Anda di halaman 1dari 10

 Tugas Individu (halaman 4)

Sebuah perusahaan melakukan produksi massal dengan alasan menghemat pengeluaran,


dan juga efesiensi waktu. Dengan adanya produksi massal pekerjaan yang tadinya
dilakukan tenaga kerja, kini dilakukan oleh mesin. Menurutmu apakah hal tersebut akan
mengganggu penyerapan tenaga kerja? Tuliskan pendapatmu mengenai kelebihan dan
kekurangan produksi massal!
Jawaban:

Kelebihan produksi masal:


- Hemat biaya produksi karena barang yang dibuat dalam jumlah besar.
- Efesiensi waktu atau hemat waktu.
- Tungkat keakuratan tinggi dan kecilnya risiko kesalahan manusia dalam memproduksi
barang.
- Tingkat produksi cepat.
- Banyak barang yang diproduksi dan semuanya adalah barang standar. Lalu akan
menghasilkan akurasi tinggi. Barang lalu menerima otomatisasi tingkat tertinggi.
- Selain itu kurangnya biaya tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga akurasi lebih tinggi
Kekurangan produksi massal:
- Kegiatan produksi sangat kaku.
- Tidak ada jaminan produk yang diproduksi akan laris di pasaran.
- Biaya yang dikeluarkan untuk membeli mesin-mesin sangat mahal, sehingga perlu
modal untuk membeli dan memelihara mesin tersebut
- Kurang beragamnya hasil produksi karena kesamaan adalah ciri produksi massal
- Sumber daya terbuang jika ada yang salah dengan desain produk.
Menurut pendapat saya dengan adanya produksi massal tentunya penyerapan tenaga kerja
akan terganggu karena pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh manusia akan banyak
digantikan oleh mesin. Akan tetapi seiring dengan berkembang nya jaman lapangan
pekerjaan pun juga berkembang sudah banyak lapangan pekerjaan yang dapat dilakukan
secara online contohnya berwirausaha secara online.
 Tugas Individu (halaman 12)
Perencanaan produksi merupakan bagian dari perencanaan operasional suatu perusahaan.
Kegiatan ini sebagai acuan dala1n proses produksi barang pada suatu periode tertentu
sesuai dengan yang diran1alkan/dijadwalkan melalui pengelolaan organisasi sumber daya.
Hasil perencanaan prodHksi berupa sebuah rencana produksi yang dapat digambarkan
dalam suatu bagan proses produksi.
Berdasarkan hal tersebut, cobalah untuk membuat perencanaan produksi dari satu jenis
produk industri yang berhubungan dengan otomotif, sehingga menjadi sebuah rencana
produksi yang akan 1nenjadi acuan dalam proses produksi !

Jawaban:
Model Rencana Produksi Kaca Otomotif Dengan Metode Klasifikasi Abc Untuk
Menurunkan Tingkat Persediaan
Industri otomotif merupakan industri skala besar baik dalam hal investasi maupun dalam
hal penerapan ilmu dan teknologi terkini. Salah satu yang dikenal dengan nama TPS atau
Toyota Production System dengan salah satu konsepnya Lean Manufacturing yang
filosofinya menghilangkan semua bentuk pemborosan di semua lini perakitan termasuk
persediaan dengan cara menghilangkan waktu dan material yang tak bermanfaat,
menyesuaikan diri dengan peraturan lingkungan, dan menjadi organisasi pembelajaran dan
tim (a learning and teaming organization) (Preiss et.al, 2001).

AMG masuk dalam sistem rantai pasok industri otomotif yaitu memproduksi kaca mobil
dengan menguasai pangsa pasar dalam negeri lebih dari 80%. AMG menerima data
peramalan jumlah mobil yang akan terjual dalam 6 bulan ke depan dari pabrikan otomotif
dan karoseri serta jumlah kebutuhan spare-part kaca dari dealer. Data peramalan tersebut
selanjutnya menjadi pemicu bagi AMG untuk menjalankan rencana produksi. Jenis
produksi di AMG adalah continues flow process dimana biaya set-up akan sangat besar.

Kaca otomotif memiliki ukuran yang sangat bervariasi mengikuti design mobilnya. Dalam
satu mobil terdapat sekitar 6 jenis ukuran kaca berbeda sehingga saat ini terdapat ratusan
ukuran kaca yang harus disediakan untuk melayani semua jenis kendaraan yang masih
diproduksi ataupun untuk spare-part. Volume permintaan untuk jenis kendaraan yang
sudah tidak diproduksi sangat kecil namun memiliki variasi ukuran kaca yang banyak dan
akurasi permintaan yang tidak baik. Volume produksi yang kecil dapat mengakibatkan
biaya produksi tinggi akibat kehilangan waktu saat set-up pergantian ukuran kaca dan akan
berpengaruh terhadap stabilitas kualitas. Untuk menurunkan biaya produksi, variasi ukuran
kaca tersebut perlu dikelompok-kelompokan kedalam beberapa ukuran kaca yang lebih
besar sehingga didapat minimum lembar kaca per sekali produksi yang dinamakan supply-
size. Saat ini terdapat sekitar 430 ukuran supply-size kaca yang merupakan hasil
pengelompokan dari sekitar 750 ukuran pesanan (ordersize).

Hasil pengelompokan tersebut selanjutnya masuk ketahap pembuatan rencana produksi


make-to-stock dengan kebijakan tingkat sediaan 1,3 bulan pada setiap akhir bulan berjalan.
Tingkat persediaan 1,3 bulan tersebut setara dengan 20 milyar rupiah yang dipandang
sebagai cash-flow perusahaan yang tertahan sehingga harus ditekan sekecil mungkin,
namun rendahnya persediaan tersebut tidak boleh menyebabkan barang kurang atau
sebaliknya yang diakibatkan oleh akurasi permintaan yang kurang baik. Oleh karena itu
dibutuhkan rencana produksi yang agil. Agility harus memiliki kecepatan respon baik fisik
maupun finansial terhadap kejadian yang tidak diharapkan termasuk perubahan
permintaan.

Kaca otomotif terdiri dari dua jenis yaitu Laminated untuk kaca depan dan Tempered untuk
kaca samping dan belakang. Rencana produksi untuk kedua jenis kaca tersebut selanjutnya
dikirim ke bagian Produksi untuk realisasi produk. Proses produksi kaca otomotif sangat
sensitif terhadap defect atau gangguan teknis lainnya yang menyebabkan tingkat
kesulitannya cukup tinggi, saat terjadi gangguan jadwal produksi bisa berubah menjadi
lebih cepat atau mundur dari rencana awal. Reliability sangat berhubungan dengan
kemampuan produksi menghasilkan produk yang bebas gangguan, dengan demikian
tingkat persediaan minimal harus 1 bulan kedepan, dengan asumsi Reliability process tidak
bisa dihilangkan sehingga bisa mengakibatkan jenis kaca tertentu diproduksi di akhir bulan
atau dengan kata lain jika Reliability tidak baik maka sudah dilakukan antisipasi ada ukuran
kaca tertentu yang baru bisa diproduksi pada saat akhir bulan.

Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk memodelkan faktor-faktor yang


berkontribusi terhadap akumulasi persediaan dan melakukan klasifikasi berdasarkan
nature-nya sehingga petugas perencana produksi dapat melakukan tindakan berbeda untuk
tiap jenis kelompok. Diharapkan dengan adanya model rencana produksi tersebut diperoleh
tingkat persediaan yang minimal dengan tidak mengkorbankan kritikalitas pengiriman ke
konsumen sehingga membantu perusahaan dalam hal memperpendek cashflow dan
meminimalkan waste, untuk masyarakat umum penelitian ini bisa bermanfaat dalam
memperkaya ilmu pengetahuan dan bisa menjadi bahan untuk pengembangan lebih lanjut.

METODOLOGI
Penelitian ini berdasarkan kondisi nyata pada perusahaan yang merupakan bagian dari mata
rantai pasok industri otomotif yang sangat kritikal terhadap resiko berhentinya lini
perakitaan konsumen. Konsep yang akan dicoba diterapkan dalam penelitian ini adalah
Klasifikasi ABC dimana setiap bagian yang berkontribusi terhadap persediaan barang akan
dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu A, B, dan C. Penelitian ini juga ditunjang oleh
pendapat para pakar terutama dari internal perusahaan yang biasa berkecimpung dalam
perencanaan produksi. Informasi dari kondisi nyata, konsepkonsep, dan pengetahuan pakar
tersebut selanjutnya menjadi bahan untuk menganalisa sistem dimana di dalamnya ada
analisa kebutuhan, formulasi masalah, dan identifikasi sistem/diagram inputoutput
(Gambar 1 dan 2).

Klasifikasi ABC bisa memberikan analisa kerangka kerja yang penting untuk
mengorganisir dan mengontrol persediaan, dengan adanya klasifikasi ini seorang manajer
dapat lebih fokus terhadap persediaan yang memiliki nilai uang yang tinggi karena akan
berpengaruh terhadap cost management (Stanford, 2007).

Gambar 1. Metodologi Penelitian

Gambar 2. Diagram Input-Output

Tahapan selanjutnya membuat rancang bangun model dimana dibuat sub model peramalan
permintaan dan perencanaan produksi dengan dibantu klasifikasi ABC dalam
pengelompokan data. Setelah model didapat dilakukan verifikasi dan validasi model
dengan cara mencoba aplikasikan terhadap aktual perencanaan produksi bulan Dec 2010
dan setelah dipastikan bisa diaplikasikan maka penelitian ini selesai. Diagram Input-Output
dibutuhkan untuk menjelaskan masukan-masukan ke dalam model dan keluaran dari
model, baik untuk yang terkendali/tidak terkendali atau yang diharapkan/tidak diharapkan
sehingga struktur penelitian bisa lebih jelas. Penelitian ini dibatasi hanya pada proses
pembuatan rencana produksi dengan faktor reliability process diasumsikan 1 bulan sebagai
cycle stock minimal.

ANALISA SISTEM
Industri otomotif menerapkan Lean Manufacturing yang salah satunya dikenal dengan
istilah just-in-time (JIT) dimana pabrikan otomotif tidak memiliki persediaan karena
pemasok diharuskan mengirimkan bahan baku yang tepat jumlah dan tepat waktu sehingga
keterlambatan pasokan dapat mengakibatkan lini perakitan konsumen berhenti sama sekali
yang bisa sangat mahal kompensasinya dan merusak reputasi pemasok.

Mengingat resiko barang kurang yang demikian besar maka sewajarnya perencana
produksi menginginkan tingkat persediaan yang tinggi sehingga menerapkan 1,3 bulan
persediaan pada posisi akhir bulan. Namun demikian tingginya persediaan tidak baik untuk
cashflow berusahaan karena merupakan aset yang tertunda. Sehingga perlu dicari cara
pembuatan rencana produksi yang dapat memenuhi keduanya yaitu tidak menyebabkan
barang kurang dan dengan jumlah yang sekecil mungkin. Konsep yang akan dicoba
diterapkan dalam penelitian ini adalah Klasifikasi ABC dimana setiap bagian yang
berkontribusi terhadap persediaan barang akan dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu A, B,
dan C.

Penelitian ini juga ditunjang oleh pendapat para pakar terutama dari internal perusahaan
yang terbiasa berkecimpung dalam perencanaan produksi. Masukan dari kondisi nyata,
konsep-konsep, dan pengetahuan pakar tersebut selanjutnya menjadi bahan untuk
menganalisa sistem dimana di dalamnya ada analisa kebutuhan, formulasi masalah, dan
identifikasi sistem/diagram input-output (Gambar 1 dan 2). Pengukuran resiko bisa
dilakukan dengan adanya klasifikasi tersebut, sehingga bisa ditentukan persediaan mana
yang bisa ditekan sekecil mungkin dan mana yang tetap dipertahankan pada tingkat tinggi.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat persediaan diidentifikasi sebagai berikut


:
1. Nilai uang persediaan,
2. Resiko barang kurang, dan
3. Akurasi peramalan.
Ketiga faktor tersebut yang akan dimodelkan dalam penelitian ini sehingga diperoleh
keluaran model perencanaan produksi.

Gambar 3. Continues System Persediaan


RANCANG BANGUN MODEL
Penelitian ini menggunakan data masa lalu periode Oktober-Nopember 2010 yang
diperoleh dari internal perusahaan. Dari data tersebut dipetakan distribusi ke dalam tiga
kelompok yaitu A, B, dan C.

Sub model Nilai Uang


Nilai uang diperoleh dari jumlah permintaan dikalikan dengan harga jual kaca tersebut.
Pada tabel 1 di bawah terlihat bahwa 80% dari nilai persediaan hanya diwakili oleh 70
ukuran kaca (A) senilai 26 Milyar, sementara 20% dari nilai persediaan adalah akumulasi
dari 354 ukuran kaca (B & C) senilai 6 Milyar.

Petugas perencana produksi hendaknya menetapkan tingkat persediaan untuk kategori A


sekecil mungkin karena akan sangat berpengaruh terhadap nilai uang persediaan yang
tertahan kebalikannya untuk kategori C memiliki keleluasaan untuk menaikan persediaan
karena nilai uangnya tidak begitu besar.

Tabel 1. Kategori Nilai Persediaan

Sub model Kritikalitas (Service Level)


Kritikalitas adalah seberapa besar resiko yang akan terjadi bila terjadi kekurangan pasokan
ke konsumen. Komposisi pada kategori kritikalitas berbeda dengan nilai uang di atas, pada
kategori ini terdapat 125 ukuran kaca yang tidak boleh terjadi kekurangan supply atau harus
100% (A), selanjutnya ada 95 ukuran kaca yang bilamana persediaan kurang akan
mengakibatkan pabrik perubahan jadwal produksi dan pengiriman bisa dijadwal ulang, dan
ada 204 ukuran kaca yang pengirimannya bisa jadwal ulang baik di pabrik sendiri maupun
di konsumen.

Kebalikan dengan kategori nilai uang di atas, untuk kategori A petugas perencana produksi
sebaiknya memiliki persediaan yang aman untuk menghindari berhentinya proses produksi
di konsumen.

Tabel 2. Kategori Kritikalitas


Sub model Peramalan
Peramalan adalah perkiraan kebutuhan dimasa depan yang dapat ditentukan secara
matematis melalui data historis atau melalui kualitatif informal atau melalui kedua teknik
tersebut. Peramalan sangat diperlukan untuk merencanakan yang akan datang, mengurangi
faktor ketidakpastian, antisipasi dan mengelola perubahan, meningkatkan komunikasi dan
integrasi, dan antisipasi persediaan, kapasitas, demand dan lead time.

Mengingat pentingnya peramalan maka akurasi peramalan perlu dicek, semakin buruk
performansi peramalan maka harus semakin tinggi tingkat keamanan persediaannya.
Akurasi peramalan dibagi ke dalam tiga kelas. Kelas A yang memiliki akurasi ± 5%, kelas
B diantara 5% s/d 15%, kelas C > 15%. Besaran angka tersebut merupakan inisiatif awal
saja untuk memisahkan data, selanjutnya bisa diperketat atau diperlonggar lagi sesuai
dengan kebijakan perencana produksi.

Akurasi terdapat dua jenis yaitu plus (+) dan minus (-), akurasi plus berarti pengiriman
selalu lebih besar dari peramalan, akurasi minus adalah sebaliknya. Kedua jenis akurasi
tersebut perlu dipisahkan karena sangat berbeda hasilnya. Data akurasi diperoleh dari
perbandingan antara peramalan permintaan dengan aktual permintaan selama 3 bulan
berturut-turut sbb:

Tabel 3. Kategori Akurasi Peramalan

Terlihat bahwa ada sejumlah 152 ukuran kaca yang memiliki penyimpangan ± 5% atau
kategori A, 41 ukuran kaca masuk kategori B, dan 231 ukuran kaca masuk kategori C.
Petugas perencana produksi harus memperhatikan ukuran kaca yang memiliki akurasi tidak
baik, semakin tinggi persediaan maka akan semakin aman dari fluktuasi peramalan.
Kebalikannya untuk akurasi yang baik (kelas A) maka persediaan bisa diturunkan
seminimal mungkin.

Menentukan Kombinasi 3 Faktor Utama


Ketiga sub model tersebut perlu diformulasikan untuk menghasilkan sebuah angka tunggal
mengenai status tiap ukuran kaca, caranya dengan dilakukan pembobotan untuk tiap sub
model. Bobot Akurasi Peramalan adalah 5 kali lebih penting karena ini merupakan sumber
utama dari kesalahan dalam perbuatan rencana produksi dan bisa mengakibatkan fenomena
Bullwip yaitu sebuah kondisi dimana persediaan di proses selanjutnya akan terus
membesar dibandingkan kebutuhan sesungguhnya atau kebalikannya malah terjadi
kekurangan barang,
Nilai Persediaan 3 kali lebih penting; seperti yang telah dijelaskan pada tujuan penelitian
ini, dan Kritikalitas 2 kali. Walaupun kritikalitas bobotnya ada di bawah akurasi namun
sudah diamankan oleh adanya cycle-stock 1,0 bulan. Artinya jika Reliability process tidak
baik sehingga ukuran kaca tertentu baru bisa diproduksi diakhir bulan maka perusahaan
sudah memiliki persediaan pengaman. Oleh karena kebijakan persediaan perusahaan
maksimal 1,3 bulan maka angka tersebut dijadikan batas maksimal, sementara batas
minimalnya adalah 1,0 bulan atau tanpa persediaan pengaman. Berikut data pembagian
target tingkat persediaan dan bobot untuk tiap sub model (faktor utama):

Tabel 4. Pembobotan Faktor Utama

Sehingga akan diperoleh nilai AAA, BBB, CCC, ABB, dst. Jika ada ukuran kaca statusnya
ABC+ artinya nilai uangnya tinggi (A), kritikalitas bisa dijadwal ulang (B), akurasi
peramalan selalu plus (+) 15% (C). Dengan model di atas pada akhirnya tingkat persediaan
dapat digambarkan dengan status berikut:

Tabel 5. Nilai tingkat persediaan dari status tiap ukuran kaca

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa tingkat persediaan dapat bervariasi sesuai dengan
faktor dominannya; tingkat persediaan paling rendah dimiliki adalah 1,07 (BAC+, BCB-),
dan lain-lain. Variasi tingkat persediaan tersebut lebih realistis daripada dianggap sama
untuk semua jenis ukuran kaca. Jika simulasi dijalankan terdapat penghematan uang
sebesar 2,6 Milyar Rupiah tiap bulannya.

Tabel 6. Hasil simulasi

Dengan demikian model di atas sudah diverifikasi dan divalidasi bisa diaplikasikan dan
hasilnya nyata yaitu turunnya nilai persediaan. Model yang dihasilkan tersebut juga bisa
ditelusuri latar belakangnya daripada cara penentuan rencana produksi sebelumnya yaitu
menyamakan semua tingkat persediaan sebesar 1,3 bulan untuk semua ukuran kaca.

KESIMPULAN
Perhitungan dengan melakukan pembobotan akan diperoleh nilai yang realistis dimana
sudah memperhitungkan semua resiko yang terlibat dan sesuai dengan kebutuhan saat itu.
Petugas perencana produksi pun dapat memutahirkan data tersebut berdasarkan kondisi
terbaru dan berdasarkan kecenderungan data. Dengan model perencanaan produksi di atas
perusahaan dapat menurunkan nilai persediaan sehingga cashflow yang lebih lancar.

Namun demikian metode klasifikasi dalam penelitian ini perlu diperbaiki lagi dengan
mencari pembobotan dan nilai klasifikasi kelas yang lebih ilmiah berdasarkan kajian ilmiah
dalam menentukan tingkat persediaan pengaman Selain hal tersebut kedepannya perlu
diperluas untuk tidak hanya pada 3 faktor utama saja melainkan pada faktor lain misalkan
biaya produksi yang timbul karena jumlah produksi yang tidak optimal, faktor reliability
process seperti disinggung pada bagian pendahuluan, faktor kemudahan utilisasi ke ukuran
kaca lain jika terjadi akurasi peramalan minus, dan faktor-faktor lainnya. Tentunya
kendalakendala tersebut harus memakai metode Multi Criteria Decision atau metode
lainnya.
 Tugas Individu (halaman 16)
Peramalan perencanaan produksi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode, seperti Delphi, penelitian pasar, intrinsik, · dan ekstrinsik. Masing-niasing
metode peramalan memiliki kelebihan dan kekurangan. Lakukan pencarian di internet
tentang· kelebihan dan kekurangan masing-masing metode peramalan tersebut kemudian
isikan pada kolom di bawah ini!

Metode Kelebihan Kekurangan


Delphi  Hasil berdasarkan dari para ahli.  Biaya yang besar untuk
 Anonimitas dan isolasi mengundang para ahli.
memungkinkan kebebasan yang  Hasil berdasarkan anggapan-
maksimal dari aspek-aspek anggapan (asumsi).
negative dari interaksi sosial.  Tidak semua hasil berjalan sesuai
 Opini yang diungkapkan para ahli prediksi.
luas, karena dari pendapat  Memakan waktu yang lama.
masing-masing ahli.
Penelitian pasar  Deskripsi populasi besar. Tidak  Standarisasi metodologi memaksa
ada metode lain memiliki peneliti merancang pertanyaan
kemampuan ini. umum sehingga menghapus
 Menjangkau lokasi terpencil keunikan tiap responden.
dengan menggunakan surat, email  Survei yang fleksibel
atau telepon. membutuhkan desain administrasi
 Pertanyaan standar membuat stabil sepanjang pengumpulan
pengukuran lebih tepat. data.
 Memiliki kemampuan tinggi  Peneliti harus memastikan bahwa
dalam mengeliminasi sejumlah besar sampel
subjektivitas peneliti. memberikan respon (bebas respon
bias)
Intrinsik  Peramalannya mudah.  Kurang memperhatikan
 Memerlukan biaya yang lebih permintaan pasar sehingga
murah. kegiatan produksi kadang kurang
memperhatikan hati konsumen.

Ekstrinsik  Karena ia mempertimbangkan  Biaya aplikasi nya mahal.


faktor eksternal maka permintaan  Frekuensi perbaikan hasil
di pasarpun akan sesuai dengan peramalannya rendah.
hati konsumen, produk yang
dihasilkan dengan menggunakan
peramalan metode ekstrinsik akan
sesuai dengan permintaan
konsumen di masa yang akan
datang.

Anda mungkin juga menyukai