Anda di halaman 1dari 11

HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS

(HIV)

Mesrian Manao,* Hervina, **

*Co-Assisten Universitas Batam


**SMF Poli Klinik Kulit dan Kelamin RSUD DR. RM. Djoelham Kota Binjai
ABSTRAK
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan retrovirus bersifat limfotropik khas
yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak sel
darah putih spesifik yang disebut limfosit T-helper atau limfosit pembawa faktor T4 (CD4).
Virus ini diklasifikasikan dalam famili Retroviridae, subfamili Lentiviridae, genus Lentivirus.
Selama infeksi berlangsung, sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan orang menjadi lebih
rentan terhadap infeksi. Indonesia merupakan negara urutan ke-5 paling berisiko HIV/AIDS
di asia. Laporan kasus baru HIV meningkat setiap tahunnya sejak pertama kali dilaporkan
(tahun 1987).
Terdapat dua uji yang khas digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV.
Pertama, tes ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) yang bereaksi terhadap antibodi
dalam serum. Apabila hasil ELISA positif, dikonfirmasi dengan tes kedua yang lebih
spesifik, yaitu Western blot. Bila hasilnya juga positif, dilakukan tes ulang karena uji ini
dapat memberikan hasil positif-palsu atau negatif-palsu. Bila hasilnya tetap positif, pasien
dikatakan seropositif HIV.
Kata kunci : Human Immunodeficiency virus, Retroviridae, ELISA

ABSTRACT
HIV (Human Immunodeficiency Virus) is a typical lymphotropic retrovirus that infects cells
from the immune system, destroys or damages specific white blood cells called T-helper
lymphocytes or T4 (CD4) factor-carrying lymphocytes. This virus is classified in the family
Retroviridae, subfamily Lentiviridae, genus Lentivirus. During an infection, the immune
system becomes weak and people become more vulnerable to infection. Indonesia is the 5th
most country at risk of HIV / AIDS in Asia. Reports of new cases of HIV have increased every
year since it was first reported (in 1987).
There are two typical tests used to detect antibodies to HIV. First, the ELISA (enzyme-linked
immunosorbent assay) test that reacts to antibodies in the serum. If the ELISA result is
positive, it is confirmed with a second, more specific test, the Western blot. If the result is
also positive, a retest is done because this test can give a false-positive or negative-negative
result. If the results remain positive, the patient is said to be HIV seropositive.
Keyword : Human Immunodeficiency virus, Retroviridae, ELISA
PENDAHULUAN ke seluruh daratan Afrika dan bagian lain
di seluruh dunia.1
HIV merupakan singkatan dari
Human Immunodeficiency Virus (HIV) Sejarah tentang HIV/AIDS dimulai
merupakan retrovirus yang menjangkiti ketika tahun 1979 di Amerika Serikat
sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia ditemukan seorang gay muda dengan
(terutama CD4 positif T-sel dan Pneumocystis Carinii dan dua orang gay
makrofag– komponen-komponen utama muda dengan Sarkoma Kaposi. Pada tahun
sistem kekebalan sel), dan menghancurkan 1981 ditemukan seorang gay muda dengan
atau mengganggu fungsinya. Saat ini tidak kerusakan sistem kekebalan tubuh, di
ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. Amerika Utara dan Inggris epideik
Epidemi HIV pertama sekali diidentifikasi pertama terjadi pada kelompok laki-laki
pada tahun 1983. Derajat kesakitan dan homoseksual, selanjutnya pada saat ini
kematian yang disebabkan oleh HIV dan epidemic terjadi juga pada pengguna obat
dampak global dari infeksi HIV terhadap dan pada populasi heteroseksual.1
sumber daya penyedia kesehatan dan Di Indonesia HIV pertama
ekonomi sudah meluas dan terus kali dilaporkan di bali pada bulan April
berkembang. HIV telah menginfeksi 50 – 1987, terjadi pada orang berkebangsaan
60 juta orang dan menyebabkan kematian Belanda. Sejak pertama kali ditemukan
pada orang dewasa dan anak – anak lebih sampai dengan tahun 2011, kasus
dari 22 juta orang. HIV/AIDS tersebar di 368 dari 498
Kabupaten/Kota di seluruh Provinsi
Virus HIV menginfeksi dan diIndonesia.
membunuh limfosit T-helper (CD4) yang
akan menyebabkan host kehilangan Definisi HIV (Human Immunodeficiency
imunitas seluler dan dapat menyebabkan Virus)
bermacam-macam manifestasi HIV (Human Immunodeficiency
mukokutaneus. Manifestasi kulit yang Virus) merupakan retrovirus bersifat
terjadi dapat merupakan tanda awal infeksi limfotropik khas yang menginfeksi sel-sel
HIV itu sendiri, sehingga mengenali tanda- dari sistem kekebalan tubuh,
tanda kelainan kulit yang terjadi pada menghancurkan atau merusak sel darah
penderita HIV dapat membantu putih spesifik yang disebut limfosit T-
penegakkan awal diagnosis HIV, serta helper atau limfosit pembawa faktor T4
membantu pemberian terapi antiretroviral (CD4). Virus ini diklasifikasikan dalam
sedini mungkin. famili Retroviridae, subfamili
Lentiviridae, genus Lentivirus.3
Sejarah Perkembangan HIV/AIDS di
Dunia dan Indonesia
Sejarah HIV/AIDS diawali saat ada Etiologi HIV (Human Immunodeficiency
sejenis simpanse sebagai sumber infeksi Virus)
HIV ke manusia di Afrika Selatan. Simian HIV disebut virus limfotrofik sel T
Immunodeviciency Virus (SIV) diyakini manusia tipe III (HTLV-III) atau virus
yang menularkan virus ke tubuh manusia. limfodenopati (LAV), adalah suatu
Virus ini bermutasi menjadi Human retrovirus manusia sitopatik dari famili
Immunodeviciency Virus (HIV) saat lentivirus. Retrovirus mengubah asam
pemburu hewan pemburu hewan ini untuk ribonukleatnya (RNA) menjadi asam
pangan. Pada keadaan ini diduga terjadi deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk
kontak dengan darah simpanse yang telah kedalam sel pejamu. HIV-1 dan HIV-2
terinfeksi virus immunodeficiency. adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1
Perlahan namun pasti, virus ini menyebar menjadi penyebab utama AIDS diseluruh
dunia.5
Epidemiologi HIV (Human suami/istri) yang tidak menggunakan
Immunodeficiency Virus) pelindung.
Diseluruh dunia, 35 juta orang 7) Tatto, tindik dengan alat terpapar
hidup dengan HIV dan 19 juta orang tidak HIV/AIDS ) sangat mungkin tertular
mengetahui status HIV positif mereka. HIV/AIDS.
Indonesia merupakan negara urutan ke-5
paling berisiko HIV/AIDS di asia. Laporan Patofisiologi HIV (Human
kasus baru HIV meningkat setiap tahunnya Immunodeficiency Virus)
sejak pertama kali dilaporkan (tahun Virus HIV masuk ke dalam tubuh
1987). Lonjakan peningkatan paling manusia melalui perantara darah, semen
banyak adalah pada tahun 2016 dan sekret vagina. Human
dibandingkan dengan tahun 2015, yaitu Immunodeficiency Virus tergolong
sebesar 10.315 kasus. Berdasarkan data retrovirus yang mempunyai materi genetik
dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan RNA yang mampu menginfeksi limfosit
Penanggulangan Penyakit (Ditjen P2P) CD4 (Cluster Differential Four), dengan
kasus HIV/AIDS pada bulan Oktober- melakukan perubahan sesuai dengan DNA
Desember 2017 Lebih banyak pada laki- inangnya. Virus HIV cenderung
laki sebanyak 62% dan pada perempuan menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel
38%.6 yang mempunyai antigen CD4 terutama
limfosit T4 yang memegang peranan
Faktor Risiko HIV (Human penting dalam mengatur dan
Immunodeficiency Virus) mempertahankan sistem kekebalan tubuh.
Faktor-faktor risiko yang diperkirakan Virus yang masuk kedalam limfosit T4
meningkatkan angka kejadian HIV/AIDS selanjutnya mengadakan replikasi
antara lain: 7 sehingga menjadi banyak dan akhirnya
1) lingkungan sosial ekonomi menghancurkan sel limfosit itu sendiri.3
khususnya kemiskinan, latar Pada awal infeksi, virus HIV tidak
belakang kebudayaan/etnis, keadaan segera menyebabkan kematian dari sel
demografi (banyaknya pelabuhan yang diinfeksinya, tetapi terlebih dahulu
yang disinggahi orang asing). mengalami replikasi sehingga ada
2) Kelompok masyarakat yang kesempatan untuk berkembang dalam
berpotensi punya risiko tinggi HIV tubuh penderita tersebut dan lambat laun
adalah status donor darah (penerima akan merusak limfosit T4 sampai pada
transfusi darah, pendonor darah jika jumlah tertentu. Masa ini disebut dengan
alat tidak steril) masa inkubasi. Pada masa inkubasi, virus
3) Bayi dari ibu yang dinyatakan HIV tidak dapat terdeteksi dengan
menderita AIDS (proses kehamilan, pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3
kelahiran dan pemberian ASI) bulan sejak tertular virus HIV yang dikenal
4) Pecandu narkotik (khususnya IDU, dengan masa “window period”. Setelah
tindik dengan alat yang terpapar beberapa bulan sampai beberapa tahun
HIV/AIDS). akan terlihat gejala klinis pada penderita
5) Mereka yang mempunyai banyak sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut.
pasangan seks pramuria (baik di Pada sebagian penderita memperlihatkan
diskotik atau bar, WPS, waria, panti gejala tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-
pijat, homo dan heteroseks) 6 minggu setelah terinfeksi. Gejala yang
6) Pola hubungan seks, status awal terjadi adalah demam, nyeri menelan,
berhubungan seks, orang yang pembengkakan kelenjar getah bening,
terpenjara, keluarga dengan ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi
penderita HIV/AIDS positif akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik
(pasangan penderita misal (tanpa gejala). Masa tanpa gejala ini
umumnya berlangsung selama 8-10 tahun, juga positif, dilakukan tes ulang karena uji
tetapi ada sekelompok kecil penderita yang ini dapat memberikan hasil positif-palsu
memliki perjalanan penyakit amat cepat atau negatif-palsu. Bila hasilnya tetap
hanya sekitar 2 tahun dan ada juga yang positif, pasien dikatakan seropositif HIV.
sangat lambat (non-progressor).5
Tabel 2: Interpretasi Tes pemeriksaan
Gejala dan stadium klinis HIV (Human ELISA
Immunodeficiency Virus)
Diagnosis infeksi HIV & AIDS
dapat ditegakkan berdasarkan klasifikasi
klinis WHO atau CDC. Di Indonesia
diagnosis AIDS untuk keperluan
surveilans epidemiologi dibuat apabila
menunjukkan tes HIV positif dan
sekurang-kurangnya didapatkan dua gejala
mayor dan satu gejala minor.8

Tabel 1 : Gejala mayor dan minor infeksi


HIV/AIDS.
Gejala Mayor Gejala Minor
Berat badan Batuk menetap > 1
menurun >10% bulan
dalam 1 bulan
Diare kronik Dermatitis
berlangsung > 1 generalisata
bulan
Demam Herpes zooster
berkepanjangan > multisegmental dan
1 bulan berulang
Jenis Kelainan Kulit pada Pasien
Penurunan Kandidiasis
kesadaran orofaringeal
HIV/AIDS
Demensia/HIV Herpes simpleks Kelainan kulit yang terjadi pada
ensefalopati kronis progresif pasien HIV/AIDS sangat banyak dengan
Limfadenopati spektrum yang sangat luas. Kelainan kulit
generalisata tersebut meliputi: 11
Infeksi jamur
a. Infeksi oportunistik
berulang pada alat
Infeksi oportunistik terjadi
kelamin wanita
Rinitis
akibat pertumbuhan berlebih flora normal
Cytomegalovirus Candida albicans, peningkatan kolonisasi
(Dermatofitosis), reaktifasi infeksi laten
virus (virus Herpes) atau perubahan infeksi
subklinis menjadi klinis. Infeksi
Diagnosis infeksi HIV (Human oportunistik menjadi lebih sering terjadi
Immunodeficiency Virus) pada penyakit HIV stadium lanjut yang
Terdapat dua uji yang khas tidak diobati. Infeksi oportunistik
digunakan untuk mendeteksi antibodi meliputi:5
terhadap HIV. Pertama, tes ELISA a. Bakteri
(enzyme-linked immunosorbent assay) Staphylococcus aureus
yang bereaksi terhadap antibodi dalam merupakan bakteri patogen yang
serum. Apabila hasil ELISA positif, paling sering menyebabkan infeksi
dikonfirmasi dengan tes kedua yang lebih kutaneus maupun sistemik pada
spesifik, yaitu Western blot. Bila hasilnya penyakit HIV. Insidensi stafilokokus
primer termasuk selulitis, impetigo, diagnosis tidak pasti perlu
folikulitis, furunkel, dan karbunkel.11 dikonfirmasi dengan biopsi.9
Selulitis sering terjadi pada
bagian tungkai, walaupun bisa
terdapat pada bagian tubuh lain.
Daerah yang terkena menjadi
eritema, terasa panas dan bengkak,
serta terdapat lepuhan-lepuhan pada
daerah nekrosis.9

Gambar 3: Oral Hairy Leukoplakia

c. Jamur
Secara umum, infeksi jamur
Gambar 1: Infeksi Stafilokokus pada penderita HIV/AIDS meliputi
pada Pasien HIV/AIDS infeksi superfisialis (dermatofitosis,
kandidiasis) dan sistemik
b. Virus (histoplasmosis dan kriptokokus). Di
Kebanyakan infeksi virus timbul Indonesia kasus tersering adalah
karena perubahan infeksi subklinis kandidiasis orofaring, histoplasmosis
menjadi klinis oleh Human dan kriptokokus.9
papillomavirus (HPV) dan
Molluscum contangiosum virus
(MCV). Penyebab sering lainnya
adalah reaktifasi virus pada masa
laten seperti Herpes simplex virus
(HSV), Ebsteinn-Barr virus (EBV)
dan Varicella zoster virus (VZV).11

b. Neoplasma Oportunistik
a. Sarkoma Karposi
Sarkoma Kaposi adalah
penyakit yang multisentrik
angioproliferatif dan merupakan
Gambar 2: Infeksi Virus pada Kulit tumor yang sering didapatkan pada
Pasien HIV/AIDS infeksi HIV (4). Kelainan ini
muncul pada pasien dengan kadar
Oral Hairy Leukoplakia (OHL) CD4+ < 800 sel/μl. Lesi biasanya
merupakan lesi spesifik pada berupa makula, papula, pustula,
penyakit HIV yang disebabkan oleh nodul, atau plak. Kelainan ini
virus Ebstein-Barr. OHL merupakan merupakan salah satu tanda khas
salah satu tanda untuk menilai infeksi HIV.
progresifitas penyakit. OHL
memberikan gambaran hiperplasia,
plak epitelial berwarna keputihan
pada bagian lateral lidah, biasanya
bilateral tetapi tidak simetris.
Diagnosis OHL dibuat berdasarkan
penemuan klinis, tetapi jika Gambar 8: Sarkoma Kaposi
b. Kanker Kulit Nonmelanoma kulit kepala, biasanya ditemukan
Kanker kulit nonmelanoma pembentukan skuama yang luas
didapati pada pasien HIV/AIDS dan gatal dengan dasar
stadium lanjut. Faktor risiko eritematosa. pada wajah
kelainan ini adalah kulit terang dan didapatkan eritema berskuama.
terpapar cahaya matahari yang Dermatitis seboroik yang hebat
ekstensif (>6 jam per hari selama terutama didapatkan pada pasien
10 tahun). 9 penderita AIDS. 13
c. Erupsi Obat (Adverse Drug
Reaction)
Reaksi obat sering
ditemukan pada pasien yang
mengkonsumsi obat sulfonamide.
Gambaran klinis berupa erupsi
makula papular yang menyebar Gambar 10: Dermatitis Seboroik
luas. Gambaran lain dapat berupa
urtikaria, eritema multiformis, dan b. Papular Pruritus Eruption
reaksi sistemik lainnya. Antibiotik (PPE)
seperti penisilin dapat PPE merupakan salah satu
menyebabkan reaksi yang lebih kelainan kulit yang khas pada
berat pada pasien HIV. Obat- obat pasien HIV/AIDS. Kelainan kulit
antiretrovirus merupakan ini didapati pada 85% pasien
penyebab tersering kelainan kulit HIV/AIDS. Lebih dari 80% kasus
akibat erupsi obat. Karena itu, didapati pada pasien yang
perlu dilakukan pemilihan memiliki kadar CD4+ kurang dari
kombinasi obat retrovirus 9,14. 100 sel/μl. Lesi pada kulit berupa
papul urtikaria berbatas tegas
yang gatal. Eritema menyebar
pada leher, ekstremitas, dan
wajah. Kadang, lesi didapati
berupa ekskoriasi dan
hiperpigmentasi akibat garukan.12

Gambar 9: Eritema Multiformis akibat


Erupsi Antiretrovirus

d. Dermatosis
a. Dermatitis Seboroik Gambar 11: Papular Pruritic
Dermatitis Seboroik Eruption akibat gigitan serangga
biasanya tampak pada bagian
tubuh berambut. Gambaran klinis c. Folikulitis Eosinofilik
berupa skuama eritematosa. Pada
Folikulitis Eosinofilik
merupakan kelainan kulit
pruritus kronis yang terjadi
pada pasien dengan penyakit
HIV lanjut. Secara klinis
tampak papula folikulitis kecil
berwarna merah muda sampai
merah, edematous (bisa berupa Gambar 13 Fotosensitif pada lengan,
pustula), simetris di atas garis wajah, dan leher (12).
nipple di dada, lengan
proksimal, kepala dan leher. Penatalaksanaan HIV (Human
Perubahan sekunder meliputi Immunodeficiency Virus)
ekskoriasi, papul ekskoriasi, Secara umum,penatalaksanaan
liken simpleks kronis, prurigo ODHA terdiri atas beberapa jenis yaitu: 3
nodularis juga infeksi a. pengobatan untuk menekan
S.aureus.9 replikasi virus dengan obat
d. Kelainan Pigmen antiretroviral (ARV)
Post inflammatory b. Pengobatan untuk mengatasi
hyperpigmentation dan berbagai penyakit infeksi dan
hypopigmentation (PIH) kanker yang menyertai infeksi
merupakan kelainan yang HIV/AIDS, seperti jamur,
sering didapatkan setelah tuberkulosis, hepatitis,
akibat kelainan kulit lain dan toksoplasma, sarkoma kaposi,
terapi antiretrovirus. limfoma,dan kanker serviks
Pengobatan dengan zidovudine c. Pengobatan suportif yaitu makanan
(AZT) menyebabkan yang mempunyai nilai gizi yang
hiperpigmentasi terutama pada lebih baik dan pengobatan
pasien kulit hitam. Perubahan pendukung yang lain seperti
warna kulit menyebabkan dukungan psikososial.
keluhan kosmetik terutama bila
terjadi pada wajah, leher, dan
ekstremitas atas. Jika kelainan
kulit berlangsung lama,
perubahan pigmen dapat
menetap dan progresif. 11
e. Fotosensitif
Fotosensitif pada pasien
HIV/AIDS lebih sering
disebabkan obat antiretrovus.
Gambaran klinis tampak pada
wajah, area “vee” leher, lengan
dan tungkai, dan bagian tubuh
lainnya yang sering terpapar
cahaya matahari 11
Terapi Antiretoviral Tersedia bermacam pengobatan
topikal ataupun sistemik untuk berbagai
Tabel 5: HAART (Highly Active macam tipe dermatofitosis. Sejalan
Antiretroviral Therapy) dengan penetrasi dermatofita ke dalam
folikel rambut, maka infeksi yang
Golongan Obat dan Nama Obat mengenai daerah berambut memerlukan
Mekanisme Kerja pengobatan oral.
Nucleoside Reverse Abacavir (ABC) Dosis pengobatan griseofulvin
Transcriptase Didanosin (ddl) berbeda-beda. Secara umum,
Inhibitor (NRTI) Lamivudine (3TC) gliseofulvin dalam bentuk fine particle
Menghambat reverse Stavudine (d4T) dapat diberikan dosis 0,5-1 g untuk
transcriptase HIV, Zidovudine (ZDZ orang dewasa dan 0,25-0,5 g untuk
sehingga atau AZT) anak-anak sehari atau 10-25 mg/kgBB.
pertumbuhan rantai Setelah sembuh klinis pengobatan
DNA dan replikasi dilanjuttkan hingga 2 minggu untuk
HIV terhenti mempercepat waktu penyembuhan.14
Nonnucleoside Nevirapin (NVP) b. Kandidosis
Reverse Efavirenz (EFV) Pengobatan infeksi kandida
Transcriptase bergantung pada spesies penyebab,
Inhibitir (NNRTI) sensitifitas terhadap obat anti jamur,
Menghambat lokasi infeksi, penyakit yang mendasari,
transkripsi RNA HIV dan status imun pasien.14
menjadi DNA 1) Upayakan untuk menghindari atau
Protease Inhibitor Indinavir (IDV) menghilangkan faktor pencetus dan
(PI) Ritonavir (RTV, r) presdiposisi.
Menghambat Lopinavir (LPV) 2) Pengobatan topikal untuk :
protease HIV, yang Nelvinavir (NFV)  Selaput lendir
mencegah Saquinavir (SQV) o Larutan ungu gentian 0,3-1 %
pematangan virus untuk selaput lendir, 1-2% untuk
HIV kulit, dioleskan sehari 2 kali
selama 3 hari
Paduan yang ditetapkan oleh pemerintah o Nistatin : berupa krim, suspensi
untuk lini pertama adalah: 13 (untuk kelainan kulit dan
mukotan)
o Untuk kandidosis vaginalis
2 NRTI + 1 NNRTI dapat diberikan kotrimazol
Tabel 6: Paduan Terapi Antiretroviral 500mg per vaginam dosis
tunggal, sistemik bila perlu
dapat diberikan ketokonazol
1x200mg dosis tunggal.
 Kelainan kulit
o Grup azol antara lain :
mikonazol 2% berupa
krim/bedak, klotrimazol 1%
berupa bedak, larutan, dan krim
Penatalaksanaan Kelainan Kulit Pada 3) Pengobatan sistemik
HIV/AIDS Pengobatan ini diberikan untuk
berbagai kelainan, antara lain kasus
a. Dermatofitosis refrakter, kandida diseminata dan
kandidosis mukokutan kronik.
Flukonazol adalah lini pertama untuk yang mengandung ter dan solusio
pasien non-neutropenik, dengan terbinafine 1%.
kandidemia atau kandidosis invasif  Untuk menghilangkan skuama
(dosis 100-400mg/hari). Pilihan lain tebal dan mengurangi jumlah
adalah itrakomazol dengan dosis harian sebum pada kulit dapat dilakukan
200mg/hari 14 dengan mencuci wajah berulang
c. Herpes zoster dengan sabun lunak, pertumbuhan
Prinsip dasar pengobatan herpes jamur dapat dikurangi dengan
zoster adalah menghilangkan nyeri krim imidazol dan turunannya,
secepat mungkin dengan cara bahan antimikotik di daerah
membatasi replikasi virus, sehingga lipatan bisa ada gejala.
mengurangi kerusakan saraf lebih  Skuama dapat diperlunak dengan
lanjut. krim yang mengandung asam
Tiga antiviruss yang disetujui oleh salisilat atau sulfur. Pengobatan
Food and Drug Administration (FDA) simtomatik dengan kortikosteroid
untuk herpes zoster, famsiklovis, topikal potensi sedang,
valasiklovir hidrokhlorida, dan imunosupresan topikal terutama
asiklovir. Dosis famsiklovir 3 x 500mg, untuk daerah wajah sebagai
valasiklovir 2 x 1000mh, dan asiklovir pengganti kortikosteroid topikal.
5 x 800 mg selama 7 hari pemberian 14  Metronidazol topikal,
d. Psoriasis siklopiroksolamin, talkasitol,
Obat yang paling sering digunakan benzoil peroksida dan salep litium
pada psoriasis eritrodermik/pustular suksinat 5%.13
adalah asitretin. Pada beberapa kasus
psoriasis pustular tertentu, penggunaan Pencegahan Penularan HIV (Human
kortikosteroid sistemik mungkin Immunodeficiency Virus)10
diperlukan. Pada psoriasis plak yang
a. tidak melakukan hubungan seksual
kronis, pemberian terapi dilakukan
(Abstinensia)
berdasarkan perluasan penyakit. Untuk
b. bagi yang belum menikah setia
psoriasis plak yang ringan (10% luas
dengan pasangan (Be Faithful) tetap
permukaan tubuh) dapat diberikan
yang diketahui tidak terinfeksi HIV
terapi lini pertama seperti pada psoriasis
c. menggunakan kondom secara
ringan sedangkan lini keduanya dapat
konsisten (Condom use).
berupa pengobatan sistemik misalnya
d. menghindari penyalahgunaan
metotreksat, asitretin, serta agen-agen
obat/zat adiktif (no Drug).
biologi seperti alefacept dan
meningkatkan kemampuan
adalimumab. Untuk plak psoriasis berat
pencegahan melalui edukasi
(>30% luas permukaan tubuh), terapi
termasuk mengobati IMS sedini
terutama menggunakan obat-obat
14 mungkin (Education)
sistemik.
e. melakukan pencegahan lain, antara
e. Dermatitis Seboroik
lain melalui sirkumsisi atau sunat.
Pengobatan tidak menyembuhkan
secara permanen sehingga terapi
Komplikasi HIV (Human
dilakukan berulang saat gejala timbul.
Immunodeficiency Virus)
Tatalaksana yang dilakukan antara lain :
Komplikasi HIV berupa risiko
 Sampo yang mengandung obat
infeksi oportunistik dan keganasan yang
anti malassezia, misalnya :
diakibatkan oleh penurunan CD4. Infeksi
selenium sulfida, zinc pirithione,
oportunistik yang dapat terjadi di
ketokonazol, berbagai sampo
antaranya adalah:5
 Tuberkulosis paru
 Tuberkulosis ekstra paru Human papillomavirus), dan kulit (Herpes
 Sarkoma kaposi simplex). 5
 Herpes rekuren Diagnosis dini dan kepatuhan
 Limfadenopati menjalani pengobatan dengan terapi
 Candidiasis orofaring antiretroviral (ARV) dapat mengurangi
 Wasting-syndrome tingkat transmisi dan penularan HIV,
terutama melalui paparan darah maupun
Prognosis HIV (Human hubungan seksual.16
Immunodeficiency Virus)
Penderita HIV yang tidak DAFTAR PUSTAKA
mendapatkan penanganan, memiliki 1. Paul M.Sharp & Beatrice (2011).
prognosis yang buruk, dengan tingkat Origins of HIV and the AIDS
mortalitas > 90%. Rata-rata jangka waktu Pandemic. Journal of Cold spring
sejak infeksi hingga kematian adalah 8-10 Harbour Perspectives in
tahun (tanpa intervensi ARV). Medicine.Doi,10.1101.1-3
KESIMPULAN 2. http://spiritia.or.id. Sejarah HIV di
Indonesia, diakses 14 Februari 2020
HIV (Human Immunodeficiency 3. Setiati, Siti.dkk, Buku Ajar Ilmu
Virus) merupakan retrovirus bersifat Penyakit Dalam Edisi keenam Jilid I,
limfotropik khas yang menginfeksi sel-sel Interna Publishing 2014 Hal 887-893
dari sistem kekebalan tubuh, 4. Riry Febrina Ersha. 2018. Human
menghancurkan atau merusak sel darah Immunodeficiency Virus-Acquired
putih spesifik yang disebut limfosit T- Immunodeiciency Syndrome dengan
helper atau limfosit pembawa faktor T4 Sarkoma Kaposi.Jurnal FK UNAND
(CD4). Virus ini diklasifikasikan dalam 7(3):131-134
famili Retroviridae, subfamili 5. Nurma Yuliyanasari. 2017. Global
Lentiviridae, genus Lentivirus. Selama Burden Desease-Human
infeksi berlangsung, sistem kekebalan Imunideficiency Virus-Acquired
tubuh menjadi lemah dan orang menjadi Imminodeficiency Syndrome (HIV-
lebih rentan terhadap infeksi. Tingkat HIV AIDS). Jurnal FK Muhammadiyah
dalam tubuh dan timbulnya berbagai Surabaya. Hal 2-6
infeksi tertentu merupakan indikator 6. Pusat Data dan Informasi Kementrian
bahwa infeksi HIV telah berkembang Kesehatan RI.2018. Situasi Umum
menjadi AIDS (Acquired HIV/AIDS dan Tes HIV. Jakarta:
Imunnodeficiency Syndrome) 3 Kementrian Kesehatan RI. Hal.1-2
Orang dengan penyakit HIV/AIDS 7. Nurhayati. 2018. Faktor Risiko
dapat mengalami infeksi oportunistik. Kejadian Infeksi HIV/AIDS di RSU
Infeksi oportunistik adalah infeksi akibat Anutapura Palu.Jurnal,Doi:1031934
adanya kesempatan untuk muncul pada 1(1). Hal 37
kondisi – kondisi tertentu yang 8. Gita & Agustyas. 2016. Pendekatan
memungkinkan, yang bisa disebabkan oleh diagnostik dan Penatalaksanaan pada
organisme non patogen. Infeksi ini dapat pasien HIV-AIDS secara umum.
menyerang otak (Toxoplasmosis, Jurnal Fk Unila, 6(1) Hal 3-5
Cryptococcal), paru – paru (Pneumocytis 9. Yunisa,dika.2015. Manifestasi Kulit
pneumonia, Tuberculosis), mata pada HIV/AIDS. Jurnal Fk Unila 2(4).
(Cytomegalovirus), mulut dan saluran Hal 2-5
napas (Candidiasis), usus 10. Maidina,rahmawati.2019.
(Cytomegalovirus, Mycobacterium avium Penanggulangan HIV/AIDS di
complex), alat kelamin (Herpes genitalis, Indonesia dalam Ancaman RKUHP.
Jakarta: Institute for Criminal Justice
Reform. Hal 23
11. Kirstin, Erin, Ryan P. 2015.
Cutaneous Manifestasion of Human
Immunodeficiency Virus: a Clinical
Update. HHS Public Access Journal,
doi:10.1007.hal 3-6
12. Afria, Dwi .2015. Studi Retrospektif:
Karakteristik Papular Pruritic
Eruption (PPH) pada pasien
HIV/AIDS. Jurnal FK Unair, BIKKK.
27(3). Hal 204-205
13. R.S. Siregar, Sp.KK (K), Atlas
Berwarna Saripati Penyakit Kulit
Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran
EGC 2014 Hal 76-97
14. Linuwih, Sri. 2015. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Edisi 7. Penerbit:
Badan FKUI, Jakarta
15. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis
infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
pada orang dewasa.2011.Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI Dirjen P2P.
Hal 15-16
16. Munfaridah,Diah 2016. Analisis
Kecenderungan Survival penderita
HIV (+) dengan terapi ARV
Menggunakan Life Table. Jurnal FKM
Unair 5(2) Hal 2-6

Anda mungkin juga menyukai