Pendaftaran
SHARE
HTML
DOWNLOAD
Sucianty Kusnadi
2 tahun lalu
Tontonan: 33
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri-ciri dan klasifikasi Moina sp 1. Ciri-ciri dan
morfologi Moina sp Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok
udang renik yang termasuk dalam filum Crustacea, kelas Entomostraca, ordo Phylopoda, dan
subordo Cladocera. Ukuran Moina sp berkisar antara mikron. Ciri khas dari Moina sp adalah
bentuk tubuh pipih ke samping, dinding tubuh bagian punggung membentuk suatu lipatan
sehingga menutupi bagian tubuh beserta anggota-anggota tubuh pada kedua sisinya. Bentuk
tubuh Moina sp tampak seperti sebuah cangkang kerang-kerangan. Cangkang di bagian
belakang membentuk sebuah kantong yang berguna sebagai tempat penampungan dan
perkembangan telur. Ciri-ciri morfologi Moina sp adalah berwarna merah karena
mengandung haemoglobin, bergerak aktif, bentuk tubuh Moina sp membulat,
perkembangbiakannya secara sexual dan parthenogenesis, bentuk tubuhnya bulat, segmen
badan tidak terlihat. Pada bagian ventral kepala terdapat paruh. Pada bagian kepala terdapat
lima pasang apendik atau alat tambahan, yang pertama disebut antena pertama (antennule),
yang kedua disebut antenna kedua yang mempunyai fungsi utama sebagai alat gerak.
Sedangkan tiga pasang alat tambahan lainnya merupakan alat tambahan yang merupakan
bagian-bagian dari mulut. Tubuh Moina sp ditutupi oleh cangkang dari kutikula yang
mengandung khitin yang transparan, dibagian dorsal (punggung) bersatu tetapi dibagian
ventral (perut) berongga/terbuka dan terdapat lima pasang kaki yang tertutup oleh cangkang.
Ruang antara cangkang dan tubuh bagian dorsal merupakan tempat pengeraman telur. Pada
ujung post abdomen terdapat dua kuku yang berduri kecil-kecil (Mudjiman, 2008)
3 Pada phylum Arthropoda, jenis Moina sp, banyak terdapat di perairan tawar karena pada
sungai banyak terdapat makanan Moina sp yaitu fitoplankton dan juga terdapat banyak zat
hara yang terbawa oleh arus (Juwana, 2001). A. Kandungan Gizi Moina sp Mudjiman (2008),
menyatakan bahwa kandungan gizi pada pakan alami Moina sp umumnya terdiri dari air,
protein, lemak, serat kasar, dan abu. Untuk lebih jelasnya kandungan gizi dan kegunaan
pakan alami Moina sp disajikan dalam bentuk Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Kandungan gizi
dan kegunaan pakan alami jenis Moina sp Jenis pakan alami kadar air % Kadar kandungan
gizi ( % bobot kering) kegunaan protein lemak serat kasar abu 37,38 13,29-11,00 pakan larva
Moina sp 99,60 umur 2-6 hari Sumber: Mudjiman, B. Persiapan wadah kultur Moina sp
Menurut Darmanto (2000), Sebelum digunakan wadah kultur pakan alami Moina sp, terlebih
dahulu dibersihkan dan dikeringkan. Tujuannya adalah untuk membasmi hama penyakit yang
bersarang dalam wadah tersebut. Wadah yang digunakan terbuat dari akuarium dengan
ukuran 50 x 65 x 50 cm. Kemudian di isi dengan air sampai dengan ketinggian 40 cm untuk
menjaga kestabilan suhu maka diberikan aerasi untuk mensuplai oxigen, kemudian
permukaan wadah kultur Moina sp ditutup dengan menggunakan waring untuk mencegah
masuknya hama pengganggu dan predator lainnya. C. Penyediaan bibit Moina sp
4 Bibit Moina sp dapat diambil dari perairan tawar seperti saluran pada irigasi, selokan dan
comberan. Untuk mengetahui populasi (gerombolan) kutu air ini dapat diamati dengan
menggunakan alat berbentuk lempengan putih. Alat ini dibenamkan sampai dasar atau dikait
dengan tali agar bisa melayang (mengambang) pada kedalaman tertentu. Pengamatan
dilakukan dengan memantau air di sekitar atau di atas lempeng. Jika pada perairan tersebut
terdapat kutu air akan tampak gumpalan putih (kelabu) yang bergerak seperti awan
(Priyambodo, 2009). Sebelum bibit Moina sp diambil, terlebih dahulu menyiapkan media
pembibitannya. Untuk budidaya Moina sp digunakan wadah berupa akuarium. Wadah
diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. Selanjutnya, wadah diisi
air tawar setinggi 40 cm dan diaerasi dengan 1 2 buah batu aerasi. Suhunya diusahakan
konstan dalam kisaran C (Priyambodo, 2009). Ke dalam wadah ini dimasukkan air tawar dan
pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 0,2 gr/liter. Kemudian media ini diaerasi selama 2
minggu. Warna air akan berubah menjadi coklat jika ditumbuhi oleh phytoplankton,
khususnya Diatomae. Jika Diatomae belum tumbuh, aerasi dilanjutkan selama 1 minggu lagi.
Selanjutnya wadah ini disaring dengan kain blacu atau trilin. Air saringan dimasukkan ke
dalam wadah lain dalam keadaan tetap diaerasi. Sehari kemudian bibit Moina sp yang
diambil dari perairan atau dari balai pembibitan langsung dimasukkan kedalamnya. Dalam
proses penangkaran, air media diberikan pupuk susulan berupa sari pupuk kandang yang
dibuat dari pelumatan 0,2 kg pupuk kandang dalam 1 liter air. Pemupukan susulan ini
sekaligus sebagai upaya penambahan volume air media. D. Penebaran bibit Moina sp
5 Pemasukan bibit dilakukan selang jam setelah pemupukan awal. Hal ini dimaksudkan
supaya tidak terlalu banyak bibit yang mati. Padat penebarannya sekitar 30 ekor/l. Apabila
padat penebarannya kurang maka perkembangannya akan kurang pesat. Sebaliknya jika padat
penebarannya lebih tinggi akan terjadi pemborosan penggunaan bibit. Moina sp yang
digunakan sebagai bibit dipilih yang berukuran lebih dari 500 mikron. Sehat, tidak lemah,
dan tidak sedang bertelur. Moina sp yang lemah ditandai oleh warna tubuhnya yang pucat.
Sebelum ditebarkan, bibit Moina sp perlu dicuci terlebih dahulu dengan kain saringan halus
dan disemprot dengan air bersih. Dengan demikian, kotoran-kotorannya akan lolos,
sedangkan bibit Moina sp tetap tinggal di atas saringan. Bibit Moina sp yang akan digunakan
sebaiknya jangan diambil dari bak pemeliharaan yang kepadatannya rendah, atau dari tempat
yang banyak ditumbuhi oleh organisme penyaing, misalnya Brachionus (Priyambodo, 2009).
E. Reproduksi Perkembangbiakan Moina sp dapat dilakukan melalui dua cara yaitu asexual
atau parthegonesis (melakukan penetasan tanpa di buahi) dengan cara sexual (melakukan
penetasan telur dengan melakukan perkawinan/pembuahan terlebih dahulu). Pada kondisi
perairan tidak menguntungkan, induk betina menghasilkan telur istirahat yang akan segera
menetas pada saat kondisi perairan sudah baik kembali. Moina mulai menghasilkan anak
setelah berumur empat hari dengan jumlah anak selama hidup sekitar 211 ekor. Setiap kali
beranak rata-rata berselang 1,25 hari, dengan rata-rata jumlah anak sekali keluar 32 ekor/hari,
sedangkan umur hidup Moina adalah sekitar 13 hari (Anonim, 2012). Moina biasa hidup pada
perairan yang tercemar bahan organik, seperti pada kolam dan rawa. Pada perairan yang
banyak terdapat kayu busuk dan kotoran hewan, Moina akan tumbuh dengan baik pada
perairan yang mempunyai kisaran suhu antara C dan ph
6 antara 6,5 9. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Moina adalah bakteri. Untuk
menangkap mangsa, Moina akan menggerakan alat tambahan pada bagian mulut, yang
menyebabkan makanan terbawa bersama aliran air ke dalam mulut. Untuk lebih jelasnya
siklus hidup Moina sp disajikan pada Gambar 2 berikut (Anonim, 2012). Gambar 2. Siklus
hidup Moina sp F. Pemupukan Salah satu metode kultur Moina sp yang sering digunakan
adalah metode pemupukan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik berupa pupuk
kandang (kotoran ayam). Pupuk organik dapat berfungsi sebagai sumber makanan secara
langsung untuk Moina sp dan organisme makanan ikan lainnya atau diuraikan oleh bakteri
menjadi bahan-bahan organik yang merangsang pertumbuhan fitoplankton berupa
Rhodophycea atau alga merah. Pupuk organik yang bisa digunakan untuk kultur Moina sp
adalah kotoran ayam, kotoran sapi, kotoran babi, kotoran kambing/domba, dan kotoran kuda.
Namun, dari berbagai jenis kotoran tersebut kotoran ayam dianggap lebih baik dari pada
kotoran kandang lainnya (Kadarwan (1974) dalam Casmuji (2002). G. Pemeliharaan Moina
sp.
7 Mudjiman (2008), menyatakan bahwa dalam masa pemeliharaan, kepadatan Moina sp perlu
diamati secara teratur. Pengamatan dapat dilakukan melalui pengambilan contoh (sampling).
Pengambilan contoh air media dilakukan dengan mengaduk air media secara merata.
Pengambilan contoh air media dilakukan tiga kali dengan sebuah gelas piala kecil ukuran 100
ml. Pakan alami hidup bebas di berbagai perairan, baik perairan tawar, payau maupun laut
yang mampu berkembang biak secara cepat. Pakan alami ikan ini dapat diproduksi secara
massal pada lingkungan yang terkendali dan memiliki daya penyesuaian diri (toleransi) yang
tinggi terhadap perubahan lingkungan. Pakan alami memiliki kandungan gizi yang cukup
tinggi. Disamping itu, juga memiliki bentuk dan ukuran yang sesuai dengan lebar bukaan
mulut larva ikan. Seperti contoh pakan alami jenis Moina sp yang memiliki sel padat, tetapi
dindingnya tipis serta tidak beracun. Moina sp merupakan organisme renik yang hidup
diperairan tawar. Moina sp dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan dengan suhu antara C
dengan ph antara 6,6 7,4. Pakan alami Moina sp menjadi dewasa dalam waktu 5 hari dari
total umurnya yaitu 30 hari. Berkembang biak secara parthenogenesis, yaitu telur yang
dihasilkan induk betina ditampung dalam kantong telur yang terletak di punggung. Di dalam
kantong ini telur akan menetas tanpa harus dibuahi oleh induk jantan. Perkembangan larva
(nauplius) sampai dewasa sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Setiap dua hari sekali,
Moina sp mampu menghasilkan anak sebanyak 33 ekor. Dengan demikian, keturunan yang
dihasilkan semasa hidupnya sebanyak 500 ekor. Moina sp memiliki ukuran sekitar mikron.
Kesehatan Moina sp dapat dilihat dari warna tubuhnya. Moina sp yang sehat berwarna coklat
kemerahan dengan saluran pencernaan penuh berisi makanan. Jika Moina sp menggerombol
di permukaan atau banyak yang sedang bertelur, menunjukkan bahwa kualitas
8 air media sudah menurun. Jika dalam keadaan seperti ini Moina sp tetap dipelihara maka
hasilnya akan jelek (Mudjiman, 2008). Dengan pemeliharaan yang baik, Moina sp dapat
mencapai puncak perkembangannya dalam waktu 7 10 hari. Kepadatan pada puncak
perkembangannya mencapai ekor/l. Jika waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kepadatan
3000 ekor/l itu lebih dari 10 hari, berarti pemeliharaan kurang benar. Dalam kondisi seperti
ini sebaiknya Moina sp segera dipanen (Mudjiman, 2008). Moina sp hidup pada perairan
yang baik ialah pada suhu berkisar antara C, ph berkisar 6,5-9,0, DO berada di kisaran 3-5
ppm kecerahan cm. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhannya adalah bakteri dan
phytoplankton (Mudjiman, 2008). H. Pemanenan Moina sp. Anonim (2009), menyatakan jika
kepadatan telah mencapai 4 ekor/ml (4000 ekor/l), Moina sp harus segera dipanen karena jika
terlambat dipanen, Moina sp akan mati dan hilang dengan percuma. Pemanenan didahului
dengan mematikan aerasi air media. Setelah beberapa menit, kotoran-kotoran akan
mengendap dan Moina sp akan berkumpul di dekat permukaan air. Selanjutnya Moina sp
disedot dengan selang plastik kecil dan ditampung di dalam sebuah ember yang dipasang
kain saringan ukuran mikron. Hasil tangkapan dipindahkan ke wadah lain yang diletakkan di
tempat yang teduh. Cara pemanenan seperti ini dapat dilakukan sampai beberapa kali dan
disesuaikan dengan keperluan. Jika dalam populasi Moina sp yang dipanen terdapat jentik-
jentik nyamuk maka jentik nyamuk tersebut harus dipisahkan dengan menggunakan kain
saringan mikron. Dengan mata saringan tersebut, Moina sp akan lolos ke bawah sedangkan
jentik-jentik nyamuk akan tertahan di atas saringan.
9 Jika hasil panen tidak habis sekali pakai maka kelebihannya dapat disimpan di dalam
freezer. Keesokan hari atau lusanya Moina sp beku masih dapat digunakan lagi untuk
makanan hewan-hewan peliharaan. Keadaan Moina sp ini masih segar meskipun sudah tidak
dapat hidup lagi. Untuk menjaga kualitas selama penyimpanan. Moina sp dibungkus dengan
kantong plastik kedap udara. Pemanenan dilakukan menggunakan plankton net dengan
menghentikan aerasi, juga dapat dilakukan dengan penyedotan dan penyaringan medium
dengan saringan ukuran mikron dan mikron untuk memisahkan Moina sp dengan jentik-
jentik nyamuk (Anonim, 2006). Pemanenan dapat dilakukan pada hari ke tujuh sepuluh jika
populasinya sudah mencukupi. Pemanenan tersebut dilakukan dengan cara menggunakan
seser halus. Waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari disaat matahari terbit, pada waktu
tersebut Moina sp akan banyak berkumpul dibagian permukaan media untuk mencari sinar.
Dengan tingkahlakunya tersebut akan sangat mudah bagi para pembudidaya untuk melakukan
pemanenan. Moina sp yang baru dipanen tersebut dapat digunakan langsung untuk konsumsi
larva atau benih (Anonim, 2006). I. Tinjauan penelitian sebelumnya Kadarwan (1974) dalam
Casmuji (2002) melakukan penelitian tentang kultur Moina sp dengan menggunakan pupuk
kandang sebagai media penumbuhannya. Pupuk kandang yang dipakai adalah pupuk kandang
yang berasal dari kotoran ayam telah bercampur dengan tanah (yang telah matang) yang
berfungsi sebagai sumber makanan secara langsung untuk Moina sp dan organisme makanan
ikan lainnya atau diuraikan oleh bakteri menjadi bahanbahan organik yang merangsang
pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton. Pupuk kandang kemudian dimasukkan ke dalam
kantung plastik dengan dosis 1 kg /m 3 air. Kantong plastik
10 dilubangi dengan paku agar pupuk kandang tersebut dapat larut dalam air, selanjutnya
pupuk kandang tersebut digantung dimasukkan ke dalam bak fiber, adapun kandungan unsur
hara dari beberapa pupuk kandang yang biasa dipergunakan dalam budiaya pakan alami.
Winarlin, Halic (2010) melakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah kotoran ayam
untuk produksi pakan alami (Moina sp). Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
perkembangan kelimpahan plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton (Moina sp.)
sejak satu hari setelah penebaran sampai sampai dengan akhir penelitian cenderuang
meningkat. Penggunaan pupuk kandang/kotoran ayam menghasilkan pertumbuhan
zooplankton (Moina sp.) lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan fitoplankton.
Perlakuan yang dilakukan pada penelitian tersebut adalah perlakukan A menggunakan pupuk
kandang 250 gram, kemudian pada perlakuan B menggunakan pupuk kandang dengan dosis
500 gram serta pada perlakuan C menggunakan pupuk kandang dengan dosis 750 gram.
Pengamatan hasil penelitian dilakukan pada hari ke-6. Dari hasil pengamatan dari ketiga
perlakuan tersebut dapat diuraikan bahwa pada perlakukan A (dosis pupuk kandang 250
gram) memperlihatkan hasil produksi Moina sp yang rendah, sementara pada perlakuan B
(dosis pupuk kandang 500 gram) dan Perlakuan C (dosis pupuk kandang 750 gram)
memperlihatkan hasil produksi Moina sp yang cukup tinggi. Dari hasil penelitian tersebut,
didapatkan suatu kesimpulan bahwa penggunaan pupuk kandang yang berasal dari kotoran
ayam dapat memberikan produksi dan hasil yang lebih baik dalam penumbuhan pakan alami
Moina sp. Dengan demikian, kotoran ayam dapat dijadikan sebagai media dalam kultur
Moina sp dalam rangka untuk meningkatkan hasil dalam kegiatan memproduksi Moina sp
sebagai makanan utama bagi larva dan benih ikan budidaya (Casmuji, 2002).
11 J. Hipotesis Penelitian Hipotesa dari penelitian ini adalah : Ho = Pemberian dosis pupuk
kandang yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat kepadatan pakan alami
Moina sp. H 1 = Pemberian dosis pupuk kandang yang berbeda memberikan pengaruh
terhadap tingkat kepadatan pakan alami Moina sp. Kaidah pengambilan keputusan adalah
sebagai berikut : Jika Fhitung < Ftabel pada (0,05) maka terima Ho atau tolak H 1 Jika
Fhitung > Ftabel pada (0,05) maka terima H 1 atau tolak Ho.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Rata rata Pertambahan Jumlah Moina sp.
(Ind/200ml) Rata rata pertambahan jumlah populasi Moina sp. dengan pemberian pupuk
kandang, jerami padi dan daun kol dengan padat
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS
MANDARIN (Synchiropus splendidus)
Lebih terperinci
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama tiga
bulan dari bulan April sampai Juli 2005, di Balai Penelitian dan Pengembangan Ikan Laut,
Udang dan Payau (BPPILAPU) Pangandaran,
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar
Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas
benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1
Ruang lingkup... 1
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Budidaya perikanan saat ini mengalami
kendala dalam perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan. Hal ini terjadi
karena tingginya tingkat kematian dari larva
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT)
Jambi.
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. 3.2 Alat dan
bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam
Lebih terperinci
Tujuan Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah mengetahui
teknik kultur Chaetoceros sp. dan Skeletonema sp. skala laboratorium dan skala massal serta
mengetahui permasalahan yang
Lebih terperinci
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Nila Klasifikasi Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Trawavas, (1982) dalam Suyanto, (1999) diuraikan berikut. Filum
Chordata Sub Filum Vertebrata Kelas Osteichthyos
Lebih terperinci
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi PKL Balai Benih
Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah tingkat Provinsi yang
mempunyai fungsi menyebar luaskan teknologi perbenihan
Lebih terperinci
Lebih terperinci
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan
induk jantan lele Clarias mossambius yang
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele Clarias fuscus
yang asli Taiwan dengan induk jantan
Lebih terperinci
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada
awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang
bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama
Lebih terperinci
Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele Oleh : Rangga Ongky Wibowo (10.11.4041) S1Ti
2G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 Kata Pengantar... Puji syukur saya
ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan
Lebih terperinci
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daphnia sp 2.1.1 Klasifikasi Daphnia sp. Daphnia sp.
secara taksonomi termasuk ke dalam kelompok crustacea renik yang hidup secara umum di
perairan tawar (Pangkey 2009). Beberapa
Lebih terperinci
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Maret sampai Mei 2013, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias,
Depok Jawa Barat. B. Alat dan Bahan (1)
Lebih terperinci
I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat
lepas dari pembenihan jenisjenis
Lebih terperinci
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila 2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila Klasifikasi ikan nila
menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan (1991) adalah sebagai berikut : Kingdom :
Animalia Sub Kingdom : Metazoa
Lebih terperinci
Standar Nasional Indonesia SNI 7311:2009 Produksi benih udang vaname (Litopenaeus
vannamei) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 7311:2009 Daftar
isi Daftar isi...i Prakata...ii
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius
hyphthalmus) kelas benih sebar
SNI : 01-6483.4-2000 Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin siam
(Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 1 Ruang
lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Dikenal sebagai nila merah taiwan atau hibrid antara 0. homorum dengan 0.
mossombicus yang diberi nama ikan nila merah florida. Ada yang menduga bahwa nila
merah merupakan mutan dari ikan mujair. Ikan
Lebih terperinci
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Daphnia sp. Daphnia sp. lebih dikenal
dengan kutu air memiliki lebih dari 20 spesies di alam. Spesies ini hidup pada berbagai jenis
perairan air tawar, terutama
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini
dilakukan pada bulan April Mei 2007 di Laboratorium Ekologi Hewan Departemen Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Lebih terperinci
Lebih terperinci
BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April
hingga Mei 2013.
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. 3.2 Alat
dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat-alat Penelitian
Lebih terperinci
Lebih terperinci
SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio
Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar
SNI : 01-6137 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus
carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang
lingkup...1 2 Acuan...1 3 Definisi...1
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) Ikan
gurame (Osphronemus gouramy Lac.) adalah salah satu komoditas budidaya air tawar yang
tergolong dalam famili ikan Labirin (Anabantidae).
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Budidaya ikan patin (Pangasius hypopthalmus) mulai berkemang pada tahun 1985.
Tidak seperti ikan mas dan ikan nila, pembenihan Patin Siam agak sulit. Karena ikan ini tidak
bisa memijah secara alami. Pemijahan
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE Disusun oleh: Felik
Ferdiawan (10.11.3827) TEKHNIK INFORMATIKA STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA
2010/2011 ABSTRAK Ikan lele memang memiliki banyak penggemar, karena
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada
ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan keseragaman.induk yang baik untuk
pemijahan memiliki umur untuk
Lebih terperinci
Lebih terperinci
SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio
Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar
SNI : 01-6133 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus
carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang
lingkup...1 2 Acuan...1 3 Definisi...1
Lebih terperinci
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang
digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan.
Model percobaan yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
f. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan
tenang dan bersih, g. karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan
ba
BUDIDAYA IKAN NILA 1. JENIS Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut: Kelas:
Osteichthyes Sub-kelas : Acanthoptherigii Crdo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea Famili :
Cichlidae Genus : Oreochromis
Lebih terperinci
USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya
ikan) Melalui berbagai media komunikasi pemerintah selalu menganjurkan kepada
masyarakat untuk makan ikan. Tujuannya adalah untuk
Lebih terperinci
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di
rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial 1. Mengidentifikasi potensi dan peran
budidaya perairan 2. Mengidentifikasi
Lebih terperinci
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada
bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.
Lebih terperinci
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000),
adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae
Genus : Clarias Spesies :
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
6.4 Pembenihan Ikan Bandeng 6.4.1 Pemeliharaan Induk 1) Persiapan bak pemeliharaan
induk Wadah yang digunakan dalam pemeliharaan induk ikan bandeng yaitu bak beton
berbentuk silinder dan berjumlah tiga
Lebih terperinci
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Jl. Peta No. 83, Bandung, Jawa Barat 40232, selama 20
hari pada bulan Maret April 2013. 3.2 Alat dan
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo
(Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias
gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum:
Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces
Lebih terperinci
Lebih terperinci
SNI : 01-6135 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus
carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman
Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2
Lebih terperinci
Lebih terperinci
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Juli November 2009 bertempat di Kolam Percobaan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor selama masa
Lebih terperinci
Lebih terperinci
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Agustus-Oktober 2009 bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 2, Juni 2015 Pengaruh
Penggunaan Pupuk Organik Diamond Interest Grow dengan Dosis Berbeda terhadap
Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus
Lebih terperinci
Lebih terperinci
Lebih terperinci
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias,
Depok Jawa Barat. B. Alat dan Bahan
Lebih terperinci
Lebih terperinci
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya ikan dapat dijadikan alternatif
usaha yang dapat memberikan keuntungan dan memiliki prospek jangka panjang yang baik.
Hal ini dikarenakan atas permintaan produk
Lebih terperinci
II. METODOLOGI 2.1 Materi Uji Sumber genetik yang digunakan adalah ikan nilem
hijau dan ikan nilem were. Induk ikan nilem hijau diperoleh dari wilayah Bogor (Jawa Barat)
berjumlah 11 ekor dengan bobot
Lebih terperinci
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Tawes 2.1.1 Taksonomi Tawes Menurut
Kottelat (1993), klasifikasi ikan tawes adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata Classis
Ordo Familia Genus Species : Pisces : Ostariophysi
Lebih terperinci
2019 © DocPlayer.info Pengaturan dan alat privasi | Ketentuan | Tanggapan