OLEH :
LAPORAN AKUNTAN
Menurut SA 700 (IAPI, 700) dan SA (IAPI, 705) yang berlaku untuk audit atas laporan
keuangan tahun 2013, opini auditor dibagi menjadi dua :
Dampak yang pervasif terhadap laporan keuangan adalah dampak yang menurut pertimbangan
auditor :
(i) Tidak terbatas pada unsur, akun, atau pos tertentu laporan keuangan
(ii) Jika dibatasi, merupakan suatu proporsi yang substansial dari laporan keuangan
(iii) Dalam hubungannya dengan pengungkapan, bersifat fundamental bagi pemahaman
pengguna laporan keuangan
Opini Modifikasi
a. Memperoleh bukti audit yang cukup tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian,
baik secara individual maupun secara agresi
b. Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini,
tetapi auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang
tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material, tetapi tidak
pervasif.
Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor, setelah memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat, menyompulakn bahwa kesalahan individual maupun agresi
adalah material dan pervasive terhadap laporan keuangan.
Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika auditor tidak memperoleh bukti audit
yang cukup yang cukup dan tepat yang mendasari opini, yang kemungkian kesalahan penyajian
tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada dapat bersifat material dan pervasive.
Jika auditor menyimpulkan bahwa penggunaan asumsi kelangsungan usaha sudah tepat
sesuai dengan kondisinya, tetapi terdapat suatu ketidakpastian material, maka auditor harus
menentukan apakah laporan keuangan :
a. Menjelaskan secara memadai peristiwa atau kondisi utama yang dapat menyebabkan
keraguan signifikan atau kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya dan rencana menajemen untuk menghadapi peristiwa atau kondisi tersebut
b. Mengungkap secara jelas bahwa terdapat ketidakpastian material yang terkait dengan
peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan
entitas untu mempertahankan kelangsungan usahanya dan, oleh karena itu, entitas
tersebut kemungkinan tidak mampu untuk merealisasikan asetnya dan melunasi
liabilitasnya dalam kegiatan bisnis normal.
Berikut ini beberapa contoh yang dapat menyebabkan keraguan signifikan tentang asumsi
kelangsungan usaha :
Berikut ini merupakan suatu ilustrasi paragraph penekanan ketika auditor meyakini bahwa
pengungkapan dalam laporan keuangan sudah memadai:
Tanpa menyatakan pengecualian atas pendapat kami, kami membawa perhatian saudara pada
catatan x atas laporan keuangan yang mengindikasi bahwa perusahaan mengalami rugi bersih
sebesar Rpxx untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 20X1 dan, pada tanggal
tersebut, liabilitas lancar perusahaan melampaui total asetnya Rpyy. Kondisi tersebut, bersama
dengan hal-hal lain sebagaimana dijelaskan dalam Catatan X, mengidentifikasi adanya suatu
ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan
Perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
Berikutini disajikan suatu ilustrasi tentang paragraph-paragraf yang relevan bila suatu opini wajar
dengan pengecualian dinyatakan:
Perjanjian pendanaan Perusahaan telah jatuh tempo dan jumlah yang terutang harus dilunasi pada
tanggal 19 Maret 20x1. Perusahaan masih belum mampu untuk menegosiasi kembali atau
memperoleh pendanaan pengganti. Situasi ini mengidentifikasi adanya suatu ketidakpastian
material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan Perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya, dan oleh karena itu, Perusahaan kemungkinan tidak
dapat merealisasikan asetnya dan melunasi liabilitasnya dalam kegiatan bisnis normal.
Menurut pendapat kami, kecuali untuk pengungkapan yang tidak lengkap atas informasi yang
dirujuk dalam paragraph Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian, Laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Perusahaan tanggal 31
Desember 20xo, serta kinerja keuangan dan arus kas terkait untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia.
Berikut ini disajikan suatu ilustrasi tentang paragraph-paragraf yang relevan bila suatu opoini tidak
wajar dinyatakan :
Perjanjian pendanaan Perusahaan sudah jatuh tempo dan jumlah yang terutang harus dilunasi pada
tanggal 31 Desember 20xo. Perusahaan masih belum mampu untuk menegosiasi kembali atau
memperoleh pendanaan pengganti, dan sedang mempertimbangkan untuk menyatakan pailit.
Menurut pendapat kami, karena tidak diungkapkannya informasi yang dirujuk dalam paragraph
Basis untuk opini Tidak Wajar, laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan
Perusahaan tanggal 31 Desember 20Xo, serta kinerja keuangan dan arus kas terkait untuk tahun
yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akntansi Keuangan di Indonesia.
Jika laporan keuangan telah disusun dengan menggunakan basis kelangsungan usaha tetapi,
menurut pertimbangan auditor, penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam laporan keuangan
olej manajemen tidak tepat, maka ketentuan dalam paragarf 21 berlaku bagi auditor unuk
menyatakan suatu opini tidak wajar, tanpa memperhatikan apakah laporan keuangan mencatumkan
atau tidak mencantumkan pengungkapan tentang ketidaktepatan penggunaan asumsi kelangsungan
usaha oleh manajemen.
Laporan Auditor Independen tentang Dampak Memburuknya Kondisi Ekonomi Indonesia
terhadap Kelangsungan Hidup Entitas
Komite Standar Profesional Akuntan Publik, di bulan maret 1998 telah mengeluarkan
Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) 30.01 yang berjudul “Laporan Auditor
Independen tentang Dampak Memburuknya Kondisi Ekonomi Indonesia terhadap Kelangsungan
Hidup Entitas” yang berlaku efektif untuk laporan audit yang diterbitkan setelah tanggal 2 maret
1998.
1. Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu kurang
dari satu tahun.
3. Auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi dan peristiwa yang akan
datang
4. Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan tunggal untuk
mengidentifikasi jika menunjukkan kesangsian besar mengenai entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
Brikut ini adalah contoh prosedur yang dapat mengidentifikasi kondisi atau peristiwa tersebut :
(c) Review terhadap kepatuhan tentang syarat-syarat utang dan dalam perjanjian penarikan
utang
(d) Pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komite, atau panitia
penting yang dibentuk
(e) Permintaan keterangan kepada penasehat hukum entitas tentang perkara pengadilan,
tuntutan, dan pendapatnya mengenai hasil suatu perkara pengadilan yang melibatkan entitas
tersebut.
(f) Konfirmasi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dan pihak ke-3
mengenai rincian perjanjian penyedian atau pemberi bantuan keuangan.
Jika informasi keuangan prospektif sangat signifikan bagi rencana manajemen, auditor harus
meminta kepada manajemen tentang informasi tersebut dan harus mempertimbangkan cukup
atau tidak dukungan terhadap asumsi signifikan yang melandasi informasi itu. Auditor harus
menaruh perhatian khusus atas asumsi yang :
6. Apabila auditor tidak menemukan kesangsian terhadap laporan yang ia audit, maka auditor
memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian.