Latar Belakang
1. Letak Geografis
Tiatira (Thyateira atau Thyatira) adalah sebuah kota kuno Yunani yang sekarang ini adalah kota
modern Akhisar ("kastil putih"; "white castle") di negara Turki. Nama kuno ini berasal dari
bahasa Yunani Koine "Θυάτειρα" (Thuateira).
Kota ini mula-mula dikenal sebagai Pelopia (bahasa Yunani: Πελοπία), tetapi dinamai
Thyateira (Θυάτειρα) oleh raja Seleucus I Nicator pada tahun 290 SM. Dalam zaman kuno,
Tiatira terletak di perbatasan antara Lydia dan Mysia. Terkenal karena industri pewaranaan kain
dan pusat dari perdagangan pewarna Indigo (ungu). Di antara reruntuhan kota kuno, terdapat
tulisan-tulisan yang berhubungan dengan organisasi pembuat warna di kota itu. Diketahui ada
lebih banyak organisasi (guild) di Tiatira daripada kota-kota lain di provinsi Romawi Asia.
Tulisan-tulisan itu menyebutkan antara lain: pengerja kain wol, kain lenan, pembuat baju luar,
pewarna kain, pengerja kulit, penyamak kulit, tukang periuk, pembuat roti, pedagang budak dan
pengerja perunggu.
2. Bahasa
Tidak terdapat banyak catatan terperinci mengenai bahasa apa saja yang di gunakan pada masa
itu, namun kemungkinan yang paling besar sejauh ini yang dapat kita simpulkan bahwa
masyarakat di Tiatira menggunakan bahasa Yunani.
3. Budaya
Betapa pun kota ini kecil namun kota ini masih merupakan kota dagang yang penuh dengan
kegiatan usaha kerajinan dan usaha dagang lainnya, di antaranya usaha kain wool, berbagai
macam usaha tenun, garmen, usaha kulit dan sebagainya. Biarpun ada banyak usaha
perdagangan di Tiatira tetapi yang paling menonjol adalah seni pewarnaan kain di mana kain
yang sangat terkenal dan menjadi produksi utama di Tiatira adalah kain ungu (baik ungu tua
maupun ungu muda) Perlu juga diketahui bahwa di Tiatira ada banyak serikat kerja.
4. Keagamaan
Perlu kita ketahui bahwa dengan banyaknya serikat kerja di Tiatira kita dapat mengetahui
bagaimana keadaan Agama pada saat itu, yakni dimana setiap serikat kerja ini mempunyai dewa
pelindung / penjaganya sendiri-sendiri, dan karena itu setiap serikat kerja berhubungan dengan
penyembahan terhadap dewa pelindung / penjaga tersebut, dimana dengan kata lain mereka
merupakan penyembah berhala, sekalipun mereka bukan pusat dari agama kafir tersebut.
5. Politik
b. Eksposisi Wahyu 2:18-29
Pujian Terhadap Jemaat Tiatira
1. Tuhan Memuji Iman Mereka
Wah 2:19 - Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu
maupun ketekunanmu….”
Di sini jemaat Tiatira dipuji karena iman mereka. Sangat mungkin iman yang dimaksudkan di
sini adalah kepercayaan mereka kepada Tuhan. Jadi mereka dipuji karena kepercayaan mereka
kepada Tuhan. Bahwa di sini iman dipuji oleh Tuhan menunjukkan bahwa Tuhan memang
memperhatikan iman dari gereja-Nya. Manusia memang tidak bisa melihat iman, tetapi Tuhan
yang mahatahu pasti bisa melihatnya.
Dalam ayat ini, kasih ditempatkan sebagai hal yang pertama dipuji oleh Kristus. Ini tidak berarti
bahwa kasih adalah yang terpenting. Kasih disebutkan lebih awal di sini karena jemaat Tiatira
kelihatannya lebih menonjol dalam hal kasih ini. Kata “kasih” di sini menggunakan kata Yunani
“AGAPE” yang menunjukkan kualitas kasih yang sangat baik. Hanya saja kita tidak jelas
apakah yang dimaksudkan di sini adalah kasih mereka kepada Allah atau kepada sesama. Di sini
kita harus mengoreksi pandangan yang mengatakan bahwa “AGAPE” selalu menunjuk pada
kasih Allah kepada manusia karena dalam kenyataannya kasih “AGAPE” dinyatakan juga
sebagai dimiliki oleh jemaat Tiatira yang bisa saja sasaran kasih itu adalah Allah ataupun
manusia. Tuhan Memuji Pelayanan Mereka
Wah 2:19 - Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu,
baik pelayananmu maupun ketekunanmu….”
Jemaat di Tiatira juga dipuji karena pelayanan mereka dan menurut saya pelayanan ini adalah
salah satu wujud kasih yang ada pada mereka
2. Mengajar dan Menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-
persembahan berhala.
a. Robert Mounce. Karena tindak makan persembahan berhaola, jelas dimaksudkan dalam
art hurufiah, maka hal yang terbaik adalah menerima berbuat zinah dengan cara yang
sama. Dimana terjadi pesta perayaan kafir sering membawa pada hubungan sex dengan
seadanya orang.
b. Ajaran Wanita Izebel.
Izebel dari Tiatira merupakan pengaruh jahat terhadap kehidupan dan ibadah dari gereja
Kristen. Harus dimengerti secara jelas bahwa ia tidak mempunya keinginan untuk
menghancurkan gereja: tetapi ia ingin membawa kedalamnya cara-cara yhang baru, yang
dlam faktanya merupakan hal yang bersifat menghancurkan iman. Kata-kata Barclay ini
perlu dicamkan. Seorang penyesat bias saja mempunyai maksud yang baik, tetapi apa
yang ia ajarkan tetap sesat.
c. Aku mencela engkau, Karena ada pembiaran terhadap dosa dan penyesatan.
Seseorang bukan hanya tidak boleh mempunyai persekutuan dengan pekerjaa/perbuatan
kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi harus memarahi mereka.
d. Toleransi, dari sini terlihat bahwa toleransi, sekalipun memang harus dilakuakn dalam
banyak hal, tetapi tidak selalu merupakan hal yang baik!
c. Kesimpulan
Jemaat di Tiatira adalah jemaat memiliki arah kehidupan yang benar, semakin hari semakin
mengasihi Tuhan, semakin giat dalam melayani Tuhan, semakin berani menghadapi penderitaan,
semakin setia dalam iman. Tetapi roh “toleransi” terhadap ajaran yang tampaknya tidak
membahayakan, justru mengahancurkan sendi-sendi kehidupan iman mereka.
Disini perlu sekali kita sadari bahwa pentingnya kedisiplinan hidup untuk berkata ‘tidak’ terhadap
ajaran yang ‘menghalalkan’ apa yang tidak kudus di hadapan Tuhan.
Jadi , sebagai Aplikasi untuk kehidupan kita saat ini adalah “ Let us back to our origin track” ( mari
kita kembali kepada jalur yang semula ). Karena Tuhan sudah menyiapkan kehidupan yang
cemerlang bagi orang yang tetap bertahan dan yang kembali dari keterpurukan kepada kebenaran
Tuhan. “Puji Tuhan”