestasi.blogspot.com/search/label/contoh%20tesis%20manajemen
%20pendidikan%20islam
<1% - https://ilmukesehatanmasyarakat17.blogspot.com/2017/07/sistem-informasi-
manajemen-rumah-sakit.html
<1% - https://mafiadoc.com/27-bab-ii-strategi-dan-metode-pembelajaran-a-strategi-
_59f8aec01723ddebc22ad531.html
<1% - https://teomokole.blogspot.com/2010/10/pengertian-kompetensi.html
1% -
https://www.academia.edu/38512612/PROBLEMATIKA_LULUSAN_SMK_YANG_BANYAK_
PENGANGGURAN
<1% - https://izzaucon.blogspot.com/2014/06/pendidikan-kejuruan.html
<1% - https://tujuan1.blogspot.com/2013/06/personalia-motivasi-dan-komunikasi.html
<1% - https://www.scribd.com/document/369944878/Tata-Kelola-Pelaksanaan-TEFA
<1% - https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2552/Bab
%202.pdf?sequence=4
2% - https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2720/Bab
%202.pdf?sequence=4
1% -
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnalilmiahsociety/article/download/16856/1638
4
<1% - http://repository.radenintan.ac.id/1213/3/BAB_II.pdf
<1% - http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/18648/PRINT
%20SKRIPSI.pdf?sequence=1
<1% - https://ardikafajarmaulana.blogspot.com/2015/06/make-to-stock-make-to-
order.html
<1% - https://rodiyahsmksebelas.blogspot.com/2017/01/modul-pelayanan-penjualan-
ke-xii-pm.html
<1% - https://www.trainingpemasaransurabaya.com/strategi-untuk-meningkatkan-
repeat-order-setelah-terjadinya-transaksi-penjualan/
1% - https://rahimisnanalhilman.wordpress.com/2018/01/18/benarkah-untuk-
meningkatkan-frekuensi-pembelian-dengan-merancang-suku-cadang-yang-mudah-
rusak-ini-faktanya/
<1% - https://neweconomicseducation.blogspot.com/2012/02/after-sales-service.html
<1% - https://www.slideshare.net/infosanitasi/pedoman-studi-ehra-environmental-
health-risk-assessment-2014
<1% - http://repository.upi.edu/12907/6/S_TB_0905584_Chapter%203.pdf
<1% - https://dikyaprianto0.blogspot.com/2015/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html
<1% - http://media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140026_l_6775.pdf
1% - https://osjournal.org/ojs/index.php/OSJ/article/view/1032/85
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/303753991_Teknologi_Pendidikan_sebagai_Pe
mbelajaran_Kompetitif_untuk_Meningkatkan_Prestasi_Siswa_Studi_kasus_di_salah_satu_S
MA_di_Salatiga_ISBN_978-979-3456-52-2
<1% - https://ian-manoppo.blogspot.com/2012/05/analisis-regresi-pemilihan-
metode.html
<1% - https://www.coursehero.com/file/p7oljifo/Model-Summary-Model-R-R-Square-
Adjusted-R-Square-Std-Error-of-the-Estimate-1/
<1% - https://www.coursehero.com/file/p5701iu4/ANOVA-Model-Sum-of-Squares-df-
Mean-Square-F-Sig-1-Regression-1357-1-1357-1078/
<1% - https://www.chegg.com/homework-help/questions-and-answers/coefficients-
model-unstandardized-coefficients-standardized-coefficients-t-sig-b-std-error-
q42353568
<1% - http://repository.wima.ac.id/19252/4/BAB%203.pdf
<1% - http://lppm.unpam.ac.id/wp-
content/uploads/laporan_akhir_ANAH_FURYANAH_S_E___M_M.pdf
<1% - http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/tamanvokasi/article/view/134
<1% - https://link.springer.com/chapter/10.1007%2F978-3-319-92261-4_6
<1% - https://mudah-belajarbahasaarab.blogspot.com/2014/11/hakekat-pembelajaran-
yang-ideal.html
<1% - http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126768-RB13C33a-Analisis%20subyek-
Analisis.pdf
<1% - https://akhsanulamin.blogspot.com/2013/11/
<1% - https://ainitra14.blogspot.com/2014/06/mengelola-kualitas-definisi-kualitas.html
1% - https://nuritasari1995.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai