Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN

“Sistem Informasi dan Sistem Dokumentasi”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

Ali Akbar Pramayana (193110123)


Aulia Putri Adila (193110128)
Gustia Anggun Rizovi (193110134)
Mutiara Putri Sari (193110141)
Rahmi Ramadhani (193110147)
Sinta Arya Ningsih (193110153)
Vonny Levita Adri (193110159)
KELAS 1A

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Yessi Fadriyanti, S.Kep.,M.Kep

PRODI D3 KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TA 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem
Dokumentasi” dengan mata kuliah Dokumentasi Keperawatan tepat pada waktunya. Dalam
penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini serta kesempurnaan makalah berikutnya.Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca, Sekian penulis sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Aamiin.

Padang, 25 Februari 2020

Kelompok 2
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Bab II Pembahasan
A. Sistem Informasi Kesehatan
B. Sistem Dokumentasi (Manual dan Elektronik)
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sistem informasi kesehatan menurut WHO dalam buku “Design and implementation of
health information system” Geneva (2000), adalah suatu sistem informasi kesehatan yang
tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari suatu sistem kesehatan. Sistem
informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi sebagai proses
pengambilan keputusan di segala jenjang. Untuk mendukung pelaksanaan sistem informasi
kesehatan tersebut pada tahun 2002 pemerintah melalui Menteri Kesehatan pengembangan
sistem informasi kesehatan daerah (SIKDA)”.
Pada era globalisasi saat ini kebutuhan akan data dan informasi yang tepat, akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan sangat dibutuhkan keberadaannya karena merupakan sumber
utama dalam pengambilan kebijakan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.
Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi merupakan kondisi positif yang akan
sangat mendukung berkembangnya sistem informasi kesehatan, hal ini juga sangat berguna
dalam pengambilan keputusan bisa lebih mudah jika semua informasi yang dibutuhkan sudah
tersedia. Untuk tujuan itu sistem informasi kesehatan perlu dibangun dengan mengorganisir
berbagai data yang telah dikumpulkan secara sistematik, memproses data menjadi informasi
yang berguna.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Sistem Informasi Kesehatan?
2. Apa itu sistem Dokumentasi Keperawatan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Sistem Informasi Kesehatan.
2. Untuk mengetahui Sistem Dokumentasi Keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Informasi Kesehatan
1. Batasan Sistem Informasi Kesehatan
Beberapa batasan sistem informasi kesehatan:
a. Sistem informasi kesehatan adalah mekanisme pengumpulan, pengolahan, analisis
dan pengiriman informasi yang dibutuhkan untuk mengorganisasikan dan
mengoperasikan pelayanan kesehatan dan juga untuk penelitian dan pelatihan.

b. Sistem informasi kesehatan adalah sejumlah komponen dan prosedur yang


terorganisir dengan tujuan untuk menghasilkan informasi untuk meningkatkan
keputusan manajemen pelayanan kesehatan pada setiap tingkat sistem kesehatan.

2. Komponen Sistem Informasi Kesehatan


Seperti sistem lainnya, sistem informasi kesehatan terdiri dari komponen yang saling
berhubungan yang dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu:
a. Proses informasi, yang terdiri dari: 2
a. Pengumpulan data
b. Pengiriman data
c. Pengolahan data
d. Analisis data
e. Penyajian informasi
Pemantauan dan penilaian proses tersebut memungkinkan gabungan masukan yang
benar menghasilkan tipe keluaran yang benar pada waktu yang tepat.
Sistem informasi dapat menyediakan informasi yang tepat dan relevan hanya jika
setiap komponen proses informasi terstruktur dengan baik.
b. Manajemen sistem informasi, yang terdiri dari: 2
a. Sumber daya sistem informasi kesehatan meliputi orang-orang (perencana,
manajer, ahli statistik, ahli epidemiologi, pengumpul data), perangkat keras
(register, telepon, komputer), perangkat lunak (kertas karbon, format laporan,
program pengolah data) dan sumber dana.

b. Aturan-aturan organisasi, misalnya penggunaan standar diagnosa dan


penanganan, uraian tugas petugas, prosedur manajemen distribusi,
prosedur pemeliharaan komputer yang memungkinkan efisiensi penggunaan sumber
daya sistem informasi kesehatan.
Oleh karena itu dalam merancang atau merancang kembali sistem informasi kesehatan
dibutuhkan penekanan pada pengaturan yang sistematis setiap komponen baik proses
informasi maupun manajemen sistem informasi tersebut.2
3.Masalah-masalah Sistem Informasi Kesehatan
Pada banyak negara sistem informasi kesehatan tidak adekuat dalam menyediakan
dukungan dalam manajemen program. Lippeveld (2000) menyimpulkan alasannya dalam
lima hal:
a. Irelevansi informasi yang didapat dengan kebutuhan

b. Kualitas data yang kurang

c. Duplikasi data dan tidak efisiennya informasi

d. Tidak tepat waktu dalam melaporkan dan menindaklanjuti

e. Informasinya kurang berguna

Menurut Bambang dkk. (1991) terdapat beberapa masalah pada sistem informasi
kesehatan di Indonesia diantaranya:
a. Data yang harus dicatat dan dilaporkan di unit-unit operasional sangat banyak,
sehingga beban para petugas menjadi berat.

b. Proses pengolahan data menjadi lama, sehingga hasil pengolahan data menjadi
lama, menyebabkan hasilnya menjadi tidak tepat waktu ketika disajikan dan
diumpanbalikkan.

c. Data yang dikumpulkan terlalu banyak dibanding kebutuhannya, maka banyak data
yang akhirnya tidak dimanfaatkan.
4.Peran Sistem Informasi Kesehatan
Pada hakikatnya suatu Sistem Informasi Kesehatan tidak dapat berjalan sendiri.
Sistem Informasi Kesehatan merupakan bagian fungsional dari Sistem Kesehatan yang
komprehensif, yang memberikan pelayanan kesehatan secara terpadu, meliputi baik
pelayanan kuratif, pelayanan rahabilitatif, maupun pencegahan penyakit, dan peningkatan
kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan harus dapat mengupayakan dihasilkannya informasi
yang diperlukan untuk pengambilan keputusan di berbagai tingkat Sistem Kesehatan. Sistem
Kesehatan memang terdiri atas berbagai tingkat sejak dari tingkat paling bawah, tingkat
menengah, sampai ke tingkat pusat. Dengan berlakunya konsep desentralisasi dan otonomi
daerah, Sistem Kesehatan di setiap tingkat harus dapat mandiri (selfpropeled), walaupun
berkaitan satu sama lain.
Sesuai dengan pembagian wilayah di Indonesia yang berlaku saat ini, tingkat-tingkat
itu adalah sebagai berikut:
a. Tingkat Kecamatan, di mana terdapat Puskesmas dan pelayanan kesehatan dasar
lain.

b. Tingkat Kabupaten/Kota, di mana terdapat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,


Rumah Sakit Kabupaten/Kota, dan rujukan primer lain.

c. Tingkat Provinsi, di mana terdapat Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah Sakit


Provinsi, dan pelayanan rujukan sekunder lain.
d. Tingkat Pusat, di mana terdapat Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Pusat, dan
pelayanan kesehatan rujukan tersier lain.
Setiap tingkat menyediakan pelayanan kesehatan yang berbeda, memiliki
sumber daya yang berbeda, dan mempraktekkan fungsi-fungsi manajemen yang
berbeda pula. Idealnya, sumber daya harus sebanyak mungkin terdapat di kecamatan
agar masyarakat memiliki akses yang optimal terhadap pelayanan kesehatan. Akan
tetapi dalam rangka desentralisasi ternyata dihadapi banyak kendala, khususnya
berkaitan dengan ketenagaan, sarana dan peralatan, yang disebabkan oleh terbatasnya
kemampuan ekonomi negara.
Fungsi khusus yang dimiliki setiap tingkat mengakibatkan perbedaan dalam
pengambilan keputusan.
Dari sisi manajemen, fungsi-fungsi dalam Sistem Kesehatan dapat dikelompokkan ke
dalam tiga jenis, yaitu: (1) Manajemen Pasien/Klien, (2) Manajemen Unit Kesehatan,
dan (3) Manajemen Sistem Kesehatan.
Manajemen pasien/klien dan manajemen unit kesehatan berkaitan secara
langsung dengan pelayanan kesehatan promotif, preventif, dan kuratif kepada
masyarakat. Dalam hal ini tercakup interaksi antara petugas-petugas unit kesehatan
dengan masyarakat di wilayah pelayanannya. Manajemen pasien/klien dan
manajemen unit dipraktikkan baik di pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas dan lain-
lain), pelayanan kesehatan rujukan (Rumah Sakit dan lain-lain), serta di Dinas
Kesehatan. Keputusan-keputusan yang dibuat dalam rangka manajemen pasien/klien
dan manajemen unit kesehatan disebut keputusan-keputusan operasional. Manajer,
dalam manajemen pasien/klien adalah semua petugas kesehatan yang melayani
pasien/klien.
Sedangkan manajer dalam manajemen unit adalah pimpinan dari unit yang
bersangkutan (Kepala Puskesmas, Direktur Rumah Sakit, Kepala Dinas Kesehatan).
Manajemen Sistem Kesehatan berfungsi memberikan dukungan manajerial dan
koordinasi terhadap tingkat manajemen unit kesehatan dan manajemen pasien/klien.
Keputusan-keputusan yang dibuat dalam rangka manajemen sistem kesehatan disebut
keputusan-keputusan strategis. Adapun manajer dalam manajemen Sistem Kesehatan
adalah Kepala Dinas Kesehatan dan pihak-pihak lain yang dapat mempengaruhi
keputusannya (stakeholders).
Dengan mengenali fungsi spesifik dari setiap tingkat manajemen kesehatan,
akan dapat dikenali pula siapa saja pemakai informasi kesehatan (yaitu para manajer
kesehatan) dari keputusan-keputusan apa yang harus mereka buat. Hal ini akan
membantu dalam perumusan kebutuhan informasi di setiap tingkat dan penetapan data
apa yang harus dikumpulkan, cara dan instrumen pengumpulannya, pengiriman
datanya, prosedur pengolahan datanya, pengemasan informasinya, dan penyajian
informasinya.
B. Sistem Dokumentasi (Manual dan Elektronik)
a. Dokumentasi Keperawatan Manual
Dokumentasi keperawatan Manual adalah dokumentasi atau catatan tentang layanan
kepada klien yang dikerjakan atau dituliskan pada kertas.
Awalnya dirancang untuk menunjang kebutuhan perawat berpikir, sintesis kondisi
pasien, dan komunikasi tentang pasien.
Temuan Hasil Penelitian
2011  55,1% Perawat di US masih mengkomunikasikan informasi pasien yang
dikumpulkan berbasis kertas. Perawat menggunakan dokumentasi keperawatan
berbasis kertas sebagai alat pendukung untuk terus menilai,merencanakan,
mengintervensi, dan mengevaluasi pasien untuk mengoptimalkan kesehatan mereka
(Ammenwerth et al., 2003; Bjorvell et al., 2003).
Tetapi,Perawat menggunakan dokumentasi keperawatan berbasis kertas untuk
mengumpulkan dan berkomunikasi tentang informasi pasien seringkali tidak dapat
dipahami dengan baik. Kemampuan menulis manual tidak lagi dipandang sebagai metode
yang menguntungkan untuk mengkomunikasikan informasi pasien (Robles, 2009)
Kelebihan Dokumentasi Manual
1. Dapat dikerjakan oleh siapa saja atau tidak memerlukan keterampilan khusus
2. Tidak perlu mempelajari cara kerja suatu alat/benda yang digunakan untuk
mengerjakannya
Kekurangan Dokumentasi Manual
1. Memerlukan waktu yang lama saat penulisan
2. Diagnosa keperawatan dan Perencanaan dapat bervariasi disebabkan kurang
kemampuan perawat dalam menganalisa
3. Sering sulit dibaca atau dapat disalah artikan sehingga hanya dapat digunakan
untuk satu orang pada satu waktu
4. Lebih sulit dianalisis untuk keperluan

b.Dokumentasi elektronik
Dunia keperawatan di Indonesia terus berkembang, seiring dengan meningkatnya
strata pendidikan keperawatan di Indonesia dan akses informasi yang sangat cepat di seluruh
dunia. Hal itu membawa dampak pada kemajuan proses keperawatan, termasuk dalam
dokumentasi keperawatan.
Dokumentasi keperawatan yang sebelumnya manual, bergeser kearah
komputerisasi. Komputerisasi bukan hanya membantu dalam dokumentasi
keperawatan, tetapi digunakan juga untuk sistem informasi manajemen rumah sakit.
Aktivitas asuhan keperawatan dapat termonitor dalam sebuah data base rumah sakit.
Perawat merupakan salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi
pelayanan kesehatan. Perawat mempunyai peran penting dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan kesehatan. Perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai standar, yaitu mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi termasuk
dokumentasinya. Dokumentasi Keperawatan merupakan hal penting yang dapat
menunjang pelaksanaan mutu asuhan keperawatan (Kozier, E. 2007). Dokumentasi
Keperawatan juga merupakan bukti akontabilitas tentang apa yang telah dilakukan
oleh seorang perawat kepada pasiennya. Pendokumentasian yang benar merupakan
bukti secara profesional dan legal yang dapat dipertanggung jawabkan.

Manfaat dokumentsi keperawatan elektronik


a. Efisiensi waktu untuk penilaian yang terperinci
b. Standarisasi pengkajian dan rencana keperawatan
c. dengan kemampuan untuk menyesuaikan sesuai kebutuhan
d. Sejumlah besar data dapat disimpan di tempat yang kecil

e. Informasi dapat ditransfer secara otomatis atau“menghuni” ke area data yang lain

f. Peningkatan keamanan seperti akses yang


g. dilindungi kata sandi untuk masuk ke data pasien.

Temuan Hasil Penelitian


a. Dokumentasi keperawatan elektronik memperkenalkan fitur baru, seperti copy dan
paste (Siegler & Adelman, 2009), tatap muka secara elektronik (Kroth, Belsito,
Overage&McDonald,2001)dan pilihan menu asuhan keperawatan terstruktur
(Kossman & Scheidenhelm, 2008), tidak ditemukan di dokumen kertas.
b. Fitur-fitur ini dapat mengubah bagaimana perawat menggunakan dokumentasi
untuk dicatat, membuat keputusan, dan berkomunikasi dgn tim kesehatan
lainnya dan oleh karena itu mungkin berdampak pada peningkatan kualitas
perawatan (Nemeth, Nunnally, O'Connor, & Cook, 2006).
Komponen-komponen dalam Dokumentasi Keperawatan Elektronik
1. Penulisan instruksi-instruksi: perawat, tim kes lain
2. Pemberian pengobatan: Pemberian pengobatan dengan Bar-coded
3. Pendokumentasian asuhan keperawatan
a. Format terstandar
4. Pengingat klinis
a. Dukungan pengambilan keputusan untuk pasien
5. Manjemen asuhan keperawatan/pembagian beban kerja
a. Kardex electronik
b. Whiteboards
c. Matrik staff

Tantangan Dokkep Elektronik


a. Heterogenitas praktik keperawatan membuat sangat sulit untuk mengembangkan
aplikasi yang berguna secara luas
b. Kurangnya pendidikan di sebagian besar program keperawatan berarti bahwa praktisi
seringkali kurang mahir dalam mengoperasikan sistem
c. Sistem tidak standar dan sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain
d. Bahkan ketika perawat belajar sistem dan cara mengoperasikannya, pengetahuan mereka
seringkali sangat spesifik dan tidak dapat dipindahtangankan
e. Pekerjaan keperawatan sangat luas - berkisar dari tugas yang sangat spesifik hingga
sangat kognitif
f. Sulit membuat aplikasi yg akan menangani asuhan kep secara luas dan sesuai kedalaman
yang diperlukan
g. Membutuhkan fleksibilitas yang cukup besar dalam aplikasi  tidak umum!
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dokumentasi keperawatan adalah bagian yang penting dari dokumentasi klinis.


Dokumentasi keperawatan tidak hanya sebagai sarana komunikasi namun juga berkaitan
dengan aspek legal dan jaminan dalam pemberian kualitas pelayanan. Dengan
pendokumentasian yang baik pengembangan riset keperawatan juga akan optimal.
Pendokumentasian keperawatan dengan menggunakan komputer diharapkan akan membantu
meningkatkan dokumentasi keperawatan yang berkualitas. Namun sebelum suatu instansi
rumah sakit menggunakan pendokumentasian keperawatan yang terkomputerisasi ini ada
beberapa hal yang perlu dipersiapkan, tidak hanya berkaitan dengan penyediaan hardware
dan software computer itu sendiri, tetapi yang lebih dipentingkan adalah kemampuan
perawat dalam menggunakan teknologi informasi ini.

B. SARAN

Diharapakan kepada pembaca atau mahasiswa dapat memahami lebih luas tentang
penerapan sistem dokumentasi elektronik karena banyak sekali manfaat yang didapatkan
untuk membuat dokumentasi dari asuhan keperawatan serta saran dan kritik yang baik demi
membangun keberhasilan dan kelengkapan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Edisi
4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta: Salemba
Medika.

Tim Pengajar FKM-UNSRAT. 2014. Modul Kuliah Sistem Informasi Kesehatan. Manado : Fakultas
Kesehatan Masyarakat UNSRAT

Anda mungkin juga menyukai