Anda di halaman 1dari 2

LATAR BELAKANG

Di zaman modern ini, bahan bakar merupakan salah satu kebutuhan primer yang harus
terpenuhi. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan akan bahan bakar semakin
meningkat. Namun, sumber bahan bakar yang digunakan saat ini bukan berasal dari bahan alam
terbarukan, yakni minyak bumi. Minyak bumi merupakan sumber energi yang akan habis jika
secara terus-menerus digunakan. Menurut lembaga konsultan Norwegia, Rystad Energy
cadangan minyak bumi sekarang hanya cukup untuk 70 tahun ke
depan. Selain itu, gas buangan sisa pembakaran bahan bakar fosil memilki dampak yang buruk
bagi lingkungan. Gas sisa pembakaran fosil salah satunya adalah karbon monoksida (CO).
Karbon monoksida sangat berbahaya. Gejala toksisitas atau keracunan ringan meliputi sakit
kepala dan mual-mual pada konsentrasi kurang dari 100 ppm. Konsentrasi serendah 667 ppm
dapat menyebabkan 50% hemoglobin tubuh berubah menjadi karboksihemoglobin (HbCO).
Karboksihemoglobin cukup stabil, namun perubahan ini bias reversibel atau dapat kembali ke
keadaan awal. Karboksihemoglobin tidaklah efektif dalam menghantarkan oksigen di dalam
sistem sirkulasi atau transportasi darah. Karena itu beberapa bagian tubuh tidak mendapatkan
oksigen yang cukup. Sebagai akibatnya, paparan pada tingkat ini dapat membahayakan jiwa.
Bioetanol (C2H5OH) merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakar
alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang terbarukan. Merupakan bahan bakar
alternatif yang diolah dari tumbuhan yang memiliki keunggulan karena mampu menurunkan
emisi CO2 hingga 18%, dibandingkan dengan emisi bahan bakar fosil seperti minyak tanah
(Anonim, 2007a). Bioetanol berpotensi menggantikan peran minyak bumi sebagai sumber energi
utama karena sumber bahan baku bioetanol berasal dari bahan alam terbarukan yang mudah
ditemui, yakni tumbuhan yang mengandung gula, pati, dan selulosa.

Para peneliti dunia saat ini sedang berusaha mencari bahan-bahan yang dapat
dimanfaatkan. Saat ini sedang diusahakan secara intensif pemanfaatan bahan-bahan yang
mengandung serat kasar dengan karbohidrat yang tinggi, dimana semua bahan yang mengandung
karbohidrat dapat diolah menjadi bioethanol. Misalnya umbi kayu, ubi jalar, pisang, kulit pisang,
dan lain-lain. Bioethanol dapat dihasilkan dari tanaman yang banyak mengandung senyawa
selulosa dengan menggunakan bantuan dari aktivitas mikroba.
RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa Kulit pisang dipilih sebagai bahan baku pembuatan bioetanol?


2. Apa saja kandungan yang terdapat dalamu kulit pisang?
3. Bagaimana proses pembuatan bioetanol berbahan baku kulit pisang?

TUJUAN

Anda mungkin juga menyukai