Anda di halaman 1dari 14

TUGAS DISASTER

LITERATUR RIVIEW DAN PEMBAHASAN


DISASTER RISK REDUCTION

Dosen Mata Kuliah : Ratna Puji P, S.Kep.Ns., M.SN

Oleh:
Beni Wibowo
Mahda Fanindha W 151001022
Mufid Asadullah 151001027

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) PEMKAB JOMBANG
2018/2019
1.1 Pendahuluan

Masyarakat Asia rentan akan bencana alam terutama Negeri kita Indonesia, di Indonesia

sendiri memiliki beberapa bencana buatan maupun alam seperti terorisme, pemanasan global,

gempa bumi, banjir, tanah longsor dan badai/angin puting beliung yang didukung juga oleh

pengundulan hutan, buang sampah sembarangan, peningkatan polusi, perusakan ekosistem dan

lain-lain.

Dari data BNPB di Indonesia dalam 2 tahun terakhir (2018-2019) didapatkan pada pada

tahun 2018 banjir 679 kali, tanah longsor 473 kali, puting beliung 804 kali, kekeringan 129

kali, kebakaran hutan dan lahan 370 kali, gempa bumi 23 kali, sinabung 58 kali dari total 2572

seluruh kejadian. Pada tahun 2019 banjir 53 kali, tanah longsor 55 kali, puting beliung 241 kali

dari total 241 seluruh kejadian dengan korban jiwa meninggal dan hilang 12, luka-luka 78,

terdampak dan mengungsi 28,684 jiwa (BNPB, 2019).

2.1 Metode

2.1.1 Metode analisa : penulisan berdasarkan literatur review. Literature review merupakan

evaluasi kritis dan mendalam pada suatu pembahasan dalam penelitian sebelumnya

(Shumleworh, 2009). Penulis melakukan pencarian jurnal dan article melalui google

scholar https://scholar.google.co.id/ dan Elsevier

https://www.journals.elsevier.com/international-journal-of-disaster-risk-reduction .

2.1.2 Kata Kunci : disaster risk reduction

3.1 Hasil dan Pembahasan

3.1.1 Hasil : Kelompok mencari jurnal dan article sebanyak 15 jurnal/article di google

scholar dan elsivier.


3.1.2 Analisis Jurnal

No Judul Jurnal/ Article Tipe Penelitian Hasil

Integrated health education Dari penelitian ini Dalam situasi darurat dan dampak
in disaster risk reduction: mendapatkan data dari setelahnya, akibat kurangnya kesadaran
Lesson learned from T (Indonesian National dan pengetahuan yang terbatas akan
disease outbreak following Board for Disaster risiko kesehatan, membuat korban
natural disasters in Indonesia Management, BNPB) bencana selamat lebih rentan terhadap
1
dengan Kriteria penyakit menular (Pascapurnama et al.,
Bencana besar pada 2018).
tahun 2004-2016 yang
diikuti dengan
penyakit menular.

Process for integrating local Pada penelitian ini pengetahuan lokal dan adat adalah kunci
and indigenous knowledge mengimplementasikan untuk meningkatkan ketahanan
with science for hydro- dengan dua tahap dari masyarakat pulau pesisir dan kecil untuk
meteorological disaster risk Maret 2011 - Juni bahaya hidro-meteorologi dan dampak
reduction and climate 2012 dan dari Agustus perubahan iklim. Beberapa pengetahuan
change adaptation in coastal 2012 - April 2013 lokal pengamatan benda langit,
and small island dengan Negara yang pengamatan lingkungan, budaya material,
communities diteliti Indonesia, peraturan adat mengenai lingkungan dan
Filipina dan Timur terdapat juga yang berbasis agama, ritual
Leste, yang mana tradisional maupun legenda lagu
memiliki perubahan (Hiwasaki et al., 2014).
2 iklim, serta budaya
yang kaya dan
keaneragaman hayati,
dan penelitian ini
berfokus pada wilayah
pesisir dan pulau kecil,
tempat banyak
komunitas miskin
tinggal, dan yang
terutama terkena
dampak alam bahaya
dan perubahan iklim.

Traditional and local Data dikumpulkan Beberapa komunitas masyarakat


knowledge practices for melalui wawancara menandai suatu kejadian dengan indikasi
disaster risk reduction in informan kunci, survei seperti siput dan telur bunglon menetas
northern ghana kuesioner rumah menandakan periode hujan, koloni semut
3
tangga, diskusi berbaris membawa telur semut
kelompok terfokus, menandakan terjadinya kekeringan, langit
dan pengamatan berawan menandakan akan datangnya
peserta. kekeringan, tanaman dakwa dakwa
berbunga menandakan akan datangnya
kekeringan, munculnya belatung
kekuningan kecil bergaris hitam yang
menandakan hujan akan berhenti selama
minimal 2 bulan, kecamatan dan arah
angin yang bertiup ke arah desa dari timur
ke barat (Ngwese et al., 2018).
Community vulnerability to Pada penelitian ini Pendekatan metodologis dapat mudah
coastal hazards: Developing menganalis 50 direplikasi untuk daerah lain dan bahaya
a typology for disaster risk kominitas di dengan hasil analisis tambahan
reduction sepanjang pesisir menunjukkan bagaimana indeks
Georgia dengan 3 kesamaan (HVSI) dapat diterapkan agar
tahap yaitu pertama sesuai komunitas baru, misalnya dari
mengidentifikasikan wilayah yang jauh, ke yang sudah ada
lokasi den klasifikasi (Chang et al., 2018).
karakteristik dengan
indikator kerentanan
bahaya, kedua
komunitas mereka di
kelompokkan sesuai
4
dengan indikatornya
menggunakan analis
cluster, ketiga pada
fase ini komunitas
baru mungkin ingin
mencocok kan dengan
klasifikasi yang di
tetapkan dan
komunitas baru ketiga
dari luar aslinya di
cocokkan dengan
tipologi dari fase
kedua dengan indeks
kesamaan.
Ecosystem-based solutions Konsep nature-based (Eco-DRR) atau pengurangan resiko
for disaster risk reduction: solutions (NBS) cross- bencana ekosistem dapat didefiniskan
lessons learned from sectoral dengan pengelolan konservasi dan pemulihan
European application of pendekatan horizontal ekosistem untuk mengurangi resiko
ecosystem-based adaptation bencana, dengan tujuan mencapai
measures pembangunan yang berkelanjutan dan
tangguh. restorasi sungai, restorasi lahan
basah dan pengelolaan air tanah
5
merupakan pelaksaaanan adaptasi
berbasis dan tujuan pengurangan risiko
bencana melalui ekosistem pendekatan
dalam kebijakan dan dana, terlibat aktor
lokal dan regional, dan mengisi
kesenjangan pengetahuan merupakan
komponen penting untuk solusi berbasis
alam berkontribusi terhadap aksi iklim
(Mcvittie et al., 2017).
Integrating disaster risk Penelitian ini Peningkatan kesadaran, pendidikan, dan
reduction and climate berdasarkan survei pengembangan kapasitas melalui
change adaptation: key literatur serta kampanye publik (misalnya radio, dll)
challenges—scales, peninjauan strategi harus dilakukan secara bersama-sama,
knowledge, and norms adaptasi nasional dan mengingat bahaya nat-Ural dan kejadian-
lokal resmi, peneliti kejadian ekstrim serta perubahan masing-
6
mamakai kuisoner dan masing dari akibat perubahan iklim. (Sci,
melakukan 2010)
wawancara di bagi
menjadi dua
pewawancara pakar
standar dan nun
standar.
Integrating ecological cross-sector, pegurangan resiko bencana tsunami di
perspectives into engineering crossprofessional and jepang diawali dengan pemulihan dan
practices – perspectives and interactive design mempelajari keajadian sebelum nya dan
lessons from berbasis ekosistem membangun tembok pada sungai dan
Japan pesisi pantai guna untuk mengurangi
dampak bencana yang di akhibatkan oleh
tsunami. Pembangunan yang terintergrasi
dan berkelanjutaan dua pengalaman ini
7
menunjukkan hanya bimbingan teknis
dan pedoman tidak cukup untuk utama
Eco-DRR / CCA dalam rekonstruksi dari
skala besar, langka dan bencana jarang.
Peran penting dari proses perencanaan
partisipatif dengan lintas sector (Furuta
and Shimatani, 2017).

Developing a Holistic Pendekatan holistik mengembangkan model holistik untuk


Model for Earthquake Risk menilai risiko gempa bumi dan
Assessment and Disaster menentukan prioritas untuk pengurangan
Management Interventions risiko dan manajemen dalam kain
in Urban Fabrics perkotaan. integrated Keselamatan
Gempa Index adalah tolak ukur untuk
mengetahui kualitas keselamatan kota,
indek ini dapat ditingkatkan
8
mempromosikan kegiatan manajemen
bencana berbasis masyarakat serta
mengembangkan pencarian dan
penyelamatan basis dapat meningkatkan
tingkat keselamatan secara signifikan di
kabupaten terpilih (Mili, Hosseini and
Izadkhah, 2017).
Translating the Sendai Pendekatan ekosistem pendekatan berbasis ekosistem adalah di
Framework into action: the antara banyak kegiatan dipromosikan
EU approach to ecosystem- oleh Komisi Eropa untuk dukungan
based disaster risk pencegahan risiko dan peningkatan
reduction. ketahanan terhadap bencana. Eco-DRR
memiliki potensi untuk menyampaikan
beberapa saat ini prioritas kebijakan:
dengan menggabungkan manfaat iklim
9 (baik untuk adaptasi dan mitigasi),
perbaikan lingkungan (pemulihan
lanskap, keanekaragaman hayati, dll) dan
risiko reduksi (terutama dengan
mengurangi kerentanan dan eksposur
aset buatan manusia, misalnya dataran
banjir melindungi infrastruktur)(Faivre et
al., 2017).

Deconstructing the binary metodologi penelitian masyarakat adat terpacu pada ketua adat,
between indigenous and menggunakan dalam menanggapi strategi pengurangan
scientific knowledge in metode-metode yang resiko bencana di bentuk oleh ketua adat
disaster risk reduction: sesuai dengan budaya mereka dengan kebiasan pengalaman
Approaches to high impact yang terlibat dengan hidup, hubungan manusia dengan
weather hazards. adat istiadat yang hubungan alam, dan praktik kehidupan
berada di masyarakat sehari-hari masyarakat adat dalam
Kankanaey di menanggapi sebuah bencana, mereka
10
Wilayah Filipina memiliki cara-cara tersendiri dalam
Utara melihat suatu kondis yang akan terjadi
bencana misalnya membaca tanda-tanda
yang disampaikan oleh benda langit,
kemudian gerakan serangga dari pohon
untuk menurunkan permukaan seperti
dinding batu, perubahan perilaku hewan
dan gerakan burung yang migrasi(Balay-
As, Marlowe and Gaillard, 2018) .
Bridging the divide between metodologi penelitian anak-anak dan orang dewasa merupakan
studies on disaster risk ini menggunakan rentan terhadap bencana akan tetapi
reduction education and metode kuantitatif apabila anak-anak dan orang dewasa di
child-centred disaster risk sebagai pengumpulam beri sebuah pengetahuan dan ditunjang
11
reduction: a critical review data pada pendidikan dengan alat-alat maka mereeka akan bisa
pengurangan resiko memberikan perkembangan akan
bencana bencana, dalam diri anak-anak memiliki
pengetahuan tentang pengurangan resiko
bencana(Amri et al., 2018).
Involving children in Menganalisis anak-anak bisa di persiapkan dalam
disaster risk reduction: literature tentang meghadapi sebuah bencana dengan
12 theimportance of anak-anak partisipasi, kegiatan pengurangan resiko bencana,
participation kapasitas mereka bisa saling memelihara dan
perkembangan memobilisasi untuk kesiapsiagaan
mereka untuk bencana tidak hanya itu anak-anak juga
berpartisipasi dan bisa ditingkatkan pengembangan pribadi
kegiataan dan keterampilan, hungan interpersonal
pengurangan resiko melalui hubungan sosial antar anak-anak
bencana yang maupun masyarakat(Pfefferbaum,
melibatkan anak-anak. Pfefferbaum and Van Horn, 2018).
The Role of Religious Penelitian ini agama di wilayah Korea yaitu Kristen,
Beliefs and Institutions in menyajikan data dan budha dalam sebuah penelitian
Disaster Management : A kualitatif yang luas. membandingkan tentang manajemen
case Study Beberapa bencana dari ketiga agama tersebut
data,bagaimanapun, masing-masing agama memiliki budaya
adalah kuantitatif, berbeda-beda dalam menanggapi
seperti hasil survei bencana, seperti agama budha yang telah
atau data numerik mendukung manajemen bencana terpadu
lainnya. jadi seluruh umat budha bergantung
kepada kesatuan semua pemangku adat
dalam menghadapi sebuah bencana,
13 agama Kristen menurut mereka (agama
Kristen) bencana merupakan peringatan
atau pesan dari tuhan agama ini
diharuskan saling percaya untuk berdoa
kepada tuhan dan menuntut masyarakat
sekitar daerah unntuk mengirim bantun
bencana ke daerah yang lain, di korea
hamper 90% gereja berasis tanggap
bencana dengan gereja yang berada di
masyarakat, agama budha adalah agama
yang dianggap sebagai agamayang aling
berpengaruh atas prinsip-prinsip
pemulihan bencana(Ha, 2015).
Synergising Public Health wawancara kualitatif Penelitian ini mengarah ke manajemen
Concepts with the Sendai dianalisis resiko setelah terjadinya bencana stigma
Framework for Disaster Risk menggunakan analisis bencana pada masyarakat akan adanya
Reduction A Conceptual tematik kesiap siagaan harus ada di tingkat mikro
Glossary atau dalam lingkup keluarga. masyarakat
dapat membantu untuk memastikan
inisiatif bencana menanggapi kebutuhan
semua, dalam konteks kehidupan
mereka,sementara melibatkan masyarakat
14 dalam pengurangan risiko bencana dan
respon juga dapat meningkatkan sumber
daya yang memfasilitasi ketahanan
bencana. Aplikasi ini pendekatan
sosioekologi memfasilitasi tindakan
antar-sektoral, dan dibangun di atas
sumber daya fisik dan ekonomi
masyarakat untuk meningkatkan
ketahanan dan otonomi mereka(Phibbs et
al., no date).
15

4.1 Pembahasan
4.1.1 Pengertian Pengurangan Risiko Bencana
Resiko Bencana memiliki pengertian: potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian,
luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Melihat pengertian tersebut,
maka kita sebenarnya sedang hidup bersama risiko bencana. Bencana yang setiap saat
bisa mengancam, mungkin tidak bisa dicegah, tapi kita bisa melakukan upaya
pengurangan risiko bencana. Oleh sebab itu, kita perlu memperkaya wawasan tekait
bagaimana konsep dasar dan pengertian pengurangan risiko bencana.
Pengurangan Resiko Bencana adalah konsep dan praktik mengurangi resiko-
resiko bencana melalui upaya-upaya sistematis untuk menganalisis dan mengelola
faktor-faktor penyebab bencana, termasuk melalui pengurangan keterpaparan
terhadap ancaman bahaya, pengurangan kerentaan penduduk dan harta benda,
pengelolaan lahan dan lingkungan secara bijak dan meningkatkan kesiapsiagaan
terhadap peristiwa-peristiwa merugikan (UNISDR, 2009). Pengurangan Resiko
Bencana merupakan rangkaian upaya yang dilakukan secara sistematis untuk
menganalisa risiko-risiko dampak bencana terhadap kehidupan dan penghidupan
manusia. (Bnpb, 2018)
Pengurangan risiko bencana (PRB) merupakan penyelenggaraan
penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana yang dimaksudkan untuk
mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul. Secara konseptual, PRB merupakan
wujudd dari perubahan paradigm penanggulangan bencana yakni dari pendekatan
konvensional kepada pendekatan holistik. Penanganan bencana tidak lagi
menekankan pada aspek tanggap darurat saja, tetapi secara keseluruhan manajemen
risiko. Perlindungan masyarakat dari ancaman bahaya merupakan wujud
perlindungan sebagai hak asasi rakyat dan penanggulangan bencana bukan lagi
menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi menjadi tanggung jawab bersama anatara
pemerintah dan masyarakat (Efendi, Ferry dan Makhfudli, 2009).
4.1.2 Tujuan PRB
Menurut UNISDR, Disaster Risk Reduction (DRR) atau Pengurangan Risiko Bencana
(PRB) bertujuan untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam seperti
gempa bumi, banjir, kekeringan dan badai, melalui etika pencegahan.

4.1.3 Landasan Penyelenggaraan PRB


Pengurangan Risiko Bencana di Indonesia merupakan bagian dari upaya
pengurangan risiko bencana di tingkat internasional yang menjadi tanggung jawab
bersama antara pemerintah dengan masyarakat, termasuk masyarakat internasional.
Sebagai bagian dari komitmen Indonesia maka landasan yang mendasari penyusunan
RAN-PRB mengacu pada kesepakatan-kesepakatan internasional dan peraturan
perundang-undangan di Indonesia.
Landasan penyelenggaraan PRB adalah Resolusi PBB Nomor 63 Tahun 1999
tentang International Strategy for Disaster Resuction (ISDR), The Yokohama Strategy
tahun Ak, Hyogo Framework for Action tahun 2005, serta Beijing Action.
Sedangkan, secara nasional telah diterbitkan Rencana Aksi Nasional Pengurangan
Risiko Bencana (RAN PRB) tahun 2006 di samping Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

4.1.4 Prinsip PRB


Prinsip dasar PRB mengacu pada The Yokohama Strategy yang meliputi hal
berikut ini.
1. Pengkajian risiko bencana merupakan langkah yang diperlukan untuk
penerapan kebijakan dan upaya pengurangan bencana.
2. Pencegahan dan kesiapsiagaan bencana penting dalam pengurangan kebutuhan
untuk pertolongan bencana
3. Pencegahan bencana dan kesiapsiagaan meliputi aspek integral dari kebijakan
pembangunan dan perencanaan di tingkat nasional, bilateral, multilateral, serta
internasional.
4. Pengembangan dan penguatan kemampuan untuk mencegah, mengurangi, dan
mitigasi bencana adalah prioritas utama dalam decade pengurangan bencana
alam internasional.
5. Peringatan dini terhadap bencana dan penyebarluasan informasi bencana
dilakukan secara efektif dengan menggunakan sarana telekomunikasi.
6. Upaya pencegahan adalah langkah yang paling efektif bila melibatkan peran
serta masyarakat lokal, nasional, regional, dan internasional.
7. Kerentanan terhadap bencana dapat dikurangi dengan penerapan desain dan
pola pengembangan pembangunan yang difokuskan pada kelompok-kelompok
dengan menggunakan pendidikan dan pelatihan yang tepat bagi masyarakat.
8. Masyarakat internasional perlu berbagi teknologi untuk mencegah, mengurangi,
dan memitigasi bencana yang dilaksanakan secara bebas dan tepat waktu
sebagai satu kesatuan dari kerja sama teknis.
9. Perlindungan lingkungan merupakan salah satu komponen pembangunan
berkelanjutan yang sejalan dengan pengentasan kemiskinan.
10. Setiap Negara memiliki tangguang jawab untuk melindungi rakyat,
infrastruktur, dan asset nasional dari damapak bencana, Sedangkan masyarakat
internasional harus menunjukkan kemauan politik yang kuat untuk
mengerahkan sumber daya yang ada secara memadai dan efisien.

Sedangkan, substansi manajerial dasar yang perlu dilakukan pemerintah dan


masyarakat dalam PRB mengacu pada Hyogo Framework for Action Plan 2005-2015
yaitu sebagai berikut:

1. Meletakkan PRB sebagai prioritas nasional daerah yang implementasinya


dilakukan oleh institusi yang kuat
2. Mengidentifikasi, mengkaji, dan memantau risiko bencana serta menerapkan
sistem peringatan dini.
3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi, dan pendidikan untuk membangunkan
kesadaran tentang keselamatan dini dan ketahanan terhadap bencana bagi semua
tingkatan masyarakat.
4. Mengurangi cakupan risiko bencana.
5. Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkat masyarakat
agar mendapatkan respon yang efektif.

4.1.5 Langkah-langkah PRB


Secara umum, pemerintah bersama masyarakat berkewajiban untuk melakukan
langkah-langkah PRB melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana. Fokus kegiatan ini adalah mengenali
bahaya (utama dan ikutan), mengenali kelompok rentan untuk masing-masing
bahaya yang potensial, dan mengenali kemampuan masyarakat (communities
capacity) dalam hal bencana sekaligus menganalisis probabilitas kejadian bencana
dan risiko bencana di suatu wilayah pada periode tertentu.
2. Perencanaan dan partisipatif penanggulangan bencana. Fokus kegiatan ini adalah
penyadaran masyarakat akan hak dan kewajiban serta keberadaannya dalam
penanggulangan bencana, peningkatan kapasitas (capacity building) dan
pendayagunaan (empowerment) tentang kemampuan, kekuasaan otoritas, atau
peluang dalam penyusunan rencana, terlibat dalam penatapan rencana dan
pelaksanaan tertentu.
3. Pengembangan budaya sadar bencana. Fokus kegiatan ini adalah kesadaran public
(public awereness), pengembangan institusi, pelestarian kearifan local (local
wisdom), serta pemberdayaan masyarakat agar dapat melakukan upaya pencegahan
(mitigation), kesiapsiagaan (preoaredness), tanggap darurat (emergency), sampai
dengan pemulihan (relief).
4. Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana dan didukung
dengan sumber daya ideal.
5. Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana. Fokus
kegiatan ini adalah pada penerbitan tata peraturan perundangan (undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan daerah), standar, norma, mekanisme, prosedur
dengan penegakan hukumnya, serta upaya-upaya kegiatan fisik seperti pembuatan
tanggul, sabo, tempat pengungsian, dan lain sebagainya.

Pengetahuan Tradisional PRB Ghana Utara

1. Siput dan telur bunglon menetas dan apabila siput melihat bunglon muda di wilayah
berapa waktu dimungkinkan masuk periode hujan,
2. koloni semut berbaris membawa telur semut pergi dari tempat tinggalnya menandakan
terjadinya kekeringan,
3. langit berawan sepanjang pagi sekitar jam 13.00 dan langit mendung jam 16.00 dan
sampai malam, apabila ini berjalan terus menerus selama 3 minggu tanpa hujan
menandakan akan masuk periode kekeringan
4. tanaman dakwa dakwa berbunga menandakan akan datangnya kekeringan,
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
http://bpbd.rejanglebongkab.go.id/sosialisasi-pengurangan-resiko-bencana/ (Sosialisasi
Pengurangan Risiko Bencana (2014) Rustam Wahab
Keuntungan dan Kerugian PRB SEKTOR KESEHATAN
http://kawasan.bappenas.go.id/images/stories/RAN%20PRB.pdf
http://www.p2kp.org/pustaka/files/pedoman_prbbk_final_web_okt2013.pdf
Amri, A. et al. (2018) ‘Bridging the divide between studies on disaster risk reduction
education and child-centred disaster risk reduction: a critical review’, Children’s
Geographies. Taylor & Francis, 16(3), pp. 239–251. doi: 10.1080/14733285.2017.1358448.
Balay-As, M., Marlowe, J. and Gaillard, J. C. (2018) ‘Deconstructing the binary between
indigenous and scientific knowledge in disaster risk reduction: Approaches to high impact
weather hazards’, International Journal of Disaster Risk Reduction. Elsevier Ltd, 30(July
2017), pp. 18–24. doi: 10.1016/j.ijdrr.2018.03.013.
Bnpb (2018) Peringatan bulan prb nasional tahun 2018.
Chang, S. E. et al. (2018) ‘Community vulnerability to coastal hazards : Developing a
typology for disaster risk reduction’, Applied Geography. Elsevier Ltd, 91(December 2017),
pp. 81–88. doi: 10.1016/j.apgeog.2017.12.017.
Faivre, N. et al. (2017) ‘Translating the sendai framework into action : the EU approach to
ecosystem-based disaster risk reduction’, International Journal of Disaster Risk Reduction.
Elsevier Ltd. doi: 10.1016/j.ijdrr.2017.12.015.
Furuta, N. and Shimatani, Y. (2017) ‘Integrating ecological perspectives into engineering
practices – perspectives and lessons from Japan’, International Journal of Disaster Risk
Reduction. Elsevier Ltd. doi: 10.1016/j.ijdrr.2017.12.003.
Ha, K. (2015) ‘The Role of Religious Beliefs and Institutions in Disaster Management: A
Case Study’, pp. 1314–1329. doi: 10.3390/rel6041314.
Hiwasaki, L. et al. (2014) ‘Process for integrating local and indigenous knowledge with
science for hydro-meteorological disaster risk reduction and climate change adaptation in
coastal and small island communities’, International Journal of Disaster Risk Reduction.
Elsevier, 10, pp. 15–27. doi: 10.1016/j.ijdrr.2014.07.007.
Mcvittie, A. et al. (2017) ‘Ecosystem-based solutions for disaster risk reduction: lessons from
European applications of ecosystem-based adaptation measures’.
Mili, R. R., Hosseini, K. A. and Izadkhah, Y. O. (2017) ‘Developing a holistic model for
earthquake risk aseesment and disaster management interventions in urban fabrics’,
International Journal of Disaster Risk Reduction. Elsevier Ltd. doi:
10.1016/j.ijdrr.2017.10.022.
Ngwese, N. M. et al. (2018) ‘Traditional and local knowledge practices for disaster risk
reduction in Northern Ghana’, Sustainability (Switzerland), 10(3). doi: 10.3390/su10030825.
Pascapurnama, D. N. et al. (2018) ‘Integrated health education in disaster risk reduction:
Lesson learned from disease outbreak following natural disasters in Indonesia’, International
Journal of Disaster Risk Reduction. Elsevier Ltd, 29(March 2017), pp. 94–102. doi:
10.1016/j.ijdrr.2017.07.013.
Pfefferbaum, B., Pfefferbaum, R. L. and Van Horn, R. L. (2018) ‘Involving children in
disaster risk reduction: the importance of participation’, European Journal of
Psychotraumatology. Taylor & Francis, 9(sup2), p. 1425577. doi:
10.1080/20008198.2018.1425577.
Phibbs, S. et al. (no date) ‘Synergising Public Health Concepts with the Sendai Framework
for Disaster Risk Reduction : A Conceptual Glossary’, (December 2015), pp. 1–21. doi:
10.3390/ijerph13121241.
Sci, S. (2010) ‘Integrating disaster risk reduction and climate change adaptation : key
challenges — scales , knowledge , and norms’, (Cred). doi: 10.1007/s11625-010-0108-y.

Anda mungkin juga menyukai