3 - Ekowaktu - Ekonomi Waktu PDF
3 - Ekowaktu - Ekonomi Waktu PDF
Penyeragaman waktu yang kian universal ini tepat sekali jika dipandang sebagai
warisan khas kapitalisme. Evans-Pritchard pernah menulis soal konsepsi waktu suku
Nuer yang diatur bukan seturut angka-angka jam yang kita kenal, tetapi aktivitas
menggembala sapi. Waktu makan siang orang Nuer bukan “jam 01.00 siang”, atau
“setelah empat kali bolak balik jam pasir”, melainkan saat semua sapi gembala sudah
berada di hamparan sabana. Evans-Pritchard juga mencatat bahasa suku Nuer bahkan
tidak punya istilah yang mengandung pengertian serupa dengan istilah „waktu‟ yang kita
kenal sekarang. Sebenarnya tidak perlu jauh-jauh ke suku Nuer di Sudan, ada contoh
menarik lagi dari orang Trunyan di Bali. Konon sampai tahun 1975, anak muda orang
Trunyan biasa membeli arloji rusak sebagai perhiasan. Sebabnya tidak lain karena
orang Trunyan sampai saat itu masih memakai konsepsi waktu yang berlainan dengan
saudara sebangsanya di Jakarta. Jika ditanya kapan waktu berangkat ke sawah, orang
Trunyan tidak melihat arloji rusak itu dan menjawab “pukul 05.00 pagi”, melainkan
“Kruyuk siap kadua”, istilah waktu lokal yang menunjuk kokok ayam jago kali kedua
lepas tengah malam. Jadi bisa dikatakan di komunitas-komunitas yang belum terpapar
kapitalisme, masyarakat memiliki kategori waktu khas yang berlainan sekali dengan
yang kita kenal sekarang.