Nim : 11180541000035
Kelompok : RRC
keluarga yang di dalamnya terdapat penuh rasa cinta dan pergaulan yang baik.
muslim dan muslimah yang akan menghadapi kehidupan berumah tangga. Tetapi
sosial ini yaitu lingkungan PSP (Pekerja Seks Perempuan) Tujuan dari penelitian
terhadap keharmonisan rumah tangga di lokalisasi Gang Boker Ciracas, serta untuk
mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap keharmonisan rumah tangga di
research). Dalam hal ini data diambil dari dua sumber data yaitu data primer dan
data sekunder kemudian metode analisis data yang digunakan yaitu metode berfikir
induktif yaitu berangkat dari fakta-fakta yang khusus atau peristiwa-peristiwa yang
sifat umum.
Dalam suatu lingkungan yang baik akan menghasilkan pula generasi yang
baik, dan sebaliknya jika suatu lingkungan tidak baik maka akan menghasilan
generasi yang tidak baik. Bahkan tidak di terima dalam tatanan masyarakat besar.
lingkungan hidup adalah segala sesuatu termasuk benda, kondisi, keadaan maupun
pengaruh yang terdapat di sekitar kita, juga sangat berpengaruh terhadap ruangan
Bentuk prostitusi seperti praktek penjualan jasa seksual atau yang disebut
juga pekerja seks komersial selayaknya dianggap sebagai salah satu penyakit
masyarakat yang memiliki sejarah panjang, bahkan dianggap sebagai salah satu
masyarakat dalam pembiaran yang memberikan peluang bagi praktek ini untuk
masing-masing. Sama halnya dengan para PSP (Pekerja Seks Perempuan). Mereka
Anak Baru Gede (ABG menjadi daya tarik tersendiri dalam dunia prostitusi.
Hal ini disebabkan karena adanya faktor permintaan sebagai faktor yang menarik
dan faktor perantara sebagai faktor yang mendorong (Koentjoro, 2004). Kajian
cepat yang dilakukan ILO-IPEC pada tahun 2007 (dalam Suyanto, 2013)
anak di Jakarta, Bandung 2.511, Yogyakarta 520, Surabaya 4.990, dan Semarang
1.623. Namun jumlah ini dapat menjadi beberapa kali lipat lebih besar mengingat
dan tidak terdata. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa dari 100 remaja terdapat 51 remaja telah
(Jabotabek). Selain di Jabotabek, data yang sama juga diperoleh di wilayah lain di
Indonesia seperti, di Surabaya remaja yang melakukan hubungan seks mencapai 54
Ciracas, Jakarta Timur. Daerah tersebut terkenal dengan sebutan Gang Boker,
dan Masjid. Lokalisasi adalah pembatas terhadap suatu tempat atau lingkungan.
Sudah tidak asing sebutan Gang Boker terdengar di masyarakat, karena gang
tersebut tempat melakukan transaksi antara PSP (Pekerja Seks Perempuan) dengan
kriteria yang beraktivitas di jam-jam tertentu. Biasanya pagi kisaran pukul 06.00–
12.00 WIB PSP (Pekerja Seks Perempuan) usia 35 tahun ke atas, sedangkan
12.00–22.00 WIB usia standar dan juga tidak begitu cantik. Nah, untuk yang
dengan level berbeda beraksinya dari mulai pukul 22.00– larut pagi, usianyapun
Ciracas.
Jam kerja yang di manfaatkan oleh para PSP (Pekerja Seks Perempuan)
itupun bermacam tempat yang di gunakannya. Lokalisasi utama PSP (Pekerja Seks
Perempuan) di Gang Boker, masih ada tempat lain yang di gunakan para PSP
(Pekerja Seks Perempuan) diantaranya; Panti Pijat Plus Plus, Cafe, Hotel. Bahkan
ada tempat yang tak disangka-sangka menjadi tempat para PSP (Pekerja Seks
bawah pohon, kolong jembatan dan bahkan gerbong kereta yang sudah tidak
berfungsi, parahnya lagi di tempat yang hanya tertutup sehelai daunpun jadi.
Marak yang terdengar atau terkenal di masyarakat, gang tersebut hanya ada
transaksi narkoba apalagi minuman beralkoho, itu adalah hal yang biasa bagi
masyarakat setempat. Kondisi pada siang hari tidak begitu menarik dibandingkan
malam hari. Kondisi lingkungan pada siang hari seperti tidak ada kegiatan
transaksi. Hanya saja ada beberapa PSP (Pekerja Seks Perempuan) yang
lokalisasi daerah Jakarta Timur jumlah PSP (Pekerja Seks Perempuan) 300 lebih
Dilihat dari sisi agama, di samping gang tersebut terdapat masjid yang besar,
bahkan sering pula di GORnya mengadakan acara siraman qolbu. Tetapi dengan
adanya kegiatan seperti itu 20 persen para PSP mengikuti kegiatan tersebut. Untuk
tingkat kesadaran akan dosa masihlah minim, rata-rata mereka yang telah menjadi
mantan PSP sadar hanya ketika sudah tua. Terkait dampak negatif dari para PSP
mengenai adanya pekerja seks perempuan di sekitar gang boker Ciracas, Jakarta
Ciracas, Jakarta Timur dipandang sebagai profesi yang tidak baik bahkan banyak
sekali orang yang mencemooh profesi tersebut. Kebayakan masyarakat tidak mau
menerima keberadaan para PSP di lingkungan mereka berbagai alasan dan
pertularan penyakit kelamin, ada juga yang merasa malu dengan keberadaan
mereka. Masyarakat yang kontra dengan adanya PSP merasa terganggu dengan
sekali dampak negatif, dan tentu saja adanya kegiatan prostitusi memberi citra
yang buruk terhadap kawasan mereka tinggali. Penolakan yang diberikan kepada
PSP berupa olokan atau cemoohan baik secara langsung maupun tidak langsung.
sering berkeliarannya para PSP di pinggir jalan serta menggunakan pakain yang
terbuka tidak langsung memberi contoh kaum muda untuk berperilaku demikian.
Apalagi isu wabah penyakit HIV dan AIDS yang masih sukar diobati semakin
menyebar menyebabkan masyarakat merasa takut jika tertular atau terjangkit, hal
di lingkungannya.
Hal itu berbanding terbalik dengan masyarakat yang merasa diuntungkan secara
finansial adanya PSP di tempat tinggal mereka, seperti masyarakat yang memiliki
penyewaan wisma, hotel dan yang memiliki usaha makanan maupun kelontong.
Mereka dapat menaikkan harga jual yang signifikan dengan harga asli, lalu
merasa diuntungkan dengan seringnya pelanggan PSP yang memakai jasa mereka.
boker Ciracas, Jakarta Timur menjadi ramai dengan datangnya pelanggan. Tak
jarang konsumen tersebut datang dari berbagai daerah atau luar kota, karena para
pelanggan yang datang ke lokalisasi tersebut rata-rata para sopir Pasar Rebo,
dapat memajukan perekomiannya maka tidak lah mungkin hal tersebut dapat
Ada juga masyarakat yang merasa acuh tak acuh dengan kegiatan prostitusi di
lingkungan mereka tinggal dan memilih untuk diam tanpa melakukan tindakan
apapun, masyarakat yang sepeti ini menganggap terpenting para PSP tidak
Masyarakat yang seprti ini memilih untuk sikap netral kepada PSP, dan
membiarkan kegiatan prostitusi berlangsung di lingkungan mereka karena tidak
ingin ambil pusing dan percaya setiap manusia memiliki pilihan kehidupan
masing-masing yang harus dihadapi. Masyarakat yang seperti ini memang sering
dijumpai di kota-kota besar, pola pikir yang tidak memperdulikan atau tidak
member perhatian dengan keadaan sekitar. Hubungan sosial antara PSP dengan
masyarakat di sekitar gang boker Ciracas, Jakarta Timur dapat dilihat dengan
adanya kegiatan sosial seperti penyuluhan kesehatan serta kerja bakti seperti di
bawah ini.
Hubungan social antara PSP dengan masyarakat dapat dilihat dari ikut serta
sekitar. PSP tidak malu untuk gabung dan bersosialisasi dengan pihak PKBI
lain. Respon yang diberikan PKBI pun cukup baik dan terbuka, tidak adanya
diskriminasi kepada PSP yang ingin bergabung. Tim PKBI tidak segan
kegaiatan tersebut. Hal tersebut dilakukan agar PSP sadar dengan kesahatan
serta berharap suatu saat PSP tersebut dapat berhenti sebagai pekerja seks
PSP merasa antusias dengan adanya Tim PKBI untuk datang dan mengikuti
kegiatan penyuluhan kesehatan yang rutin dilakukan. PSP merasa
mereka jalani saat ini rentang sekali terjangkit virus HIV dan AIDS. Tetap
saja tidak semuanya merasa tertarik dan mengikuti kegiatan tersebut ada
sebagian PSP yang menolak hadir dengan alasan tidak ingin berkomunikasi
PSK memberikan dampak negative bagi sector sosial. Selain berakibat pada
diri PSP, masyarakat sekitar juga turut merasakan dampak. Dampak yang
ditimbulkan adalah PSP menurunnya nilai moral, susila, hukum dan agama.
Melihat kondisi ini, maka benar jika dikatakan PSP adalah perilaku menyimpang
yang menentang norma-norma di masyarakat. Hal itu sesuai dengan pendapat Dwi
1) Tindakan yang non-conform, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang berlaku dalam negara
Dari adanya PSK di sekitar kawasan gang boker Ciracas, Jakarta Timur
masyarakat yang berjualan dan membuka toko ataupun bahkan hargaparkir 5 kali
lipat dari harga parkir biasa. Warung di lingkungan sekitarnya, karena para
pedagang mampu menaikkan harga jualan mereka. Banyak PSP yang menyewa
kost di sekitar gang boker Ciracas, Jakarta Timur. membuat warga yang memiliki
rumah atau lahan juga diuntungkan digunakan sebagai sewaan kamar setiap kali
ada pelanggan masuk, penginapan maupun hotel di sekitar gang boker juga
menerima keuntungan dari PSP. Selain itu PSP juga diuntungkan dengan keadaan
ekonomi yang meningkat, sehingga kebutuhan keluarga PSP dapat terpenuhi. Jika
faktor peningkat pendapatan mereka, maka tidak sulit lagi untuk masyarakat justru
malah mendukung dan menerima praktek prostitusi. Masyarakat semakin
Tidak bisa dipungkiri dengan adanya kegiatan seks bebas yang terjadi gang
boker Ciracas, Jakarta Timur berdampak timbul penyakit kelamin menular yang
sering disebut HIV dan AIDS. Sering bergantigantinya pasangan penyebab utama
sector ekonomi, membuka peluang usaha. Pengaruh negative antara lain: sering
terjadinya konflik antara suami dan isteri karena banyak PSP yang menjajakan diri
satu sama lain, memperhatikan pergaulan anak, saling setia antara suami dan istri,
memaafkaan satu sama lain, memberikan kasih sayang antar anggota keluarga,
membatasi jam keluar rumah bagi anggota keluarga. Ditinjau dari hukum Islam
membantu dalam perzinahan hukumnya haram dan dosa besar. Apalagi pengaruh
negatif pada keharmonisan rumah tangga terhadap hubungan suami istri, dan
generasi penerus yang hendaknya diarahkan untuk menjadi pribadi yang siap
prostitusi yang tidak hanya orang dewasa saja melainkan anak–anak. Hal yang
karena kekhawatiran yang berlebih pada orangtua yang takut anaknya terpengaruhi
oleh lingkungannya tersebut. Selain itu mereka juga dihadapkan pada stigma
masyarakat tentang lokasi prostitusi itu sendiri. juga pada masa anak-anak
ekonomi.
internal dan faktor pendorong eksternal. Faktor pendorong internal berasal dari
individu seperti, rasa sakit hati, marah dan kecewa karena dikhianati pasangan.
Sedangkan faktor pendorong eksternal berasal dari luar individu yaitu tekanan
ekonomi dan ajakan teman yang sudah lebih dahulu menjadi pekerja seks
Saptari (dalam Suyanto, 2010) menyebutkan paling tidak, ada tiga faktor
yang menyebabkan seorang remaja yang menjadi korban eksploitasi tetap bertahan
sudah tidak perawan kecuali masuk kedalam peran yang diciptakan untuk mereka.
Al-Isra’ ayat 32 dan Qs. Al Furqan ayat 68 bahwa perbuatan apapun yang
haram. Sama halnya dengan larangan terhadap perbuatan pelacuran atau perzinaan,
berbagai macam jenis penyakit. Islam menentukan hukuman zina yang sangat
berat.
DAFTAR PUSTAKA
Hutabarat,dkk (2004)
Koentjoro (2004)
Kompas, 2010