Egoistis individual dan keinginan memperoleh materi harta kekayaan atau materi, semakin menonjol. Segala bentuk dan jalan mereka gunakan untuk mendapatkannya. Bahkan tidak sedikit mereka gunakan untuk mendapatkannya. Bahkan tidak sedikit mereka melakukan tindak pidana kejahatan, baik dengan melakukan pencurian, penggelapan atau penipuan. Tindak pidana kejahatan terhadap kekayaan, baik yang dilakukan perseorangan atau gerombolan membuat kekhawatiran dalam masyarakat. Pemerintahan sebagai pemimpin bangsa sangat diharapkan perannya untuk menjaga keamanan dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat. Maka dibentuklah perundang-undangan tenang kejahatan terhadap kekayaan dalam bentuk suatu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, sebagai salah satu tanggungjawab pemerintah menangani kejahatan tersebut. Harta kekayaan merupakan salah satu hal yang perlu dilindungi dalam hukum. Segala tindak kejahatan atau percobaan kejahatan terhadap harta kekayaan perlu diadili dalam persidangan demi terciptanya kepastian hukum dalam masyarakat. Pemerintah merumuskan dalam KUHP pasal 362-367 tentang pencurian dan pasal 372-376 tentang penggelapan sebagai bagian tindak pidana kejahatan terhadap harta kekayaan. Terdapat unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam rumusan tersebut, agar seseorang dapat dituntut sebagai pencuri atau penggelap barang. Unsur- unsur itu ada yang berbentuk objektif dan subjektif. Seseorang bisa diancam pidana pencurian dan penggelapan jika pengadilan membuktikan kedua unsur-unsur itu, ada pada diri tergugat. Andaikan, ada salah satu unsur- unsurnya tidak mampu terbuktikan dalam persidangan maka orang tersebut bebas dari gugatan hukum. 1.2.Rumusan Masalah a. Apa itu delik terhadap harta kekayaan? b. Apa kasus dalam delik terhadap harta kekayaan? BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Delik Terhadap Harta Kekayaan
Tindak pidana terhadap harta kekayaan adalah berupa penyerangan
terhadap kepentingan hukum orang atas harta benda milik orang lain (bukan milik petindak), dimuat dalam Buku II KUHP yaitu : 1. Pencurian (diefstal), diatur dalam Bab XXII. ( Pasal - pasal Pencurian ) Pencurian terdiri dari unsur-unsur objektif (perbuatan mengambil, objeknya suatu benda, dan unsur keadaan yang menyertai/melekat pada benda, yaitu benda tersebut sebagian atau seluruhnya milik orang lain) dan unsur-unsur subjektif (adanya maksud, yang ditujukan untuk memiliki, dan dengan melawan hukum). Pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur - unsurnya dirumuskan dalam pasal 362 KUHP, adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi : "Barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp. 900,00".
2. Pemerasan dan Pengancaman (afpersing dan afdreiging), diatur dalam Bab
XXIII. (Pasal - pasal Pemerasan dan Pengancaman ) Tindak pidana pemerasan sebagaimana diatur dalam Bab XXIII KUHP sebenarnya terdiri dari dua macam tindak pidana, yaitu tindak pidana pemerasan (afpersing) dan tindak pidana pengancaman (afdreiging). Kedua macam tindak pidana tersebut mempunyai sifat yang sama, yaitu suatu perbuatan yang bertujuan memeras orang lain. Justru karena sifatnya yang sama itulah kedua tindak pidana ini biasanya disebut dengan nama yang sama, yaitu "pemerasan" serta diatur dalam bab yang sama. Sekalipun demikian, tidak salah kiranya apabila orang menyebut, bahwa kedua tindak pidana tersebut mempunyai sebutan sendiri, yaitu "pemerasan" untuk tindak pidana yang diatur dalam Pasal 368 KUHP dan pengancaman untuk tindak pidana yang diatur dalam Pasal 369 KUHP. Oleh karena memang, dalam KUHP sendiri pun juga menggunakan kedua nama tersebut untuk menunjuk pada tindak pidana yang diatur dalam Pasal 368 dan 369 KUHP. 3. Penggelapan Bab XXIV (buku II) KUHP mengatur tentang penggelapan (verduistering), terdiri dari 5 pasal (372 s/d 376). Di samping penggelapan sebagaimana diatur dalam Bab XXIV, ada rumusan tindak pidana lainnya yang masih mengenai penggelapan, yaitu pasal 415 dan 417, tindak pidana mana sesungguhnya merupakan kejahat a n jabatan, yang kini ditarik ke dalam tindak pidana korupsi oleh UU no. 31 Th. 1999 dan UU no. 20 Th, 2001, oleh karenanya tidak dimuat dalam Bab XXIV, melainkan dalam bab tentang kejahatan jabatan (Bab XXVIII). Pengertian yuridis mengenai penggelapan dimuat dalam pasal 372 yang dirumuskan sebagai berikut: “Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, diancam karena penggelapan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun atau denda paling banyak Rp 900,00”.
2.2 Kasus Mengenai Delik Terhadap Harta Kekayaan
Dalam kasus pencurian kendaraan bermotor di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), empat orang pemuda dibekuk aparat Kepolisian Daerah NTT. Empat orang pelaku itu yakni RGK (18), RPA (16), ME (18), serta IA (15). Dari empat pemuda, dua orang di antaranya pelajar SMA di Kota Kupang. Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda NTT AKBP Bambang Hermanto mengatakan, para pemuda itu mencuri dua unit sepeda motor milik warga yang terparkir di halaman rumah. Menurut Bambang, dari hasil pemeriksaan sementara, tiga pelaku lain yakni RPA, ME, dan IA merupakan orang baru yang baru terlibat dalam kasus pencurian kendaraan bermotor. Bambang mengatakan, pelaku RGK pernah ditangkap dan kasusnya sempat disidang di Pengadilan Negeri Kupang. Namun RGK bebas karena masih di bawah umur. Keempat pelaku itu dikenai pasal berbeda. Untuk RGK, RPA, dan ME dikenaikan pasal 363 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 7 tahun penjara. Sedangkan IA dikenakan pasal 480 KUHP karena bertindak sebagai penadah kendaraan bermotor yang dicuri. BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tindak pidana terhadap harta kekayaan adalah berupa penyerangan
terhadap kepentingan hukum orang atas harta benda milik orang lain (bukan milik petindak), dimuat dalam Buku II KUHP, contohnya yaitu Pencurian, Pemerasan, Pengancaman, dan Penggelapan. DAFTAR PUSTAKA
S.R. Sianturi, Asas – asas Hukum Pidana Di Indonesia Dan Penerapannya,
Babinkum TNI Tahun 2012. Hamzah. Andi, Delik-delik tertentu (speciale delicten) dalam KUHP, universitas Trisakti 2011