Anda di halaman 1dari 12

BAB 3

ISOMETRI

A. PEMBAHASAN MATERI

Dalam Geometri Transformasi dikenal beberapa transformasi diantaranya Pergeseran,


Rotasi, dan Pencerminan. Pada tiga transformasi ini, ukuran dan bentuk bangun yang telah
mengalami transformasi tidak berubah. Hal ini menghasilkan istilah baru bahwa ketiga
transformasi itu disebut transformasi yang isometri, suatu istilah yang berasal dari bahasa Yunani
yang berarti ”sama luas”.

Isometri adalah suatu transformasi atas Refleksi (pencerminan), Translasi (pergeseran),


dan Rotasi (perputaran) pada sebuah garis yang mempertahankan jarak (panjang suatu ruas garis).
Transformasi U merupakan Isometri bila dan hanya bila pasangan titik P dan Q dipenuhi P’Q’
=PQ dengan P’ = U (P) dan Q’ = U (Q).
Defenisi 1
Misalkan T suatu transformasi ,transformasi T ini disebut isometric jika dan hanya jika
jika untuk setiap pasangan titik P dan Q anggota dari bidang Euclid V berlaku ̅̅̅̅̅̅
𝑃′ 𝑄 ′ = ̅̅̅̅
𝑃𝑄 di
mana 𝑃′ = 𝑇(𝑃) dan 𝛺′ = 𝑇(𝛺) .
Untuk memahami defenisi di atas,perhatikan contoh berikut
Misalkan diketahui garis g pada bidang
i. Jika p g maka T ( p ) =p
ii. Jika p g maka T ( p ) =pl,sehingga g sumbu dari pp l

Apakah trasformasi T ini merupakan suatu isometri?


Penyelesaian:
Ambil dua titik sebarang P dan Q anggota V misalkan T ( p ) =pl,dan T (Q) = Ql,sehingga di
peroleh
1. g sumbu dari dari , pp l misalkan g = N,maka PN=Npl

2. g sumbu dari ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅′ g,MAKA QM=M


𝑄𝑄 ′ ,misalkan 𝑔 ∩ 𝑄𝑄

Perhatikan gambar berikut:

1. perhatikan PNM dengan NM. Karena PN=P NM (siku-siku),maka


PNM NM akibatnya : 𝑃𝑀 = 𝑃𝑀1
2. Perhatikan PQM dengan ∆𝑃′ 𝑄 ′ M.
Karena 𝑃𝑀 = 𝑝′ 𝑀, < 𝑃𝑀𝑄PM dan 𝑄𝑀 = 𝑄′𝑀,maka PQM
,akibatnya 𝑃𝑄 = 𝑃′𝑄′.
Karena P dan Q diambil sembarang titik pada V dapat disipulkan bahwa untuk
setiap
Pasangan titik P dan Q pada V ,di peroleh 𝑃′𝑄′, 𝑃𝑄 sehingga transformasi 𝑇 yang
ditetapkan di atas adalah suatu isometri

1. SIFAT – SIFAT ISOMETRI

Teorema 1
Setiap isometrik bersifat:

I. Memetakan garis menjadi garis


II. Mengawetkan besaran sudut
III. Mengawetkan kesejajaran
Bukti:
i. Ambil sebarang isometri 𝑇 dan garis 𝑔 akan di tunjukan bahwa 𝑇(𝑔) berupa sebuah
garis. Perhatikan gambar ambil dua titik sebarang 𝐴 dan 𝐵 pada garis 𝑔.
misalkan 𝑇(𝐴) dan𝑇(𝐵) = 𝐵′ dan garis lurus menghubungkan 𝐴′ dan 𝐵′ adalah 𝐻

ii. Ambil sebuah ABC

Andaikan𝐴′ = 𝑇 (𝐴), 𝐵 ′ = 𝑇 (𝐵). 𝐶 ′ = (𝐶). Menurut sifat (a), maka ̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅adalah garis
𝐴′𝐵′dan 𝐵′𝐶′
lurus. Oleh karena ABC = ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐵𝐴 𝐵𝐶 maka . 𝐴′ 𝐵 ′ 𝐶 ′ = ̅̅̅̅̅̅
𝐵′𝐴′ ̅̅̅̅̅̅̅
𝐵′𝐶′ sedangkan 𝐴′ 𝐵 ′ =
𝐴𝐵, 𝐵 ′ 𝐶 ′ = 𝐵𝐶, 𝐶 ′ 𝐴′ = 𝐶𝐴 . Sehingga ∆𝐴𝐵𝐶 = ∆𝐴′𝐵′𝐶′ Jadi 𝐴′ 𝐵 ′ 𝐶 ′ = 𝐴𝐵𝐶

Sehingga suatu isometri mengawetkan besarnya sebuah sudut.


iii.

Kita harus memperlihatkan bahwa a′// 𝑏′. Andaikan a′ memotong 𝑏′di sebuah titik 𝑃′, jadi 𝑃′ ∈
a′dan 𝑃′ ∈ b′. Oleh karena T sebuah transformasi maka ada Psehingga T (P) = P'dengan 𝑃 ∈ a
dan 𝑃 ∈ b . Ini berarti bahwa a memotong b di P, jadi bertentangan dengan yang diketahui bahwa
a//b.Maka pengandaian bahwa a′ memotong 𝑏′ salah. Jadi haruslah a′// 𝑏′.

Sehingga suatu isometri mengawetkan kesejajaran dua garis.

Akibat:

Salah satu akibat dari sifat (b) teorema 1 ialah bahwa jika dua buah garis misalkan a dan b dimana
𝑎 ⊥ 𝑏 maka 𝑇 𝑎 ⊥ 𝑇 𝑏 dengan⊥ sebuah isometri.

Bukti:

Dipunyai 𝑎 ⊥ 𝑏 akan ditunjukkan 𝑇 𝑎 ⊥ 𝑇 𝑏 . Andaikan T(a) tidak tegak lurus dengan T(b) maka
terapat sudut antara T(a) dengan T(b) yang tidak sama dengan 90o. Karena isometri mengawetkan
besarnya sudut antara dua garis maka sudut yang dibentuk oleh a dan b tidak sama dengan 90 o.
Hal ini kontradiksi dengan 𝑎 ⊥ 𝑏. Jadi pengandaian harus dibatalkan.

Artinya 𝑇 𝑎 ⊥ 𝑇 𝑏

Jadi apabila 𝑎 ⊥ 𝑏 maka 𝑇 𝑎 ⊥ 𝑇 𝑏 dengan T sebuah isometric

Teorema 2.
Apabila garis g dan h saling tegak lurus dan T suatu isometri maka T(g) dan T(h) juga saling
tegak lurus .
Bukti: karena sudut yang di bentuk oleh g dan h adalh siku-siku dan T suatu
isometri.Berdasarkan teorema 1 (ii) mengakibatkan bahwa sudut yang di bentuk oleh T(g)
dan T(h) jika siku-siku dengan kata lain T(g) dan T(h) saling tegak lurus.
Teorema 3.

Komposisi dua buah isometri adalah isometri

Bukti:

Ambil dua isometri, namakan dengan 𝑇1 dan𝑇2 , terjadilah komposisi dari 𝑇1 dan𝑇2 .

Yaitu 𝑇1 ° 𝑇2 dan 𝑇2 ° 𝑇1. Dalam uraian ini akan ditunjukkan salah satu saja 𝑇1 ° 𝑇2. Ambil dua titik
sembarang 𝐴, 𝐵 ∈ 𝑉, misalkan 𝑇2 (𝐴) = 𝐴1, , 𝑇2 (𝐵) = 𝐵1, dan 𝑇1 (𝐴1 ) = 𝐴′, 𝑇1 (𝐵1 ) = 𝐵′,
berdasarkan pemisalan ini dapat dicari:
(𝑇1 ° 𝑇2 )(𝐴) = 𝑇1 ( 𝑇2 (𝐴)) = 𝑇1 (𝐴1 ) = 𝐴′ (𝑇1 ° 𝑇2) (𝐵) = 𝑇1 ( 𝑇2 (𝐵)) = 𝑇1 (𝐵1 ) = 𝐵′

Karena 𝑇2 isometri maka𝐴1 𝐵1 = 𝐴𝐵 dan karena 𝑇1 isometri pula𝐴′𝐵′ = 𝐴1 𝐵1 . Karena


𝐴′𝐵′ = 𝐴1 𝐵1dan𝐴1 𝐵1 = 𝐴𝐵 , maka 𝐴′ 𝐵 ′ = 𝐴𝐵. Jadi 𝑇1 ° 𝑇2 suatu isometric

2. ISOMETRI LANGSUNG DAN ISOMETRI LAWAN

Untuk lebih memahami isometri langsung dan isometri lawan terlebih dahulu kita bahas fenomena
isometri yang diperlihatkan pada gambar berikut .

Pada gambar 1 tampak bahwa apabila pada segitiga ABC yang dicerminkan pada garis g dimana,
urutan kelilingnya A→B→C adalah berlawanan dengan putaran jarum jam menghasilkan peta
yaitu segitiga 𝐴1 𝐵1 𝐶1 yang urutan kelilingnya 𝐴1 → 𝐵1 → 𝐶1 adalah sesuai dengan jarum jam.

Pada gambar 2 dapat dilihat lihat sebagai isometri yaitu suatu rotasi (putaran) segitiga ABC yang
mengelilingi titik O. Dimana, pada segitiga ABC urutan keliling adalah A→B→C adalah
berlawanan dengan putaran jarum jam dirotasikan mengelilingi titik O yang menghasilkan peta
yaitu segitiga 𝐴2 𝐵2 𝐶2 dengan urutan keliling 𝐴2 → 𝐵2 → 𝐶2 adalah tetap berlawanan dengan
putaran jarum jam.

Untuk membahas lebih lanjut fenomena isometri di atas, kita gunakan konsep tiga titik yang tak
segaris. Andaikan (P1,P2,P3) tiga titik yang tak segaris maka melalui P1,P2 dan P3 ada tepat satu
lingkaran l, kita dapat mengelilingi l berawal misalnya dari P1 kemudian sampai di P2 , P3 dan
akhirnya kembali ke P1. Apabila arah keliling ini sesuai dengan putaran jarum jam maka dikatakan
bahwa tiga titik (P1,P2,P3) memiliki orientasi yang sesuai dengan putaran jarum jam (orientasi yang
negatif), apabila arah keliling itu berlawanan dengan putaran jarum jam maka dikatakan bahwa
tiga titik (P1,P2,P3) memiliki orientasi yang berlawanan denga putaran jarum jam (orientasi yang
positif), jadi pada gambar 1, (A,B,C) memiliki orientasi positif sedangkan (A1,B1,C1)memiliki
orientasi yang negatif, pada gambar 2 orientasi (A,B,C) adalah positif dan orientasi (A2,B2,C2)
tetap positif, jadi pencerminan pada gambar 1 mengubah orientasi sedangkan putaran pada gambar
2 mengawetkan orientasi.

Definisi 1:

1. Suatu transformasi T mengawetkan suatu orientasi apabila untuk setiap tiga titik tak segaris
(𝑃1 , 𝑃2 , 𝑃3 ) orientasinya sama dengan (𝑃1′ , 𝑃2′ , 𝑃3′ ) dengan 𝑃1′ = 𝑇(𝑃1 ), 𝑃2′ = 𝑇(𝑃),2 , 𝑃3′ = 𝑇(𝑃3 ).
2. Suatu transformasi T membalik suatu orientasi apabila untuk setiap tiga titik yang tak segaris
(𝑃1 , 𝑃2 , 𝑃3 ) orientasinya tidak sama dengan orientasi peta-petanya (𝑃1′ , 𝑃2′ , 𝑃3′ ) dengan 𝑃1′ =
𝑇(𝑃1 ), 𝑃2′ = 𝑇(𝑃),2 , 𝑃3′ = 𝑇(𝑃3 ).

Definisi 2:

Suatu transformasi dinamakan langsung apabila trasformasi tersebut mengawetkan orientasi,


suatu transformasi disebut transformasi lawan apabila transformasi tersebut mengubah orientasi.

Salah satu sifat penting dalam geometri transformasi adalah:

Teorema 3:

Setiap refleksi pada garis adalah isometri lawan.

Teorema 4 tanpa bukti, tidak setiap isometri adalah isometri lawan. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 2, dimana isometri (yaitu rotasi pada titik O) adalah sebuah isometri langsung. Oleh karena
itu dapat kita kemukakan teorema berikut, tanpa bukti.

Teorema 4 :

Setiap isometri adalah sebuah isometri langsung atau sebuah isometri lawan.
B. SOAL DAN PEMBAHASAN.

A. Soal – Soal.

1. Diketahui garis-garis s, t, u dan titik A,B seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini. T adalah
sebuah isometri dengan 𝐵 = 𝑇 (𝐴)dan 𝑈 = 𝑇(𝑠). Jika lukislah ′ = 𝑇 (𝑡) !

2. Diketahui garis 𝑔 = {(𝑥, 𝑦)|𝑥 + 2𝑦 = 1} dan ℎ = {(𝑥, 𝑦)|𝑥 = −1}. Tulislah sebuah
persamaan garis 𝑔′ = 𝑀ℎ (𝑔)!

3. Diketahui lima garis g, g’, h, h’, dan k sehingga 𝑔′ = 𝑀𝑡 (𝑔) dan ℎ′ = 𝑀𝑡 (ℎ). Apabila 𝑔′ ∕∕
ℎ′buktikan 𝑔 ∕∕ ℎ !

4. Diketahui garis-garis g,h, dan h’ sehingga ℎ′ = 𝑀𝑡 (ℎ) apakah ungkapan di bawah ini benar?

a. Jika ℎ′ ∕∕ ℎ maka ℎ ∕∕ 𝑔.

b. Jika ℎ′ = ℎ maka ℎ = 𝑔.

c. Jika ℎ′ ∩ ℎ = {𝐴}, maka 𝐴 ∈ 𝑔 .

5. Jika 𝑔 = {(𝑥, 𝑦)|𝑦 = −𝑥} dan ℎ = {(𝑥, 𝑦)|3𝑦 = 𝑥 + 3}, selidikilah apakah

𝐴 = (−2, −4) terletak pada garis ℎ′ = 𝑀𝑔 (ℎ).

6. Suatu transformasi 𝑇 ditentukan oleh 𝑇(𝑃) = (𝑥 + 1,2𝑦) untuk semua 𝑃(𝑥, 𝑦)

a. Jika 𝐴 = (0,3) dan 𝐵(1, −1).Tentukan 𝐴′ = 𝑇(𝐴) dan 𝐵′ = 𝑇(𝐵). Tentukan pula persamaan
⃡𝐴𝐵 dan ⃡𝐴′ 𝐵 ′.

⃡ selidiki apakah 𝐶 ′ = 𝑇(𝐶) ∈ ⃡𝐴′𝐵′.


b. Apabila 𝐶(𝑐, 𝑑) ∈ 𝐴𝐵

c. Apakah 𝐷′ (𝑒, 𝑓) ∈ ⃡𝐴′ 𝐵 ′ selidiki apakah 𝐷 ∈ ⃡𝐴𝐵 dengan 𝐷′ = 𝑇(𝐷).

d. Menurut teorema 4.1 yang menyatakan bahwa jika transformasi T suatu isometric maka peta
sebuah garis adalah pula suatu garis. Apakah kebalikannya benar ?

7. Diketahui garis-garis 𝑔dan ℎdan titik-titik 𝑃dan 𝑄.


Diketahui pula bahwa 𝑃′ = 𝑀𝑔 (𝑃), 𝑃′ = 𝑀𝑔 (𝑃), 𝑄′ = 𝑀𝑔 (𝑄), dan 𝑄′ = 𝑀𝑔 (𝑄).

a. Lukislah 𝑃′ dan𝑄 ′ !

b. Bandingkan jarak𝑃𝑄 dan 𝑃′ 𝑄 ′ .

B. Pembahasan.

1. 𝑇(𝑡) = 𝑡 ′ , 𝑨 ∈ 𝒕. Karena 𝐵 ∈ 𝑇(𝐴) maka 𝐵 ∈ 𝑡 ′

𝑡 ⊥ 𝑠dan Gambar:

2. Diketahui garis 𝑔 = {(𝑥, 𝑦)|𝑥 + 2𝑦 = 1} dan h = {(𝑥, 𝑦)|𝑥 = −1}

Gambar:

Karena𝑀ℎ sebuah refleksi pada ℎ, maka merupakan isometri.

Jadi, menurut teorema ”sebuah isometri memetakan garis menjadi garis”, dan 𝑀ℎ (𝑔) = 𝑔′ , maka
𝑔′ adalah sebuah garis.

Titik 𝐴(1,0)merupakan titik potong antara garis 𝑔dan sumbu 𝑥.

Titik 𝐶merupakan titik potong antara garis 𝑔dan ℎ.


Jadi 𝐶 ∈ 𝑔dan 𝐶 ∈ ℎ.

Karena 𝐶 ∈ ℎ maka 𝑀ℎ (𝐶) = 𝐶

Jadi 𝑔′ akan melalui titik 𝐶, dan 𝑔′ akan melalui 𝐴′ = 𝑀ℎ (𝐴)

§ Koordinat titik 𝐶

g : x + 2y = 1 x + 2y – 1 = 0,

h : x = -1

substitusikan x = -1 ke persamaan garis g : x + 2y = 1, diperoleh:

-1 + 2y – 1 = 0

2y = 2

y=1

Jadi 𝐶 = (−1,1)

§ Koordinat titik 𝐴′ = 𝑀ℎ (𝐴)

Titik 𝐷(−1,0)adalah titik potong ℎ dengan sumbu 𝑥.

𝐴𝐷 = 𝑥𝐴 − 𝑥𝐵

= 1 − (−1) = 2

Karena isometri maka 𝐷𝐴′ = 𝐴𝐷 = 2

Jadi, 𝐴𝐴′ = 𝐴𝐷 + 𝐷𝐴′ = 2 + 2 = 4

Misal titik 𝐴′ (𝑥 ′ , 𝑦 ′ )

Absis titik 𝐴′ adalah 1 − 4 = −3

Diperoleh 𝑥 ′ = −3 dan , 𝑦 ′ = y = 0

Jadi, 𝐴′ (−3,0)

Jadi, g’ melalui titik 𝐶(−1,1) dan 𝐴′ (−3,0)

𝑦− 𝑦1 𝑥− 𝑥1
Persamaan garis g’: : 𝑦 =𝑥
2 −𝑦1 2 −𝑥1
𝑦−1 𝑥 − (−1)
=
0 − 1 (−3) − (−1)

𝑦−1 𝑥+1
=
−1 −2

−2𝑦 + 2 = −𝑥 − 1

𝑥 − 2𝑦 + 3 = 0

Jadi, 𝑔′ = {(𝑥, 𝑦)|𝑥 − 2𝑦 + 3 = 0}

3. Diketahui 𝑔′//ℎ′

Andaikan g tidak sejajar h, maka menurut teorema, bahwa isometric 𝑀ℎ mengawetkan kesejajaran
2 garis, diperoleh 𝑔′ tidak sejajar dengan ℎ′. Padahal diketahui bahwa 𝑔′//ℎ′, maka pengandaian
harus dibatalkan, artinya 𝑔//ℎ.

4. Diketahui garis-garis 𝑔, ℎ dan ℎ′sehingga ℎ′ = 𝑀𝑔 (ℎ)

a. Jika ℎ′//ℎmaka ℎ//𝑔.

Jadi benar jikaℎ′//ℎ maka ℎ//𝑔.

b. Jika ℎ′//ℎ maka ℎ = 𝑔.

Jadi benar jika ℎ′ = ℎ maka ℎ = 𝑔.

c. Jika ℎ′ ∩ ℎ = {𝐴}, maka 𝐴 ∈ 𝑔.


Jadi benar jika ℎ′ ∩ ℎ = {𝐴}, maka 𝐴 ∈ 𝑔.

5. Jika g = {(x,y) | y = -x} dan h = {(x,y) |3y = x + 3}

Gambar:

Karena 𝑀𝑔 sebuah refleksi pada ℎmaka merupakan isometri.

Menurut teorema, “ Sebuah isometri memetakan garis menjadi garis ”, dan 𝑀𝑔 (ℎ) = ℎ′, maka ℎ′
adalah sebuah garis.

Titik 𝐶merupakan titik potong antara garis g dan h.

Jadi,𝐶 ∈ 𝑔 dan 𝐶 ∈ ℎ.

Karena 𝐶 ∈ 𝑔 maka 𝑀𝑔 (𝐶) = 𝐶

Jadi h’ akan melalui titik 𝐶

Ambil titik A(0,1) dan B(-3,0) karena 𝑔: 𝑦 = −𝑥 maka 𝑀𝑔 (𝐴) = 𝐴 dan 𝑀𝑔 (B) = 𝐵′.

Jadi ℎ′ melalui 𝐴′dan 𝐵′.Dimana pencerminan pada garis 𝑦 = −𝑥 berlaku misalkan 𝐷 =


(𝑎, 𝑏)maka bayangannya 𝐷′(−𝑏, −𝑎). Sehingga 𝐴′(−1,0) dan 𝐵′(0,3).

𝑦− 𝑦1 𝑥− 𝑥1
Persamaan garis ℎ′: 𝑦 =𝑥
2 −𝑦1 2 −𝑥1

𝑦 − 0 𝑥 − (−1)
=
3 − 0 0 − (−1)

𝑦 𝑥+1
=
3 1

𝑦 = 3𝑥 + 3
Jadi persamaan garis ℎ′: 𝑦 = 3𝑥 + 3

6. Dik : suatu transformasi T, didefinisikan 𝑃12 (𝑥, 𝑦) maka 𝑇(𝑃) = (𝑥 + 1,2𝑦)

Jawab :

a. 𝐴(0,3) → 𝑇(𝐴) = (0 + 1,2(3)) = (1,6) = 𝐴′


𝐵(1, −1) → 𝑇(𝐵) = (1 + 1,2(−1)) = (2, −2) = 𝐵′

𝑦−𝑦1 𝑥−𝑥1
Per 𝐴𝐵 ⇒ 𝑦 =𝑥
2 −𝑦1 2 −𝑥1

𝑦−3 𝑥−0
⇒ −1−3 =1−0
𝑦−3
⇒ =𝑥
−4

⇒ 𝑦 − 3 = −4𝑥
⇒ 𝑦 = −4𝑥 + 3

𝑦−𝑦1 𝑥−𝑥1
Per 𝐴′𝐵′ ⇒ 𝑦 =𝑥
2 −𝑦1 2 −𝑥1

𝑦−6 𝑥−1
⇒ =2−1
−2−6
𝑦−6 𝑥−1
⇒ =
−8 1

⇒ 𝑦 − 6 = −8𝑥 + 8
⇒ 𝑦 = −8𝑥 + 14

b. 𝐴⦁ ⦁𝐴′

𝐶⦁ ⦁𝑇(𝐶) = 𝐶′

𝐵⦁ ⦁𝐵′

c. 𝐴′⦁ ⦁𝐴 manurut teorema 4.1

𝑇(𝐷) = 𝐷′⦁ ⦁𝐷 𝐴′ 𝐵′ = 𝐴𝐵 , Jadi

𝐷′ = 𝑇(𝐷) = 𝐷

𝐵′ ⦁ ⦁𝐵

d. Benar, karena jika kita tarik sebuah garis akan terbentuk titik – titik baru.

7. a. Gambar:
b. Karena PR= P'R' (isometri mengawetkan jarak)

Maka jarak P'dengan h= jarak P'dengan h

Jarak R'dengan h = jarak R'dengan h

Anda mungkin juga menyukai