Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
B. Kemajuan Teknologi
Minat baca siswa yang rendah dewasa ini disebabkan oleh faktor, perkembangan
teknologi dan pusat-pusat informasi yang lebih menarik,, perkembangan tempat-tempat
hiburan (entertainment), acara televisi. Sehingga status dan kedudukan perpustakaan, serta
citra perpustakaan dalam pandangan siswa sangat rendah. Hal ini secara lebih luas, dengan
menengok sendi-sendi budaya masyarakat yang pada dasarnya kurang mempunyai landasan
budaya baca, atau pewarisan secara intelektual. Masyarakat dalam memberitakan sesuatu
termasuk cerita-cerita terdahulu lebih mengandalkan budaya tutur daripada tulisan. Latar
budaya lisan itulah yang agaknya menjadi salah satu sebab lemahnya budaya baca masyarakat,
termasuk minat pada pustaka dan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi dan
ilmu pengetahuan.
Rendahnya minat baca dapat bedampak kurang buruk, baik bagi diri sendiri, masyarakat
bangsa dan Negara.
a. Bagi Diri Sendiri
Buruknya kemampuan membaca siswa berdampak pada kekurangnya kemampuan
mereka dalam penguasan bidang ilmu pengetahuan dan matematika, menurunya prestasi yang
diraih, dan menyebabkan buta huruf. Selain itu, penurunan minat baca dari kalangan siswa itu
mengakibatkan, rata-rata nilai Ujian Nasinal enam mata pelajaran yang diujikan pada setiap
sekolah di bawah standar minimal kelulusan, dan hanya mata pelajaran hanya beberapa mata
pelajaran saja yang nilanya di atas standar minimal kelulusan.
Kedua prinsip di atas harus saling bergayut. Artinya dalam proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, harus diisi dengan kegiatan pengembangan
budaya membaca, menulis dan berhitung. Pengembangan kurikulum secara berdiversifikasi
khususnya dalam Bahan Kajian Bahasa Indonesia harus memuat kegiatan pengembangan
budaya membaca dan menulis dengan alokasi waktu yang cukup memberi kesempatan banyak
untuk membaca.
Demikian pula dalam bahan kajian seni dan budaya, cakupan kegiatan menulis harus
jelas dan berimbang dengan kegiatan menggambar/melukis, menyanyi dan menari. Kegiatan
membaca dan menulis tidak saja menjadi prioritas dalam Bahan Kajian Bahasa Indonesia dan
Bahan Kajian Seni dan Budaya, tetapi hendaknya juga secara implisit harus tercantum dalam
Bahan-bahan Kajian lainnya.
3.1 Kesimpulan
Apabila dirunut minat baca itu sangat berkait dengan kualitas bangsa. Pada satu sisi
rendahnya kebiasaan dan kemampuan membaca masyarakat kita disebabkan rendahnya minat
baca, di sisi lain rendahnya kebiasaan dan kemampuan membaca tidak mengondisikan
kedalaman pengetahuan dan keluasan wawasan. Di samping itu, rendahnya kebiasaan dan
kemampuan membaca berpotensi menurunkan angka melek huruf yang secara langsung
menentukan kualitas bangsa.
Kurangnya minat baca telah tertutupi oleh gaya hidup pelajar yang hedon. Kehidupan
hedon yang dimaksudkan, suka jalan-jalan, bermain-main, pergaulan sudah mengarah pada
pergaulan bebas. ”Kondisi ini, membuat keingintahuan pelajar tidak ada,”. Ada sifat dalam diri
siswa yang sangat buruk. Yakni, masa bodoh atau tidak ingin tahu. Lebih mengutamakan mode
atau berpenampilan baik, sementara otaknya kosong, tanpa dibekali pengetahuan untuk masa
depan.
3.2 Saran
Kalau bangsa ini mau maju dan lebih berkualitas maka harus ada upaya-upaya yang lebih
konkret baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk mendongkrak minat baca siswa.
Meskipun hal ini sangat tidak mudah akan tetapi harus dilakukan. Solusi untuk meningkatkan
minat baca, dengan mengeksplorasi local content yang mengandung keragaman budaya,
bahasa, musik, alat permainan, hingga dongeng. Banyak kearifan lokal yang bisa digali dari
local content yang sudah hampir hilang. "Sudah saatnya kita kembalikan karakterbangsa yang
positif melalui buku-buku bacaan yang dihadirkan kepada anak-anak penerus bangsa".