ISOMETRI
A. PEMBAHASAN MATERI
Teorema 1
Setiap isometrik bersifat:
Andaikan𝐴′ = 𝑇 (𝐴), 𝐵 ′ = 𝑇 (𝐵). 𝐶 ′ = (𝐶). Menurut sifat (a), maka ̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅adalah garis
𝐴′𝐵′dan 𝐵′𝐶′
lurus. Oleh karena ABC = ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐵𝐴 𝐵𝐶 maka . 𝐴′ 𝐵 ′ 𝐶 ′ = ̅̅̅̅̅̅
𝐵′𝐴′ ̅̅̅̅̅̅̅
𝐵′𝐶′ sedangkan 𝐴′ 𝐵 ′ =
𝐴𝐵, 𝐵 ′ 𝐶 ′ = 𝐵𝐶, 𝐶 ′ 𝐴′ = 𝐶𝐴 . Sehingga ∆𝐴𝐵𝐶 = ∆𝐴′𝐵′𝐶′ Jadi 𝐴′ 𝐵 ′ 𝐶 ′ = 𝐴𝐵𝐶
Kita harus memperlihatkan bahwa a′// 𝑏′. Andaikan a′ memotong 𝑏′di sebuah titik 𝑃′, jadi 𝑃′ ∈
a′dan 𝑃′ ∈ b′. Oleh karena T sebuah transformasi maka ada Psehingga T (P) = P'dengan 𝑃 ∈ a
dan 𝑃 ∈ b . Ini berarti bahwa a memotong b di P, jadi bertentangan dengan yang diketahui bahwa
a//b.Maka pengandaian bahwa a′ memotong 𝑏′ salah. Jadi haruslah a′// 𝑏′.
Akibat:
Salah satu akibat dari sifat (b) teorema 1 ialah bahwa jika dua buah garis misalkan a dan b dimana
𝑎 ⊥ 𝑏 maka 𝑇 𝑎 ⊥ 𝑇 𝑏 dengan⊥ sebuah isometri.
Bukti:
Dipunyai 𝑎 ⊥ 𝑏 akan ditunjukkan 𝑇 𝑎 ⊥ 𝑇 𝑏 . Andaikan T(a) tidak tegak lurus dengan T(b) maka
terapat sudut antara T(a) dengan T(b) yang tidak sama dengan 90o. Karena isometri mengawetkan
besarnya sudut antara dua garis maka sudut yang dibentuk oleh a dan b tidak sama dengan 90 o.
Hal ini kontradiksi dengan 𝑎 ⊥ 𝑏. Jadi pengandaian harus dibatalkan.
Artinya 𝑇 𝑎 ⊥ 𝑇 𝑏
Teorema 2.
Apabila garis g dan h saling tegak lurus dan T suatu isometri maka T(g) dan T(h) juga saling
tegak lurus .
Bukti: karena sudut yang di bentuk oleh g dan h adalh siku-siku dan T suatu
isometri.Berdasarkan teorema 1 (ii) mengakibatkan bahwa sudut yang di bentuk oleh T(g)
dan T(h) jika siku-siku dengan kata lain T(g) dan T(h) saling tegak lurus.
Teorema 3.
Bukti:
Ambil dua isometri, namakan dengan 𝑇1 dan𝑇2 , terjadilah komposisi dari 𝑇1 dan𝑇2 .
Yaitu 𝑇1 ° 𝑇2 dan 𝑇2 ° 𝑇1. Dalam uraian ini akan ditunjukkan salah satu saja 𝑇1 ° 𝑇2. Ambil dua titik
sembarang 𝐴, 𝐵 ∈ 𝑉, misalkan 𝑇2 (𝐴) = 𝐴1, , 𝑇2 (𝐵) = 𝐵1, dan 𝑇1 (𝐴1 ) = 𝐴′, 𝑇1 (𝐵1 ) = 𝐵′,
berdasarkan pemisalan ini dapat dicari:
(𝑇1 ° 𝑇2 )(𝐴) = 𝑇1 ( 𝑇2 (𝐴)) = 𝑇1 (𝐴1 ) = 𝐴′ (𝑇1 ° 𝑇2) (𝐵) = 𝑇1 ( 𝑇2 (𝐵)) = 𝑇1 (𝐵1 ) = 𝐵′
Untuk lebih memahami isometri langsung dan isometri lawan terlebih dahulu kita bahas fenomena
isometri yang diperlihatkan pada gambar berikut .
Pada gambar 1 tampak bahwa apabila pada segitiga ABC yang dicerminkan pada garis g dimana,
urutan kelilingnya A→B→C adalah berlawanan dengan putaran jarum jam menghasilkan peta
yaitu segitiga 𝐴1 𝐵1 𝐶1 yang urutan kelilingnya 𝐴1 → 𝐵1 → 𝐶1 adalah sesuai dengan jarum jam.
Pada gambar 2 dapat dilihat lihat sebagai isometri yaitu suatu rotasi (putaran) segitiga ABC yang
mengelilingi titik O. Dimana, pada segitiga ABC urutan keliling adalah A→B→C adalah
berlawanan dengan putaran jarum jam dirotasikan mengelilingi titik O yang menghasilkan peta
yaitu segitiga 𝐴2 𝐵2 𝐶2 dengan urutan keliling 𝐴2 → 𝐵2 → 𝐶2 adalah tetap berlawanan dengan
putaran jarum jam.
Untuk membahas lebih lanjut fenomena isometri di atas, kita gunakan konsep tiga titik yang tak
segaris. Andaikan (P1,P2,P3) tiga titik yang tak segaris maka melalui P1,P2 dan P3 ada tepat satu
lingkaran l, kita dapat mengelilingi l berawal misalnya dari P1 kemudian sampai di P2 , P3 dan
akhirnya kembali ke P1. Apabila arah keliling ini sesuai dengan putaran jarum jam maka dikatakan
bahwa tiga titik (P1,P2,P3) memiliki orientasi yang sesuai dengan putaran jarum jam (orientasi yang
negatif), apabila arah keliling itu berlawanan dengan putaran jarum jam maka dikatakan bahwa
tiga titik (P1,P2,P3) memiliki orientasi yang berlawanan denga putaran jarum jam (orientasi yang
positif), jadi pada gambar 1, (A,B,C) memiliki orientasi positif sedangkan (A1,B1,C1)memiliki
orientasi yang negatif, pada gambar 2 orientasi (A,B,C) adalah positif dan orientasi (A2,B2,C2)
tetap positif, jadi pencerminan pada gambar 1 mengubah orientasi sedangkan putaran pada gambar
2 mengawetkan orientasi.
Definisi 1:
1. Suatu transformasi T mengawetkan suatu orientasi apabila untuk setiap tiga titik tak segaris
(𝑃1 , 𝑃2 , 𝑃3 ) orientasinya sama dengan (𝑃1′ , 𝑃2′ , 𝑃3′ ) dengan 𝑃1′ = 𝑇(𝑃1 ), 𝑃2′ = 𝑇(𝑃),2 , 𝑃3′ = 𝑇(𝑃3 ).
2. Suatu transformasi T membalik suatu orientasi apabila untuk setiap tiga titik yang tak segaris
(𝑃1 , 𝑃2 , 𝑃3 ) orientasinya tidak sama dengan orientasi peta-petanya (𝑃1′ , 𝑃2′ , 𝑃3′ ) dengan 𝑃1′ =
𝑇(𝑃1 ), 𝑃2′ = 𝑇(𝑃),2 , 𝑃3′ = 𝑇(𝑃3 ).
Definisi 2:
Teorema 3:
Teorema 4 tanpa bukti, tidak setiap isometri adalah isometri lawan. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 2, dimana isometri (yaitu rotasi pada titik O) adalah sebuah isometri langsung. Oleh karena
itu dapat kita kemukakan teorema berikut, tanpa bukti.
Teorema 4 :
Setiap isometri adalah sebuah isometri langsung atau sebuah isometri lawan.
B. SOAL DAN PEMBAHASAN.
A. Soal – Soal.
1. Diketahui garis-garis s, t, u dan titik A,B seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini. T adalah
sebuah isometri dengan 𝐵 = 𝑇 (𝐴)dan 𝑈 = 𝑇(𝑠). Jika lukislah ′ = 𝑇 (𝑡) !
2. Diketahui garis 𝑔 = {(𝑥, 𝑦)|𝑥 + 2𝑦 = 1} dan ℎ = {(𝑥, 𝑦)|𝑥 = −1}. Tulislah sebuah
persamaan garis 𝑔′ = 𝑀ℎ (𝑔)!
3. Diketahui lima garis g, g’, h, h’, dan k sehingga 𝑔′ = 𝑀𝑡 (𝑔) dan ℎ′ = 𝑀𝑡 (ℎ). Apabila 𝑔′ ∕∕
ℎ′buktikan 𝑔 ∕∕ ℎ !
4. Diketahui garis-garis g,h, dan h’ sehingga ℎ′ = 𝑀𝑡 (ℎ) apakah ungkapan di bawah ini benar?
a. Jika ℎ′ ∕∕ ℎ maka ℎ ∕∕ 𝑔.
b. Jika ℎ′ = ℎ maka ℎ = 𝑔.
5. Jika 𝑔 = {(𝑥, 𝑦)|𝑦 = −𝑥} dan ℎ = {(𝑥, 𝑦)|3𝑦 = 𝑥 + 3}, selidikilah apakah
a. Jika 𝐴 = (0,3) dan 𝐵(1, −1).Tentukan 𝐴′ = 𝑇(𝐴) dan 𝐵′ = 𝑇(𝐵). Tentukan pula persamaan
⃡𝐴𝐵 dan ⃡𝐴′ 𝐵 ′.
d. Menurut teorema 4.1 yang menyatakan bahwa jika transformasi T suatu isometric maka peta
sebuah garis adalah pula suatu garis. Apakah kebalikannya benar ?
a. Lukislah 𝑃′ dan𝑄 ′ !
B. Pembahasan.
𝑡 ⊥ 𝑠dan Gambar:
Gambar:
Jadi, menurut teorema ”sebuah isometri memetakan garis menjadi garis”, dan 𝑀ℎ (𝑔) = 𝑔′ , maka
𝑔′ adalah sebuah garis.
§ Koordinat titik 𝐶
g : x + 2y = 1 x + 2y – 1 = 0,
h : x = -1
-1 + 2y – 1 = 0
2y = 2
y=1
Jadi 𝐶 = (−1,1)
𝐴𝐷 = 𝑥𝐴 − 𝑥𝐵
= 1 − (−1) = 2
Misal titik 𝐴′ (𝑥 ′ , 𝑦 ′ )
Diperoleh 𝑥 ′ = −3 dan , 𝑦 ′ = y = 0
Jadi, 𝐴′ (−3,0)
𝑦− 𝑦1 𝑥− 𝑥1
Persamaan garis g’: : 𝑦 =𝑥
2 −𝑦1 2 −𝑥1
𝑦−1 𝑥 − (−1)
=
0 − 1 (−3) − (−1)
𝑦−1 𝑥+1
=
−1 −2
−2𝑦 + 2 = −𝑥 − 1
𝑥 − 2𝑦 + 3 = 0
3. Diketahui 𝑔′//ℎ′
Andaikan g tidak sejajar h, maka menurut teorema, bahwa isometric 𝑀ℎ mengawetkan kesejajaran
2 garis, diperoleh 𝑔′ tidak sejajar dengan ℎ′. Padahal diketahui bahwa 𝑔′//ℎ′, maka pengandaian
harus dibatalkan, artinya 𝑔//ℎ.
Gambar:
Menurut teorema, “ Sebuah isometri memetakan garis menjadi garis ”, dan 𝑀𝑔 (ℎ) = ℎ′, maka ℎ′
adalah sebuah garis.
Jadi,𝐶 ∈ 𝑔 dan 𝐶 ∈ ℎ.
Ambil titik A(0,1) dan B(-3,0) karena 𝑔: 𝑦 = −𝑥 maka 𝑀𝑔 (𝐴) = 𝐴 dan 𝑀𝑔 (B) = 𝐵′.
𝑦− 𝑦1 𝑥− 𝑥1
Persamaan garis ℎ′: 𝑦 =𝑥
2 −𝑦1 2 −𝑥1
𝑦 − 0 𝑥 − (−1)
=
3 − 0 0 − (−1)
𝑦 𝑥+1
=
3 1
𝑦 = 3𝑥 + 3
Jadi persamaan garis ℎ′: 𝑦 = 3𝑥 + 3
Jawab :
𝑦−𝑦1 𝑥−𝑥1
Per 𝐴𝐵 ⇒ 𝑦 =𝑥
2 −𝑦1 2 −𝑥1
𝑦−3 𝑥−0
⇒ −1−3 =1−0
𝑦−3
⇒ =𝑥
−4
⇒ 𝑦 − 3 = −4𝑥
⇒ 𝑦 = −4𝑥 + 3
𝑦−𝑦1 𝑥−𝑥1
Per 𝐴′𝐵′ ⇒ 𝑦 =𝑥
2 −𝑦1 2 −𝑥1
𝑦−6 𝑥−1
⇒ =2−1
−2−6
𝑦−6 𝑥−1
⇒ =
−8 1
⇒ 𝑦 − 6 = −8𝑥 + 8
⇒ 𝑦 = −8𝑥 + 14
b. 𝐴⦁ ⦁𝐴′
𝐶⦁ ⦁𝑇(𝐶) = 𝐶′
𝐵⦁ ⦁𝐵′
𝐷′ = 𝑇(𝐷) = 𝐷
𝐵′ ⦁ ⦁𝐵
d. Benar, karena jika kita tarik sebuah garis akan terbentuk titik – titik baru.
7. a. Gambar:
b. Karena PR= P'R' (isometri mengawetkan jarak)