ASISTEN DOSEN
DISUSUN OLEH
1911111210008
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-
Nya maka saya selaku penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
makalah ini penulis merasa masih terdapat banyak kekurangan baik pada teknis
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan Allah SWT, orang
tua, dan rekan-rekan sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: Kakak asdos Nadya
imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat
menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……….…………………………………………….…….i
KATA PENGANTAR………….……………………………………………..…ii
DAFTAR ISI…………………….……………………………………………....iii
BAB I PENDAHULUAN………..………………………………….……………1
BAB II PEMBAHASAN……….……………………………………….….…….2
2.3 Pembahasan……………………………………………………….….…..3
2.4 Patogenesis……………………………………………………….….…...4
3.1 Kesimpulan…………………………..………………………...….…......6
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Urine atau air seni adalah cairan yang dihasilkan atau diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-
molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, dan akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin
terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari
penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui
molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi
dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang
keluar tubuh.3,7 Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui
urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang
kompos Dari urin kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya.9,10
1
BAB II
PEMBAHASAN
mekanisme yang benar serta profesional. Alat yang digunakan meliputi tabung
reaksi, penjepit tabung, pipet ukur, dan lampu spiritus. Kemudian bahan yang
digunakan adalah urine dan reagen Benedict. Cara kerja dalam praktikum ini yaitu
diatas api sampai mendidih maksimum 1 menit. Amati hasil yang terjadi apakah
Warna
No. Nama Endapan Foto
Sebelum Sesudah
Jingga
1. Urine 1 Merah Bata Ada
Keruh
2
3
Kuning
2. Urine 2 Hijau Tua Ada
Muda
2.3 Pembahasan
urine kali ini adalah metode Benedict. Metode ini menggunakan glukosa sebagai
agen pereduksi. Prinsip pemeriksaan Benedict ini adalah bahwa glukosa dalam
urine akan mereduksi CuSO4 menjadi Cu2O, Sebagai buktinya dapat dilihat atau
diamati melalui perubahan warna yang terjadi. Hasil positif ditunjukkan oleh
perubahan warna disertai dengan endapan dari Jingga menjadi hijau kekuningan
menjadi merah bata disertai dengan endapan. Apabila berwarna biru kehijauan
dikatakan positif 1 (+), berwarna kuning dikatakan positif 2 (++), dan bila
sampel percobaan pertama atau yang dinamakan urine 1, warna urine yang sudah
Sedangkan pada saat sesudah dipanaskan warna larutan berubah menjadi merah
bata. Hal ini berarti pada sampel percobaan kedua atau urine 1 hasilnya positif
perubahan warna yang terjadi dan disebut dengan positif 3 (+++). Selanjutnya
pada sampel percobaan kedua atau yang dinamakan urine 2, warna urine yang
4
keruh. Sedangkan saat sesudah dipanaskan warna berubah menjadi hijau tua. Hal
ini berarti sampel percobaan pertama atau urine 1 hasilnya positif mengandung
2.4 Patogenesis
Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal.
(mis. natrium, kalium, klorida), asam amino, dan glukosa. Filtrat kemudian
diperlukan (termasuk glukosa) diserap kembali dan zat-zat yang tidak diperlukan
Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat dalam
urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi
karena nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa darah melebihi 160-180
mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun.
urine. Hal ini dapat mengindikasikan banyaknya atau tingginya kadar glukosa
dalam darah seseorang. Prinsip pemeriksaan ini didasarkan adanya sifat dari
glukosa yang dapat mereduksi sehingga glukosa disebut juga gula reduksi.11,15,16
kewaspadaan dan kontrol yang tepat dari diri sendiri dapat membuat kerusakan
yang semakin parah atau dapat terjadi cedera ginjal akut. Deteksi dini dan
5
stratifikasi cedera ginjal akut merupakan tantangan klinis yang berat. Banyak
biomarker untuk cedera ginjal akut sedang diselidiki, dan beberapa mulai melihat
penggunaan klinis, tetapi aplikasi baru untuk dipstick urine yang mudah tersedia
selalu diterima. Screening urine telah terbukti menjadi cara yang berguna untuk
deteksi dini kelainan urine pada anak sekolah asimptomatik. Penyakit ginjal pada
anak-anak dapat terjadi sebagai akibat kelainan bawaan saluran kemih, penyakit
sindrom nefritik. Penyakit global dapat menjadi penyebab utama CKD pada anak-
anak. Glukosuria dapat berasal dari fungsional atau dapat disebabkan oleh
tubular.18,19,20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
yang sudah ada maka dapat disimpulkan pengukuranglukosa dalam urine dapat
perbedaan wrna dan bentuk dari urine. Sampel pertama atau urine 1 mengalami
perubahan warna dari jingga menjadi merah bata dengan jumlah endapan yang
banyak. Artinya urine 1 dapat dikatakan positif 3 (+++). Sedangkan pada sampel
kedua atau urine 2 mengalami mengalami perubahan warna dari kuning muda
menjadi hijau tua dengan jumlah endapan yang sedikit. Artinya urine 2 dapat
dikatakan positif 1 (+). Dari kedua urine yang sudah di tes tadi terdapat perbedaan
yang cukup signifikan mulai dari warna, sampai dengan pengendapan yang
substrat yang tidak dapat disaring lagi oleh ginjal sehingga harus larut ke dalam
urine dari penderita tersebut. Apabila dibiarkan dapat menjadi penyakit Diabetes.
6
DAFTAR PUSTAKA
5. Mohan V, et al. 2018. Are Excess Carbohydrates The Main Link to Diabetes
& Its Complications in Asians?. Indian J Med Res 148(5): 531-538.
8. Qadir M dan Javed M. 2019. Interaction of Urine Glucose with Mouth Shape.
International Journal of Medical Student in Clinical Research and
Review 2(4): 92-94.
9. Chen J, et al. 2019. Efficacy of Urinary Glucose for Diabetes Screening:
a Reconsideratio. Acta Diabetol 56(1): 45-53.
10. Hwang YC, et al. 2019. A Lower Baseline Urinary Glucose Excretion
Predicts a Better Response to the Sodium Glucose Cotransporter 2
Inhibitor. Diabetes Metab J 43(6): 898-905.
13. Han HS, et al. 2016. Regulation of Glucose Metabolism from a Liver-centric
Perspective. Exp Mol Med.
14. Razzak RA, et al. 2018. High-normal Blood Glucose Levels May be
Associated with Decreased Spatial Perception in Young Healthy Adults.
PLoS One 13(6).
18. Lin YC, et al. 2018. Update of Pathophysiology and Management of Diabetic
Kidney Disease. J Formos Med Assoc 117(8): 662-675.
20. Tottman AC, et al. 2018. Relationships Between Early Nutrition and Blood
Glucose Concentrations in very Preterm Infants. J Pediatr Gastroenterol
Nutr 66(6): 960-966.