Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi


manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang
berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2010). Sedangkan menurut
Wawan (2011), perilaku merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai
frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku adalah
kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan faktor yang mempengaruhi perilaku?
2. Apa ruang lingkup perilaku?
3. Apa itu perilaku sehat?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dan faktor yang mempengaruhi perilaku.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup perilaku.
3. Untuk mengetahui perilaku sehat.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau
genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat
diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang.

Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada
orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat
mendasar.

Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu
tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara
khusus ditujukan kepada orang lain.

Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan
diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan
keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang
memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali
dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif. Perilaku
manusia dipelajari dalam ilmu psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi dan
kedokteran.

2
Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku manusia menurut Sunaryo (2004) dalam
Hariyanti (2015) dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Faktor Genetik atau Faktor Endogen


Faktor genetik atau faktor keturunan merupakan konsep dasar atau modal
untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik
berasal dari dalam individu (endogen), antara lain:
a. Jenis Ras
Semua ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda
dengan yang lainnya, ketiga kelompok terbesar yaitu ras kulit putih
(Kaukasia), ras kulit hitam (Negroid) dan ras kulit kuning (Mongoloid).
b. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian
dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku berdasarkan
pertimbangan rasional. Sedangkan wanita berperilaku berdasarkan
emosional.
c. Sifat Fisik
Perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisiknya.
d. Sifat Kepribadian
Perilaku individu merupakan manifestasi dari kepribadian yang
dimilikinya sebagai pengaduan antara faktor genetik dan lingkungan.
Perilaku manusia tidak ada yang sama karena adanya perbedaan
kepribadian yang dimiliki individu.
e. Bakat Pembawaan
Bakat menurut Notoatmodjo (2003) dikutip dari William B. Micheel
(1960) adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu lebih sedikit
sekali bergantung pada latihan mengenai hal tersebut.

3
f. Intelegensi
Intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu, oleh karena
itu kita kenal ada individu yang intelegensi tinggi yaitu individu yang
dalam pengambilan keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah.
Sedangkan individu yang memiliki intelegensi rendah dalam pengambilan
keputusan akan bertindak lambat
2. Faktor Eksogen atau Faktor Dari Luar Individu
Faktor yang berasal dari luar individu antara lain:
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada disekitar
individu. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap individu karena
lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku. Menurut
Notoatmodjo (2003), perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dalam
interkasi manusia dengan lingkungan.
1) Usia
Menurut Sarwono (2000), usia adalah faktor terpenting juga
dalam menentukan sikap individu, sehingga dalam keadaan diatas
responden akan cenderung mempunyai perilaku yang positif
dibandingkan umur yang dibawahnya. Menurut Hurlock (2008)
masa dewasa dibagi menjadi 3 periode yaitu masa dewasa awal (18-
40 tahun), masa dewasa madya (41-60 tahun) dan masa dewasa
akhir (>61 tahun). Menurut Santrock (2003) dalam Apritasari
(2018), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik secara
fisik, transisi secara intelektual, serta transisi peran
sosial.Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncaak dari
perkembangan sosial masa dewasa.

4
2) Pendidikan
Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada
proses belajar dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku, yaitu
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti
dan tidak dapat menjadi dapat. Menurut Notoatmodjo (2003),
pendidikan mempengaruhi perilaku manusia, beliau juga
mengatakan bahwa apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh
pengetahuan, kesadaran, sikap positif maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng. Dengan demikian semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang maka semakin tepat dalam menentukan
perilaku serta semakin cepat pula untuk mencapai tujuan
meningkatkan derajat kesehatan.
3) Pekerjaan
Bekerja adalah salah satu jalan yang dapat digunakan manusia
dalam menemukan makna hidupnya. Dalam berkarya manusia
menemukan sesuatu serta mendapatkan penghargaan dan
pencapaian pemenuhan diri menurut Azwar (2003). Sedangkan
menurut Nursalam (2001) pekerjaan umumnya merupakan kegiatan
yang menyita waktu dan kadang cenderung menyebabkan
seseorang lupa akan kepentingan kesehatan diri.
4) Agama
Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk dalam
konstruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara
berpikir, bersikap, bereaksi dan berperilaku individu.
5) Sosial Ekonomi
Lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang
adalah lingkungan sosial, lingkungan sosial dapat menyangkut
sosial. Menurut Nasirotun (2013) status sosial ekonomi adalah

5
posisi dan kedudukan seseorang di masyarakat berhubungan
dengan pendidikan, jumlah pendapatan dan kekayaan serta fasilitas
yang dimiliki. Menurut Sukirno (2006) pendapatan merupakan
hasil yang diperoleh penduduk atas kerjanya dalam satu periode
tertentu, baik harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Pendapatan
merupakan dasar dari kemiskinan. Pendapatan setiap individu
diperoleh dari hasil kerjanya. Sehingga rendah tingginya
pendapatan digunakan sebagai pedoman kerja. Mereka yang
memiliki pekerjaan dengan gaji yang rendah cenderung tidak
maksimal dalam berproduksi. Sedangkan masyarakat yang
memiliki gaji tinggi memiliki motivasi khusus untuk bekerja dan
produktivitas kerja mereka lebih baik dan maksimal.
6) Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat atau
peradaban manusia, dimana hasil kebudayaan manusia akan
mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.

2.2 Ruang Lingkup Perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas. Menurut Benjamin Bloom (dalam Soekidjo Notoatmodjo, 2007), ranah perilaku
terbagi dalam 3 domain, yaitu Pengetahuan, Sikap dan Tindakan.

1. Pengetahuan (kognitif)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasa dan peraba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

6
Pengetahuan memiliki 6 (enam) tingkatan:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yag dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam mengingat kembali (recall) terhadap suatu
hal yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu ´tahu´ merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang itu tahu dilihat dari
kemampuan seseorang untuk menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan
dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
tentang objek yang diketahui dan dapat diinterpretasikan secara benar.
Orang yang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya.
c. Aplikasi (Apllication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.

7
e. Sintesis (Synthetis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat
menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori
atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini diartikan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria yang telah ada.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang:

1) Pendidikan
2) Pekerjaan
3) Umur
4) Minat
5) Pengalaman
6) Informasi
7) Sikap

2. Sikap (afektif)
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas tapi merupakan predisposisi tindakan
atau perilaku (Wahid dkk, 2007).

8
Sikap menentukan jenis tingkah laku dalam hubungannya dengan
rangsangan yang relevan, individu lain atau fenomena-fenomena. Dapat
dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal tapi tidak semua faktor
internal adalah sikap. Adapun ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai
berikut :
a. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan
perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan
pribadi terhadap objek atau stimulus.
b. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal references) merupakan
faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu
pada pertimbangan-pertimbangan individu.
c. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk
bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan
pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.
d. Sosial budaya (Culture) berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir
seseorang untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu (Notoatmodjo,
2007).

Fungsi (tugas) sikap dibagi empat golongan, yaitu :

a. Sebagai alat menyesuaikan diri


Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable yang artinya sesuatu
yang mudah menjalar, sehingga mudah menjadi milik bersama. Sikap bisa
menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan
anggota kelompok lain.
b. Sebagai alat pengatur tingkah laku
Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada orang dewasa. Pada
umumnya tidak diberi perangsang secara spontan, tetapi adanya proses
secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu.

9
c. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman
Manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar
sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua yang
berasal dari luar tidak semuanya dilayani olah manusia, tetapi manusia
memilih mana yang perlu dilayani dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi
semua pengalaman diberi nilai lalu dipilih.
d. Sebagai pernyataan kepribadian
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini disebabkan karena
sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena
itu, dengan melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa
mengetahui pribadi orang tersebut (Ahmadi, 1999).

Seperti halnya pengetahuan, sikap memiliki berbagai tingkatan yaitu :

a. Menerima (Receiving) diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan


stimulus yang diberikan.
b. Merespon (Responding) diartikan sebagai memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
adalah indikasi dari sikap karena dengan usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau
salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (Valuating) diartikan sebagai mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap
tingkat ini.
d. Bertanggung jawab (Responsible) adalah bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap
yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2007).

10
3. Tindakan (psikomotor)
Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan
sikap menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih
dahulu, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang
baik serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan
antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo,
2007). Adapun tingkatan dari tindakan adalah :
a. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktek yang pertama.
b. Respon Terpimpin (Guide Response)
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan
contoh-contoh adalah indikator tingkat kedua.
c. Mekanisme (Mechanisme)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapai
tingkat ketiga.
d. Adaptasi (Adaptation)
Tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu
sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut
(Notoatmodjo, 2007).

11
2.3 Perilaku Sehat
Dalam wikipedia disebutkan perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku
yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika,
kekuasaan, persuasi, dan atau genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke
dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku
menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak
ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial
manusia yang sangat mendasar.
Menurut Skinner sebagaimana dikutip oleh Soekidjo Notoatmojo (2010: 21)
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar
(stimulus). Perilaku dapat dikelompokkan menjadi dua:
1. Perilaku tertutup (covert behaviour), perilaku tertutup terjadi bila respons
terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati orang lain (dari luar)
secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,
perasaan, persepsi, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk
“unobservabel behavior´atau “covert behavior” apabila respons tersebut terjadi
dalam diri sendiri, dan sulit diamati dari luar (orang lain) yang disebut dengan
pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude).
2. Perilaku Terbuka (Overt behaviour), apabila respons tersebut dalam bentuk
tindakan yang dapat diamati dari luar (orang lain) yang disebut praktek
(practice) yang diamati orang lain dati luar atau “observabel behavior”.

Pengertian perilaku sehat menurut Soekidjo Notoatmojo (1997: 121) adalah


suatu respon seseorang/organisme terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit
dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Kesehatan
menurut UU Kesehatan No. 39 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut Notoatmodjo (2010),
Perilaku sehat merupakan perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau

12
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku (overt dan covert behavior) dalam
mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah
atau penyebab masalah kesehatan dan perilaku dalam mengupayakan
meningkatnya kesehatan. Contoh: makan dengan gizi seimbang, olahraga teratur,
tidak merokok dan minuman keras (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan menurut
Sunaryo (2004) Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit,
perawatan kebersihan diri, dan penjagaan kebugaran melalui olahraga dan
makanan bergizi. Menurut Becker konsep perilaku sehat merupakan
pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker
menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan
kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan(health attitude) dan
praktik kesehatan (health practice). Hal ini berguna untuk mengukur seberapa
besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis penelitian.
Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi :
a. Pengetahuan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang
diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti
pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor
yang terkait. dan atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas
pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
b. Sikap, sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap
terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor
yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas
pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.

13
c. Praktek kesehatan, praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua
kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti
tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap
faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, tindakan tentang
fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.

Perilaku kesehatan merupakan suatu repson seseorang (organisme) terhadap


stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Dalam konteks pelayanan
kesehatan, perilaku kesehatan dibagi menjadi dua: 1) Perilaku masyarakat yang
dilayani atau menerima pelayanan (consumer), Perilaku pemberi pelayanan atau
petugas kesehatan yang melayani (provider).

Dimensi Perilaku kesehatan dibagi menjadi dua (Soekidjo Notoatmojo, 2010: 24),
yaitu:

1. Healthy Behavior yaitu perilaku orang sehat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan. Disebut juga perilaku preventif (Tindakan atau upaya
untuk mencegah dari sakit dan masalah kesehatan yang lain: kecelakaan) dan
promotif (Tindakan atau kegiatan untuk memelihara dan meningkatkannya
kesehatannya).
a. Makan dengan gizi seimbang
b. Olah raga/kegiatan fisik secara teratur
c. Tidak mengkonsumsi makanan/minuman yang mengandung zat adiktif
d. Istirahat cukup
e. Rekreasi /mengendalikan stress.
2. Health Seeking Behavior yaitu perilaku orang sakit untuk memperoleh
kesembuhan dan pemulihan kesehatannya. Disebut juga perilaku kuratif dan
rehabilitative yang mencakup kegiatan:

14
a. Mengenali gejala penyakit
b. Memperoleh kesembuhan dan pemulihan yaitu dengan mengobati sendiri
atau mencari pelayanan (tradisional, profesional)
c. Patuh terhadap proses penyembuhan dan pemulihan (complientce) atau
kepatuhan.

Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang
dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang
berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku hidup sehat antara lain dipengaruhi oleh (Soekidjo
Notoatmojo, 2010: 25):

1. Faktor makanan dan minuman, terdiri dari kebiasaan makan pagi, pemilihan jenis
makanan, jumlah makanan dan minuman, kebersihan makanan.
2. Faktor perilaku terhadap kebersihan diri sendiri, terdiri dari mandi, membersihkan
mulut dan gigi, membersihkan tangan dan kaki, kebersihan pakaian.
3. Faktor perilaku terhadap kebersihan lingkungan, lingkungan terdiri dari
kebersihan kamar, kebersihan rumah, kebersihan lingkungan rumah, kebersihan
lingkungan sekolah.
4. Faktor perilaku terhadap sakit dan penyakit, terdiri dari pemelihraan kesehatan,
pencegahan terhadap penyakit, rencana pengobatan dan pemulihan kesehatan.
5. Faktor keseimbangan antara kegiatan istirahat dan olahraga, terdiri dari banyaknya
waktu istirahat, aktivitas di rumah dan olahraga teratur.

Klasifikasi perilaku sehat menurut Notoadmodjo (2007) yaitu :

1. Makan dengan menu seimbang.


Menu seimbang (approriate diet). Menu seimbang di sini dalam arti kualitas
(mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti
jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga

15
tidak lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat
sehat lima sempurna.
2. Olahraga teratur
Olahraga teratur juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti
frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua
aspek ini tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.
3. Tidak merokok
Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam
penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya Indonesia, seolah-olah
sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok.
4. Tidak minum-minuman alkohol
Kebiasaan minum alkohol cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk
Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minum-minuan
alkohol dan makin meningkat pula.
5. Istirahat yang cukup.
Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian
dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan
berlebihan, sehingga waktu istirahat berkurang. Hal ini juga dapat membahayakan
kesehatan. Istirahat cukup bukan saja berguna untuk memelihara kesehatan fisik,
tetapi juga untuk kesehatan mental. Istirahat yang cukup adalah kebutuhan dasar
manusia untuk mempertahankan kesehatan seseorang (Notoatmodjo, 2010).
6. Pengendalian atau manajemen stres
Stress akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi
kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti
diuraikan di atas. Kecenderungan stress akan meningkat pada setiap orang. Stres
tidak dapat dihindari oleh siapa saja, namun yang dapat dilakukan adalah
mengatasi, mengendalikan atau mengelola stress tersebut agar tidak
mengakibatkan gangguan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan

16
mental (Notoatmodjo,2010). Kita harus dapat mengendalikan atau mengelola
stress dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
7. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
Perilaku atau gaya hidup lain yang baik untuk kesehatan, yang intinya adalah
tindakan atau perilaku seseorang agar dapat terhindar dari berbagai macam
penyakit dan masalah kesehatan, termasuk perilaku untuk meningkatkan kesehatan
(Notoatmodjo,2010).

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau
genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat
diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Faktor yang mempengaruhi
perilaku yaitu faktor genetik atau faktor endogen dan faktor eksogen atau faktor dari
luar individu. Ruang lingkup perilaku terdapat 3 bagian yaitu pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif) dan tindakan (psikomotor).
Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku (overt dan covert behavior) dalam
mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah atau
penyebab masalah kesehatan dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya
kesehatan.

18
DAFTAR PUSTAKA
1. Eprints UNY (https://eprints.uny.ac.id/7507/2/BAB%202.pdf)
2. Eprints UMPO (http://eprints.umpo.ac.id/4441/2/BAB%202.pdf)
3. Repository Universitas Sumatera Utara
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/29986/Chapter%20II.
pdf?sequence=4&isAllowed=y)
4. dr. Suparyanto, M.Kes. “Perilaku Sehat”, 12 Maret 2014
https://bit.ly/2KjyCLO (di akses pada tanggal 06 Agustus 2019).

19

Anda mungkin juga menyukai