Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA

”PENGUKURAN GLUKOSA DALAM URINE”

ASISTEN DOSEN

Nadya Aprina Nor Azizah (1710911320037)

DISUSUN OLEH

Muhammad Hafly Fariz Asyraq

1911111210008

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-

Nya maka saya selaku penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang

berjudul “PENGUKURAN GLUKOSA DALAM URINE”. Dalam penulisan

makalah ini penulis merasa masih terdapat banyak kekurangan baik pada teknis

penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki oleh

penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan pembuatan makalah ini kedepannya.

Dalam penyusunan tugas makalah ini, tidak sedikit hambatan yang

penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan

materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan Allah SWT, orang

tua, dan rekan-rekan sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: Kakak asdos Nadya

Aprina Nor Azizah dan rekan-rekan Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas

Lambung Mangkurat. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan

imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat

menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Banjarmasin, 10 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……….…………………………………………….…….i

KATA PENGANTAR………….……………………………………………..…ii

DAFTAR ISI…………………….……………………………………………....iii

BAB I PENDAHULUAN………..………………………………….……………1

1.1 Latar belakang…..…………..……………………………….……………1

BAB II PEMBAHASAN……….……………………………………….….…….2

2.1 Metodologi Praktikum……………….…………………………….……..2

2.2 Hasil Praktikum………………………………………………….….……2

2.3 Pembahasan……………………………………………………….….…..3

2.4 Patogenesis……………………………………………………….….…...4

BAB III PENUTUP……………………………………………………....….…..6

3.1 Kesimpulan…………………………..………………………...….…......6

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Urine atau air seni adalah cairan yang dihasilkan atau diekskresikan oleh

ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.

Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-

obatan dari dalam tubuh. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-

molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga

homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter

menuju kandung kemih, dan akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin

terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),

garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari

darah atau cairan interstisial.1,2,5,6,12

Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang

penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui

molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi

dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang

keluar tubuh.3,7 Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui

urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang

baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan

kompos Dari urin kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya.9,10

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metodologi Praktikum

Percobaan ini dilakukan dengan harapan kedepannya praktikan dapat

melakukan percobaan pengukuran glukosa dalam urine dengan cara dan

mekanisme yang benar serta profesional. Alat yang digunakan meliputi tabung

reaksi, penjepit tabung, pipet ukur, dan lampu spiritus. Kemudian bahan yang

digunakan adalah urine dan reagen Benedict. Cara kerja dalam praktikum ini yaitu

dengan mengambil tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan 2-3 ml reagen

Benedict. Selanjutnya tambahkan kurang lebih 1 ml urine (20 tetes). Panaskan

diatas api sampai mendidih maksimum 1 menit. Amati hasil yang terjadi apakah

ada perubahan warna atau tidak dalam larutan tersebut.17

2.2 Hasil Praktikum

Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut.

Warna
No. Nama Endapan Foto
Sebelum Sesudah

Jingga
1. Urine 1 Merah Bata Ada
Keruh

2
3

Kuning
2. Urine 2 Hijau Tua Ada
Muda

2.3 Pembahasan

Metode yang digunakan pada percobaan pengukuran kadar glukosa pada

urine kali ini adalah metode Benedict. Metode ini menggunakan glukosa sebagai

agen pereduksi. Prinsip pemeriksaan Benedict ini adalah bahwa glukosa dalam

urine akan mereduksi CuSO4 menjadi Cu2O, Sebagai buktinya dapat dilihat atau

diamati melalui perubahan warna yang terjadi. Hasil positif ditunjukkan oleh

perubahan warna disertai dengan endapan dari Jingga menjadi hijau kekuningan

menjadi merah bata disertai dengan endapan. Apabila berwarna biru kehijauan

dikatakan positif 1 (+), berwarna kuning dikatakan positif 2 (++), dan bila

berwarna merah bata maka dikatakan positif 3 (+++).1,13,14

Berdasarkan tabel hasil pengamatan praktikum diatas, dapat dilihat pada

sampel percobaan pertama atau yang dinamakan urine 1, warna urine yang sudah

ditambahkan reagen Benedict tetapi belum dipanaskan adalah jingga keruh.

Sedangkan pada saat sesudah dipanaskan warna larutan berubah menjadi merah

bata. Hal ini berarti pada sampel percobaan kedua atau urine 1 hasilnya positif

mengandung glukosa dalam jumlah yang banyak dapat diketahui melalui

perubahan warna yang terjadi dan disebut dengan positif 3 (+++). Selanjutnya

pada sampel percobaan kedua atau yang dinamakan urine 2, warna urine yang
4

sudah ditambahkan reagen Benedict tetapi belum dipanaskan adalah Kuning

keruh. Sedangkan saat sesudah dipanaskan warna berubah menjadi hijau tua. Hal

ini berarti sampel percobaan pertama atau urine 1 hasilnya positif mengandung

glukosa dalam jumlah sedikit atau disebut juga positif 1 (+).11,15,18

2.4 Patogenesis

Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal.

Hasil penyaringan (filtrat) berisi produk-produk limbah (mis. urea), elektrolit

(mis. natrium, kalium, klorida), asam amino, dan glukosa. Filtrat kemudian

dialirkan ke tubulus ginjal untuk direabsorbsi dan diekskresikan; zat-zat yang

diperlukan (termasuk glukosa) diserap kembali dan zat-zat yang tidak diperlukan

kembali diekskresikan ke dalam urin.2,3,4,5

Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat dalam

urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi

karena nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa darah melebihi 160-180

mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun.

Pemeriksaan glukosa urine bertujuan untuk mengamati adanya glukosa dalam

urine. Hal ini dapat mengindikasikan banyaknya atau tingginya kadar glukosa

dalam darah seseorang. Prinsip pemeriksaan ini didasarkan adanya sifat dari

glukosa yang dapat mereduksi sehingga glukosa disebut juga gula reduksi.11,15,16

Banyak gangguan pada ginjal yang terjadi sekarang, karena kurangnya

kewaspadaan dan kontrol yang tepat dari diri sendiri dapat membuat kerusakan

yang semakin parah atau dapat terjadi cedera ginjal akut. Deteksi dini dan
5

stratifikasi cedera ginjal akut merupakan tantangan klinis yang berat. Banyak

biomarker untuk cedera ginjal akut sedang diselidiki, dan beberapa mulai melihat

penggunaan klinis, tetapi aplikasi baru untuk dipstick urine yang mudah tersedia

selalu diterima. Screening urine telah terbukti menjadi cara yang berguna untuk

deteksi dini kelainan urine pada anak sekolah asimptomatik. Penyakit ginjal pada

anak-anak dapat terjadi sebagai akibat kelainan bawaan saluran kemih, penyakit

herediter, diabetes insipidus, penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, dan

sindrom nefritik. Penyakit global dapat menjadi penyebab utama CKD pada anak-

anak. Glukosuria dapat berasal dari fungsional atau dapat disebabkan oleh

penyebab pra-ginjal atau ginjal mulai dari patologi glomerulus hingga

tubular.18,19,20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dan melihat hasil-hasil

yang sudah ada maka dapat disimpulkan pengukuranglukosa dalam urine dapat

dilakukan dengan metode Benedict. Setelah kedua urine dipanaskan terjadi

perbedaan wrna dan bentuk dari urine. Sampel pertama atau urine 1 mengalami

perubahan warna dari jingga menjadi merah bata dengan jumlah endapan yang

banyak. Artinya urine 1 dapat dikatakan positif 3 (+++). Sedangkan pada sampel

kedua atau urine 2 mengalami mengalami perubahan warna dari kuning muda

menjadi hijau tua dengan jumlah endapan yang sedikit. Artinya urine 2 dapat

dikatakan positif 1 (+). Dari kedua urine yang sudah di tes tadi terdapat perbedaan

yang cukup signifikan mulai dari warna, sampai dengan pengendapan yang

terjadi. Keberadaan glukosa pada urine berarti menandakan adanya kelebihan

substrat yang tidak dapat disaring lagi oleh ginjal sehingga harus larut ke dalam

urine dari penderita tersebut. Apabila dibiarkan dapat menjadi penyakit Diabetes.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Schmidt S, et al. 2019. Low Versus High Carbohydrate Diet in Type 1


Diabetes: A 12-week Randomized Open-label Crossover Study. Diabetes
Obes Metab 21(7): 1680-1688.

2. Suzuki J., dan Urakami T. 2018. Renal Glucosuria-Most Frequent Condition


with Positive Urine Glucose in A Screening Program at School.
Biomedical Journal of Scientific and Technical Research 7(3).

3. Sutrisno S, Laksono Y, dan Hidayat N. 2017. Noninvasive and Painless Urine


Glucose Detection by Using Computer-based Polarimeter.

4. Bando H, et al. 2018. Urinary C-Peptide Excretion for Diabetic Treatment in


Low Carbohydrate Diet (LCD). Journal of Obesity and Diabetes 1: 13-
18.

5. Mohan V, et al. 2018. Are Excess Carbohydrates The Main Link to Diabetes
& Its Complications in Asians?. Indian J Med Res 148(5): 531-538.

6. Cakar E, et al. 2017. The Effect of Preoperative Oral Carbohydrate Solution


Intake on Patient Comfort: A Randomized Controlled Study. J
Perianesth Nurs 32(6): 589-599.

7. Saslow LR, et al. 2017. An Online Intervention Comparing a Very


Low-Carbohydrate Ketogenic Diet and Lifestyle Recommendations
Versus a Plate Method Diet in Overweight Individuals With Type 2
Diabetes: A Randomized Controlled Trial. J Med Internet Res 19(2).

8. Qadir M dan Javed M. 2019. Interaction of Urine Glucose with Mouth Shape.
International Journal of Medical Student in Clinical Research and
Review 2(4): 92-94.
9. Chen J, et al. 2019. Efficacy of Urinary Glucose for Diabetes Screening:
a Reconsideratio. Acta Diabetol 56(1): 45-53.

10. Hwang YC, et al. 2019. A Lower Baseline Urinary Glucose Excretion
Predicts a Better Response to the Sodium Glucose Cotransporter 2
Inhibitor. Diabetes Metab J 43(6): 898-905.

11. Lu Y, et al. 2018. Fabrication and Characterization of a Highly-Sensitive


Surface-Enhanced Raman Scattering Nanosensor for Detecting Glucose
in Urine. Nanomaterials 8(8): 629.

12. Matter RM, et al. 2019. Zinc Supplementation Improves Glucose


Homeostasis in Patients with β-thalassemia Major Complicated with
Diabetes Mellitus: A randomized controlled trial. Nutrition.

13. Han HS, et al. 2016. Regulation of Glucose Metabolism from a Liver-centric
Perspective. Exp Mol Med.

14. Razzak RA, et al. 2018. High-normal Blood Glucose Levels May be
Associated with Decreased Spatial Perception in Young Healthy Adults.
PLoS One 13(6).

15. Pang B, et al. 2015. Application of Berberine on Treating Type 2 Diabetes


mellitus. Int J Endocrinol.

16. Capoddano D, et al. 2016. Aspirin for Primary Cardiovascular Risk


Prevention and Beyond in Diabetes Mellitus. Circulation 134(20): 1579-
1594.
17. Silvia P, et al. 2017. Colorometric Detection of Glucose in Biological Fluids
Using Toner Based Microzone Plate. Journal of The Brazillian Chemical
Society.

18. Lin YC, et al. 2018. Update of Pathophysiology and Management of Diabetic
Kidney Disease. J Formos Med Assoc 117(8): 662-675.

19. Kulasooriya PN, et al. 2018. Prediction of Microalbuminuria by Analysing


Total Urine Protein to Creatinime Ratio in Diabetic Nephropathy
Patients in Rural Sri Lanka. Ceylon Med J 63(2): 72-77.

20. Tottman AC, et al. 2018. Relationships Between Early Nutrition and Blood
Glucose Concentrations in very Preterm Infants. J Pediatr Gastroenterol
Nutr 66(6): 960-966.

Anda mungkin juga menyukai