Evolusi Tumbuhan
Evolusi Tumbuhan
OLEH :
TRI RAHMAETI
(143112620150001)
FAKULTAS BIOLOGI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Menurut Campbell dkk (2003), berdasarkan catatan fosil yang ada, sejarah
adaptasi daratan oleh tumbuhan terdapat empat periode utama evolusi tumbuhan.
Periode tersebut merupakan radiasi adaptif yang mengikuti evolusi struktur bagi
peluang kehidupan di darat. Keempat periode adalah sebagai berikut:
a) Periode Pertama
b) Periode Kedua
Periode kedua Evolusi tumbuhan ditandai oleh diversifikasi tumbuhan vaskuler
(tumbuhan berpembuluh) selama masa Devon sekitar 400 juta tahun silam.
Tumbuhan vaskuler awal ini merupakan tumbuhan tak berbiji, misalnya pada jenis
paku-pakuan serta kelompok tumbuhan tak berbiji lainnya.
Fosil paku-pakuan
c) Periode Ketiga
Periode ketiga evolusi tumbuhan dimulai dengan kemunculan biji, yaitu struktur
yang melindungi embrio dari kekeringan dan ancaman perubahan lingkungan.
Kemunculan tumbuhan biji ini mempercepat perluasan kolonisasi tumbuhan di
daratan. Biji tumbuhan terdiri atas embrio dan cadangan makanan yang terlingdung
oleh suatu penutup. Tumbuhan vaskuler berbiji muncul kira-kira 360 juta tahun
yang lalu dengan kemunculan Gymnospermae (Bhs. Yunani: Gymnos = “terbuka”
atau “telanjang” ; spermae = benih atau biji). Gymnospermae, terdiri atas Konifer
dengan berbagai variasi jenisnya. Konifer dan paku-pakuan mendominasi
kehidupan di hutan belantara selama lebih dari 200 juta tahun.
Fosil konifer
d) Periode Keempat
Periode Keempat dalam evolusi tumbuhan terjadi pada masa Kreta, zaman
Mesozoikum sekitar 130 juta tahun yang lalu. Periode ini ditandai dengan
kemunculan tumbuhan berbunga yang memiliki struktur reproduksi yang agak
rumit di mana biji dilindungi oleh ruangan yang disebut ovarium. Karena biji
terlindung sedemikian rupa maka kelompok ini disebut Tumbuhan berbiji tertutup
atau Angiospermae (Bahasa Yunani : Angion =“wadah”; spermae = benih atau
biji).
2.2 Waktu Geologi Yang Menceritakan Tentang Evolusi Tumbuhan
Koral
c) Periode Kambrium (590-500 juta tahun lalu)
Kambrian/Kambrium berasal dari kata “Cambria” nama latin untuk daerah Wales di
Inggris, dimana batuan berumur kambrium pertama kali dipelajari. Fosil yang umum
dijumpai dan penyebarannya luas adalah Alga, Sepon, Koral.
Fosil Yuknessia yaitu Makroalgae berdaun tipis seperti daun palem hijau menyerupai
rumput laut modern
d) Periode Ordovisium (500 - 440 juta tahun lalu)
Koral dan Alga berkembang membentuk karang, dimana trilobit dan Brakiopoda mencari
mangsa. Graptolit dan Trilobit melimpah, sedangkan Ekinodermata dan Brakiopoda mulai
menyebar.
Karang
F
F
1. Karofita
Selama beberapa dekade ahli sistematik telah mengakui bahwa alga hijau
protista fotosintetik yang paling dekat kekerabatannya dengan tumbuhan.
Terdapat keanekaragaman yang sangat besar pada alga hijau, sehingga
penelitian terbaru menfokuskan pada kelompok organisme akuatik yang
merupakan kerabat alga terdekat bagi kingdom tumbuhan. Sekarang banyak
sekali bukti yang mengarah pada alga hijau yang disebut karofita. Dengan
membandingkan ultrastruktur sel, biokimia dan informasi hereditas (DNA dan
RNA serta produk proteinnya) para peneliti telah menemukan homologi antara
karofita dan tumbuhan diantaranya, yaitu :
a) Kesamaan DNA kloroplas alga hijau karofita dengan tumbuhan
b) Kesamaan biokimiawi, yaitu komponen selulosa penyusun dinding sel
dan komposisi enzim peroksisom pada alga dan tumbuhan
c) Kemiripan dalam mekanisme mitosis dan sitokinesis, yaitu adanya
organel-organel mikrotubul, mikrofilamen aktin dan vesikula pada
proses pembelahan sel.
d) Kemiripan dalam ultra struktur sperma
e) Adanya hubungan kekerabatan (genetik) berdasarkan kesamaan gen dan
RNA.
2. Briofita
Briofita menunjukkan adaptasi penting yang pertama kali membuat
perpindahan ke daratan menjadi mungkin. Karakteristik yang dimilik briofita
di mana gamet berkembang dalam gametangia, pembuahan sel telur dan embrio
yang berkembang dalam organ betina. Dengan kondisi ini, briofita tidak
sepenuhnya terbebaskan dari habitat perairan nenek moyangnya. Oleh karena,
briofita memerlukan air untuk bereproduksi (sperma memiliki flagel untuk
berenang ke sel telur). Sebagian besar briofita tidak memiliki jaringan
pembuluh angkut, sehingga terjadi proses imbibisi dalam mengambil air dan
proses difusi dalam penyebaran air ke seluruh tubuhnya lambat. Briofita tidak
memiliki jaringan yang diperkuat oleh lignin yang menyokong tumbuhan tinggi
di daratan. Meskipun dapat merentang secara horizontal di atas permukaan
tanah, briofita selalu menempati profil yang rendah. Sebagian besar tingginya
hanya 1-2 cm, dan yang paling besarpun kurang dari 20 cm. Terdapat tiga divisi
pada briofita yaitu :
a) Divisi Lumut Daun (Divisi Bryofita)
Lumut daun merupakan bryofita yang sangat dikenal, tumbuhan lumut
ini hidup berkelompok seperti hamparan yang lunak yang bersifat
menyerap air. Masing-masing tumbuhan memiliki rhizoid (rhiza= akar;-
oid= mirip) sebagai alat untuk melekat pada substrat. Lumut daun
mempunyai bagian yang mirip akar, mirip daun dan mirip batang.
Bagian “akar”, “batang”, dan “daun” ini memang berbeda strukturnya
dengan akar, batang, dan daun sejati pada tumbuhan tinggi. Namun
bagian “daun” –nya dapat menyelenggarakan fotosintesis. Lumut daun
berukuran kecil (pendek), meski demikian, hamparan Sphagnum (lumut
gambut) yang sangat tebal dapat menutupi kira-kira 3 % permukaan
bumi kita. Sphagnum yang mati di tanah yang basah menyimpan karbon
organik yang tak mudah diuraikan oleh mikroba
b) Divisi Lumut hati (Divisi Hepatofita)
Lumut hati banyak tumbuh di hutan tropika yang sarat dengan
keanekaragaman Disebut lumut hati karena tubuhnya terdiri dari
beberapa lobus yang mengingatkan kita pada lobus hati. Siklus hidupnya
mirip dengan lumut daun yaitu memiliki fase seksual dan aseksual.
Secara aseksual dengan membentuk Gemmae yang terdapat di
dalam”mangkuk” dan kemudian akan terpental ke luar dari mangkuk
oleh tetesan air hujan.
c) Divisi Lumut tanduk (Anthoserofita)
Lumut ini disebut lumut tanduk karena sporofitnya membentuk kapsul
yang memanjang mirip tanduk. Berdasarkan penelitian asam nukleat
diperoleh bukti bahwa lumut tanduk merupakan kelompok bryofita yang
paling dekat kekerabatannya dengan tumbuhan vaskuler. Ketiga divisi
bryofita tersebut telah berhasil hidup di darat dan beradaptasi selama
lebih dari 450 juta tahun. Bahkan diyakini bahwa pada 50 juta tahun
pertama sejak lahirnya komunitas darat, lumut merupakan satu-satunya
tumbuhan yang mendominasi daratan.
Contoh Bryofita
3. Tumbuhan vaskuler tak berbiji
Cooksonia
Tumbuhan awal
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa adaptasi briofita terhadap kehidupan
darat meliputi gametangia, embrio, dan spora berdinding sporollenin. Stomata
juga dievolusikan pada briofita dan beberapa briofita memiliki kutikula yang
mirip dengan kutikula tumbuhan vaskuler. Tumbuhan memiliki asal usul dari
monofiletik dari alga hijau. Tumbuhan vaskuler menambahkan adaptasi baru
terhadap kehidupan darat pada adapatasi yang telah berkembang sebelumnya
pada briofita.
Tubuh sebagian besar tumbuhan vaskuler berdiferensiasi menjadi system akar
di bawah permukaan tanah, yang menyerap air dan mineral dan system tunas
batang dan daun di atas pemukaan tanah, tempat fotosintesis berlangsung.
Kedua jaringan penghantar system pembuluh disebut xylem dan floem.
Adaptasi darat penting yang lain adalah lignin yang tertanam keras dalam
matriks selulosa dinding sel yang memberikan sokongan mekanis.
Fosil tumbuhan vaskuler yang tertua adalah Cooksonia, yang jika dibandingkan
dengan briofita hanya memperlihatkan dua perubahan penting. Pertama,
sporofit merupakan tahap dominan pada tumbuhan vaskuler awal, sedangkan
gametofit tahapan dominan pada briofita. Kedua, sporofit pada Cooksonia
bercabang dan menyebabkan meningkatnya jumlah sporangia dan spora yang
dapat dihasilkan. Tiga divisi dalam tumbuhan vaskuler tak berbiji adalah :
4. Gymnospermae
Gymnospermae kemungkinan merupakan keturunan dari progymnosperma
yang pada mulanya tumbuhan tak berbiji. Akan tetapi pada akhir masa Devon,
biji telah dievolusikan. Evolusi biji dikaitkan dengan megasporangium di mana
pada tumbuhan berbiji bukanlah suatu ruangan, akan tetapi sebaliknya
merupakan struktur berdaging padat yang disebut nusellus. Pada tumbuhan
berbiji, keseluruhan struktur integumen, megasporangium, dan megaspore
membentuk ovul yang disebut bakal biji. Di dalam bakal biji tersebut, gametofit
betina berkembang di dalam dinding megaspore dan disuplai makanan oleh
nusellus. Jika tejadi pembuahan, maka zigot akan berkembang menjadi embrio
sporofit dan disebut biji. Ketika biji lepas dari integument, biji dapat dorman
sampai pada kondisi yang memungkinkan biji berkecambah.
Dalam sejarah kehidupan, pembentukan superkonteinen Pangea pada masa
premium, telah menimbulkan perubahan dramatis pada flora dan fauna. Banyak
yang menghilang, dan banyak yang muncul sebagai pengganti. Perubahan
dominasi pun terjadi baik di lautan maupun di daratan. Seperti likofit, paku
ekor kuda dan pakis digantikan oleh gymnospermae yang lebih cocok dengan
iklim kering. Sampai saat ini terdapat empat divisi gymnospermae yang tetap
bertahan hidup yaitu :
a) Cycadophyta
Cycadophyta adalah kelompok tumbuhan yang anggotanya berbeda satu
sama lainnya. Salah atu contohnya adalah Cycas yang tubuhnya
menyerupai tanaman palem. Sebagian besar dari kelompok ini hidup di
daerah tropis dan subtropics. Pada umumnya anggota Cycadophyta
adalah tanaman yang berukuran besar, beberapa jenis dapat mencapai
tinggi sampai 18 meter atau lebih. Batangnya tertutup oleh dasar dari
daun yang gugur. Daun Cycadophyta yang fungsional mengelompok
berupa roset yang ada di ujung batang sehingga menyerupai tanaman
palem. Struktur reproduksinya berupa daun-daun mereduksi yang
mendukung sporangia dan mengelompok pada suatu aksis membentuk
struktur seperti kerucut. Strobilus jantan dan betina berada pada tanaman
yang berbeda sehingga penyerbukannya lewat angin.
b) Ginkgophyta
Salah satu anggotanya adalah Ginkgo biloba, tanaman ini mudah
dikenali karena bentuk daunnya seperti kipas dengan tulang daunnya
yang bercabang menggarpu. Tingginya dapat mencapi 30 meter atau
lebih, tanaman ini bersifat desiduos, daunnya berubah menjadi berwarna
keemasan sebelum gugur. Gynkgophyta mempunyai ovulum dan
mikrosporangia yang terdapat pada individu yang berlainan.
Ovulumnya berpasangan pada ujung cabang pendek dan ketika masak
menghasilkan biji yang berdaging.
c) Coniferophyta
Pinus merupakan marga yang paling popular diantara anggota
Gymnospermae lainnya. Pinus mempunyai susunan daun yang unik,
yaitu pada saat serupa semaian mempunyai susunan daun spiralis dan
berupa daun tunggal. Akan tetapi ketika berumur satu atau dua tahun
daun yang berupa jaru terebut berubah menjadi tersusun dalam suatu
berkas atau fasikulus. Setiap fasikulus terdiri dari satu sampai delapan
daun jarum tergantung jenisnya. Dilihat dari struktur anatomisnya daun
pinus sangat cocok untuk tumbuh di daerah kering. Beberapa cirinya
adalah sebagai berikut : epidermisnya tertutup oleh kutikula tebal,
epidermisnya tebal dan rapat, hipodermisnya tersusun oleh sel-sel yang
berdinding tebal, selain itu stomatanya tenggelam. Pinus seperti anggota
Conifer lainnya menghasilkan strobilus jantan dan betina pada satu
pohon. Biasanya strobilus jantan tmbuh pada cabang yang lebih rendah
daripada cabang strobilus betina. Pada beberapa jenis pinus kedua jenis
strobilus ini tumbuh pada cabang yang sama dengan strobilus betina
tumbuh dekat ujung cabang. Strobilus betina mempunyai ukuran lebih
besar dan kompleks daripada strobilus jantan. Meskipun beberapa
anggota Conifer lain tidak mempunyai daun jarum dan berbeda dalam
system reproduksinya tetapi Conifer merupakan kelompok yang relatif
homogen.
d) Gnetophyta
Divisi ini meliputi 3 genera yaitu Gnetum, Epedhra, Welwitschia.
Gnetum mempunyai 30 jenis meliputi tumbuhan yang berupa pohon dan
merambat dengan daun yang tebal dan besar seperti kulit, menyerupai
daun tumbuhan dikotil. Tumbuh di daerah tropis. Ephedra meliputi 35
jenis, pada umumnya berupa tumbuhan semak dengan daun kecil seperti
sisik dan batang bersambungan satu sama lainnya. Tumbuh didaerah
kering atau gurun. Welwitschia merupakan tumbuha berpembuluh
paling aneh. Sebagian besar tubuhnya teertanam dalam tanah berpasir.
Bagian yang muncul di atas tanah berupa cakram besar berkayu
berbentuk konkaf dengan dua daun yang berbentuk pita. Cabang yang
menghasilkan strobilus tumbuh dari jaringan meristem yang ada di
bagian tepi cakram. Banyak ditemukan di gurun. Anggota Gnetophyta
mempunyai karakteristik seperti tumbuhan Angiospermae, misalnya
antara strobilusnya dengan bunga majemuk pada Angiospermae, adanya
trakea di dalam xilemnya, serta tidak adanya arkegonia pada Gnetum
dan Welwitschia.
5. Angiospermae
Saat ini angiospermae merupakan tumbuhan yang paling beraneka ragam dan
tersebar luas. Saat ini dikenal 250.000 spesies angiospermae, dan ditempatkan
dalam divisi tunggal yaitu Anthophyta. Anthophyta terdiri atas dua kelas yaitu
monokotiledon dan dikotiledon.
a) Kelas Monokotiledon
Ciri : mempunyai satu kotiledon, akarnya serabut, batang biasanya tidak
bercabang dan tidak membesar karena tidak mempunyai kambium,
berkas pembuluh pada batang tersebar atau tidak teratur. Daunnya
memiliki pertulangan sejajar atau melengkung.
Tumbuhan yang termasuk ke dalam golongan ini banyak berperan
dalam kehidupan manusia. Makanan pokok seperti beras/padi, jagung
dan sagu termasuk anggota tumbuhan monokotil. Buah-buahan seperti
salak, siwalan, dan pinang termasuk anggota kelompok ini. Tanaman
hias contohnya anggrek gladiol, lili, dan bunga bakung. Contoh lainnya
adlaah genjer (limnocharis flava), talas ( Colocasia esculenta), dan
anggrek kasut lurik (Paphiopedilum tonsum).
b) Kelas Dikotil
Ciri: mempunyai dua kotiledon atau daun biji didalam embrio, akarnya
tunggang, batang mempunyai kambium, pada tumbuhan berkayu dapat
terlihat adanya aktivitas kambium melalu pembesaran diameter batang.
Berkas pembuluh pada batang tersusun dalam lingkaran mengelilingi
empulur ditengahnya. Daunnya memiliki pertulangan daun menjala,
menyirip atau menjari. Bagian bunga umumnya kelipatan 4 atau 5.
Selama masa evolusi angiospermae, xilem merupakan bagian yang lebih
terspesialisasi. Xilem diduga berkembang dari sel-sel trakeid yang pada
gymnospermae berperan menghantarkan air. Pada angiospermae, sel trakeid
berkembang menjadi sel-sel yang lebih pendek, dan lebih luas yang disebut
unsur pembuluh. Unsur pembuluh membentuk saluran yang bersambung yang
lebih terspesialisasi. Xilem diperkuat dengan serat (fiber) yang juga
berkembang dari trakeid.
Selain spesialisasi xilem, faktor terbesar perkembangan angiospermae adalah
evolusi bunga. Bunga memiliki tingkat efisiensi reproduksi yang sangat tinggi
pada tumbuhan. Bunga adalah tunas yang mampat dengan empat lingkaran daun
yang termodifikasi menjadi kelopak, mahkota, benang sari, dan putik.
Kemunculan radiasi tumbuhan berbunga, menyebabkan bentang alam bumi
berubah secara dramatis. Nenek moyang angiospermae masih belum dipastikan,
tetapi hasil analisis kladistik pada ciri homolog menunjukkan gimnospermae
dari divisi Gnetophyta sebagai kerabat paling dekat dengan angiospermae. Fosil
tertua angiospermae ditemukan pada batuan awal masa Kretaseus yang berusia
sekitar 130 juta tahun.
2.3 Adaptasi struktural, kimiawi dan reproduksi yang memungkinkan tumbuhan mendiami
daratan
Di habitat darat, sumber daya yang diperlukan organisme fotosintetik tersedia di dua
tempat yang sangat berbeda, cahaya dan karbon dioksida sebagian besar tersedia di atas
permukaan tanah, sementara air dan nutrien mineral sebagian besar ditemukan dalam tanah
dengan demikian, tumbuh tumbuhan yang kompleks menunjukan derajat spesialisasi struktural
yang beraneka ragam pada organ-organ berada di tanah , yaitu akardan di atas permukaan tanah
tunas yang akan menjadi daun, pada sebagian besar tumbuhan, pertukaran karbondioksida dan
oksigen antara atmosfer dan bagian dalam yang berfotosontetik terjadi melalui stomata (daun
mulut) yaitu pori mikroskopik yang melalui permukaan daun.
Adaptasi darat struktur tumbuhan dilengkapi dengan adaptasi kimiawi. Sebagai contoh
bagian tumbuhan yang berada diatas permukaan tanah pada sebagian besar tumbuhan, seperti
daun, memiliki suatu lapisan berlilin yang disebut kutikula (cuticle) yang membantu mencegah
terjadinya kehilangan air secara berlebihan, yang merupakan masalah utama pada kehidupan
tumbuhan di darat. Lilin pada kutikula adalah contoh produk sekunder, dinamakan demikian
karena senyawa tersebut tidak dihasilkan oleh jalur metabolisme utama yang sama pada semua
tumbuhan. Asam amino yang disintesis oleh tumbuhan adalah contoh produk primer, seperti
juga halnya selulosa. Produk primer adalah produk jalur metabolisme yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan semua tumbuhan. Produk sekunder disintesis oleh cabang
samping jalur metabolisme utama dan menghasilkan senyawa-senyawa yang esensial bagi
kelangsungan hidup tumbuhan .tetapi bukan merupakan yang terpenting bagi kebutuhan
metabolik dasarnya. Seperti fotosintesis. Sintesis asam amino, dan produksi selulosa. Sebagian
besar produk sekunder sangan khas bagi spesies tumbuhan atau kelompok spesies tertentu,
seperti famili tumbuhan.
Suatu produk sekunder yang secara khusus penting dalam perjalanan evolusioner
tumbuhan kedarat adalah sporopollen, yaitu suatu polimer yang resiten terhadap hampir semua
jenis kerusakan lingkungan. Pada kenyataannya, catatan fosil tumbuhan sebagian besar ada
berkat ketahanan sporopollenin, lignin, dan bahan –bahan berkutikula. Sporopollen muncul
pertama kali bukan pada tumbuhan, karena sporopollen juga ditemukan pada dinding zigot
yang resisten pada beberapa alga. Tetapi sporopollen merupakan yang paling kuat di antara
semua bahan yang silibatkan oleh tumbuhan untuk meningkatkan reproduksi di darat, tempat
resintensi terhadap lingkungan yang keras merupakan tantangan yang sangat menentukan.
Tumbuhan memiliki sporopollenin pada dinding sporanyadan pada tumbuhan yang meiliki
polen juga memiliki sporopollenin dalam selubung butir polen yang berstektur (asal nama
sporopollenin). Disini kita melihat suatu keadaan saling mempengaruhi antara adaptasi struktur,
kimiawi, dan reproduksi untuk kehidupan darat kemudian kita akan mengkaji adaptasi
reproduksi yang barangkali paling berperan dalam pendefenisian kingdom tumbuhan.
BAB III
KESIMPUAN
Perjalanan evolusi tumbuhan menjadi hal terpenting karena fungsi utamanya dalam
menyokong kehidupan di bumi sebagai organisme autotrof yang mampu memproduksi
makanan sendiri dan sebagai penyedia energi untuk organisme heterotrof. Evolusi tumbuhan
juga bepengaruh dalam skala waktu geologi bumi.
DAFTAR PUSTAKA
http://dauzbiotekhno.blogspot.com/2012/12/asal-mula-tumbuhan-vaskuler-dan.html?m=1
https://mahmuddin.wordpress.com/2012/08/27/asal-usul-kelompok-tumbuhan/
http://diarycastleonline.blogspot.com/2014/04/evolusi-tumbuhan.html?m=1
http://khafifawaid.blogspot.com/2011/12/waktu-geologi-tumbuhan.html?m=1
https://tamioktari13.wordpress.com/2012/10/12/evolusi-tumbuhan-secara-umum/