PENDAHULUAN
1
1.2.2 Tujuan
1. Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan
yang cukup
2. Membuang air bekas dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian-
bagian penting lainnya
3. Mengatur jalan perpipaan di dalam gedung kantor sesuai perhitungan
2
BAB II
KRITERIA PERENCANAAN PLAMBING
Dalam artian yang lebih luas, selain peralatan – peralatan tersebut di atas, istilah
“peralatan plambing” seringkali digunakan untuk mencakup :
a) Peralatan pemadam kebakaran
b) Peralatan pengolah air kotor (tangki septik)
c) Peralatan untuk penyediaan gas
3
d) Peralatan dapur
e) Peralatan untuk mencuci (laundry)
f) Peralatan pengolah sampah
g) Berbagai instalasi pipa lainnya
4
3. Kloset difabel
Kloset yang diperuntukkan bagi orang yang mempunyai kebutuhan khusus,
dengan spesifikasi dan ukuran tertentu.
4. Kloset duduk dan jongkok
Kloset yang digunakan untuk keperluan umum sesuai kebiasaan dan standar
yangberlaku.
1. Kloset
Dibagi dalam beberapa golongan menurut kontruksinya, antara lain :
a. Type Wash-Out
5
Tipe ini adalah yang paling tua dari jenis kloset duduk. Tipe ini sekarang
dilarang di Indonesia karena kronstruksinya berdampak pada timbulnya bau yang
tidak sedap akibat penggelontoran yang tidak sempurna.
b. Type Wash-Down
Tipe ini lebih baik daripada wash-out, bau yang timbul akibat sisa kotoran
lebih sedikit jika dibandingkan dengan tipe wash-out.
c. Type Siphon
Tipe ini mempunyai kontruksi jalannya air buangan yang lebih rumit
dibandingkan dengan tipe wash-down, untuk sedikit menunda aliran air buangan
tersebut sehingga timbul efek siphon. Bau yang dihasilkan lebih berkurang lagi
pada tipe ini.
6
d. Type Siphon-jet
Tipe ini dibuat agar menimbulkan efek siphon yang lebih kuat, dengan
memancarkan air dalam sekat melallui suatu lubang kecil searah aliran air
buangan. Tipe siphon-jet ini menggunakan air penggelontor lebih banyak.
e. Type Blow-Out
Tipe ini sebenarnya dirancang untuk menggelontor air kotor dengan cepat, tapi
akibatnya membutuhkan air dengan tekanan sampai 1kg/cm.
2. Lavatory
Lavatory merupakan suatu tempat atau wadah yang digunakan untuk mencuci tangan
dan biasanya sering kita sebut sebagai wastafel. Pada umumnya bahan yang digunakan
adalah porselen dan dalam pemasangannya biasanya dilengkapi dengan faucet.
7
Dinding dan lantai yang berdekatan dengan urinal harus dari bahan yang tahan
karat
dan rapat air sekurang-kurangnya sepanjang 30 cm di depan bibir urinal, 30
cm dari
kedua tepinya dan 120 cm diatas lantai. Dinding depan urinal dengan tinggi
sekitar 20cm untuk menghindari percikan air;
4. Urinal yang dilarang
Urinal yang menyambung dan urinal dengan perapat tidak terlihat.
8
Bak cuci piring yang dilengkapi dengan penggerus sisa makanan harus
mempunyai
lubang berdiameter sekurang-kurangnya 90 mm.
9
Gambar 2.11 Bak cuci tangan majemuk
Sumber :SNI 8153:2015
10
a. Pipa logam
Pipa logam sangat kuat, tebal dan tahan terhadap panas. Namun jenis pipa ini
mempunyai kelemahan yaitu dapat berkarat sehingga air menjadi kotor dan bau.
Jenis pipa logam antara lain yaitu :
Pipa besi (cast iron)
Pipa besi biasa digunakan untuk menyalurkan air buangan. Pipa jenis ini
tahan terhadap korosi.
Pipa galvanis
Pipa galvanis umumnya digunakan sebagai penyalur air dingin atau bagian
dari suatu tower air yang menjadi penghubung dari mesin air ke tandon di
atas tower.
Pipa tembaga
Pipa tembaga umumnya digunakan sebagai penyalur air panas pada suatu
gedung. Pipa ini dipilih untuk menyalurkan air panas karena sifat
konduktornya yang sangat baik dan tahan terhadap korosi.
11
Gambar 2.13 Gambar pipa plastic (PVC)
12
dipasang untuk menyalurkan air bersih dalam suatu gedung untuk mendukung
kelangsungan aktivitasnya. Penyediaan air minum dengan kualitas yang tetap
baik merupakan prioritas yang utama. Adapun standar dari air minum (air bersih)
yang layak digunakan dari tiap negara memiliki standar baku yang berbeda-beda,
banyak negara telah menetapkan standar kualitas untuk tujuan ini. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan standar kulaitas air minum untuk negara-
negara yang sedang berkembang dan alat angkutan internasional (kapal dan
pesawat terbang). Untuk penyediaan air bersih untuk tiap gedung memiliki sistem
yang berlainan tergantung dari kondisi lahan (area) tempat dimana gedung
tersebut berdiri. Sistem penyediaan air bersih dapat berupa air dingin maupun air
panas. Dalam prosesnya untuk meyediakan air bersih diperlukan perencanaan,
pemasangan dan perawatan dari berbagai peralatan yang akan digunakan dengan
baik dan matang sehingga alat-alat yang digunakan untuk menyalurkan air bersih
itu tidak menimbulkan pencemaran.
3. Pencegah Pukulan Air
Bila aliran air dalam pipa dihentikan secara mendadak oleh katup, tekanan air
pada sisi atas (up stream) akan meningkat dengan tajam, dan menimbulkan
tekanan yang merambat dengan kecepatan tertentu dan kemudian dapat
dipantulkan kembali ketempat semula. Gejala ini menyebabkan kenaikan tekanan
yang tajam sehingga menyerupai suatu pukulan yang disebut “gejala pukulan air”
(water hammer). Tekanan yang timbul disebut tekanan pukulan air (water
hammer pressure). Pukulan ini menyebabkan berbagai kesulitan seperti kerusakan
pada peralatan plambing dan getaran pada sistem pipa
13
Pada sistem plambing pada bangunan gedung terdapat empat sistem penyediaan
air bersih, yaitu sistem sambungan langsung, sistem tangki atap, sistem tangki tekan, dan
sistem tanpa tangki.Menurut Morimura dan Noerbambang (1985), sistem penyediaan air
bersih yang saat ini banyak digunakan dapat dikelompokan menjadi :
a. Sistem Sambungan Langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa
utama penyediaan air bersih (misalnya pipa utama di bawah jalan dari Perusahaan
Air Minum). Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran
pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat diterapkan
untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah. Ukuran pipa cabang
biasanya diatur atau ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum.
b. Sistem Tangki Atap
Apabila sistem sambungan langsung karena berbagai alasan tidak dapat
diterapkan, sebagai gantinya banyak yang menggunakan sistem tangki atap. Dalam
sistem ini, air ditampung lebih dahulu di dalam tangki bawah (dipasang pada lantai
terendah bangunan atau dibawah muka tanah), kemudian dipompakan ke suatu
tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau lantai tertinggi bangunan. Dari
tangki ini air didistribusikan ke suluruh bangunan.
Sistem tangki atap ini diterapkan karena alasan-alasan berikut :
Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing
hampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan muka
air dalam tangi atap.
Sistem pompa yang menaikan air ke tangki atap bekerja secara otomatis
dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan
timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dmatikan oleh alat yang
mendeteksi muka dalam tangki atap.
Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan sistem lain,
misalnya tagki tekan.
14
c. Sistem Tanpa Tangki
Dalam sistem ini tidak menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki
tekan atau tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan
pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misalnya pipa utama Perusahaan Air
Minum). Sistem ini sebenarnya dilarang di Indonesia, baik oleh Perusahaan Air
Minum maupun pipa-pipa utama dalam pemukiman khusus (untuk umum).
15
Sedangkan kekurangan dari sistem tangki tekan antara lain :
a) Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm sangat besar dibandingkan dengan
sistem tangki atap yang hampir tidak ada fluktuasi tekanannya. Fluktuasi yang
besar ini dapat menimbulkan fluktuasi aliran air yang cukup berarti pada alat
plambing, dan pada alat pemanas gas dapat dihasilkan air dengan temperature
yang berubah.
b) Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap beberapa hari sekali
hars ditambahkan udara kempa dengan kompresor atau dengan menguras seluruh
air dalam tangki.
c) Sistem tangki tekandapat dianggap sebagai suatu sistem pengaturan otomatik
pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai sistem penyimpanan air seperti
tangki atap.
d) Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki tekan relative sedikit,
maka pmpa akan sering bekerja dan hal ini akan menyebabkan keausan pada
saklar lebih cepat.
16
fluktuasi debit yang relatife tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim
hujan.
Kecepatan aliran air yang terlampau tinggi akan dapat menambah kemungkinan
terjadinya pukulan air, dan menimbukan kebisingan serta terkadang juga menyebabkan
ausnya permukaan air di dalam pipa. Biasanya digunakan standar kecepatan sebesar 0,9-1,2
m/detik, dan batas maksimumnya berkisar antara 1,5-2,0 m/detik. Batas kecepatan 2,0
m/detik sebaiknya diterapkan di dalam penentuan pendahuluan ukuran pipa. Di lain pihak,
kecepatan yang terlampau rendah ternyata dapat menimbulkan efek yang kurang baik jika
ditinjau dari segi korosi, pengendapan kotoran ataupun kualitas air.
17
Metode ini didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari setiap penghuni
dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian, jumlah pemakaian air dalam
sehari dapat diperkirakan , walaupun jenis atau jumlah alat plambing belum
ditentukan. Metode ini praktis untuk melakukan tahan perencanaan atau
perancangan. Angka pemakaian air yang dapat diperoleh dari metode ini biasanya
digunakan untuk menetapkan volume tangki bawah, tangki atap, dan pompa.
Sedangkan ukuran pipa yang diperoleh dengan metode ini hanya pipa penyediaan
air (pipa dinas) dan bukan untuk menentukan ukuran pipa dalam seluruh jaringan.
Berikut adalah tabel pemakaian rata-rata air per orang per hari, yang dapat
membantu perencanaan dan perhitungan perencanaan sebuah gedung.
Tabel 2.2 Pemakaian air rata – rata per orang setiap hari
Jangka waktu
Pemakaian Perbandingan
Jenis pemakaian
No air rata – luas lantai Keterangan
Gedung air rata rata
rata sehari efektif / Total
( Jam )
Perumahan
1 250 8 - 10 42 - 45 Setiap penghuni
mewah
Rumah
2 160 - 250 8 – 10 50 - 53 Setiap penghuni
biasa
Mewah 250 liter
3 Apartement 200 - 250 8 - 10 45 - 50 Menengah 180 Liter
Bujangan 120 Liter
4 Asrama 120 8 Bujangan
( Setiap tempat tidur
Mewah >
Pasien )
1000
Pasien Luar : 8 Liter
Menengah
5 Rumah sakit 8 - 10 45 - 48 Staf / Pegawai : 120
500 – 1000
Liter
Umum >
Keluarga Pasien :
350 - 500
160 Liter
Sekolah
6 40 5 58 – 60 Guru : 100 Liter
dasar
7 SLTP 50 6 58 – 60 Guru : 100 Liter
SLTA dan Guru / dosen :100
8 80 6
Lebih Tinggi Liter
Runah – Penghuninya :160
9 100 – 200 8
toko Liter
No Jenis Pemakaian Jangka waktu Perbandingan Keterangan
Gedung air rata – pemakaian luas lantai
rata sehari air rata rata efektif / Total
18
( Jam )
Gedung
10 kantor 100 8 60 – 70 Setiap Pegawai
Toserba
Pemakaian air hanya
( toko serba
untuk kakus, belum
11 ada, 3 7 55 – 60
termasuk untuk
departement
bagian restorannya
store
Buruh pria Per orang, setiap
Pabrik / : 60 giliran (kalau kerja
12 8
Industri Wanita : lebih dari 8 jam
100 sehari )
Setiap penumpang
Stasiun /
13 3 15 (yang tiba maupun
terminal
berangkat )
Untuk Penghuni :
14 Restoran 30 5
160 Liter
Untuk Penghuni :
160 Liter
Pelayan : 100 Liter
Restoran
15 15 7 70 % dari jumlah
Umum
tamu perlu 15 Liter /
Org untuk kakus,
cuci tangan dsb
Kalau digunakan
siang dan malam,
Gedung
16 30 5 53 – 55 pemakaian air
Pertunjukan
dihitung per
penonton
Jam pemakaian air
Gedung dalam tabel adalah
17 10 3
Bioskop untuk satu kali
pertunjukan
Jangka waktu
Pemakaian Perbandingan
Jenis pemakaian
No air rata – luas lantai Keterangan
Gedung air rata rata
rata sehari efektif / Total
( Jam )
19
Pedagang besar : 30
Liter / tamu, 150
Toko
18 40 6 Liter/ Staf atau 5
pengecer
Liter per hari setiap
m luas lantai
Untuk setiap tamu,
Hotel / untuk staf 120 – 150
19 250 - 300 10
Penginapan Liter ; penginapan
200 Liter
Gedung Didasarkan jumlah
20 10 2
peribadatan jemaah per hari
Untuk setiap
21 Perpustakan 25 6 pembaca yang
tinggal
22 Bar 30 6 Setiap tamu
Sumber :(Noerbambang dan Morimura, 1991); Halaman : 48
Langkah perhitungan berdasarkan jumlah penghuni dapat dilakukan dengan cara sebagi
berikut :
Apabila jumlah penghuni tidak diketahui, maka :
Menentukan luas total bangunan
a) Menghitung luas gedung efektif (A efektif) = perbandingan luas efektif/total x
luas total bangunan ( perbandingan luas lantai efektif/total = lihat tabel 2.2/
halaman 48 Morimura)
b) Menghitung kepadatan hunian (1 orang menempati 5-10 m2)
Σpenghuni =A efektif / kepadatan hunian
c) Menghitung pemakain air rata-rata/hari (Q d) = hunian x pemakaian air rata-
rata/hari (pemakaian air rata-rata sehari lihat tabel 2.2 / halaman 48 Morimura).
Konversikan satuan liter/hari menjadi m³/hari.
d) Menghitung antisipasi kebocoran (diperkirakan tambahan pemakaian air = + 20
%) (m³/hari)
Qd total = Qd x 20%
e) Menghitung pemakaian air rata-rata efektif (Qh) (m³/jam)
Qh = Qd total / T
T = jangka waktu pemakaian air rata-rata sehari lihat tabel 2.2 / halaman 48
Morimura.
f) Menghitung pemakaian air puncak (m3/jam puncak : m³/menit puncak)
Qh max = C1 x Qh
Dengan C1 = konstanta jam puncak (1,5-2,0), bergantung pada lokasi, sifat
penggunaan gedung, dsb.
20
Qm max = C2 x Qh / 60
Dengan C2 = konstanta menit puncak (3-4), bergantunga pada lokasi, sifat
penggunaan gedung, dsb.
Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat
diketahui, misal untuk pembangunan gedung perkantoran, juga harus diketahui
jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut.
I II III IV V VI VII
Keterangan :
Kolom I = jenis alat plambing
Kolom II = jumlah alat plambing
Kolom III = pemakaian air untuk penggunaan satu kali (pemakaian air untuk
penggunaan satu kali = lihat tabel 2.4 / halaman 49 Morimura)
Kolom IV = penggunaan per jam (penggunaan per jam = lihat tabel 2.4 /
halaman 49 Morimura)
Kolom V = Qh (liter/jam)
Qh = jumlah alat plambing x pemakaian air untuk penggunaan satu kali x
penggunaan per jam
Kolom VI = faktor penggunaan serentak (faktor penggunaan serentak = lihat
tabel 2.3 / halaman 66 Morimura)
Kolom VII = Q efektif (liter/jam)
Q efektif = Qh x faktor penggunaan serentak
Q efektif total = Σ Q efektif (m³/jam)
Qh = Σ Q efektif x 60
Qh max = pemakaian air jam puncak (m³/jam)
Qh max = C1 x Qh
Dengan C1 = konstanta jam puncak (1,5-2,0), bergantung pada lokasi,
sifat penggunaan gedung, dsb.
Qm max = pemakaian air menit puncak (m³/menit)
Qm max = C2 x Qh / 60
Dengan C2 = konstanta menit puncak (3-4), bergantung pada lokasi,
sifat penggunaan gedung, dsb
21
katup gelontor satu 2 3 4 5 6 7 7 8 9 10
Alat plambing 1 100 75 55 48 45 42 40 39 38 35 33
biasa dua 3 5 6 7 10 13 16 19 25 33
Gambar 2.16 (a) Kurva Unit Alat Plambing sampai beban 3000
Sumber :(Noerbambang dan Morimura, 1991); Halaman : 67
22
Gambar 2.17 (b) Kurva Unit Alat Plambing sampai beban 250
Sumber :(Noerbambang dan Morimura, 1991); Halaman : 67
23
Gambar 2.18 Nomogran Hazen & William
Sumber :(Noerbambang dan Morimura, 1991); Halaman : 72
24
Tabel 2.4 Pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran airnya, dan ukuran pipa cabang
pipa air
25
3) Pipa sambungan ke katup gelontor untuk peturasan biasanya adalah 13 mm, tetapi
untuk mengurangi kerugian akibat gesekan dianjurkan memasang pipa ukuran 20 mm.
4) Karena pipa tembaga kurang cenderung berkerak dibandingkan dengan pipa baja,
maka ukurannya bisa lebih kecil. Pipa PVC bisa juga dipasang dengan ukuran yang
sama dengan pipa tembaga.
Keterangan :
a) Kolom I = jenis alat plambing
b) Kolom II = jumlah alat plambing
c) Kolom III = unit alat plambing (unit alat plambing = lihat tabel 2.5 / halaman
68 Morimura)
d) Kolom IV = jumlah unit alat plambing
Jumlah unit alat plambing = jumlah alat plambing x unit beban alat plambing
26
Dengan C2 = konstanta menit puncak (3-4), bergantung pada lokasi, sifat penggunaan
gedung, dsb.
27
Tabel 2.6 Kategori alat plambing air bersih
28
Sebagai akibat adanya gesekan air terhadap dinding pipa, maka timbul tekanan
terhadap aliran, yang biasanya disebut kerugian gesek. Kerugian gesek ini dinyatakan dengan
rumus Darcy-Weisbach sebagai berikut :
dimana :
h = Kerugian gesek pipa lurus (m)
ʎ = Koefesien gesekan
l = Panjang pipa lurus (m)
d = Diameter (m)
v = Kecepatan (m/detik)
g = Percepatan gravitasi (m/detik2)
Kerugian gesek untuk setiap satuan panjang pipa (h/l) disebut gradient hidrolik,
dinyatakan dengan “i”, dan jika laju aliran dinyatakan dengan “Q”, maka diperoleh hubungan
berikut ini yang dikenal dengan rumus Hazen-Williams :
Q = (1,67) (c) (d2,63) (i0,54)
dimana :
Q : Laju aliran air (m/detik3)
c : Koefisien kecepatan aliran
d : Diameter pipa (m)
i : Gradien hidrolik
29
Pada waktu air mengalir dalam pipa, akan timbul gesekan-gesekan antar air dengan
dinding pipa, hal ini mengakibatkan timbulnya kehilangan tekanan (head loss) pada waktu air
mengalir didalam pipa. Besarnya kehilangan tekan dalam pipa tergantung dari :
a) Kekasaran dinding pipa, makin kasar dinding pipa makin besar kehilangan
tekanannya
b) Panjang pipa, makin panjang pipa, makin besar kehilangan tekanaanya.
c) Kecepatan air dalam pipa, makin cepat air mengalir dalam pipa makin bcsar
kehilangan tekanannya.
d) Banyaknya perlengkapan (assesories) pipa, makin banyak perlengkapan pipa
makin besar kehilangan tekanannya.
Akibat dari adanya gesekan air terhadap dinding pipa maka timbul tekanan terhadap
aliran, yang biasanya disebut kerugian gesek. Kerugian gesek ini berdasarkan diagram-
diagram aliran untuk beberapa jenis pipa, seperti baja karbon, PVC, dan tembaga. Dalam
perencanaan plambing ini pipa yang digunakan adalah pipa PVC dengan CHW = 130. Pada
perencanaan ini, jenis pipa yang digunakan adalah pipa PVC keras. Pada laporan ini akan
menggunakan 2 metode yaitu,metode grafik dan metode perhitungan yang terdapat dari
Morimura halaman 80. Sistem air bersih berdasarkan rumus pada buku sofyan dan
mourimura, adalah seperti berikut:
Kecepatan ( m/s) ; Range 0,3 – 2,4 m/s
V : Kecepatan
V = Q Q : Debit alat plambing ( m3/s ) A A : Luas penampang ( m3) [0,25πd2]
30
2.2.9 Ground Resevoir
Bak penampung / reservoir atau lebih tepatnya Ground Reservoir berfungsi sebagai
penampung/penyimpan air, baik dari hasil olahan (jika menggunakan pengolahan) maupun
langsung dari sumber mata air. Selain itu, bak penampung berfungsi untuk mengatasi masalah
naik turunnya kebutuhan air dan merupakan bagian dari pengelolaan distribusi air di
masyarakat. Bak penampung juga dapat digunakan untuk pengambilan air langsung (seperti
hidran umum). Bak penampung juga dapat memperbaiki mutu air melalui proses
pengendapan. Bangunan bak penampung dapat berupa beton cor, pasangan bata, atau bak
plastik (fiber) yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi. Bak penampung harus kedap
air dan tidak mudah bocor.Perhitungan Ground Reservoir dapat dilakukan dalam dua cara,
yaitu perhitungan berdasarkan supplay air dari PDAM dan berdasarkan rumus.
a) Perhitungan berdasarkan supplay dari PDAM (metode analisis)
Diasumsikan bahwa besarnya supplay adalah 100%. Artinya bahwa air PDAM
yang digunakan di dalam gedung perpustakaan ini tidak memperoleh tambahan
sumber lain. Ini terjadi karena jaringan pipa PDAM dapat memenuhi dalam hal
kuantitas tetapi faktor head (sisa tekan) tidak terpenuhi, sehingga diperlukan
suatu ground reservoir sebagai penampung air yang nantinya akan dipompakan ke
roof tank (tangki atap).
b) Perhitungan berdasarkan rumus
VGR = Qd - (Qs x t)
Keterangan :
VGR = volume ground reservoir untuk kebutuhan per hari (m3)
Qd = jumlah kebutuhan air per hari (m3/hari)
Qs = kapasitas nilai pipa dinas (m3/jam)
t = lama pemakaian rata-rata per hari
31
Pada umumnya, kapasitas pompa pengisi diusahakan sebesar :
QPU = Qmmax
dan air yang diambil dari tangki atas melalui pipa pembagi utama
dianggap sebesar QP. Semakin dekat QPU dengan QP, maka semakin
kecil ukuran tangki atas. Dari rumus di atas dapat di lihat bahwa bila QPU
= QP, maka volume tangki adalah :
VR = QPU × TPU
Ini adalah kapasitas tangki minimum yang masing-masing cukup untuk melayani
kebutuhan puncak. Jadi ukuran tangki atas tidak boleh ditentukan sendiri tanpa
memperhatikan kapasitas pompa pengisian, demikian pula sebaliknya. Hal ini penting untuk
diperhatikan pada saat merancang suatu gedung.
32
c) Jika HF ≤ tekanan standart maka air dapat keluar karena tekanan kurang
memenuhi kebutuhan alat plambing
33
Cara menghitung pompa :
1. H statis
H statis = H muka ai ground + H 3 lantai + H menara + H muka air oof tank
2. H pompa
H pompa > Hs + Hf
Hf= H asumsi
3. Q pompa
QPOMPA =
Q
Pemakaianair
4. Tipe Pompa
Setelah diketahui H pompa dan Q pompa, maka dapat diketahui tipe pompa
5. Berdasarkan tabel diamete pipa diatas maka dapat diketahui diameter pompa
7. Head pompa
Head pompa = Tinggi gedung +Hf suction + Hf discharge
34
Gambar 2.19 Diagram pemilihan pompa standar
Sumber : (Buku Sularso Pompa & Kompresor hal. 52)
35
2. Air bekas : Air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti: bak
mandi (bath tub), bak cuci tangan, bak dapur, dan lain-lain.
3. Air hujan : Air hujan yang jatuh pada atap bangunan.
4. Air buangan khusus : Air buangan ini mengandung gas, racun atau bahan-bahan
berbahaya, seperti: yang berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium,
tempat pengobatan, rumah sakit, tempat pemotongan hewan, air buangan yang
bersifat radioaktif atau mengandung bahan radioaktif, dan air buangan yang
mengandung lemak.
36
b. Sistem bertekanan, yaitu air buangan dikumpulkan dalam bak penampung dan
kemudian dipompakan ke luar ke dalam riol umum.
4. Klasifikasi menurut letaknya
a. Sistem pembuangan gedung, yaitu sistem pembuangan yang terletak di dalam
gedung sampai jarak satu meter dari dinding paling luar gedung tersebut.
b. Sistem pembuangan diluar gedung sampai ke roil umum, yaitu sistem
pembuangan di luar gedung, di halaman, mulai satu meter dari dinding paling
luar gedung sampai ke roil umum.
2.3.4 Penentuan Nilai UBAP dan Ukuran Pipa pada Air Buangan
Nilai unit alat plambing untuk berbagai jenis alat plambing dapat dilihat pada Tabel
2.9. Apabila jenis alat plambing yang direncanakan sesuai dengan yang ada dalam tabel
tersebut, ukuran pipa pembuangan dapat ditentukan berdasarkan jumlah nilai unit alat
plambing yang dilayani pipa yang bersangkutan, sebagaimana dicantumkan dalam Tabel 2.9.
37
Tabel 2.11 Unit beban alat plambing untuk air buangan
38
2.3.5 Pengertian Vent
Pipa vent merupakan pipa instalasi untuk mengeluarkan udara yang terjebak di
dalam instalasi pipa air buangan. Tujuan pemasangan pipa vent adalah :
a) Menjaga sekat air dari efek siphon atau tekanan, sehingga dapat dipertahankan
mempunyai kedalaman 50 - 100 mm.
b) Menjaga aliran air yang lancar di dalam pipa pembuangan.
c) Memungkinkan adanya sirkulasi udara di dalam semua jaringan pipa
pembuangan
2.3.6 Tujuan Sistem Vent
Bersama-sama dengan alat plambing, pipa vent merupakan bagian penting dari suatu
sistem pembuangan. Tujuan pipa vent adalah :
a) Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan
b) Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan
c) Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan
2.3.7 Persyaratan Pipa Vent
1) Kemiringan Pipa Vent
Pipa vent harus dibuat dengan kemiringan cukup agar titik air yang terbentuk
atau air yang terbawa masuk kedalamnya dapat mengalir secara gravitasi kembali
ke pipa pembuangan
2) Cabang pada Pipa Vent
a) Dalam pembuatan cabang pipa vent harus diusahakan agar udara tidak akan
terhalang oleh masuknya air kotor atau air bekas manapun. Pipa vent cabang
mendatar pipa air buangan harus disambungkan kepada pipa cabang
mendatar tersebut pada bagian tertinggi dari penampung pipa cabang tersebut
secara vertikl, hanya dalam keadaan terpaksa boleh disambungkan dengan
sudut ≤45° terhadap vertikal.
b) Syarat ini untuk mencegah masuknya air buangan ke dalam pipa vent dalam
keadaan pipa air buangan, dimana pipa vent tersebut disambungkan.
Kebetulan sedang penuh dengan air buangan.
3) Letak Bagian Mendatar Pipa Vent
a) Dari tempat sambungan pipa vent dengan cabang mendatar pipa air buangan,
pipa vent harus dibuat tegak sampai sekurang-kurangnya 150mm diatas
muka air banjir. Alat plambing tertinggi yang dilayani vent tersebut, sebelum
dibelokkan mendatar atau disambungkan kepada cabang pipa vent.
b) Walaupun demikian cukup banyak ditemukan keadaan dimana terpaksa pipa
vent dipasang di bawah lantai, pipa vent semacam ini melayani cabang
mendatar air buangan dari tempat sambungannya dengan cabang mendatar
tersebut. Pipa vent hanya dibuat pendek dalam arah tegak kemudian langsung
dibelokkan mendatar masih di bawah lantai.
39
c) Pada dasarnya biasa terjadi penyumbatan pada cabang mendatar pipa air
buangan yang dilayani pipa vent semacam itu, maka air buangan akan masuk
ke dalam pipa vent sehingga pipa vent seakan-akan menjadi semacam pipa
pembuangan. Akibatnya kalau ada bagian padat dalam air buangan yang
masuk kedalam pipa vent tersebut mungkin akan tetinggal dan akhirnya
mengurangi penampang pipa vent atau bahkan dapat menyumbat sama
sekali.
4) Ujung Pipa Vent
Ujung pipa vent harus terbuka ke udara, tetapi harus dengan cara yang tidak
menimbulkan gangguan kesehatan. Berikut ini adalah persyaratan untuk
pembukaan ujung pipa tersebut
a) Ujung Terbuka
Pipa vent yang menembus atap ujung yang terbuka ke udara luar harus
berada sekurang-kurangnya 15cm diatas bidang atas tersebut
Kalau atap digunakan sebagai taman, tempat bermain, jemuran pakain
dansebagainya di daerah dimana pipa vent akan menembus ujung yang
terbuka ke udara luar harus berada sekurang-kurangnya 2m diatas bidang
atap tersebut. Ujung pipa vent tidak boleh digunakan sebagai tiang bendera,
antena TV, dan sebagainya.
b) Lokasi Ujung Pipa Vent
Seringkali ujung pipa vent terpaksa ditempatkan di dekat pintu masuk,
jendela, lubang masuk udara ventilasi ruangan, dan sebagainya. Dalam hal
ini perlu diperhatikan persyaratan berikut :
c) Ujung pipa vent tidak boleh berada langsung dibawah pintu, lubang ventilasi,
dan sebagainya. Dan juga tidak boleh berada dalam jarak 3m horizontal dari
padanya, kecuali kalai sekurang-kurangnya 60cm diatasnya.
d) Konstruksi bagian pipa vent menembus atas harus sedemikian hingga tidak
menggangu fungsinya.
e) Ujung pipa vent tidak boleh ditempatkan dibawah bagian atap yang menjorok
keluar karena gas-gas dari pipa pembuangan mungkin akan terkumpul dan
dapat menimbulkan gangguan.
f) Di lingkungan tertentu mumgkin perlu dipasang kawat saringan untuk
mecegah masuknya daun-daun kecil atau bersarng di dalamnya perlu
diperhatikan bahwa luas penampang bebas harus sama atau lebih besar dari
luas penampang pipa vent tersebut .
40
2. Ukuran pipa ven tegak dan pelepas offset, Minimal sama dengan pipa tegak air
buangan yang dilayaninya dan tidak boleh diperkecil sampai ujung pipa tertinggi.
3. Ukuran pipa ven untuk bak penampung
Minimal ukuran yang digunakan adalah 50 mm dalam keadaan apapun. Ukuran
pipa ven didasarkan pada nilai unit beban alat plumbing dari pipa air buangan
yang dilayani dan panjang pipa ven tersebut.Bagian pipa ven mendatar, tidak
temasuk pipa ven di bagian bawah lantai, tidak boleh dari 20% dari total
panjangnya.
41
Tabel 2.13 Ukuran pipa cabang horizontal vent dengan lup
Tabel 2.14 Ukuran pipa tegak vent untuk vent basah melayani kelompok kamar mandi
42
a = panjang pipa
b = kemiringan
pipa
d = diameter pipa
Gambar 2.20 jarak maksimum vent dari perangkap alat plambing
(Sumber : SNI 8153:2015)
Gambar 2.21 Roof Drain Gambar 2.22 Semi Circular Gutter Gambar2.23 Stack Drain
(Sumber : Google) (Sumber : Google) (Sumber : Google)
(1) Dicari luasan bidang atap, sebagai penerima pertama kali air hujan
Dengan : A = Luas (m2)
a = Lebar bidang atap (m)
b = Panjang bidang atap (m)
(2) Ditentukan kemiringannya, f = 2
(3) Ditentukan kemiringannya :
43
Talang Horizontal
Ada 2 macam talang horizontal, yaitu : Semi Circular Gutter dan Roof Drain. Di
bawah ini, tabel 8.1 untuk Semi Circular Gutter dan Tabel 8.2 untuk Roof Drain
(4) Terdapat kemungkinan sebuah talang vertikal menerima buangan dari dua bidang
proyeksi tersebut, maka harus dijumlah terlebih dahulu.
44
2 720
2,5 1300
3 2200
4 4600
5 8650
6 13500
8 29000
45
Hidran perlu ditempatkan pada jarak 35 meter antara satu dan lainnya, karena panjang
selang kebakaran dalam kotak hidran adalah 30 meter, ditambah 5 meter jarak semprotan air.
Hidran jenis ini, sesuai penggunannya di klasifiikasikan ke dalam 3 kelompok sebagai
berikut:
a. Hidran Kelas I
Ialah hidran yang dilengkapi dengan slang berdiameter 2 ½ inci, yang penggunannya
diperuntukan secara khusus bagi petugas pemadam atau orang yang terlatih.
b. Hidran Kelas II
Ialah hidran yang dilengkapi dengan slang berdiameter 1 ½ inci, yang penggunaanya
diperuntukan penghuni gedung atau petugas yang belum terlatih.
c. Hidran Kelas III
Ialah hidran yang dilengkapi dengan selang berdiameter gabungan antara Hidran kelas
I dan II diatas.
46
3. Sistem Hidran Kota
Sistem Hidran Kota adalah hidran yang terpasang ditepi/sepanjang jalan pada daerah
perkotaan yang dipersiapkan sebagai prasarana kota oleh Pemerintah Daerah setempat guna
menanggulangi bahaya kebakaran. Persediaan air untuk hidran jenis ini dipasok oleh
Perusahaan Air Minum setempat (PAM).
47
h. Pin Pengaman
Apar Spare part yang berfungsi sebagai pengaman tabung.
i. Bracket/Hanger
Apar Spare part yang berfungsi sebagai gantungan APAR.
48
Bangunan yang dirancang dan direncanakan merupakan bangunan kantor. Bangunan
ini memiliki bentuk “U”. Gedung kantor memiliki luas bangunan pada lantai 1-3 (9300m²).
Dengan luas lahan 80m x 50m dengan tinggi per-lantai 5 m.
Berikut ini adalah data jenis toilet dan jenis dapur disertai ukuran dan daftar alat plambing
yang ada dalam masing – masing lantai :
1. Toilet (terdapat pada setiap lantai dimana lantai 1-3 merupakan toilet umum)
2. Dapur (terdapat pada setiap lantai)
Tabel 3.1 Luas toilet & dapur serta alat plambing yang digunakan
49
1. Toilet Pria
1. Kloset (tangki 6 6 6 18
gelontor)
2. Lavatory 4 4 4 12
3. Urinal (tangki
8 8 8 24
gelontor)
6 6 6 18
4. Faucet
2. Toilet Wanita
1. Kloset (tangki 6 6 6 18
gelontor)
2. Lavatory 6 6 6 18
3. Faucet
6 6 6 18
3. Dapur
Kitchen sink 2 2 2 6
4. Floor Drain 16 16 16 48
BAB IV
PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH
50
Perhitungan kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan beberapa metode atau cara
yang biasa digunakan untuk menaksir laju aliran, antara lain :
Metode 1 (Jika data penghuni tidak lengkap)
Metode 2 (Berdasarkan jenis & jumlah alat plambing)
Metode 3 Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing (UAP)
Berdasarkan ketiga metode tersebut, akan dihitung jumlah kebutuhan air gedung
perencanaan, yang kemudian akan dipilih hasil perhitungan yang paling sesuai dengan
pertimbangan.
Antisipasi kebocoran, pancuran air, tambahan air untuk ketel pemanas gedung atau
mesin pendingin gedung, penyiraman tanaman, dsb. Digunakan perkiraan kurang
lebih 20%.
Qd total = Qd x 120%
= 79,7 m3 / hari x 1,2
= 95,64 m3 / hari
Qd total
Qh =
t
3
95,64 m
=
8 jam
= 11,95 m3 / jam
51
Pemakaian air jam puncak
Qh max = C1 x Qh
= 1,75 x 11,95 m3 / jam
= 20,91 m3 / jam
Interpolasi Sink
x-x1 y-y1
= x = 6
x2-x1 y2-y1
6-4 y-75
= x1 = 4 y1 = 75
8-4 55-75
y = 65 % x2 = 8 y2 = 55
Interpolasi Faucet
x-x1 y-y1
= x = 36
x2-x1 y2-y1
36-32 y-40
= x1 = 32 y1 = 40
40-32 39-40
y = 39,5 % x2 = 40 y2 = 39
c) Perhitungan Q pemakaian
Q Pemakaian Kloset tangki gelontor = 39.5% dari 2916 liter / jam
= 1151,82 liter / jam
Q Pemakaian Lavatory = 40,5% dari 1800 liter / jam
= 729 liter / jam
Q Pemakaian Urinal tangki gelontor = 48 % dari 1296 liter / jam
= 622 liter / jam
Q Pemakaian Sink 13 mm = 65% dari 542 liter / jam
= 351 liter / jam
Q Pemakaian Faucet = 39.5% dari 10368 liter / jam
= 4095,36 liter / jam
Total Q Pemakaian = 6949,18liter / jam
53
= 6,95m3/jam
54
= 26,64 m3 / jam
Pemakaian air jam puncak
Qh maks = c1 x Qh
= 1,75 x 26,64 m3 / jam
= 46,62m3 / jam
= 0,777m3 / menit
Pemakaian air menit puncak
26,64
Qm maks = c2 x
60
26,64
= 3,5 x
60
= 1,554 m3 / menit
Dari ketiga metode diatas, kami tidak menggunakan data debit (Q) dari ketiga metode
tersebut dalam perhitungan Ground Reservoar maupun Roof Tank. Adapun Q yang kami
gunakan dalam perhitungan Ground Reservoar dan Roof Tank kami menggunkan Q pipa
utama lantai 2 yang terdapat pada tabel penentuan diameter air bersih. Dikarenakan Q pada
metode 3 hasilnya lebih kecil dibanding dengan Q pipa utama lantai 2.
55
4.2 Penentuan Ukuran Pipa Air Bersih
Tabel 4.3 Penentuan diameter pipa air bersih pada lantai 1 dan lantai 2
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
N Alat Uk Nilai Daerah Jumlah Faktor VI Uk Q ∑Q Q V D V Ket
o Plambing Pipa Ekiv Nilai Interpolasi x Pipa (l/mnt) (m3/det) (m3/det) korek korek
Sistem 1
1 Lavatory 13 1 b11 - a11 1 100% 1 13 15 15 25 x 10-5 1.88 20 0.8
2 Lavatory 13 1 c11 - b11 1+1=2 100% 2 16 15 30 25 x 10-5 1.24 20 0.8
3 Lavatory 13 1 d11 - c11 2+1=3 87.5% 2.6 20 15 45 25 x 10-5 0.8 20 0.8
4 Faucet 13 1 e11 - d11 3+1=4 75% 3 20 12 57 20 x 10-5 0.64 20 0.64 20 mm
(3/4")
5 Kloset 13 1 f11 - e11 4+1=5 70% 3.5 20 15 72 25 x 10-5 0.8 20 0.8
pipa di
6 Faucet 13 1 g11 - f11 5+1=6 65% 3.9 20 12 84 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pasaran
7 Kloset 13 1 h11 - g11 6+1=7 60% 4.2 20 15 99 25 x 10-5 0.8 20 0.8
8 Faucet 13 1 i11 - h11 7+1=8 55% 4.4 25 12 111 20 x 10-5 0.4 20 0.64
9 Kloset 13 1 i - i11 8+1=9 53.25% 4.8 25 15 126 25 x 10-5 0.5 20 0.8
Sistem 2
10 Faucet 13 1 b21 - a21 1 100% 1 13 12 138 20 x 10-5 1.5 20 0.64
11 Kloset 13 1 c21 - b21 1+1=2 100% 2 16 15 153 25 x 10-5 1.24 20 0.8
12 Faucet 13 1 d21 - c21 2+1=3 87.5% 2.6 20 12 165 20 x 10-5 0.64 20 0.64 20 mm
(3/4")
13 Kloset 13 1 e21 - d21 3+1=4 75% 3 20 15 180 25 x 10-5 0.8 20 0.8
pipa di
14 Faucet 13 1 f21 - e21 4+1=5 70% 3.5 20 12 192 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pasaran
15 Kloset 13 1 i - f21 5+1=6 65% 3.9 20 15 207 25 x 10-5 0.5 20 0.8
16 Pipa S1 + S2 45.75% 6.9 25
penyedia 9 + 6 = 15
56
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
No Alat Uk Nilai Daerah Jumlah Faktor VI x Uk Q ∑Q Q V D V Ket
Plambing Pipa Ekiv Nilai Interpolasi VII Pipa (l/mnt) (m3/det) (m3/det) korek korek
Sistem 3
17 Lavatory 13 1 b31 - a31 1 100% 1 13 15 222 25 x 10-5 1.88 20 0.8
18 Lavatory 13 1 c31 - b31 1+1=2 100% 2 16 15 237 25 x 10-5 1.24 20 0.8
19 Urinal 13 1 d31 - c31 2+1=3 87.5% 2.6 20 6 243 1 x 10-4 0.32 20 0.32
20 Urinal 13 1 e31 - d31 3+1=4 75% 3 20 6 249 1 x 10-4 0.32 20 0.32
21 Urinal 13 1 f31 - e31 4+1=5 70% 3.5 20 6 255 1 x 10-4 0.32 20 0.32 20 mm
(3/4")
g31 – pipa di
22 Urinal 13 1 5+1=6 65% 3.9 20 6 261 1 x 10-4 0.32 20 0.32
f31 pasaran
23 Urinal 13 1 h31– g31 6+1=7 60% 4.2 20 6 267 1 x 10-4 0.32 20 0.32
-4
24 Urinal 13 1 i31 – h31 7+1=8 55% 4.4 25 6 273 1 x 10 0.2 20 0.32
25 Urinal 13 1 j31 – i31 8+1=9 53.25% 4.8 25 6 279 1 x 10-4 0.2 20 0.32
26 Urinal 13 1 iii – j31 9 + 1 = 10 51.50% 5.15 25 6 285 1 x 10-4 0.2 20 0.32
Sistem 4
27 Faucet 13 1 b41 - a41 1 100% 1 13 12 297 20 x 10-5 1.5 20 0.64
28 Kloset 13 1 c41 - b41 1+1=2 100% 2 16 15 312 25 x 10-5 1.24 20 0.8
29 Faucet 13 1 d41 - c41 2+1=3 87.5% 2.66 20 12 324 20 x 10-5 0.64 20 0.64 20 mm
(3/4")
30 Kloset 13 1 e41 - d41 3+1=4 75% 3 20 15 339 25 x 10-5 0.88 20 0.8 pipa di
31 Faucet 13 1 f41 - e41 4+1=5 70% 3.5 20 12 351 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pasaran
32 Kloset 13 1 g41 - f41 5+1=6 65% 3.9 20 15 366 25 x 10-5 0.8 20 0.8
h41 -
33 Faucet 13 1 6+1=7 60% 4.2 20 12 378 20 x 10-5 0.64 20 0.64
g41
57
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
N Alat Uk Nilai Daerah Jumlah Nilai Faktor VI x Uk Q ∑Q Q V D V Ket
o Plambing Pipa Ekiv Ekivalen Interpola VII Pipa (l/mnt) (m3/det)-5 (m3/det) korek korek
34 Kloset 13 1 i41 - h41 7+1=8 55% 4.4 25 15 393 25 x 10 0.5 20 0.8
35 Faucet 13 1 j41 - i41 8+1=9 53.25% 4.8 25 12 405 20 x 10-5 0.4 20 0.64 20 mm
(3/4")
36 Kloset 13 1 k41 - j41 9 + 1 = 10 51.50% 5.1 25 15 420 25 x 10-5 0.5 20 0.8
pipa di
37 Faucet 13 1 l41 - k41 10 + 1 = 11 49.75% 5.5 25 12 432 20 x 10-5 0.4 20 0.64 pasaran
38 Kloset 13 1 ii - l41 11 + 1 = 12 48% 5.8 25 15 447 25 x 10-5 0.5 20 0.8
Sistem 5
39 Lavatory 13 1 b51 - a51 1 100% 1 13 15 438 25 x 10-5 1.88 20 0.8 20 mm
40 Lavatory 13 1 c51 - b51 1+1=2 100% 2 16 15 453 25 x 10-5 1.24 20 0.8 (3/4")
pipa di
41 Lavatory 13 1 iii - c51 2+1=3 87.50% 2.6 20 15 468 25 x 10-5 0.8 20 0.8 pasaran
Pipa
penyedia 1 20 mm
Pipa
+ S3 + S4 + (3/4")
42 penyedia 39% 15.6 40
S5 pipa di
2
15 +10 +12 pasaran
+3 = 40
Sistem 6
43 Lavatory 13 1 b61 - a61 1 100% 1 13 15 483 25 x 10-5 1.88 20 0.8 20 mm
(3/4")
44 Lavatory 13 1 iv - b61 1+1=2 100% 2 16 15 498 25 x 10-5 1.24 20 0.8
pipa di
45 Pipa Pipa 38.20% 16 40 pasaran
penyedia penyedia 2
58
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
No Alat Uk Nilai Daerah Jumlah Faktor VI x Uk Q ∑Q Q V D V Ket
Plambing Pipa Ekiv Nilai Interpola VII Pipa (l/mnt) (m3/det) (m3/det) korek kore
Sistem 7
Sink
46 13 1 a71 - v 1 100% 1 13 15 535 25 x 10-5 1.88 20 0.8 20 mm
13mm
(3/4")
Sistem 8
pipa di
Sink pasaran
47 13 1 a81 - vi 1 100% 1 13 15 550 25 x 10-5 1.88 20 0.8
13mm
48 Pipa Pipa 38.60% 16.9 40 127
49 penyedia
Pipa penyedia
44 3 38.60% 16.9 40 550 mm
utama (5")
50 Pipa 88 33.80% 29.7 50 1100 pipa di
utama
59
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
No Alat Uk Nilai Daerah Jumlah Faktor VI x Uk Q ∑Q Q V D V Ket
Plambing Pipa Ekiv Nilai Interpola VII Pipa (l/mnt) (m3/det) (m3/ korek korek
Sistem 1
51 Lavatory 13 1 b12 - a12 1 100% 1 13 15 15 25 x 10-5 1.88 20 0.8
52 Lavatory 13 1 c12 - b12 1+1=2 100% 2 16 15 30 25 x 10-5 1.24 20 0.8
53 Lavatory 13 1 d12 - c12 2+1=3 87.5% 2.6 20 15 45 25 x 10-5 0.8 20 0.8
54 Faucet 13 1 e12 - d12 3+1=4 75% 3 20 12 57 20 x 10-5 0.64 20 0.64 20 mm
(3/4")
55 Kloset 13 1 f12 - e12 4+1=5 70% 3.5 20 15 72 25 x 10-5 0.8 20 0.8
pipa di
56 Faucet 13 1 g12 - f12 5+1=6 65% 3.9 20 12 84 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pasaran
57 Kloset 13 1 h12 - g12 6+1=7 60% 4.2 20 15 99 25 x 10-5 0.8 20 0.8
58 Faucet 13 1 i12 - h12 7+1=8 55% 4.4 25 12 111 20 x 10-5 0.4 20 0.64
59 Kloset 13 1 i - i12 8+1=9 53.25% 4.8 25 15 126 25 x 10-5 0.5 20 0.8
Sistem 2
60 Faucet 13 1 b22 - a22 1 100% 1 13 12 138 20 x 10-5 1.5 20 0.64
61 Kloset 13 1 c22 - b22 1+1=2 100% 2 16 15 153 25 x 10-5 1.24 20 0.8
62 Faucet 13 1 d22 - c22 2+1=3 87.5% 2.6 20 12 165 20 x 10-5 0.64 20 0.64 20 mm
(3/4")
63 Kloset 13 1 e22 - d22 3+1=4 75% 3 20 15 180 25 x 10-5 0.8 20 0.8
pipa di
64 Faucet 13 1 f22 - e22 4+1=5 70% 3.5 20 12 192 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pasaran
65 Kloset 13 1 i - f22 5+1=6 65% 3.9 20 15 207 25 x 10-5 0.5 20 0.8
66 Pipa S1 + S2 45.75% 6.9 25
penyedia 9 + 6 = 15
60
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
No Alat Uk Nilai Daerah Jumlah Faktor VI x Uk Q ∑Q Q V D V Ket
Plambing Pipa Ekiv Nilai Interpola VII Pipa (l/mnt) (m3/det) (m3/det) korek korek
Sistem 3
67 Lavatory 13 1 b32 - a32 1 100% 1 13 15 222 25 x 10-5 1.88 20 0.8
68 Lavatory 13 1 c32 - b32 1+1=2 100% 2 16 15 237 25 x 10-5 1.24 20 0.8
69 Urinal 13 1 d32 - c32 2+1=3 87.5% 2.6 20 6 243 1 x 10-4 0.32 20 0.32
70 Urinal 13 1 e32 - d32 3+1=4 75% 3 20 6 249 1 x 10-4 0.32 20 0.32
20 mm
71 Urinal 13 1 f32 - e32 4+1=5 70% 3.5 20 6 255 1 x 10-4 0.32 20 0.32 (3/4")
72 Urinal 13 1 g32 – f32 5+1=6 65% 3.9 20 6 261 1 x 10-4 0.32 20 0.32 pipa di
-4 pasaran
73 Urinal 13 1 h32– g32 6+1=7 60% 4.2 20 6 267 1 x 10 0.32 20 0.32
74 Urinal 13 1 i32 – h32 7+1=8 55% 4.4 25 6 273 1 x 10-4 0.2 20 0.32
-4
75 Urinal 13 1 j32 – i32 8+1=9 53.25% 4.8 25 6 279 1 x 10 0.2 20 0.32
-4
76 Urinal 13 1 iii – j32 9 + 1 = 10 51.50% 5.15 25 6 285 1 x 10 0.2 20 0.32
Sistem 4
77 Faucet 13 1 b42 - a42 1 100% 1 13 12 297 20 x 10-5 1.5 20 0.64
78 Kloset 13 1 c42 - b42 1+1=2 100% 2 16 15 312 25 x 10-5 1.24 20 0.8
20 mm
79 Faucet 13 1 d42 - c42 2+1=3 87.5% 2.66 20 12 324 20 x 10-5 0.64 20 0.64 (3/4")
80 Kloset 13 1 e42 - d42 3+1=4 75% 3 20 15 339 25 x 10-5 0.88 20 0.8 pipa di
81 Faucet 13 1 f42 - e42 4+1=5 70% 3.5 20 12 351 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pasaran
82 Kloset 13 1 g42 - f42 5+1=6 65% 3.9 20 15 366 25 x 10-5 0.8 20 0.8
-5
83 Faucet 13 1 h42 - g42 6+1=7 60% 4.2 20 12 378 20 x 10 0.64 20 0.64
61
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
N Alat Uk Nilai Daerah Jumlah Nilai Faktor VI x Uk Q ∑Q Q V D V Ket
o Plambing Pipa Ekiv Ekivalen Interpola VII Pipa (l/mnt) (m3/det)-5 (m3/det) korek korek
84 Kloset 13 1 i42 - h42 7+1=8 55% 4.4 25 15 393 25 x 10 0.5 20 0.8
85 Faucet 13 1 j42 - i42 8+1=9 53.25% 4.8 25 12 405 20 x 10-5 0.4 20 0.64 20 mm
86 Kloset 13 1 k42 - j42 9 + 1 = 10 51.50% 5.1 25 15 420 25 x 10-5 0.5 20 0.8 (3/4") pipa
87 Faucet 13 1 l42 - k42 10 + 1 = 11 49.75% 5.5 25 12 432 20 x 10-5 0.4 20 0.64 di pasaran
88 Kloset 13 1 ii - l42 11 + 1 = 12 48% 5.8 25 15 447 25 x 10-5 0.5 20 0.8
Sistem 5
89 Lavatory 13 1 b52 - a52 1 100% 1 13 15 438 25 x 10-5 1.88 20 0.8 20 mm
90 Lavatory 13 1 c52 - b52 1+1=2 100% 2 16 15 453 25 x 10-5 1.24 20 0.8 (3/4") pipa
91 Lavatory 13 1 iii - c52 2+1=3 87.50% 2.6 20 15 468 25 x 10-5 0.8 20 0.8 di pasaran
Pipa
penyedia 1
Pipa 20 mm
+ S3 + S4 +
92 penyedia 39% 15.6 40 (3/4") pipa
S5
2 di pasaran
15 +10 +12
+3 = 40
Sistem 6
93 Lavatory 13 1 b62 - a62 1 100% 1 13 15 483 25 x 10-5 1.88 20 0.8 20 mm
-5
94 Lavatory 13 1 iv - b62 1+1=2 100% 2 16 15 498 25 x 10 1.24 20 0.8 (3/4") pipa
95 Pipa Pipa 38.20% 16 40 di pasaran
penyedia penyedia 2
62
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
No Alat Uk Nilai Daerah Jumlah Faktor VI x Uk Q ∑Q Q V D V Ket
Plambing Pipa Ekiv Nilai Interpola VII Pipa (l/mnt) (m3/det) (m3/det) korek korek
Sistem 7
Sink 20
96 13 1 a72 - v 1 100% 1 13 15 535 25 x 10-5 1.88 20 0.8
13mm mm
Sistem 8 (3/4")
pipa
Sink di
97 13 1 a82 - vi 1 100% 1 13 15 550 25 x 10-5 1.88 20 0.8 pasar
13mm
an
Pipa
127
Pipa penyedia 3
mm
98 penyedia + S7 + S8 38.60% 16.9 40
(5")
4 42 +1 + 1 =
pipa
44
di
Pipa
pasar
99 utama 44 x 2 = 88 33.80% 29.7 50 1100
an
lantai 2
63
Tabel 4.4 Penentuan diameter pipa air bersih pada lantai 3
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
No Alat Uk Nilai Daerah Jumlah Faktor VI x Uk Q ∑Q Q V D V Ket
Plambing Pipa Ekiv Nilai Interpola VII Pipa (l/mnt) (m3/det) (m3/ korek korek
Sistem 1
1 Lavatory 13 1 b13 - a13 1 100% 1 13 15 15 25 x 10-5 1.88 20 0.8
2 Lavatory 13 1 c13 - b13 1+1=2 100% 2 16 15 30 25 x 10-5 1.24 20 0.8
3 Lavatory 13 1 d13 - c13 2+1=3 87.5% 2.6 20 15 45 25 x 10-5 0.8 20 0.8
4 Faucet 13 1 e13 - d13 3+1=4 75% 3 20 12 57 20 x 10-5 0.64 20 0.64 20 mm
(3/4")
5 Kloset 13 1 f13 - e13 4+1=5 70% 3.5 20 15 72 25 x 10-5 0.8 20 0.8
pipa di
6 Faucet 13 1 g13 - f13 5+1=6 65% 3.9 20 12 84 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pasaran
7 Kloset 13 1 h13 - g13 6+1=7 60% 4.2 20 15 99 25 x 10-5 0.8 20 0.8
8 Faucet 13 1 i13 - h13 7+1=8 55% 4.4 25 12 111 20 x 10-5 0.4 20 0.64
9 Kloset 13 1 i - i13 8+1=9 53.25% 4.8 25 15 126 25 x 10-5 0.5 20 0.8
Sistem 2
10 Faucet 13 1 b23 - a23 1 100% 1 13 12 138 20 x 10-5 1.5 20 0.64
11 Kloset 13 1 c23 - b23 1+1=2 100% 2 16 15 153 25 x 10-5 1.24 20 0.8
12 Faucet 13 1 d23 - c23 2+1=3 87.5% 2.6 20 12 165 20 x 10-5 0.64 20 0.64 20 mm
(3/4")
13 Kloset 13 1 e23 - d23 3+1=4 75% 3 20 15 180 25 x 10-5 0.8 20 0.8
pipa di
14 Faucet 13 1 f23 - e23 4+1=5 70% 3.5 20 12 192 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pasaran
15 Kloset 13 1 i - f23 5+1=6 65% 3.9 20 15 207 25 x 10-5 0.5 20 0.8
16 Pipa S1 + S2 45.75% 6.9 25
penyedia 9 + 6 = 15
64
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
No Alat Uk Nilai Daerah Jumlah Faktor VI x Uk Q ∑Q Q V D V Ket
Plambing Pipa Ekiv Nilai Interpola VII Pipa (l/mnt) (m3/det) (m3/det) korek korek
Sistem 3
17 Lavatory 13 1 b33 - a33 1 100% 1 13 15 222 25 x 10-5 1.88 20 0.8
18 Lavatory 13 1 c33 - b33 1+1=2 100% 2 16 15 237 25 x 10-5 1.24 20 0.8
19 Urinal 13 1 d33 - c33 2+1=3 87.5% 2.6 20 6 243 1 x 10-4 0.32 20 0.32
20 Urinal 13 1 e33 - d33 3+1=4 75% 3 20 6 249 1 x 10-4 0.32 20 0.32
20 mm
21 Urinal 13 1 f33 - e33 4+1=5 70% 3.5 20 6 255 1 x 10-4 0.32 20 0.32 (3/4")
22 Urinal 13 1 g33 – f33 5+1=6 65% 3.9 20 6 261 1 x 10-4 0.32 20 0.32 pipa di
-4 pasaran
23 Urinal 13 1 h33– g33 6+1=7 60% 4.2 20 6 267 1 x 10 0.32 20 0.32
24 Urinal 13 1 i33– h33 7+1=8 55% 4.4 25 6 273 1 x 10-4 0.2 20 0.32
-4
25 Urinal 13 1 j33 – i33 8+1=9 53.25% 4.8 25 6 279 1 x 10 0.2 20 0.32
-4
26 Urinal 13 1 iii – j33 9 + 1 = 10 51.50% 5.15 25 6 285 1 x 10 0.2 20 0.32
Sistem 4
27 Faucet 13 1 b43 - a43 1 100% 1 13 12 297 20 x 10-5 1.5 20 0.64
28 Kloset 13 1 c43 - b43 1+1=2 100% 2 16 15 312 25 x 10-5 1.24 20 0.8
20 mm
29 Faucet 13 1 d43 - c43 2+1=3 87.5% 2.66 20 12 324 20 x 10-5 0.64 20 0.64 (3/4")
30 Kloset 13 1 e43 - d43 3+1=4 75% 3 20 15 339 25 x 10-5 0.88 20 0.8 pipa di
31 Faucet 13 1 f43 - e43 4+1=5 70% 3.5 20 12 351 20 x 10-5 0.64 20 0.64 pasaran
32 Kloset 13 1 g43 - f43 5+1=6 65% 3.9 20 15 366 25 x 10-5 0.8 20 0.8
-5
33 Faucet 13 1 h43 - g43 6+1=7 60% 4.2 20 12 378 20 x 10 0.64 20 0.64
65
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
N Alat Uk Nilai Daerah Jumlah Nilai Faktor VI x Uk Q ∑Q Q V D V Ket
o Plambing Pipa Ekiv Ekivalen Interpola VII Pipa (l/mnt) (m3/det)-5 (m3/det) korek korek
34 Kloset 13 1 i43 - h43 7+1=8 55% 4.4 25 15 393 25 x 10 0.5 20 0.8
35 Faucet 13 1 j43 - i43 8+1=9 53.25% 4.8 25 12 405 20 x 10-5 0.4 20 0.64 20 mm
36 Kloset 13 1 k43 - j43 9 + 1 = 10 51.50% 5.1 25 15 420 25 x 10-5 0.5 20 0.8 (3/4") pipa
37 Faucet 13 1 l43 - k43 10 + 1 = 11 49.75% 5.5 25 12 432 20 x 10-5 0.4 20 0.64 di pasaran
38 Kloset 13 1 ii - l43 11 + 1 = 12 48% 5.8 25 15 447 25 x 10-5 0.5 20 0.8
Sistem 5
39 Lavatory 13 1 b53 - a53 1 100% 1 13 15 438 25 x 10-5 1.88 20 0.8 20 mm
40 Lavatory 13 1 c53 - b53 1+1=2 100% 2 16 15 453 25 x 10-5 1.24 20 0.8 (3/4") pipa
41 Lavatory 13 1 iii - c53 2+1=3 87.50% 2.6 20 15 468 25 x 10-5 0.8 20 0.8 di pasaran
Pipa
penyedia 1
Pipa 20 mm
+ S3 + S4 +
42 penyedia 39% 15.6 40 (3/4") pipa
S5
2 di pasaran
15 +10 +12
+3 = 40
Sistem 6
43 Lavatory 13 1 b63 - a63 1 100% 1 13 15 483 25 x 10-5 1.88 20 0.8 20 mm
-5
44 Lavatory 13 1 iv - b63 1+1=2 100% 2 16 15 498 25 x 10 1.24 20 0.8 (3/4") pipa
45 Pipa Pipa 38.20% 16 40 di pasaran
penyedia penyedia 2
66
I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
No Alat Uk Nilai Daerah Jumlah Faktor VI x Uk Q ∑Q Q V D V Ket
Plambing Pipa Ekiv Nilai Interpola VII Pipa (l/mnt) (m3/det) (m3/det) korek korek
Sistem 7
Sink
46 13 1 a73 - v 1 100% 1 13 15 535 25 x 10-5 1.88 20 0.8 20 mm
13mm
(3/4")
Sistem 8
pipa di
Sink pasaran
47 13 1 a83 - vi 1 100% 1 13 15 550 25 x 10-5 1.88 20 0.8
13mm
Pipa
Pipa penyedia 3
127
48 penyedia + S7 + S8 38.60% 16.9 40
mm
4 42 +1 + 1 =
(5")
44
pipa di
Pipa
pasaran
49 utama 44 38.60% 16.9 40 550
lantai 3
67
4.3 Perhitugan Dimensi Ground Reservoar (GR)
Waktu Pemakaian PDAM
a. Perencanaan
1. Pemakaian PDAM = 05.00 - 19.00 (14 jam/hari)
2. Pemakaian Pompa = 06.00 - 16.00 (10 jam/hari)
3. Distribusi Air= 08.00 - 16.00 (8 jam/hari)
b. Direncanakan
1. Tinggi Ground Reservoar = 2m
66 m 3
Q PDAM =
14 jam
= 4,71 m3/ jam
66 m 3
Q Pompa =
12 jam
= 5,5 m3/jam
V PDAM = 4,71 m3/jam x 1 jam
= 4,71 m3
V Pompa = 5,5 m3/jam x 1 jam
= 5,5 m3/jam
Diketahui :
Qh = 1100 liter /menit (Didapat dari tabel Q pipa utama lantai 2)
Qh = 66 m3 /jam
Qh max = 115,5 m3/ jam
Qd total
Qh =
T
Qd total = 66 m3 x 8
= 528 m3/ hari
2
Qs = x Qh
3
2
= x 66
3
= 44 m3/jam
Qf = 5% x Qd
Qd total
= 5% x
1,2
= 5% x 440
= 22 m3 / hari
68
Jawab :
GR = [(Qd total – (Qs x t) + Qf] T
= [(528 m3/hari – (44 m3/jam x 8 jam/hari) + 22 m3/hari] 1hari
= 528 m3/hari – 352 m3/hari + 22 m3/hari
= 198m3
Perencanaan
T Ground Reservoar =2m
P:L =2:1
P = 2L
69
Diketahui :
Q1 : debit pada pipa utama lantai 2 Q2 : debit lavatory
Q1 = 183 x 10-4 Q2 = 2,5.10-4 m3/det
D1 = 0,127 m D2 = 0,02 m
(D1)2,63 = 44 x 10-4 m (D2) 2,63
= 3,4 x 10-5m
L1 = (2+ 3+ 5+ 4+ L2 = (34,44+2,93
0.3+1) m +5,25+43,48+6,3+1,95)
= 15 m = 94,35 m
C pipa pvc = 130
Rumus Hf mayor
1,85
Q
Hf = xL
0,2785 x C x D2,63
-4 3 1,85
2,5 x 10 m /det
Hf2 = ( ) x 94,35
0,2785 x 130 x 3,4 x 10 -5 m
Hf2 = (0,2)1,85 x 94,35 m
= 4,71 m
Rumus Hf minor
2
v
Hf = k
2g
Pipa belokan 900 (127mm) dari tandon ke shaff
70
(1,44 m/det)2
Hf = 5,1 x
2 x 9,81 m/det 2
Hf1 = 0,54 m
Karena jumlah pipa belokan 900 (127mm) dari tandon ke shaff , ada 3 maka :
Hf1 = 3 (0,54) m
Hf1 = 1,62 m
Karena jumlah pipa Tee aliran cabang (20 mm) dari pipa penyedia ke alat
plambing terkritis (lavatory), ada 13 maka :
Hf3 = 13 (0,04) m
Hf3 = 0,52 m
Pipa belokan 900 (20mm) dari pipa penyedia ke alat plambing terkritis
(lavatory) :
(0.8 m/det)2
Hf4 = 0,75 x
2 x 9,81 m/det 2
Hf4 = 0,024 m
Pipa belokan 900 (20mm) dari pipa penyedia ke alat plambing terkritis
(lavatory), ada 6 maka :
Hf4 = 6 (0,024) m
Hf4 = 0,14 m
71
(5 + 1,5) m = 6,5 m
Htangki atap = HF + Pmin + Hs (Head statik)
Htangki atap = 7,41m + 3 m + 6,5 m
Htangki atap = 16,91 m
Asumsi V = 1
D =
√ 4Q
πV
=
√ 4 . 2,76 x 10-3
3,14 x 1
= √ 3,51 x 10-3
= √ 35,1 x 10-4
= 5,92 x 10−2 m
= 59 mm
≈ 50,8 mm = 2 inch
Dengan menyesuaikan pipa yang terpasang, msks diameter nominal (DN) pipa yang
digunakan dengan inside diameter (ID) = 40,9 mm = 0,0409 m (Standard Pipe Schedule
40 ASTM A53). Maka kecepatan aliran dalam pipa sebenarnya adalah :
4Q
V= 2
πD
-3
2,76 x 10
¿
3,14.(0,0409) 2
0,01104
¿
0,00525
¿ 2,1 m/s
72
Suction Pipe
Tabel 4.5 Perhitungan head loss pipa hisap (Suction Pipe)
Panjang Hf
Hf
No Head Loss (m) / Rumus f (Koefisien Gesek) Total
(m)
Jumlah (pcs) (m)
Pipa Hisap (Suction Pipe)
f =0,19
V 2 (dari ASHRAE
1 Gate Valve 1 pcs H f =f . 0,08 0,08
2. g Handbook (2001,
p.35.1)
f =2,04
Katup hisap
V
2
(dari buku Sularso
2 dengan 1 pcs H f =f . 0,45 0,45
2. g Pompa & Kompresor
saringan
hal. 39)
f =0,15
Belokan pipa V
2
(dari buku Sularso
3 3 pcs H f =f . 0,033 0,099
(Elbow 90°) 2. g Pompa & Kompresor
hal. 34)
Total 0,629
Hf Mayor
L = 6 m+3,2 m = 9,2 m
−3
2,76 x 10
−4
Hf Mayor = 0,2783.130¿.2,23 x 10 x 9,2
¿
¿
-3 1,85
2,76 x 10
= ( ) x 9,2
80,69 x 10 -4
= (0,34)1,85 x 9,2
= 0,135 x 9,2
= 1,24 m
Hf Minor
Gate Valve
V2
H f =f .
2. g
2,12
= 0,19.
19,62
= 0,04 m
= 0,04 x 2
= 0,08 m
Discharge Pipe
Tabel 4.6 Perhitungan head loss pipa buang (Discharge Pipe)
Panjang Hf
Hf
No Head Loss (m) / Rumus f (Koefisien Gesek) Total
(m)
Jumlah (pcs) (m)
Pipa Buangan (Discharge Pipe)
f =0,19
V 2
(dari ASHRAE
1 Gate Valve 2 pcs H f =f . 0,04 0,08
2. g Handbook (2001,
p.35.1)
f =0,15
Belokan pipa V
2
(dari buku Sularso 0,03
2 3 pcs H f =f . 0,099
(Elbow 90°) 2. g Pompa & Kompresor 3
hal. 34)
f =2,5
V2 (dari ASHRAE
3 Check Valve 1 pcs H f =f . 0,55 0,55
2. g Handbook (2001,
p.35.1)
Total 0,729
Hf Mayor
L = 25,76 + 0,7 = 26,46 m
2,76 x 10-3 1,85
Hf Mayor = ( ) x 26,46
0,2783 .130 .2,23 x 10 -4
2,76 x 10-3 1,85
= 80,69 x 10-4 ) x 26,46
¿
1,85
= (0,34) x 26,46
74
= 0,135 x 26,46
= 3,57 m
Hf Minor
Gate Valve
V2
Hf =f
2.g
( 2,1)2
= 0,19.
19,62
= 0,04 m
= 0,04 x 2
= 0,08 m
Check Valve
V2
Hf =f
2.g
2,12
= 2,5.
19,62
= 0,55 m
Total : 0,08 + 0,099 + 0,55 = 0,729 m
Hf Pompa = (Hf mayor + Hf minor) Suction + (Hf mayor + Hf minor) discharge
= (1,24 + 0,629) + (3,57 + 0,729)
= 6,168 m
Ha = H suction + Hdischarge
= - 3,32 + 25,83 – 0,8
= 21,71 m
V2
H total = Ha + ∆ hp + Hf Pompa +
g
(2,1)2
= 21,71 + 0 + 6,168 +
9,81
= 27,868 + 0,45
75
= 28,318 m
76
5 = Frekuensi (50 Hz)
Daya motor = 1,5 kW (2,0115 HP)
Pompa yang terpasang pada sistem pemipaan gedung tersebut adalah Pompa Sentrifugal:
Merk: EBARA
Kapasitas: 9.9 m3/jam
Power: 2HP / 50Hz / 3Phase
Total Head: 28,318 m
Berdasarkan tabel diatas, kami menggunakan pompa merk EBARA dengan type pompa CDX
200/20 (Three phase)
BAB V
KRITERIA PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN AIR BUANGAN
77
b. Diameter air buangan dapat dilihat pada tabel 11.1 Fixture Unit for Various Fixtures
(As stated by various authorition) (“Plumbing” Harold and Babbit halaman 269)
c. P (permissible) dapat dilihat pada tabel 11.6 Capacities of Horizontal Branches and
Primary Branches of the building drain (“Plumbing” Harold and Babbit halaman
273)
d. Nilai a dapat dilihat pada buku “Plumbing” Harold and Babbit halaman 276
78
e. Berdasarkan tabel 11.6 Capacities of Horizontal Branches and Primary Branches of
the building drain (“Plumbing” Harold and Babbit halaman 273), nilai P
(permissible) untuk slope ¼ dan diameter pipa 1 ½ adalah 5
f. Berdasarkan buku “Plumbing” Harold and Babbit halaman 276, nilai a untuk slope ¼
adalah 0.005
79
Tabel 5.1 Penentuan diameter pipa air kotor pada lantai 3
L Pipa antar
Min
Daerah Total Ø Pipa Alat ∑L ∑ FU yang Koreksi
No AP Ø FU Slope P a Ket
AP FU (inch) Plambing (ft) diijinkan
inch
(m) (ft) Ø Pipa P a ∑ FU yang
Main Pipe (inch) diijinkan
1 A3-B3 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 2 6.5 6.5 22.5 4 216 0.005 179.8 CO
2 B3-C3 Kloset 3 12 24 3 1/4 42 0.005 2 6.5 13.1 36.4 4 216 0.005 186.9 CO
3 C3-i Kloset 3 12 36 4 1/4 216 0.005 1.9 6.2 19.3 193.6 4 216 0.005 193.7 CO
Primary Branch 1
4 D3-E3 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 2 6.5 6.5 22.5 4 216 0.005 179.8
5 E3-F3 Kloset 3 12 24 3 1/4 42 0.005 1.9 6.2 12.7 36.3 4 216 0.005 186.9
6 F3-i Kloset 3 12 36 4 1/4 216 0.005 0.6 1.9 14.7 188.7 4 216 0.005 188.7
Main Pipe
Pipa 36 + 5.9 +
7 i Penyedia 36 = 4 1/4 216 0.005 4.5 = 34.1 34.1 216.0
1 72 10.4
Primary Branch 2
8 G3-H3 Urinal 3 10 10 4 1/4 216 0.005 1 3.3 3.3 176.4 CO
9 H3-I3 Urinal 3 10 20 4 1/4 216 0.005 1 3.3 6.5 179.8
10 I3-J3 Urinal 3 10 30 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 10.2 183.8
Main Pipe
12 i-ii 4.7 15.4 15.4
10.4 +
Pipa 72 +
3.6 +
13 Ii Penyedia 40 = 4 1/4 216 0.005 61.3 61.3 239.0
4.7 =
2 112
18.7
14 ii-K3 Urinal 3 10 122 4 1/4 216 0.005 1.5 4.9 4.9 178.1
15 K3-L3 Urinal 3 10 132 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 8.5 182
16 L3-M3 Urinal 3 10 142 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 12.1 185.8
17 M3-N3 Urinal 3 10 152 4 1/4 216 0.005 1 3.3 15.4 189.4
18 N3-iii 6 19.7 19.7
Primary Branch 3
19 O3-P3 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 1.9 3.3 3.3 22.0 4 216 0.005 176.36 CO
20 P3-Q3 Kloset 3 12 24 3 1/4 42 0.005 2 3.3 6.5 34.9 4 216 0.005 179.82 CO
L Pipa antar
Min
Daerah Alat Total Ø Pipa Alat ∑L ∑ FU yang Koreksi
No Ø FU Slope P a Ket
AP plambing FU (inch) Plambing (ft) diijinkan
inch
(m) (ft) Ø P a ∑ FU
yang
21 Q3-R3 Kloset 3 12 36 4 1/4 216 0.005 1.6 5.9 12.5 186.30 4 216 0.005 186.30 CO
22 R3-S3 Kloset 3 12 48 4 1/4 216 0.005 2 3.3 15.7 189.76 4 216 0.005 189.76 CO
23 S3-T3 Kloset 3 12 60 4 1/4 216 0.005 2 3.3 19 193.32 4 216 0.005 193.32 CO
24 T3-iii Kloset 3 12 72 4 1/4 216 0.005 1.3 4.3 23.3 197.96 4 216 0.005 197.96 CO
Main Pipe
18.7 +
152 +
Pipa 6+
25 iii 72 = 4 1/4 216 0.005 116.4 116.4 298.51
Penyedia 3 10.8 =
224
35.5
35.5 +
iii Lantai Pipa Utama
26 224 4 1/4 216 0.005 61.1 = 316.5 316.8 514.94
3 - Shaff Lantai 3
96.6
L Pipa antar
Min
Daerah Alat Total Ø Pipa Alat ∑L ∑ FU yang Koreksi
No Ø FU Slope P a Ket
AP plambing FU (inch) Plambing (ft) diijinkan
inch
(m) (ft) Ø Pipa P a ∑ FU
Main Pipe (inch) yang
30 A2-B2 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 2 6.5 6.5 22.5 4 216 0.005 179.8 CO
31 B2-C2 Kloset 3 12 24 3 1/4 42 0.005 2 6.5 13.1 36.4 4 216 0.005 186.9 CO
32 C2-i Kloset 3 12 36 4 1/4 216 0.005 1.9 6.2 19.3 193.6 4 216 0.005 193.7 CO
Primary Branch 1
33 D2-E2 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 2 6.5 6.5 22.5 4 216 0.005 179.8
34 E2-F2 Kloset 3 12 24 3 1/4 42 0.005 1.9 6.2 12.7 36.3 4 216 0.005 186.9
35 F2-i Kloset 3 12 36 4 1/4 216 0.005 0.6 1.9 14.7 188.7 4 216 0.005 188.7
Main Pipe
36 + 5.9 +
Pipa
36 i 36 = 4 1/4 216 0.005 4.5 = 34.1 34.1 216.0
Penyedia 1
72 10.4
Primary Branch 2
37 G2-H2 Urinal 3 10 10 4 1/4 216 0.005 1 3.3 3.3 176.4 CO
38 H2-I2 Urinal 3 10 20 4 1/4 216 0.005 1 3.3 6.5 179.8
39 I2-J2 Urinal 3 10 30 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 10.2 183.8
L Pipa antar
Min
Daerah Alat Total Ø Pipa Alat ∑L ∑ FU yang Koreksi
No Ø FU Slope P a Ket
AP plambing FU (inch) Plambing (ft) diijinkan
inch
(m) (ft) Ø Pipa P a ∑ FU yang
(inch) diijinkan
40 J2-ii Urinal 3 10 40 4 1/4 216 0.005 0.5 1.6 11.8 185.5 CO
Main Pipe
41 i-ii 4.7 15.4 15.4
42 Ii Pipa 72 + 4 1/4 216 0.005 10.4 + 61.3 61.3 239.00
Penyedia 2 40 = 3.6 +
112 4.7 =
18.7
43 ii-K2 Urinal 3 10 122 4 1/4 216 0.005 1.5 4.9 4.9 178.09
44 K2-L2 Urinal 3 10 132 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 8.5 182
45 L2-M2 Urinal 3 10 142 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 12.1 185.87
46 M2-N2 Urinal 3 10 152 4 1/4 216 0.005 1 3.3 15.4 189.43
47 N2-iii 6 19.7 19.7
Primary Branch 3
48 O2-P2 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 1.9 3.3 3.3 22.05 4 216 0.005 176.36 CO
49 P2-Q2 Kloset 3 12 24 3 1/4 42 0.005 2 3.3 6.5 34.97 4 216 0.005 179.82 CO
L Pipa antar
Min Ø Alat ∑ FU Koreksi
Daerah Alat Total ∑L
No Ø FU Pipa Slope P a Plambing yang Ket
AP Plambing FU (ft)
inch (inch) diijinkan
(m) (ft) Ø P a ∑ FU
50 Q2-R2 3 12 36 4 1/4 216 0.005 1.6 5.9 12.5 186.3 Pipa
4 216 0.005 yang
186.30
Kloset CO
51 R2-S2 Kloset 3 12 48 4 1/4 216 0.005 2 3.3 15.7 189.7 4 216 0.005 189.76 CO
52 S2-T2 Kloset 3 12 60 4 1/4 216 0.005 2 3.3 19 193.3 4 216 0.005 193.32 CO
53 T2-iii Kloset 3 12 72 4 1/4 216 0.005 1.3 4.3 23.3 197.9 4 216 0.005 197.96 CO
Main Pipe
18.7 +
152 +
Pipa 6+
54 iii 72 = 4 1/4 216 0.005 116.4 116.4 298.5
Penyedia 3 10.8 =
224
35.5
35.5 +
iii Lantai Pipa Utama
55 224 4 1/4 216 0.005 61.1 = 316.5 316.8 514.9
3 - Shaff Lantai 3
96.6
56 448 5 1/4 1100 0.005 5 16.4 32.8 1060.4
Pipa Tegak
Lantai 2
L Pipa antar
Min
Daerah Alat Total Ø Pipa Alat ∑L ∑ FU yang Koreksi
No Ø FU Slope P a Ket
AP plambing FU (inch) Plambing (ft) diijinkan
inch
(m) (ft) Ø Pipa P a ∑ FU yang
Main Pipe (inch) diijinkan
57 A1-B1 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 2 6.5 6.5 22.5 4 216 0.005 179.8 CO
58 B1-C1 Kloset 3 12 24 3 1/4 42 0.005 2 6.5 13.1 36.4 4 216 0.005 186.9 CO
59 C1-i Kloset 3 12 36 4 1/4 216 0.005 1.9 6.2 19.3 193.6 4 216 0.005 193.7 CO
Primary Branch 1
60 D1-E1 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 2 6.5 6.5 22.5 4 216 0.005 179.8
61 E1-F1 Kloset 3 12 24 3 1/4 42 0.005 1.9 6.2 12.7 36.3 4 216 0.005 186.9
62 F1-i Kloset 3 12 36 4 1/4 216 0.005 0.6 1.9 14.7 188.7 4 216 0.005 188.7
Main Pipe
36 + 5.9 +
Pipa
63 i 36 = 4 1/4 216 0.005 4.5 = 34.1 34.1 216.0
Penyedia 1
72 10.4
Primary Branch 2
64 G1-H1 Urinal 3 10 10 4 1/4 216 0.005 1 3.3 3.3 176.4 CO
65 H1-I1 Urinal 3 10 20 4 1/4 216 0.005 1 3.3 6.5 179.8
66 I1-J1 Urinal 3 10 30 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 10.2 183.8
L Pipa antar
Min
Daerah Alat Total Ø Pipa Alat ∑L ∑ FU yang Koreksi
No Ø FU Slope P a Ket
AP plambing FU (inch) Plambing (ft) diijinkan
inch
(m) (ft) Ø Pipa P a ∑ FU yang
(inch) diijinkan
67 J1-ii Urinal 3 10 40 4 1/4 216 0.005 0.5 1.6 11.8 185.5
CO
Main Pipe
68 i-ii 4.7 15.4 15.4
10.4 +
72 +
Pipa 3.6 +
69 Ii 40 = 4 1/4 216 0.005 61.3 61.3 239.0
Penyedia 2 4.7 =
112
18.7
70 ii-K1 Urinal 3 10 122 4 1/4 216 0.005 1.5 4.9 4.9 178.0
71 K1-L1 Urinal 3 10 132 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 8.5 182
72 L1-M1 Urinal 3 10 142 4 1/4 216 0.005 1.1 3.6 12.1 185.8
73 M1-N1 Urinal 3 10 152 4 1/4 216 0.005 1 3.3 15.4 189.4
74 N1-iii 6 19.7 19.7
Primary Branch 3
75 O1-P1 Kloset 3 12 12 3 1/4 27 0.005 1.9 3.3 3.3 22.05 4 216 0.00 176.36 CO
5
0.00 179.82
76 P1-Q1 3 12 24 3 1/4 42 0.005 2 3.3 6.5 34.9 4 216
Kloset 5 CO
No Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Total Ø Pipa L Pipa buangan L Pipa L Pipa Vent Ø Pipa
Alat Plambing yang Digunakan Diameter Unit FU (inch) (m) (ft) (m)Vent(ft) yang Diijinkan Vent
(inch)
Main Pipe
10.4 + 3.6
72 + 40
12 ii Pipa Penyedia 2 4 + 4.7 = 61.3
= 112
18.7
13 ii-K1 Urinal 3 10 122 4 1.5 4.9 5 16.4 35 2
14 K1-L1 Urinal 3 10 132 4 1.1 3.6 5 16.4 35 2
15 L1-M1 Urinal 3 10 142 4 1.1 3.6 5 16.4 35 2
16 M1-N1 Urinal 3 10 152 4 1 3.3 5 16.4 35 2
Primary Branch 3
17 O1-P1 Kloset 3 12 12 3 1.9 3.3 5 16.4 35 2
18 P1-Q1 Kloset 3 12 24 3 2 3.3 5 16.4 35 2
19 Q1-R1 Kloset 3 12 36 4 1.6 5.9 5 16.4 35 2
20 R1-S1 Kloset 3 12 48 4 2 3.3 5 16.4 35 2
21 S1-T1 Kloset 3 12 60 4 2 3.3 5 16.4 35 2
22 T1-iii Kloset 3 12 72 4 1.3 4.3 5 16.4 35 2
Tabel 5.5 Penentuan diameter pipa vent air kotor pada lantai 2
No L Pipa L Pipa Ø Pipa
(m) (ft) (m) (ft)
Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Total Ø Pipa L Pipa Vent Vent
Alat Plambing
Main Pipe
yang Digunakan Diameter Unit FU (inch) yang Diijinkan (inch)
23 A2-B2 Kloset 3 12 12 3 2 6.5 5 16.4 35 2
24 B2-C2 Kloset 3 12 24 3 2 6.5 5 16.4 35 2
25 C2-i Kloset 3 12 36 4 1.9 6.2 5 16.4 35 2
Primary Branch 1
26 D2-E2 Kloset 3 12 12 3 2 6.5 5 16.4 35 2
27 E2-F2 Kloset 3 12 24 3 1.9 6.2 5 16.4 35 2
28 F2-i Kloset 3 12 36 4 0.6 1.9 5 16.4 35 2
Main Pipe
36 + 36 5.9 + 4.5
29 i Pipa Penyedia 1 4 34.1
= 72 = 10.4
Primary Branch 2
30 G2-H2 Urinal 3 10 10 4 1 3.3 5 16.4 35 2
31 H2-I2 Urinal 3 10 20 4 1 3.3 5 16.4 35 2
32 I2-J2 Urinal 3 10 30 4 1.1 3.6 5 16.4 35 2
33 J2-ii Urinal 3 10 40 4 0.5 1.6 5 16.4 35 2
Tabel 5.6 Penentuan diameter pipa vent air kotor pada lantai 3
L Pipa L Pipa Ø Pipa
Daerah antar Alat Plambing Minimum Fixture Total Ø Pipa L Pipa Vent
No buangan Vent Vent
Alat Plambing yang Digunakan Diameter Unit FU (inch) (m) (ft) (m) (ft) yang Diijinkan
(inch)
Main Pipe
45 A3-B3 Kloset 3 12 12 3 2 6.5 1 3.28 35 2
46 B3-C3 Kloset 3 12 24 3 2 6.5 1 3.28 35 2
47 C3-i Kloset 3 12 36 4 1.9 6.2 1 3.28 35 2
Primary Branch 1
48 D3-E3 Kloset 3 12 12 3 2 6.5 6 19.6 35 2
49 E3-F3 Kloset 3 12 24 3 1.9 6.2 4.5 14.7 35 2
50 F3-i Kloset 3 12 36 4 0.6 1.9 3 9.8 35 2
Main Pipe
36 + 36 5.9 + 4.5
51 i Pipa Penyedia 1 4 34.1
= 72 = 10.4
Primary Branch 2
52 G3-H3 Urinal 3 10 10 4 1 3.3 5 16.4 35 2
53 H3-I3 Urinal 3 10 20 4 1 3.3 4 13,1 35 2
54 I3-J3 Urinal 3 10 30 4 1.1 3.6 3 9.8 35 2
55 J3-ii Urinal 3 10 40 4 0.5 1.6 2 6.5 35 2
Min L Pipa
Ø antar Alat ∑ FU Koreksi
Daerah Alat Total ∑L
No Ø FU Pipa Slope P a Plambing yang Ket
AP Plambing FU (ft)
inch (inch) diijinkan
m (ft) Ø P a ∑ FU
Primary Branch 7 Pipa yang
1 A3-B3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 2 6,5 6,5 17,49
2 B3-C3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 12,8 18,14
3 C3-D3 Floor Drain 2 2 6 2 1/4 21 0,005 2,8 9,2 21,9 19,11
4 D3-E3 Lavatory 1,25 2 8 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 28,2 19,76
5 E3-F3 Floor Drain 2 2 10 2 1/4 21 0,005 1,3 4,3 32,5 20,21
Main Pipe
6 F3-G3 Lavatory 1,25 2 12 2 1/4 21 0,005 1 3,3 3,3 17,14 4 216 0,005 176,3
7 G3-i Lavatory 1,25 2 14 2 1/4 21 0,005 5,5 18,0 21,3 19,04 4 216 0,005 195,8
Primary Branch 6
8 H3-I3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 2 6,6 6,6 17,49
9 I3-J3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 12,8 18,14
10 J3-i Floor Drain 2 2 6 2 1/4 21 0,005 1 3,3 16,0 18,49
Min Ø L Pipa
antar Alat ∑ FU Koreksi
Daerah Alat Total Pipa ∑L
No Ø FU Slope P a Plambing yang Ket
AP Plambing FU (inch (ft)
inch diijinkan
) (m) (ft) Ø P a ∑ FU
Main Pipe Pipa yang
16.4
+
Pipa 14 +6
11 i 2 1/4 21 0,005 4.9 69,9 69,9 24,14 4 216 0,005 248,2
Penyedia 1 = 20
=
21.3
Main Pipe
12 i-K3 Lavatory 1,25 2 22 2 1/2 1/4 24 0,005 1,9 6,2 6,2 19,95 4 216 0,005 179,5
13 K3-L3 Lavatory 1,25 2 24 2 1/2 1/4 24 0,005 1.0 3,3 9,5 20,34 4 216 0,005 183,1
14 L3-M3 Floor Drain 2 2 26 3 1/4 42 0,005 0,8 2,6 12,1 36,15 4 216 0,005 185,9
15 M3-ii 2,3 7,5 19,7
Primary Branch 5
16 N3-O3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 6,2 17,45
17 O3-P3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 2 6,5 12,8 18,14
18 P3-ii Floor Drain 2 2 6 2 1/4 21 0,005 1,3 4,3 17,0 18,59
Primary Branch 4
19 Q3-R3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 6,2 17,45
20 R3-S3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 12,5 18,11
Min L Pipa
Ø antar Alat ∑ FU Koreksi
Daerah Alat Total ∑L
No Ø FU Pipa Slope P a Plambing yang Ket
AP Plambing FU (ft)
inch (inch) diijinkan
m (ft) Ø P a ∑ FU
Primary Branch 7 Pipa yang
1 A3-B3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 2 6,5 6,5 17,49
2 B3-C3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 12,8 18,14
3 C3-D3 Floor Drain 2 2 6 2 1/4 21 0,005 2,8 9,2 21,9 19,11
4 D3-E3 Lavatory 1,25 2 8 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 28,2 19,76
5 E3-F3 Floor Drain 2 2 10 2 1/4 21 0,005 1,3 4,3 32,5 20,21
Main Pipe
6 F3-G3 Lavatory 1,25 2 12 2 1/4 21 0,005 1 3,3 3,3 17,14 4 216 0,005 176,3
7 G3-i Lavatory 1,25 2 14 2 1/4 21 0,005 5,5 18,0 21,3 19,04 4 216 0,005 195,8
Primary Branch 6
8 H3-I3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 2 6,6 6,6 17,49
9 I3-J3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 12,8 18,14
10 J3-i Floor Drain 2 2 6 2 1/4 21 0,005 1 3,3 16,0 18,49
Min Ø L Pipa
antar Alat ∑ FU Koreksi
Daerah Alat Total Pipa ∑L
No Ø FU Slope P a Plambing yang Ket
AP Plambing FU (inch (ft)
inch diijinkan
) (m) (ft) Ø P a ∑ FU
Main Pipe Pipa yang
16.4
+
Pipa 14 +6
11 i 2 1/4 21 0,005 4.9 69,9 69,9 24,14 4 216 0,005 248,2
Penyedia 1 = 20
=
21.3
Main Pipe
12 i-K3 Lavatory 1,25 2 22 2 1/2 1/4 24 0,005 1,9 6,2 6,2 19,95 4 216 0,005 179,5
13 K3-L3 Lavatory 1,25 2 24 2 1/2 1/4 24 0,005 1.0 3,3 9,5 20,34 4 216 0,005 183,1
14 L3-M3 Floor Drain 2 2 26 3 1/4 42 0,005 0,8 2,6 12,1 36,15 4 216 0,005 185,9
15 M3-ii 2,3 7,5 19,7
Primary Branch 5
16 N3-O3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 6,2 17,45
17 O3-P3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 2 6,5 12,8 18,14
18 P3-ii Floor Drain 2 2 6 2 1/4 21 0,005 1,3 4,3 17,0 18,59
Primary Branch 4
19 Q3-R3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 6,2 17,45
20 R3-S3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 12,5 18,11
Min L Pipa
Ø antar Alat ∑ FU Koreksi
Daerah Alat Total ∑L
No Ø FU Pipa Slope P a Plambing yang Ket
AP Plambing FU (ft)
inch (inch) diijinkan
m (ft) Ø P a ∑ FU
Primary Branch 7 Pipa yang
1 A3-B3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 2 6,5 6,5 17,49
2 B3-C3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 12,8 18,14
3 C3-D3 Floor Drain 2 2 6 2 1/4 21 0,005 2,8 9,2 21,9 19,11
4 D3-E3 Lavatory 1,25 2 8 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 28,2 19,76
5 E3-F3 Floor Drain 2 2 10 2 1/4 21 0,005 1,3 4,3 32,5 20,21
Main Pipe
6 F3-G3 Lavatory 1,25 2 12 2 1/4 21 0,005 1 3,3 3,3 17,14 4 216 0,005 176,3
7 G3-i Lavatory 1,25 2 14 2 1/4 21 0,005 5,5 18,0 21,3 19,04 4 216 0,005 195,8
Primary Branch 6
8 H3-I3 Floor Drain 2 2 2 2 1/4 21 0,005 2 6,6 6,6 17,49
9 I3-J3 Floor Drain 2 2 4 2 1/4 21 0,005 1,9 6,2 12,8 18,14
10 J3-i Floor Drain 2 2 6 2 1/4 21 0,005 1 3,3 16,0 18,49
Main Pipe
43 i-K2 Lavatory 1,25 2 22 2 1/2 1,9 6,23 1 3,28 100 2 1/2
44 K2-L2 Lavatory 1,25 2 24 2 1/2 1 3,28 3,27 9,81 100 2 1/2
45 L2-M2 Floor Drain 2 2 26 3 0,8 2,62
Ket : Jika QF< Q(hydrant) , maka volume ground reservoar harus diubah
Jika QF> Q(hydrant) , maka volume ground reservor tetap