Anda di halaman 1dari 9

Rendahnya Minat Baca Masyarakat

Membaca merupakan kunci untuk mendapatkan segala informasi dan


pengetahuan tentang berbagai macam hal yang ada, yang belum pernah kita
ketahui. Tak jarang banyak ungkapan menyatakan bahwa buku merupakan
jendela dunia, perpustakaan adalah gudang ilmu. Ungkapan tersebut dirasa
sangat benar karena dengan membaca, membuka wawasan kita terhadap
sesuatu yang baru yang dapat kita jadikan sebagai pelajaran dan ilmu. Di
kalangan mahasiswa, membaca belum menjadi kebiasaan yang mendasar dan
utama. Melihat fenomena saat ini, banyak mahasiswa lebih senang dengan
kesibukan lain dibandingkan dengan membaca. Berdasarkan pengamatan
pribadi, mahasiswa yang mengunjungi perpustakaan masih sangat minim,
bahkan bisa dikatakan hanya 2 dari 10 orang yang datang untuk membaca buku
di perpustakaan. Selain itu, sangat jarang sekali kita melihat mahasiswa yang
sibuk membaca ketika waktu luang atau senggang, terutama di zaman sekarang
yang sudah serba maju dan modern. Sehingga bisa disimpulkan, minat baca di
kalangan mahasiswa masih sangat rendah.
Tentunya ada beberapa faktor yang mendasari mengapa minat baca mahasiswa
sangat rendah. Beberapa faktor tersebut di antaranya karena kemajuan
teknologi. Mahasiswa saat ini tidak bisa lepas dari yang namanya handphone
ataupun gadget. Mereka selalu mengikuti perkembangan zaman, sehingga
sering kali sibuk dengan ponsel pribadi yang serba canggih. Tak jarang saat
waktu luang bahkan waktu padat sekalipun mahasiswa menyempatkan untuk
asyik bermain handphone ketimbang membaca. Faktor lain yaitu karena karakter
dasar masing-masing mahasiswa. Rata-rata mahasiswa masih memiliki rasa
malas sehingga enggan untuk membaca dan mengakibatkan mereka cenderung
beralih pada kesibukan lain. Selain karakter pribadi, malas membaca juga bisa
disebabkan karena faktor pergaulan. Sebagian besar mahasiswa lebih memilih
bergaul dengan teman-teman dan lebih senang memanfaatkan waktu senggang
untuk pergi main bersama atau hanya sekedar ngobrol.
Untuk itu dalam meningkatkan kesadaran di kalangan mahasiswa akan
pentingnya membaca, maka kita harus menanamkan keyakinan pada diri sendiri
bahwa membaca merupakan kebutuhan utama. Mulailah membaca dari buku-
buku yang disukai seperti membaca novel, cerpen, ataupun majalah dapat
memotivasi kita untuk senang membaca. Tingkatkan pula rasa skeptis kita
terhadap hal-hal baru yang belum diketahui yang dapat mendorong kita untuk
mencari tahu informasi yang diinginkan salah satunya dengan membaca.
Sisihkanlah pula waktu yang tepat dan nyaman untuk membaca sehingga kita
dapat memanfaatkan waktu luang kita secara efektif untuk membaca serta
mendapatkan informasi baru. Jika kita mulai membaca dari hal-hal kecil, maka
akan timbul rasa senang membaca dengan sendirinya dan menuntut kita untuk
membaca buku-buku yang lain. Jangan paksakan diri untuk harus memahami
dan membaca buku bacaan, namun mulailah belajar bahwa membaca dapat
membuka pandangan hidup kita dan mendatangkan manfaat positif. Jadi,
tanamkanlah semangat membaca mulai dari sekarang karena membaca
meningkatkan kualitas diri kita. (Tannea Awinika Octaviani/MP 201300897)

Rendahnya minat baca part 2


Salah satu faktor yang menyebabkan kemampuan membaca siswa tergolong rendah
karena sarana dan prasarana pendidikan khususnya perpustakaan dengan buku-bukunya
belum mendapat prioritas dalam penyelenggaraannya. Sedangkan kegiatan membaca
membutuhkan adanya buku-buku yang cukup dan bermutu serta eksistensi perpustakaan
dalam menunjang proses pembelajaran.
Faktor lain yang menghambat kegiatan siswa untuk mau membaca adalah kurikulum
yang tidak secara tegas mencantumkan kegiatan membaca dalam suatu bahan kajian, serta para
tenaga kependidikan baik sebagai guru, dosen maupun para pustakawan yang tidak
memberikan motivasi pada anak-anak peserta didik bahwa membaca itu penting untuk
menambah ilmu pengetahuan, melatih berfikir kritis, menganalisis persoalan, dan sebagainya.

1. Kurangnya Pengelolaan Perpustakaan dan Koleksi Buku


Di hampir semua sekolah pada semua jenis dan jenjang pendidikan, kondisi
perpustakaannya masih belum memenuhi standar sarana dan prasarana pendidikan.
Perpustakaan sekolah belum sepenuhnya berfungsi. Jumlah buku-buku perpustakaan jauh dari
mencukupi kebutuhan tuntutan membaca sebagai basis pendidikan, serta peralatan dan tenaga
yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Padahal perpustakaan sekolah merupakan sumber
membaca dan sumber belajar sepanjang hayat yang sangat vital dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa.

B. Kemajuan Teknologi
Minat baca siswa yang rendah dewasa ini disebabkan oleh faktor, perkembangan
teknologi dan pusat-pusat informasi yang lebih menarik,, perkembangan tempat-tempat
hiburan (entertainment), acara televisi. Sehingga status dan kedudukan perpustakaan, serta
citra perpustakaan dalam pandangan siswa sangat rendah. Hal ini secara lebih luas, dengan
menengok sendi-sendi budaya masyarakat yang pada dasarnya kurang mempunyai landasan
budaya baca, atau pewarisan secara intelektual. Masyarakat dalam memberitakan sesuatu
termasuk cerita-cerita terdahulu lebih mengandalkan budaya tutur daripada tulisan. Latar
budaya lisan itulah yang agaknya menjadi salah satu sebab lemahnya budaya baca masyarakat,
termasuk minat pada pustaka dan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi dan
ilmu pengetahuan.

C. Kurangnya Dukungan Keluarga dan Lingkungan


Rendahnya minat baca di kalangan anak dapat disebabkan oleh kondisi keluarga yang
tidak mendukung, terutama dari orang tua anak-anak yang tidak mencontohkan kegemaran
membaca kepada anak-anak mereka. Selain itu, kurangnya perhatian dan pengawasan orang
tua mereka terhadap kegiatan anak-anaknya. Hal ini dapat dikaitkan pula dengan konsep
pendidikan yang diterapkan dan dipahami orang tua. Sementara terkait dengan fasilitas,
minimnya ketersediaan bahan bacaan di rumah juga dapat membuat anak kurang berminat
pada kegiatan membaca karena tidak ada atau kurangnya sumber bacaan yang tersedia di
rumah. Selain dari sisi keluarga, terdapat juga pengaruh dari lingkungan. Karena pengaruh
ajakan yang begitu kuat dari lingkungan (teman), anak lebih memilih bermain dengan teman-
temannya dibanding membaca buku. Dan terakhir, ketersediaan waktu yang kurang, membuat
anak kurang berminat untuk membaca. Seperti kondisi beberapa informan anak yang
bersekolah dengan sistem full day school, tentu sebagian besar waktu dalam sehari sudah banyak
dihabiskan di sekolah. Kesempatan memiliki waktu luang sangat terbatas. Apalagi jika masih
ada kegiatan-kegiatan rutin yang mereka jalani setelah pulang sekolah. Kalaupun masih ada
sisa waktu, mereka lebih memanfaatkan untuk bersantai dan melepas lelah.
Rendahnya minat baca siswa, tentu tidak hanya sebatas masalah kuantitas dan kualitas
buku saja, melainkan terkait juga pada banyak hal yang saling berhubungan. Misalnya, mental
anak dan lingkungan keluarga/masyarakat yang tidak mendukung. Orang kota mungkin
kesulitan membangkitkan minat baca siswa karena serbuan media informasi dan hiburan
elektronik. Sementara di pelosok desa, siswa lebih suka keluyuran ketimbang membaca. Sebab,
di sana lingkungan/tradisi membaca tidak tercipta. Orang lebih suka ngerumpi atau menonton
acara televisi daripada membaca.

2.2 Dapak / Akibat Rendahnya Minat Baca pada Siswa

Rendahnya minat baca dapat bedampak kurang buruk, baik bagi diri sendiri, masyarakat
bangsa dan Negara.
a. Bagi Diri Sendiri
Buruknya kemampuan membaca siswa berdampak pada kekurangnya kemampuan
mereka dalam penguasan bidang ilmu pengetahuan dan matematika, menurunya prestasi yang
diraih, dan menyebabkan buta huruf. Selain itu, penurunan minat baca dari kalangan siswa itu
mengakibatkan, rata-rata nilai Ujian Nasinal enam mata pelajaran yang diujikan pada setiap
sekolah di bawah standar minimal kelulusan, dan hanya mata pelajaran hanya beberapa mata
pelajaran saja yang nilanya di atas standar minimal kelulusan.

b. Bagi Masyarakat, Bangsa dan Negara


Apabila rendahnya minat dan kemampuan membaca siswa, maka dalam persaingan
global kita akan selalu ketinggalan dengan sesama negara berkembang, apalagi dengan negara-
negara maju lainnya. Kita tidak akan mampu mengatasi segala persoalan sosial, politik,
ekonomi, kebudayaan dan lainnya selama SDM kita tidak kompetitif, karena kurangnya
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, akibat lemahnya kemauan dan kemampuan
membaca. Penurunan minat membaca juga berpengaruh terhadap daya saing tenaga kerja
Indonesia yang menduduki urutan ke-46 di dunia, di bawah Singapura (2), Malaysia (27),
Filipina (32) dan Thailand (34). Sedangkan, kualitas SDM Indonesia berdasar Indeks
Pembangunan Manusia oleh PBB (UNDP) 2000, menduduki urutan ke-109, terendah dibanding
sejumlah negara ASEAN, seperti Vietnam (108), Jepang (9), Singapura (24), Brunei (32),
Malaysia (61), Thailand (76) dan Filipina (77).

2.3 Beberapa Cara Meningkatkan Minat Baca pada Siswa


A. Sistem Pendidikan Nasional dan Kurikulum
Sistem Pendidikan Nasional yang diatur dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 diharapkan dapat memberikan arah agar tujuan pendidikan di tanah air semakin jelas
dalam mengembangkan kemampuan potensi anak bangsa agar terwujudnya SDM yang
kompetitif dalam era globalisasi, sehingga bangsa Indonesia tidak selalu ketinggalan dalam
kecerdasan intelektual. Oleh sebab itu penyelenggaraan pendidikan harus memenuhi beberapa
prinsip antara lain :
1) sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat.
2) Mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung.

Kedua prinsip di atas harus saling bergayut. Artinya dalam proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, harus diisi dengan kegiatan pengembangan
budaya membaca, menulis dan berhitung. Pengembangan kurikulum secara berdiversifikasi
khususnya dalam Bahan Kajian Bahasa Indonesia harus memuat kegiatan pengembangan
budaya membaca dan menulis dengan alokasi waktu yang cukup memberi kesempatan banyak
untuk membaca.
Demikian pula dalam bahan kajian seni dan budaya, cakupan kegiatan menulis harus
jelas dan berimbang dengan kegiatan menggambar/melukis, menyanyi dan menari. Kegiatan
membaca dan menulis tidak saja menjadi prioritas dalam Bahan Kajian Bahasa Indonesia dan
Bahan Kajian Seni dan Budaya, tetapi hendaknya juga secara implisit harus tercantum dalam
Bahan-bahan Kajian lainnya.

B. Paradigma Tenaga Kependidikan


Guru, dosen maupun para pustakawan sekolah sebagai tenaga kependidikan, harus
merubah mekanisme proses pembelajaran menuju “membaca” sebagai suatu sistem belajar
sepanjang hayat.
Setiap guru, dosen dalam semua bahan kajian harus dapat memainkan perannya
sebagai motivator agar para peserta didik bergairah untuk banyak membaca buku-buku
penunjang kurikulum pada bahan kajian masing-masing. Misalnya dengan memberi tugas-
tugas rumah setiap kali selesai pertemuan dalam proses pembelajaran. Dengan sistem reading
drill secara kontinu maka membaca akan menjadi kebiasaan peserta didik dalam belajar.
Pustakawan pada perpustakaan sekolah yang didukung oleh para guru kelas sedapat
mungkin harus dapat menciptakan “kemauan” para peserta didik untuk banyak membaca dan
meminjam buku-buku di perpustakaan. Sistem promosi perpustakaan harus diadakan dan
diprioritaskan secara kontinu agar perpustakaan dikenal apa fungsi, arti, kegunaan dan fasilitas
yang dapat diberikannya. Tanpa promosi perpustakaan yang gencar, mustahil orang akan
mengenal dan tertarik untuk datang ke perpustakaan.

C. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah dengan Baik


Perpustakaan merupakan salah satu sumber belajar yang sangat penting untuk
menunjang proses belajar mengajar. Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar di sekolah,
perpustakaan sekolah memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam upaya
meningkatkan aktivitas siswa serta meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran. Melalui
penyediaan perpustakaan, siswa dapat berinteraksi dan terlibat langsung baik secara fisik
maupun mental dalam proses belajar (Darmono, 2001:2). Perpustakaan sekolah sebagai salah
satu sarana pendidikan penunjang kegiatan belajar mengajar siswa memegang peranan yang
sangat penting dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Perpustakaan harus
dapat memainkan peran, khususnya dalam membantu siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan di sekolah. Pemanfaatan perpustakaan sekolah secara maksimal, diharapkan dapat
mencetak siswa untuk senantiasa terbiasa dengan aktifitas membaca, memahami pelajaran,
mengerti maksud dari sebuah informasi dan ilmu pengetahuan, serta menghasilkan karya
bermutu. Kebiasaan membaca buku yang dilakukan oleh siswa, akan meningkatkan pola
pikirnya sehingga perlu dijadikan aktivitas kegiatan sehari-hari. Buku harus dicintai dan bila
perlu dijadikan sebagai kebutuhan pokok siswa dalam membantu tercapainya tujuan
pendidikan di sekolah. Perpustakaan sekolah dapat dijadikan sumber belajar siswa baik dalam
proses kegiatan belajar mengajar secara formal maupun non formal untuk membantu sekolah
dalam upaya mencapai tujuan pendidikan di sekolah tersebut. Hal penting yang harus
dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan minat baca siswa adalah dengan
melengkapi koleksi perpustakaan, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Sudah saatnya
perpustakaan sekolah tidak hanya berisi buku-buku paket, koleksi perpustakaan juga dapat
berupa buku-buku bacaan yang mampu menarik minat siswa untuk membaca.

D. Motivasi Guru dan Keluarga


Pada dasarnya, pihak sekolah / guru bertanggungjawab ikut menumbuhkan minat baca
bagi siswa, karena dari sanalah sumber kreatifitas siswa akan muncul. Sekolah harus mengajar
anak-anak berpikir melalui budaya belajar yang menekankan pada memahami materi.
Selain itu, juga keluarga harus mendukung, terutama dari orang tua anak-anak yang
harus mencontohkan kegemaran membaca kepada anak-anak mereka. Selain itu, orang tua juga
harus memperhatian dan mengawasi terhadap kegiatan anak-anaknya. Sementara terkait
dengan fasilitas, ketersediaan bahan bacaan di rumah juga dipenuhi agar membuat anak
berminat pada kegiatan membaca karena sumber bacaan yang tersedia di rumah..
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Apabila dirunut minat baca itu sangat berkait dengan kualitas bangsa. Pada satu sisi
rendahnya kebiasaan dan kemampuan membaca masyarakat kita disebabkan rendahnya minat
baca, di sisi lain rendahnya kebiasaan dan kemampuan membaca tidak mengondisikan
kedalaman pengetahuan dan keluasan wawasan. Di samping itu, rendahnya kebiasaan dan
kemampuan membaca berpotensi menurunkan angka melek huruf yang secara langsung
menentukan kualitas bangsa.
Kurangnya minat baca telah tertutupi oleh gaya hidup pelajar yang hedon. Kehidupan
hedon yang dimaksudkan, suka jalan-jalan, bermain-main, pergaulan sudah mengarah pada
pergaulan bebas. ”Kondisi ini, membuat keingintahuan pelajar tidak ada,”. Ada sifat dalam diri
siswa yang sangat buruk. Yakni, masa bodoh atau tidak ingin tahu. Lebih mengutamakan mode
atau berpenampilan baik, sementara otaknya kosong, tanpa dibekali pengetahuan untuk masa
depan.

3.2 Saran
Kalau bangsa ini mau maju dan lebih berkualitas maka harus ada upaya-upaya yang lebih
konkret baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk mendongkrak minat baca siswa.
Meskipun hal ini sangat tidak mudah akan tetapi harus dilakukan. Solusi untuk meningkatkan
minat baca, dengan mengeksplorasi local content yang mengandung keragaman budaya,
bahasa, musik, alat permainan, hingga dongeng. Banyak kearifan lokal yang bisa digali dari
local content yang sudah hampir hilang. "Sudah saatnya kita kembalikan karakterbangsa yang
positif melalui buku-buku bacaan yang dihadirkan kepada anak-anak penerus bangsa".

Anda mungkin juga menyukai