Anda di halaman 1dari 11

Nama : Khairunisa

NIM : 201003100134
Stase : Ilmu Kedokteran Forensik
Dosen Penguji Klinik : dr. IBG Surya Putra Pidada,Sp.F

A. Deskripsi Kasus
Nama : Sdr. M. Yunus
Jenis Kelamin : Laki – laki
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Serabutan

Riwayat
Seorang laki – laki berusia 23 tahun datang ke IGD RS Sardjito Yogyakarta pada tanggal 5 April
2016 pukul 03.00 WIB dengan keluhan nyeri lengan bawah kanan, lutut kanan dan paha kanan.
Nyeri pada tangan dan kaki dirasakan bertambah berat bila digerakan. Menurut keterangan dari
pasien , pasien mengalami kecelakaan, dimana pasien mengendarai motor bersama
(membonceng) teman laki – lakinya sedang dikejar oleh orang tidak dikenal. Pada saat itu pasien
mengendarai motor dengan kecapatan > 80 km / jam dan menabrak trotoar jalan. Pasien
mengaku terlempar sejauh 2 meter dari motornya dengan sisi tubuh bagian kanan membentur
aspal, namun pasien tidak dapat mengingat bagaimana posisi tubuhnya saat membentur aspal.
Pada saat kejadian tersebut pasien sempat ingin berdiri namun kemudian pasien tiba – tiba tidak
sadarkan diri. Saat dibawa ke RS oleh pihak kepolisian dan pamannya, pasien kembali sadar dan
dapat diajak berkomunikasi namun pasien mengaku hal tersebut tidak berlangsung lama pasien
kembali tidak sadarkan diri.
Pemeriksaan Fisik
KU : Sedang, Compos mentis
TD : 120 /80 mmHG RR : 21 x/ menit
HR : 103 x/ menit T : 36ºC GCS : E4 V5 M6
Deskripsi Luka :
- Pada kepala bagian kanan, 5 sentimeter dari sumbu tengah tubuh, 7 sentimeter dari atas
sudut telinga kanan, terdapat luka lecet geser, dengan arah dari kanan ke kiri , bentuk
tidak beraturan , berwarna kecoklatan, kondisi luka bersih, dasar kulit, dengan ukuran
panjang 4 sentimeter dan lebar 3 sentimeter tidak teraba derik tulang.
- Pada lengan kanan bawah bagian depan, 17 sentimeter ke arah luar dari sumbu tengah
tubuh, 5 sentimeter dari lipatan siku, terdapat luka lecet geser bentuk tidak beraturan ,
berwarna kecoklatan , kondisi luka bersih, dasar kulit, dengan ukuran panjang 12
sentimeter dan lebar 2 sentimeter dikelilingi memar berwarna merah kebiruan panjang 9
sentimeter dan lebar 10 sentimeter.
- Pada kaki kanan, setinggi lutut kanan hingga mata kaki kanan dan telapak kaki kanan
tertutup perban elastis berwarna coklat luka sulit dinilai.
A. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah lengkap
- CT- Scan kepala
- RO – pedis dekstra AP-Lateral
B. Penatalaksanaan Medikomentosa
- Inf RL 20 tpm
- Inj Ceftriaxone 1 g
- Inj Ketorolak 30 mg
Non – Medikomentosa
- Pasang DC
II. Masalah yang Dikaji
- Bagaimanakah aspek medikolegal kecelakaan lalulintas pada kasus ini ?
- Apakah usulan peperiksaan penujang tambahan yang bias digunakan untuk mencari
penyebab kecelakaan ?
III. Analisis
Aspek medikolegal Kecelakaan Lalu Lintas
Dengan telah disahkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan jalan yang terdiri dari 22 bab dan 326 pasal, diharapkan dapat
mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan Angkutan
Jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah :
Hak Korban
Pasal 240
Korban Kecelakaan Lalu Lintas berhak mendapatkan: a. pertolongan dan perawatan dari pihak
yang bertanggung jawab atas terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas dan/atau Pemerintah; b. ganti
kerugian dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas; dan c.
santunan Kecelakaan Lalu Lintas dari perusahaan asuransi.
Pasal 241
Setiap korban Kecelakaan Lalu Lintas berhak memperoleh pengutamaan pertolongan pertama
dan perawatan pada rumah sakit terdekat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 Tentang
Tata Cara Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas.
Pasal 26
Pengumpulan bukti-bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b
meliputi:
a. identitas, keterangan, dan kondisi saksi, pelaku/korban;
b. identitas dan kondisi Kendaraan bermotor;
c. kondisi jalan beserta sarana prasarananya;
d. kondisi lingkungan; dan
e. bekas-bekas kejadian yang ditemukan di TKP.
Pasal 29
(1) Pemeriksaan kondisi fisiologi pengemudi sebelum terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf b dimaksudkan untuk mendapatkan
kepastian kandungan zat-zat adiktif dalam darah dan air seni atau kandungan alcohol dalam
pernapasan.
(2) Kandungan zat-zat adiktif dalam darah dan air seni atau kandungan
alkohol dalam pernapasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
berpengaruh pada terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas wajib diukur
dengan alat tes tertentu dan hasilnya dituangkan dalam berita acara
pemeriksaan ahli.
(3) Pemeriksaan kondisi psikologis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 ayat (1) huruf b ditujukan untuk mendapatkan kepastian jumlah
jam mengemudi dan pengaruhnya terhadap terjadinya Kecelakaan
Lalu Lintas.
(4) Besaran jumlah jam mengemudi yang berpengaruh pada terjadinya
Kecelakaan Lalu Lintas dimaksud pada ayat (3) ditetapkan melebihi 8
(delapan) jam tanpa waktu istirahat paling singkat 30 (tiga puluh)
menit.
UU NO 22 Tahun 2009 Tentang Lalulintas dan angkutan jalan.
Pasal 106
(1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di
Jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar
dan penuh konsentrasi.
(2) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di
Jalan wajib mengutamakan keselamatan Pejalan Kaki
dan pesepeda.
(3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di
Jalan wajib mematuhi ketentuan tentang persyaratan
teknis dan laik jalan.
(4) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di
Jalan wajib mematuhi ketentuan:
a. rambu perintah atau rambu larangan;
b. Marka Jalan;
c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
d. gerakan Lalu Lintas;
e. berhenti dan Parkir;
f. peringatan dengan bunyi dan sinar;
g. kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau
h. tata cara penggandengan dan penempelan dengan Kendaraan lain.
Pemeriksaan alkohol dan obat-obatan pada kecelakaan merupakan suatu yang penting. Alkohol
adalah penyebab terbesar kecelakaan fatal pada kecelakaan tunggal. Beberapa obat seperti obat
antihistamin dan antidepresi yang dikonsumsi sesaat sebelum mengemudi juga dapat
menyumbangkan sejumlah kasus kecelakaan kendaraan bermotor. Penyalahgunaan obat-obatan
seperti penyalahgunaan amphetamine, marijuana, dan obat-obatan terlarang dapat diidentifikasi
dari tubuh korban melalui sampel darah dan urine. Pemeriksaan toksikologi ini sangat berguna
bagi pihak asuransi dalam hal prosedur untuk melakukan klaim asuransi. Apabila pengendara
terbukti lalai dalam berkendara karena pengaruh alcohol atau obat-obatan non narkotik,
pengendara dapat dikenai pasal 311 UU No. 22 Tahun 2009.
Pasal 311
(1) Setiap orang yang dengan sengaja mengemudikan Kendaraan Bermotor dengan cara atau
keadaan yang membahayakan bagi nyawa atau barang dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan Kecelakaan Lalu
Lintas dengan kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun atau denda paling banyak Rp4.000.000,00 (empat juta
rupiah).
(3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan Kecelakaan Lalu
Lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau
barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (3), pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun atau denda paling banyak Rp8.000.000,00
(delapan juta rupiah).
(4) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan Kecelakaan Lalu
Lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
229 ayat (4), pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda
paling banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).
(5) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengakibatkan orang lain
meninggal dunia, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua
belas) tahun atau denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).
Hal ini berbeda apabila pengendara dalam pengaruh konsumsi narkotik, pengendara akan dikenai
pasal berlapis pasal 112 , pasal 132, subsider 127 UU no. 35 tahun 2009 tentang narkotik.
Pasal 112
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima)
gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 127
(1) Setiap Penyalah Guna:
a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun;
b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun; dan
c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.
(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim wajib memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan
Pasal 103.
(3) Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibuktikan atau
terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, Penyalah Guna tersebut wajib
menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Adapaun pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah pemeriksaan alcohol untuk mengetahui
kondisi pasien saat mengendarai kendaraan bermotor, apakah dalam kondisi sadar penuh atau
setengah sadar dibawah pengaruh zat - zat tertentu . Pemeriksaan alcohol dilakukan dengan
metode mikrodifusi Conway menggunakan reagen ANTIE 2cc diletakan di center chamber,
darah di chamber kiri, K2CO3 1 cc di chamber kanan kemudian  tutup cawan  campur
perlahan  tunggu selama 1 , 2, 12 dan 24 jam  lihat perubahan warna pada center chamber,
hijau (alcohol+)  perubahan warna tersebut disamakn dengan parameter kadar alcohol.

Konsentrasi Alkohol Gejala Klinis


10 – 20 mg % Penurunan keapikan keterampilan tangan dan
perubahan tulisan tangan.
30 – 40 mg % Penciutan lapang pandang, penurunan
ketajaman penglihatan, pemanjangan waktu
reaksi.
80 mg % Gangguan penglihatan 3 dimensi, kedalan
pandangan, gangguan pendengaran,
penurunan memusatkan perhatian,
konsentrasi asosiasi dan analisa.
200 mg % Gejala banyak bicara, ramai, reflex menurun,
inkoordinasi otot – otot kecil, kadang
nistagmus dan pelebaran pembuluh darah
kulit.
250 – 300 mg % Penglihatan kabur tak dapat mengenali
warna, konjungtiva merah dilatasi pupil,
pembicaraan kacau, tremor tangan dan bibir,
keterampilan menurun, inkoordinasi otot ,
tonus otot muka menghilang.
400 – 500 mg % Aktivitas motorik hilang sama sekali , timbul
stupor atau koma, pernafasan perlahan dan
dangkal, suhu tubuh menurun
500 – 600 mg % Biasanya korban meninggal dalam 1 – 4 jam
setelah koma 10 – 16 jam
Pemeriksaan narkoba pada urin bertujuan mendeteksi obat atau metabolitnya yang menunjukkan
pemakaian obat yang diresepkan atau substansi illegal dalam waktu belum lama sebelumnya.
Tujuan pemeriksaan narkoba pada urin dapat bertujuan untuk skrining pemakaian maupun
monitoring penatalaksanaan terapi. Beberapa spesimen biologis dapat digunakan untuk
kepentingan ini, tetapi urine merupakan pilihan karena dapat diperiksa 1-3 hari sesudah
pemakaian dan pengambilan spesimennya yang tidak invasive dan dapat diambil dalam jumlah
cukup banyak. Sangat penting untuk memastikan bahwa specimen yang diambil merupakan
specimen yang baik, tidak ditukar maupun dimanipulasi. Kesalahan memberikan hasil dapat
berdampak besar pada orang yang diperiksa. Interpretasi hasil harus dilakukan dengan berhati-
hati karena dapat terjadi positif maupun negative palsu dan terjadi reaksi silang dengan obat-obat
lain yang dikonsumsi.
Kesimpulan
1. Aspek medikolegal pada kasus ini dapat meliputi Hak korban kecelakaan lalulintas
seperti diatur pada pasal 240 dan 241 no 22 tahun 2009 mengenai Setiap korban
Kecelakaan Lalu Lintas berhak memperoleh pengutamaan pertolongan pertama dan
perawatan pada rumah sakit terdekat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Pemeriksaan alcohol dan zat adiktif diatur pada Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Penanganan Kecelakaan
Lalu Lintas, pasal 26 mengenai pengumpulan alat bukti , pasal 29 ayat 1 dan pasal 29
ayat 2.
3. Penggunaan alcohol pada Kecelakaan Lalulintas diatur pada UU No 22 Tahun 2009
Tentang lalulintas dan angkutan jalan, pasal 106 ayat 1 Setiap orang yang mengemudikan
Kendaraan Bermotor diJalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan
penuh konsentrasi.
4. Apabila pengendara terbukti lalai dalam berkendara karena pengaruh alcohol atau obat-
obatan non narkotik, pengendara dapat dikenai pasal 311 ayat 1 UU No. 22 Tahun 2009.
Hal ini berbeda apabila pengendara dalam pengaruh konsumsi narkotik, pengendara akan
dikenai pasal berlapis pasal 112 , pasal 132, subsider 127 UU no. 35 tahun 2009 tentang
narkotika
5. Pemeriksaan penunjng untuk mengetahui penyebab kecelakaan adalah pemeriksaan
alcohol dan narkoba.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan. Available from :

www.hukumonline.com/pusatdata/download/lt4a604fffd43d3/parent/lt4a604fcfd406d

2. Rengga, Agnes. 2015. Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik Narkoba “Urinary Drugs

Testing” Dept. Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RS Hasan

Sadikin. Bandung.

3. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 Tentang

Tata Cara Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas. Available from :

http://www.djpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2013/bn1528-2013.pdf

4. Sampurna, Budi.2006. Ilmu Kedokteran Forensik dan Profesi, Bagian Kedokteran Forensik

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai