Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

STRATEGI SEGMENTASI, TARGETING, DAN POSITIONING


MINUMAN “EXTRA JOSS”
Di susun sebagai salah satu tugas Pemasaran Ritel
Dosen Pengampu : Bapak Dr. H. Mochamad Edris, Drs, M.M

Nama : Devi Ivoni Idelia


NIM : 2016-11-302
Semester : VII
Kelas : Paralel

PROGAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2019

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
2.1 Pengertian Pemasaran .......................................................................... 3
2.2 Strategi Pemasaran ............................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN DAN STUDI KASUS ........................................... 12
3.1 Deskripsi Produk ................................................................................. 12
3.2 Segmentasi Pasar .................................................................................. 12
3.3 Targeting .............................................................................................. 13
3.4 Positioning............................................................................................ 14
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 15
4.1 Simpulan ................................................................................................ 15
4.2 Saran ...................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsumen yang ada saat ini sangat kompleks dan heterogen karena
konsumen mempunyai kebutuhan, keinginan, kemampuan dan persepsi yang
berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang ada. Pasar yang ada pun sangat luas,
sehingga perusahaan yang memutuskan untuk beroperasi dalam pasar yang luas
harus menyadari bahwa perusahaan tidak dapat melayani seluruh pelanggan dalam
pasar tersebut. Konsumen terlalu banyak dan berbeda-beda dalam persyaratan
pembelian mereka. Daripada bersaing disemua segmen, perusahaan perlu
mengidentifikasi segmen pasar mana yang harus dilayaninya paling efektif.
Untuk memilih pasar dan melayani konsumen dengan baik, perusahaan
dapat menetapkan pemasaran sasaran. Dalam pemasaran sasaran, perusahaan atau
pemasar membedakan segmen –segmen pasar utama, menentukan satu atau lebih
segmen tertentu. Berikut adalah tahap-tahap dalam segmentasi pasar, penetapan
pasar sasaran dan penentuan posisi pasar.
Segmentasi Pasar
1. Identifikasi variabel segmentasi dan segmentasi pasar
2. Pengembangan gambaran segmen yang dihasilkan

Penentuan Pasar Sasaran


1. Evaluasi daya tarik masing-masing segmen
2. Memilih segmen sasaran

Penentuan Posisi Pasar


1. Mengembangkan penetapan posisi masing-masing segmen
2. Pengembangan bauran pemasaran

1
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengidentifikasi berbagai kelompok pembeli yang mempunyai kebutuhan
dan preferensi yang berbeda (segmentasi pasar)
2. Memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki (target pasar)
3. Untuk setiap segmen sasaran, menentukan dan mengomunikasikan
berbagai manfaat penawaran pasar perusahaan (positioning pasar).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemasaran


Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan di mana individu dan
kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa
bernilai dengan orang lain (Kotler dan Keller, 2009).
Pemasaran adalah memuaskan kebutuhan dan keinginan orang dengan
mendapatkan keuntungan (Amir, 2005). Sedangkan menurut Tjiptono (2008)
pemasaran merupakan fungsi yang memiliki kontak paling besar dengan
lingkungan eksternal, padahal perusahaan hanya memiliki kendali yang terbatas
terhadap lingkungan eksternal. Oleh kerena itu pemasaran memainkan peran
penting dalam pengembangan strategi.
Manajemen pemasaran tidak lepas kaitannya dengan persaingan. Menurut
Kotler dan Keller (2009) persaingan mencakup semua penawaran dan produk
substitusi yang ditawarkan oleh pesaing baik yang aktual maupun potensial, yang
mungkin dipertimbangkan oleh seorang pembeli. Dengan menggunakan
pendekatan pasar, kita dapat mendefinisikan pesaing sebagai perusahaan yang
memenuhi kebutuhan pelanggan yang sama. Setelah perusahaan mengidentifikasi
pesaing utamanya, perusahaan harus menentukan strategi pemasaran yang akan
digunakan.

2.2 Strategi Pemasaran


Sekelompok perusahaan mengikuti strategi yang sama dalam pasar sasaran
tertentu disebut kelompok strategis. Ciri dari kelompok strategis yaitu, pertama
ketinggian penghalang untuk masuk berbeda untuk setiap kelompok. Kedua, jika
perusahaan berhasil memasuki sebuah kelompok, anggota kelompok itu menjadi
pesaing kuncinya. Adapun strategi pemasaran dapat dilihat dari segmentasi,
targetting, dan positioning.

3
I. Segmentasi
Segmentasi pasar adalah prosoes menempatkan konsumen dalam
subkelompok di pasar produk, sehingga para pembali memiliki tanggapan
yang hampir sama dengan strategi pemasaran dalam penentuan posisi
perusahaan (Setiadi, 2003). Segmentasi mempunyai tingkatan yaitu mass
marketing, segmen marketing, niche marketing dan micro marketing.
Segmentasi memberikan peluang bagi perusahaan untuk menyesuaikan produk
atau jasanya dengan permintaan pembeli secara efekitif. Kepuasan konsumen
dapat ditingkatkan dengan pemfokusan segmen.
Menurut Kotler dan Keller (2009) segmen pasar terdiri dari sekelompok
pelanggan yang memiliki sekumpulan kebutuhan dan keinginan yang sama.
Segmentasi bisa disesuakian secara menguntungkan untuk mengenali
perbedaan pelanggan. Berikut merupakan empat macam dari segmentasi:
1. Segmentasi Geografis, memerlukan pembagian pasar menjadi
beberapa unit geografis seperti negara, negara bagian, wilayah,
kabupaten, kota, atau lingkungan sekitar.
2. Segmentasi Demografis, pemasar membagi pasar menjadi kelopmok-
kelompok berdasarkan variabel seperti usia, ukuran keluarga, siklus
hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan,
agama, ras, generasi, kebangsaan, dan kelas sosial.
3. Segmentasi Psikografis, pembeli dibagi menjadi kelompok
berdasarkan sifat pskologis/kepribadian, gaya hidup atau nilai.
4. Segmentasi Perilaku, pemasar membagi pembeli menjadi beberapa
kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan, atau respon
terhadap sebuah produk.

II. Targeting
Setelah perusahaan mengidentifikasi peluang segmen pasarnya,
perusahaan harus memutuskan berapa banyak dan segmen pasar mana yang
akan dipilih, hal ini biasa disebut sebagai targeting (Kotler dan Keller, 2009).
Pemasar lama kelamaan mulai mengabungkan beberapa variabel dalam

4
usahanya mengidentifikasi kelompk sasaran yang lebih kecil dan didefinisikan
dengan lebih baik.
Menurut Kasali (2003) targeting atau tahap menetapkan target pasar
adalah tahap selanjutnya dari analisis segmentasi. Produk dari targeting adalah
target market (pasar sasaran), yaitu satu atau beberapa segmen pasar yang
akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran. Kadang-kadang targeting
juga disebut selecting karena marketer harus menyeleksi. Menyeleksi di sini
berarti marketer harus memiliki keberanian untuk memfokuskan kegiatannya
pada beberapa bagian saja (segmen) dan meninggalkan bagian lainnya.

III. Positioning
Product positioning adalah tempat produk yang berbeda, jelas dan memiliki nilai
lebih secara relatif dibanding produk pesaing di benak konsumen. Dapat juga
dikatakan sebgai cara bagaimana konsumen mendefinisikan produk pada atribut-
atribut yang penting apabila diperbandingkan secara relatif dengan produk pesaing
(Setiadi, 2003).
Sedangkan menurut Trout (2004) positioning adalah bagaiman pemasar
mendiferensiasikan produk mereka kepada orang lain. Positioning
jugamerupakan kerangka bagaimana kepala manusia bekerja dalam proses
komunikasi.
Strategi positioning merupakan strategi yang berusaha menciptakan
diferensiasi yang unik dalam benak pelanggan sasaran, sehingga terbentuk
citra (image) merek atau produk yang lebih unggul dibandingkan
merek/produk pesaing (Tjiptono, 2008). paling tidak ada tujuh pendekatan
yang dapat digunakan untuk melakukan positioning, yaitu:
1. Positioning berdasarkan atribut, ciri-ciri atau manfaat bagi pelanggan
(attribute positioning), yaitu dengan jalan mengasosiasikan suatu produk
dengan atribut tertentu, karakteristik khusus, atau dengan manfaat bagi
pelanggan. Pemilihan atribut yang akan dijadikan basis positioning harus
dilandaskana pada enam kriteria berikut:

5
a. Derajat kepentingan, artinya atribut tersebut sangat bernilai dimata
sebagaian besar pelanggan.
b. Keunikan, artinya atribut tersebut tidak ditawarkan perusahaan
lain.
c. Superioritas, artinya atribut tersebut lebih unggul daripada cara-
cara lain untuk mendapatkan manfaat yang sama.
d. Dapat dikomunikasikan, artinya atribut tersebut dapat
dikomunikasikan secara sederhana dan jelas, sehingga pelanggan
dapat memahaminya.
e. Preemptive, artinya atribut tersebut tidak mudah ditiru oleh
pesaing.
f. Terjangkau, artinya pelanggan sasaran akan mampu dan bersedia
membayar perbedaan/keunikan atribut tersebut.
g. Kemampulabaan, artinya perusahaan bisa memperoleh tambahan
laba dengan menonjolkan perbedaan tersebut.
2. Positioning berdasarkan harga dan kualitas (price and quality positioning)
yaitu positioning yang berusaha menciptakan kesan/citra berkualitas tinggi
lewat harga tinggi atau sebaliknya menekan harga murah sebagai indikator
nilai.
3. Positioning yang dilandasi aspek penggunaan atau aplikasi
(use/application positioning).
4. Positioning berdasarkan pemakai produk (user positioning), yaitu
mengaitkan produk dengan kepribadian atau tipe pemakai.
5. Positoning berdasarkan kelas produk tertentu (product class positioning).
6. Positioning berkenaan dengan pesaing (competitor positioning), yaitu
dikaitkan dengan posisi persaingan terhadap pesaing utama.
7. Positioning berdasarkan manfaat (benefit positioning).
Positioning adalah cara kita membuat dan menggiring anggapan
konsumen kepada anggapan yang kita harapkan (Amir, 2005). Sedangkan
menurut Kotler dan Keller (2009) mendefinisikan positioning sebagai tindakan
tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan agar mendapatkan tempat

6
khusus dalam pikiran pasar sasaran. Tujuannya adalah menempatkan merek dalam
pikiran konsumen untuk maksimalkan manfaat potensial bagi perusahaan.
Kasali (2003) mendefinisikan positioning sebagai strategi komunikasi
untuk memasuki jendela otak konsumen, agar produk/merek/nama pemasar
mengandung arti tertentu yang dalam beberapa segi mencerminkan keunggulan
terhadap produk/merek/nama lain dalam bentuk hubungan asosiatif. Sehubungan
dengan definisi tersebut, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1. Positioning adalah strategi komunikasi. Komunikasi dilakukan untuk


menjembatani produk/merek/nama pemasar dengan calon konsumen.
Meski positioning bukanlah sesuatu yang pemasar lakukan terhadap
produk, komunikasi berhubungan dengan atribut-atribut yang secara fisik
maupun nonfisik melekat pada atribut. Warna, desain, tulisan yang tertera
di label, kemasan, nama merek adalah diantaranya. Selain itu harap diingat
bahwa komunikasi menyangkut aspek yang luas. Ia bukan semata-mata
berhubungan dengan iklan meski iklan menyita porsi anggaran komunikasi
yang sangat besar. Komunikasi menyangkut soal citra yang disalurkan
melalui model iklan, media yang dipilih, outlet yang menyalurkan produk,
sikap para manajer dan tenaga penjual, berbagai bentuk sponsorship,
produk-produk terkait, bentuk fisik bangunan, manajer/CEO/komisaris
yang diangkat, dan sebagainya.

2. Positioning bersifat dinamis. Perlu diingat bahwa persepsi konsumen


terhadap suatu produk/merek/nama bersifat relatif terhadap struktur
pasar/persaingan. Begitu keadaan pasar berubah, bagitu sebuah pemimpin
pasar jatuh, ataubegitu pendatang baru berhasil menguasai tempat
tertentu,maka positioning produk akan berubah. Oleh karena itu patut
dipahami bahwa positioning adalah strategi yang harus terus menerus
dievaluasi, dikembangkan, dipelihara, dan dibesarkan.

7
3. Positioning berhubungan dengan event marketing. Karena positioning
berhubungan dengan citra di benak konsumen, marketer harus
mengembangkan strategi marketing public relations (MPR) melalui event
marketing yang dipilih yang sesuai dengan katakter produk pemasar.

4. Positioning berhubungan dengan atribut-atribut produk. Konsumen pada


dasarnya tidak membeli produk, tetapi mengkombinasikan atribut.
Ekonom Kelvin Lancaster dalam Kasali (2003) mengatakan bahwa suatu
barang tidak dengan sendirinya memberikan utility. “barang itu memiliki
karakteristik, dan karakteristik-karakteristik itulah yang membangkitkan
utility”. Karakteristik itulah yang dalam positioning kita sebut atribut.

5. Positioning harus memberi arti dan arti itu harus penting bagi konsumen.
Jadi pertama-tama marketer harus mencari tahu atribut-atribut apa yang
dianggap penting oleh konsumen (sasaran pasarnya) dan atribut-atribut
yang dikombinasikan itu harus mengandung arti.

6. Atribut-atribut yang dipilih harus unik. Selain unik, atribut-atribut yang


hendak ditonjolkan harus dapat dibedakan dengan yang sudah diakui milik
para pesaing. Untuk beberapa produk yang aktornya (pesaingnya) sedikit,
konsumen tidak mengalami kesulitan untuk membedakannya. Tapi untuk
produk-produk lain yang aktornya demikian banyak mungkin konsumen
akan mengalami kesulitan.

7. Positioning harus diungkapkan dalam bentuk suatu pernyataan


(positioning statment). Pernyataan ini selain memuat atribut-atribut yang
penting bagi konsumen, harus dinyatakan dengan mudah, enak didengar,
dan harus dapat dipercaya. Secara umum, semakin beralasan klaim yang
diajukan, semakin objektiv, maka semakin dapat dipercaya.

8
Menurut Mayers dalam Kasali (2003), pernyataan positioning yang baik dan
efektif harus mengandung dua unsur, yaitu klaim yang unik dan bukti-bukti yang
mendukung (the claim rest on its support). Mayers juga mengatakan bukti-bukti
pernyataan itu harus dinyatakan jelas dan tegas, datang dari berbagai sumber,
seperti pengalaman yang panjang dalam bidang tertentu, hasil-hasil studi, dari
mulut ke mulut (kepercayaan masyarakat) atau publisitas yang ada. Pernyataan ini
tentu harus disebarluaskan dengan teknik-teknik komunikasi yang jitu, pilihan
media yang pas, frekuensi yang optimal dan memerlukan pertimbangan waktu
yang baik. Selain menggunakan atribut sebagai alat untuk mengembangkan
pernyataan positioning, praktisi pemasaraan juga dapat menggunakan cara-cara
lain (Kasali, 2003).

1. Positioning berdasarkan perbedaan produk. Marketer dapat menunjukan


kepada pasarnya dimana letak perbedaan-perbedaan produk terhadap
pesaing (unique product feature). Kelemahan cara ini adalah, perbedaan
yang ditonjolkan mudah ditiru oleh pesaing.
2. Positioning berdasarkan manfaat produk. Manfaat produk dapat pula
ditonjolkan sebagai positioning sepanjang dianggap penting oleh
konsumen. Ada banyak bentuk manfaat yang ditonjolkan seperti waktu,
kemudahan, kejelasan, kejujuran, kenikmatan, murah, jaminan, dan
sebagainya. Manfaat dapat bersifat ekonomis (murah, wajar, sesuai dengan
kualitasnya), fisik (tahan lama, bagus, enak dilihat) atau emosional
(berhubungan self image).
3. Positioning berdasarkan pemakaian. Disini atribut yang ditonjolkan adalah
pemakaian produk itu.
4. Positionig berdasarkan kategori produk. Positioning ini biasanya
dilakukan oleh produk-produk baru yang muncul dalam suatu ketegori
produk.
5. Positioning kepada pesaing. Di indonesia marketer dilarang mengiklankan
produknya dengan membandingkan dirinya kepada para pesaingnya.
Dalam periklanan modern, positioning berdasarkan pesaing adalah hal

9
yang mulai menjadi biasa diman-mana. Di Amerika iklan pembandingan
diperkenankan karena terbukti mampu mengangkat perusahaan-
perusahaan kecil yang membandingkan dirinya dengan perusahaan-
perusahaan besar.
6. Positioning melalui imajinasi. Positioning memang merupakan hubungan
asosiatif. Pemasar dapat mengembangkan positioning produk dengan
menggunakan imajinasi-imajinasi seperti tempat, orang, benda-benda,
situasi, dan lain sebagainya.
7. Positioning berdasarkan masalah. Terutama untuk produk/jasa-jasa baru
yang belum begitu dikenal. Produk (barang atau jasa) baru biasanya
diciptakan untuk memberi solusi kepada konsumennya. Masalah yang
dirasakan dalam masyarakat atau dialami konsumen diangkat
kepermukaan, dan produk yang diawarkan diposisikan untuk memecahkan
persoaalan tersebut. Persoalan itu biasanya berhubungan dengan sesutau
yang aktual, dapat berupa persoalan jangka pendek yang waktunya sekali
untuk diatasi (atau masyarakat segera beralih kepada persoalan lain yang
dinilai lebih penting) atau suatu persoalan yang dinamis dan jangka
panjang.
Kotler (2004) menyebut empat macam kesalahan yang bisa terjadi dalam
positioning. Kesalahan-kesalahan itu adalah underpositioning, overpositioning,
confused positioning, dan doubtful positioning.

1. Underpositioning. Beberapa produsen menyadari bahwa konsumen hanya


memiliki gagasan yang samar tentang merek. Pembeli tidak benar-benar
merasakan sesuatu yang khusus tentang merek tersebut.
2. Overpositioning. Konsumen mungkin memiliki citra yang terlalu sempit
terhadap merek.
3. Confused positioning. Konsumen mungkin memiliki citra yang
membingungkan tentang merek karena produsen terlalu banyak membuat
pengakuan atau terlalu sering mengubah posisi merek itu.

10
4. Doubtful positioning.Konsumen mungkin sukar mempercayai pengakuan
dari suatu merek karena pengaruh harga, ciri khusus, atau perusahaan yang
membuat produk tersebut.
Kasali (2003) mengatakan setidaknya ada 4 teknik positioning yang dapat
digunakan, yaitu:
1. Teknik Pemetaan, atau biasa disebut peta persepsi (perceptual map atau
biasa disebut juga cognitive map). Ada dua teknologi yang dapat
digunakan untuk membangun peta persepsi ini, yaitu multidimnsiona
saclling (MDS) dan Analisis Diskriminan.
2. Teknik Pemetaan Preferensi. Seperti teknik pemetaan persepsi, referensi di
sini juga dapat dipetakan dengan menggunakan teknologi MDS dan
Analisis Diskriminan.
3. Teknik-teknik pemetaan lainnya. Teknologi yang paling lazim dipakai
adalah Analisis Faktor (Factor Analysis Map), dan Factor/Regresion Map.
4. Teknik Laddering, yaitu teknik yang mengidentifikasi atribut-atribut yang
membentuk prefrensi dalam sebuah kategori secara berjenjang.

11
BAB III
PEMBAHASAN DAN STUDI KASUS

3.1 Deskripsi Produk

Extra Joss adalah salah satu produk yang diproduksi oleh PT. Bintang
Toedjoe, perusahaan ini didirikan pada tanggal 29 April 1946 di Garut, Jawa
Barat. Extra joss merupakan jenis minuman energi yang memiliki khasiat untuk
menyegarkan tubuh dan menguatkan tubuh dari rasa lelah. Extra Joss lahir pada
14 Agustus 1994. Kelahirannya dipicu oleh pemikiran bahwa semakin hari
semakin banyak orang yang membutuhkan minuman energi / minuman kesehatan
termasuk dari kalangan status ekonomi sosial (SES) menengah ke bawah. Ide
nama Extra Joss diperoleh karena mudah diingat, sederhana, berkesan segar
dengan dua huruf "s" ganda yang kuat dan personality-nya cocok dengan produk
sachet yang akan dikembangkan.Kata "joss" berasal dari dialek pergaulan
masyarakat Surabaya yang dikenal suka bersuara lantang dan blak-blakan. Di sana
"joss" bermakna manjur atau oke. Tidak mengherankan bila B7 kemudian
memilih Jawa Tengah sebagai lokasi peluncuran perdana produk Extra Joss,
khususnya di kota Kudus.

3.2 Segmentasi Pasar


1. Geografis
Secara geografis negara yang menjadi pasar utama extra joss adalah
negara Indonesia. Namun kini extra joss telah menguasai 20% pangsa
pasar di negara Filipina dan Malaysia (Danibrata, 2009)
2. Demografis
Bila dilihat dari segi usia, segmen konsumen produk tersebut adalah pria
dan wanita dewasa yang berusia 17-40 tahun. Hal tersebut dilihat dari jenis
minuman energi yang tidak ditujukan untuk anak-anak dibawah umur dan
orang tua. Dari sisi gender, dalam memasarkan produknya lebih mengarah
ke segmen pria dewasa yang aktif dan energik dan juga ke segmen wanita

12
aktif dan dinamis. Untuk pembagian menurut pekerjaan, adalah mereka
yang memiliki pekerjaan yang berat dan membutuhkan suplemen
tambahan penguat stamina.
3. Psikografis
Dari Kelas sosial, pada awalnya extra joss diciptakan untuk kalangan
menengah ke bawah. Ketika itu tidak ada produk minuman energi yang
menjangkau kalangan menengah ke bawah, sehingga extra joss sebagai
terobosan minuman energi untuk kalangan menengah ke bawah dengan
kemasan sachet dan harga yang murah. Tahun 2001 diluncurkan Extra Joss
Tab (tablet effervescent) yang lebih premium dan eksklusif. Tujuannya
adalah untuk bersaing dengan merek dalam kemasan botol yang
dipersepsikan premium untuk kelas atas. Sehingga extra joss bukan hanya
untuk kalangan menengah ke bawah namun juga untuk kalangan
menengah ke atas. Dari segi gaya hidup, extra joss ingin menggambarkan
gaya hidup konsumennya dengan menghadirkan berbagai artis seperti
Ahmad Dhani dari grup musik Dewa, Sujiwo Tejo, Melly Goeslaw, Sarah
Sechan, Taufik Hidayat (atlet bulutangkis), dan Lisa Rumbewas (atlet
angkat besi wanita), hingga Christiano Ronaldo dan Del Piero sebagai
pemain sepak bola terkenal. Sehingga konsumen merasakan manfaat
emosional ketika meminum produk tersebut, yaitu minuman para atlit.
4. Perilaku
Dari segi situasi, konsumen dikelompokan menjadi situasi khusus dimana
konsumen sedang membutuhkan minuman penambah stamina. Dari segi
manfaat minuman ini memiliki manfaat untuk meningkatkan energi
dengan kandungan Taurine, Ginseng, Inositol, Caffeine, Vitamin B, dan
Royal Jelly yang cocok diminum oleh mereka yang pekerja keras dan
aktifitas dinamis.

3.3 Targeting
Apabila dilihat dari karakteristik konsumen yang ada, target produk ini
adalah pria maupun wanita yang membutuhkan energi tambahan dan

13
mempunyai vitalitas tinggi, pekerja keras, dengan rentang usia 17 sampai 40
tahun.

3.4 Positioning

Dilihat dari slogan Extra Joss yaitu “Biangnya Minuman Kesehatan” serta
dari para model Extra Joss Ahmad Dhani dari grup musik Dewa, Sujiwo
Tejo, Melly Goeslaw, Sarah Sechan, Taufik Hidayat (atlet bulutangkis),
dan Lisa Rumbewas (atlet angkat besi wanita), hingga Christiano Ronaldo
dan Del Piero, Chris John, Liza Natalia memberikan gambaran produk
yang segar, muda dan kuat. Sehingga extra joss adalah minuman utama
penghasil energi yang segar, muda dan kuat.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Pemasaran sasaran meliputi tiga aktivitas yaitu segmentasi pasar, penentuan


target pasar, dan positioning pasar. Ada dua dasar untuk mensegmentasikan
konsumen melalui karakteristik konsumen dan respons konsumen. Variabel
segmentasi utama untuk pasar konsumen adalah geografis, demografis,
psikografis, dan perilaku pemasar menggunakan variabel-variabel ini satu-satu
atau kombinasi. Pemasar bisnis menggunakan semua variabel ini beserta
variabel operasi, pendekatan pembelian, dan faktor situasional. Agar
bermanfaat segmen pasar harus dapat diukur substansial, dapat diakses, dapat
didiferensiasikan dan dapat ditindaklanjuti.

4.2 Saran

Perusahaan harus mengevaluasi berbagai segmen dan memutuskan berapa


banyak dan segmen mana yang akan dipilih; segmen tunggal, beberapa
segmen, produk khusus, pasar khusus, atau pasar penuh. Jika perusahaan
melayani pasar penuh, perusahaan harus memilih antara pemasaran
terdiferensiasi dan pemasaran tanpa diferensiasi. Perusahaan juga harus
mengamati hubungan segmen dan mencari cakupan ekonomi dan potensi
pasar bagi segmen super. Pemasar harus mengembangkan rencana investasi
segmen per segmen dan memilih pasar sasaran dengan cara yang bertanggung
jawab secara sosial setiap saat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. T. 2005. Dinamika Pemasaran: Jelajahi Dan Rasakan. Jakarta (ID): PT


Rajagrafindo Persada.
Danibrata A. 2009. Strategi Segmenting, Targeting, Positioning Produk Extra
Joss. Jakarta (ID): Trisakti of school management.
Kasali, R. 2003. Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi, Targeting, Dan
Positioning. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Kotler, P. 2004. Dasar-dasar Pemasaran Jilid 1. Jakarta (ID): PT Indeks.
Kotler, P. dan Kevin Keller. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi Ke-13 Jilid 1 dan
2. Jakarta (ID): Erlangga.
Rizki, Deviany Amanda. 2013. Analisis Persepsi Konsumen dan Strategi
Pemasaran Beras Analog (Analog rice). Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor
Setiadi, N. J. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep Dan Implikasi Untuk Strategi
Dan Penelitian Pemasaran. Jakarta (ID): Kencana.
Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran Ed. 3. Yogyakarta (ID): Andi Offset.
Trout, J. 2004. Trout on Strategy: Capturing Mindshare, Conquering Markets.
New York (ING) : McGraw-Hill Companies.
Umar H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): Gramedia.
Umar, H. 2002. Metode Riset Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

16

Anda mungkin juga menyukai