Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA

”PENGUKURAN GLUKOSA DALAM URINE”

ASISTEN DOSEN

Raja Pardomuan Harahap (1710911210044)

DISUSUN OLEH

Felix Xavier Anugerah

NIM. 191111210019

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya

sehingga laporan akhir praktikum biokimia berjudul “Pengukuran Glukosa dalam

Urine” ini dapat tersusun hingga selesai. Penyusun mengucapkan banyak terima

kasih kepada kakak-kakak asisten dosen yang membimbing dalam praktikum ini,

terutama kepada Kak Raja selaku asisten dosen kami sehingga penyusun dapat

menyelesaikan laporan akhir praktikum ini dengan tepat waktu. Tidak lupa

penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang memberikan saran

serta orang tua yang telah memberikan dukungan moral sehingga penyusun dapat

menyelesaikan laporan akhir praktikum ini.

Penyusun berharap agar laporan akhir praktikum ini dapat bermanfaat bagi

penyusun dan pembaca untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Penyusun menyadari bahwa laporan akhir praktikum ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan

demi terciptanya laporan akhir praktikum yang lebih baik di masa mendatang.

Banjarmasin, 13 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……….…………………………………………….…….i

KATA PENGANTAR………….……………………………………………..…ii

DAFTAR ISI…………………….……………………………………………....iii

BAB I PENDAHULUAN………..………………………………………………1

1.1 Latar belakang…..…………..……………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN……….………………………………………….…….2

BAB III PENUTUP……………………………………………………...….…...6

3.1 Kesimpulan…………………………..………………………...…….......6

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karbohidrat yaitu suatu zat penghasil kalori atau sumber energi dengan

angka kalori 4. Karbohidrat yaitu suatu zat makanan yang mengandung sebuah

unsur C (Karbon), H (Hidrogen), dan O (Oksigen). Karbohidrat merupakan salah

satu unsur paling penting bagi tubuh manusia. Karbohidrat dipecah menjadi suatu

molekul gula yang sangat sederhana seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa pada

sebuah sistem pencernaan. Molekul gula inilah yang diserap oleh tubuh. Salah satu

bentuk karbohidrat yaitu amilum yang terdapat pada pati. Meskipun karbohidrat

sangatlah penting bagi tubuh kita, jika kita terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat

juga akan berdampak buruk. Dalam urine dapat ditemukan karbohidrat sederhana

seperti glukosa sebagai hasil dari ekskresi ginjal. Sebenarnya jika urine

mengandung glukosa wajar-wajar saja, akan tetapi jika glukosa yang terkandung di

dalam urine terlalu banyak akan mengakibatkan keadaan yang disebut glukosuria.

Glukosuria sendiri dapat menjadi ciri-ciri jika kita terkena penyakit-penyakit

sebagai contoh diabetes melitus dan diabetes insipidus.1,3,5,6,18

Bagi penderita glukosuria terutama yang mengidap diabetes melitus tidak

akan asing dengan suntikan insulin. Insulin adalah suatu hormon yang berfungsi

mengubah gula menjadi energi. Ada juga orang yang mencoba pengobatan

alternatif sebagai opsi untuk mengobati penyakit yang berkaitan dengan glukosuria

dengan cara-cara seperti melakukan diet karbohidrat yang dipercaya bermanfaat

1
bagi kesehatan mulai dari obesitas, diabetes melitus, dan kondisi lainnya. Namun,

umumnya diet karbohidrat ini digunakan untuk penurunan dan pemeliharaan berat

badan, di samping itu pembatasan karbohidrat menyebabkan kadar insulin

berkurang dan menghabiskan cadangan glikogen, jadi sebenarnya diet karbohidrat

ini bisa dikatakan kurang efektif. Contoh alternatif lainnya adalah senam aerobik

yang dipercaya dapat menurunkan kadar gula dalam darah. 4,7,17,20

Ginjal memainkan peran langsung dan signifikan dalam homeostasis

glukosa melalui glukoneogenesis, pengambilan dan pemanfaatan glukosa, dan

reabsorpsi glukosa dari filtrat glomerulus. Setelah puasa semalaman, 75-80%

glukosa yang dilepaskan ke sirkulasi berasal dari hati melalui glikogenolisis dan

glukoneogenesis dan sisanya 20–25% berasal dari ginjal melalui glukoneogenesis.

Seiring bertambahnya panjang puasa, jumlah glukoserel keseluruhan lenyap.

Ginjal memanfaatkan sekitar 10% dari seluruh glukosa yang digunakan oleh tubuh.

Setelah konsumsi glukosa, glukoneogenesis ginjal meningkat dan menyumbang

sekitar 60% glukoserendogen yang terlepas dari periode post-absorptive. Di sisi

lain, ginjal selama periode ini mengonsumsi sekitar 10% glukosa yang dicerna.

Sekitar 180 g glukosa disaring oleh ginjal setiap hari dan hampir semua ini diserap

kembali ke dalam sirkulasi. Setelah proses tersebut, aka nada beberapa glukosa

yang tidak terfiltrasi lalu menjadi salah satu kandungan urine. Jika urine

mengandung kadar glukosa yang sangat tinggi (glukosuria) bisa jadi orang tersebut

mengidap penyakit yang berhubungan dengan ginjal maupun hati.2,13,14,16

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karbohidrat

Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang

mengandung atom Karbon, Hidrogen dan Oksigen, dan pada umumnya unsur

Hidrogen clan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh

karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol

lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang

dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makan yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan. Sumber karbohidrat nabati dalam glikogen bentuk glikogen, hanya

dijumpai pada otot dan hati dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya dijumpai

di dalam susu. Pada tumbuh-tumbuhan, karbohidrat di bentuk dari basil reaksi CO2

dan H2O melalui proses foto sintese di dalam sel-sel tumbuh-tumbuhan yang

mengandung hijau daun (klorofil). Matahari merupakan sumber dari seluruh

kehidupan, tanpa matahari tanda-tanda dari kehidupan tidak akan dijumpai.11,19,12

Deteksi dini dan stratifikasi cedera ginjal akut merupakan tantangan klinis

yang berat. Banyak biomarker untuk cedera ginjal akut sedang diselidiki, dan

beberapa mulai melihat penggunaan klinis, tetapi aplikasi baru untuk dipstick urine

yang mudah tersedia selalu diterima. Screening urine telah terbukti menjadi cara

yang berguna untuk deteksi dini kelainan urine pada anak sekolah asimptomatik.

Penyakit ginjal pada anak-anak dapat terjadi sebagai akibat kelainan bawaan

saluran kemih, penyakit herediter, diabetes insipidus, penyakit kardiovaskular,

3
diabetes melitus, dan sindrom nefritik. Penyakit global dapat menjadi penyebab

utama CKD pada anak-anak. Glukosuria dapat berasal dari fungsional atau dapat

disebabkan oleh penyebab pra-ginjal atau ginjal mulai dari patologi glomerulus

hingga tubular.8,9,10,12,15

2.2 Percobaan Glukosa di dalam Urine

a. Prinsip

Pengukuran glukosa di urine memiliki prinsip dasar redoks atau reduksi

oksidasi reduksi. Dalam hal ini glukosa berperan sebagai penerima electron seperti

Cu2+dari CuSO4 yang akan menimbulkan reaksi reduksi. Cu2+direduksi menjadi

Cu+ yang kemudian membentuk endapan Cu2O sehingga urine yang mengandung

banyak glukosa akan berwarna merah bata, begitu pula sebaliknya, urine yang

sedikit mengandung glukosa tidak akan berwarna merah bata. Adapun warna biru

hijau karena warna dari CuSO4 yang tidak tereduksi menjadi Cu2O yang berwarna

merah bata akan dikatakan positif satu, positif 2 akan berwarna kekuningan, dan

positif 3 akan sangat jelas berwarna merah bata.

b. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran glukosa dalam urine

ini antara lain gelas ukur, tabung reaksi, penjepit tabung, pipet tetes, dan lampu

spritus. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah urine normal sebagai

pembanding, urine yang mengandung glukosa berlebih, dan reagent benedict.

Sebelum memulai praktikum, alat dan bahan haruslah disiapkan terlebih dahulu dan

4
juga di cek apakah alat tersebut tidak rusak atau cacat agar praktikum dapat

dilakukan secara maksimal dan efektif.

c. Cara Kerja

Pertama-tama kita harus menyiapkan sampel urine, yang pertama sampel

yang tidak mengandung glukosa berlebihan atau normal, dan yang satu lagi

sampel orang yang mengandung glukosuria atau urine yang mengandung glukosa

melewati ambang batas. Setelah itu, kedua sampel ditambahkan larutan benedict

sebagai salah satu syarat uji kolorimetri. Setelah itu, kedua sampel dipanaskan

sambal digoyang-goyang dan tidak boleh lebih dari 1 menit. Setelah digoyang-

goyang, kedua sampel urine kemudian diamati.

5
d. Hasil Percobaan

Hasil percobaan menunjukkan perubahan warna pada kedua sampel urine.

Urine normal yang dicampur benedict awalnya berwarna biru setelah dipanaskan

berubahan menjadi warna hijau. Sedangkan, urine yang mengandung glukosa

berlebih mengalami perubahan warna setelah dicampur benedict dan dipanaskan

dari biru menjadi hijau kecokelatan dan terdapat gumpalan merah bata.

e. Analisis Hasil

Analisis hasi menunjukan bahwa pada urine normal terjadi perubahan

warna dari larutan benedict menjadi hijau yang menandakan urine tersebut

mengandung glukosa positif 1 (+). Glukosa pada urine tersebut normal. Pada

kasus glukosuria, hasil reaksinya dengan reagen benedict adalah berubah warna

menjadi cokelat kehijauan dan terdapat endapan merah bata sehingga

diinterpretasikan positif 3 (+++).

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Karbohidrat merupakan salah satu unsur paling penting bagi tubuh

manusia. Karbohidrat dipecah menjadi suatu molekul gula yang sangat sederhana

seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa pada sebuah sistem pencernaan. Penyakit

ginjal pada anak-anak dapat terjadi sebagai akibat kelainan bawaan saluran kemih,

penyakit herediter, diabetes insipidus, penyakit kardiovaskular, diabetes melitus,

dan sindrom nefritik. Penyakit global dapat menjadi penyebab utama CKD pada

anak-anak. Glukosuria dapat berasal dari fungsional atau dapat disebabkan oleh

penyebab pra-ginjal atau ginjal mulai dari patologi glomerulus hingga tubular.

Pengukuran glukosa di urine menggunakan metode kolorimetri menggunakan

larutan benedict memiliki prinsip dasar redoks atau reduksi oksidasi reduksi. Dalam

hal ini glukosa berperan sebagai penerima elektron sehingga menimbulkan reaksi

reduksi. Orang yang mengalami glukosuria urine nya akan berwarna merah bata.

Semakin mendekati warna merah bata berarti kadar gula dalam urinenya semakin

tinggi. Pada orang yang tidak mengalami glukosuria atau normal, urine akan

berwarna hijau. Diabetes adalah salah satu penyakit yang ditandai dengan

glukosuria. Adapun salah satu cara untuk menangani glukosuria yaitu pemberian

hormon insulin kepada penderita glukosuria.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Bando H, et al. Urinary C-Peptide Excretion for Diabetic Treatment in Low

Carbohydrate Diet (LCD). Journal of Obesity and Diabetes. 2018; 1(1): 13-

18.

2. Campbell R, et al. Association between urinary biomarkers of total sugars

intake and measures of obesity in a cross-sectional study. Plos One. 2017;

12(7): 1-13.

3. Bellou V, et al. Risk factors for type 2 diabetes mellitus: An exposure-wide

umbrella review of meta- analyses . Plos One. 2018; 13(3): 1-27.

4. Hernandes TL, et al. Carbohydrate Content in the GDM Diet: Two Views.

Spectrum Diabetes Journals. 2016; 29(2): 82-88.

5. Kim SR, et al. Morning Spot Urine Glucose-to-Creatinine Ratios Predict

Overnight Urinary Glucose Excretion in Patients With Type 2 Diabetes.

Annals of Laboratory Medicine. 2017; 37: 9-17.

6. Olczuk D, Priefer R. A History of Continuous Glucose Monitors (CGMs)

in Self-Monitoring of Diabetes Mellitus. Diabetes & Metabolic Syndrome:

Clinical Research & Reviews. 2017; 9(17): 1-7.

7. Ghezzi C, et al. Physiology of renal glucose handling via SGLT1, SGLT2

and GLUT2. Diabetologia. 2018; 1(1): 1-11.

8. Zimmet P, et al. Diabetes mellitus statistics on prevalence and mortality:

facts and fallacies. Endocrinology. 2016; 12: 616-622.

9. Balakumar P, et al. Prevalence and prevention of cardiovascular disease and

diabetes mellitus. Pharmacological Research. 2016; 1(1): 1-43.


10. Bockenhauer D, Bichet DG. Pathophysiology, diagnosis and management

of nephrogenic diabetes insipidus. Nature Review Nephrology. 2015; 11:

576–588.

11. Herold Z, et al. Chromogranin-A and its role in the pathogenesis of diabetes

mellitus. Endokrynologia Polska. 2018; 69(5): 598-610.

12. Willer AK, et al. Sex and gender differences in risk, pathophysiology and

complications of type 2 diabetes mellitus. Endocrine Reviews. 2016; 1(2):

1-42.

13. Iseki K, et al. Glucosuria and all-cause mortality among general screening

participants. Clinical and Experimental Nephrology. 2018; 6(2): 1-10.

14. Alsahli M, Gerich GE. Renal glucose metabolism in normal physiological

conditions and in diabetes. Diabetes Research and Clinical Practice. 2017;

2(2): 1-43.

15. Suthar KS, et al. Urinary Screening for Early Detection of Kidney Diseases.

Indian J Pediatr. 2017; 1(3): 1-6.

16. Sutrisno, et al. Noninvasive and Painless Urine Glucose Detection by Using

Computer-based Polarimeter. The 4th International Conference on

Advanced Materials Science and Technology. 2017; 202: 1-5.

17. Zhao L, et al. Glucose Oxidase-Based Glucose-Sensitive Drug Delivery for

Diabetes Treatment. Polymers. 2017; 9(255): 1-21.

18. Beenken A. Glucosuria and Prognosis in Acute Kidney Injury. Kidney

International Reports. 2019; 4: 1203–1204.


19. Fishman B, et al. Renal glucosuria is associated with lower body weight and

lower rates of elevated systolic blood pressure: results of a nationwide cross-

sectional study of 2.5 million adolescents. Cardiovascular Diabetol. 2019;

18(124): 1-8.

20. Vieira AF, et al. Effects of aerobic exercise performed in fasted v. fed state

on fat and carbohydrate metabolism in adults: a systematic review and meta-

analysis. British Journal of Nutrition. 2016; 116: 1153-1164.

Anda mungkin juga menyukai