Anda di halaman 1dari 16

BAB 2

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


a. Pompa sentrifugal tipe ETA-N 125x100-400 merupakan salah satu tipe
produk pompa PT Torishima Guna Indonesia, sebuah perusahaan joint
anatara PT una Elektro Indonesia dengan PT Torishima Ltd.
Jepang. Performance test bertujuan untuk mengetes kesesuaian performa
pompa actual terhadap standar pabrik maupun permintaan khusus dari
konsumen. Performa pompa yang dimaksud meliputi : Head (H),
Capacity (Q) shaft power (L) dan effisiensi (). Spesifikasi pompa ETA-N
125x100-400 berdasar data dari manufacturer adalah: Head = 51 m,
capacity = 160,8 m3/jam (2,68 m3/min). Spesifikasi motor yang digunakan
adalah: putaran motor 1450 rpm, daya motor 75 KW dan effisiensi motor
91%. Instalasi pengetesan pompa dengan menggunakan system negative
suction, sehingga memerlukan pemancingan pompa sebelum dioperasikan.
Pompa dihubungkan dengan motor penggerak oleh sebuah rigid coupling
dengan posisi horizontal, sesuai dengan posisi pompa tersebut dalam
pengoperasiannya. Dari hasil perhitungan data dapat diketahui bahwa best
efisiensi point pompa sentrifugal tipe ETA-N.
2. Pada penelitian ini divariasikan, jarak kopling, tebal dan lebar sabuk serta
konfigurasi posisi pemasangan sabuk pada kopling. Dengan variasi
tersebut dapat diamati dan diketahui perilaku getaran yang terjadi dengan
cara mengukur dengan mengunakan alat akur getaran vibrometer VQ-400-
A OMETRON yang terhubung dengan labjak U3-LV diteruskan ke PC
dalam bentuk tegangan listrik digital ke tegangan listrik analog. Model ini
mengukur getaran pada arah horizontal atau sumbu X dimana titik fokus
laser pada poros pompa yang berputar. Untuk menampilkan hasil
pengukuran digunakan labjak yang terhubung ke PC laptop. Penelitian ini

4
menunjukkan bahwa sabuk dengan ukuran 4,5 mm dan lebar 98 mm
dengan jarak flens 7,5 cm dengan posisi pemasangan sabuk luar dalam
adalah yang paling baik dimana getaran yang dihasilkan cukup rendah
1,38 mm. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam
pemilihan ukuran sabuk, jarak antara kedua kopling serta model
konfigurasi pemasangan sabuk yang paling baik pada kopling flens.
3. Waste (pemborosan) merupakan sebuah kegiatan yang menyerap atau
memboroskan sumberdaya seperti pengeluaran biaya ataupun waktu
tambah tetapi tidak menambah nilai apapun dalam kegiatan tersebut.
Setiap proses produksi umumnya memiliki peluang terjadinya waste,
terutama pada perusahaan restoran cepat saji. Untuk menghindari maupun
meminimalisir terjadinya waste tersebut maka perlu dilakukan analisis
waste. Analisis wate yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan
penerapan metode FMEA untuk mengetahui waste yang terjadi pada
restoran cepat saji dan menentukan waste kritis yang terjadi pada restoran
cepat saji sehingga dapat memberikan usulan tindakan penanganan waste.

2.2 Pompa
Pompa merupakan suatu alat untuk memindahkan fluida tidak mampu
mampat melalui saluran tertutup. Zat cair yang memiliki sifat mengalir dari suatu
tempat bertekanan tinggi/elevasi lebih tinggi ke tempat yang bertekanan lebih
rendah/elevasi lebih rendah membuat pompa digunakan untuk membangkitkan
tekanan fluida sehingga dapat mengalir dari suatu tempat bertekanan yang lebih
rendah/elevasi rendah ke tempat bertekanan yang lebih tinggi/elevasi lebih tinggi.
Pada beberapa kasus, untuk memindahkan zat padat yang berbentuk bubukan atau
tepung dapat digunakan pompa dengan spesifikasi tertentu. Prinsip kerja pompa
adalah menghisap dan melakukan penekanan terhadap fluida.
Pada sisi hisap (suction) elemen pompa akan menurunkan tekanan dalam
ruang pompa sehingga akan terjadi perbedaan tekanan antara ruang pompa dengan
permukaan fluida yang dihisap. Akibatnya fluida akan mengalir ke ruang pompa.
Oleh elemen pompa, fluida ini akan didorong atau diberikan tekanan sehingga

5
fluida akan mengalir ke dalam saluran tekan (discharge) melalui lubang tekan.
Proses kerja ini akan berlangsung terus selama pompa beroperasi.
Pompa melakukan kerja hisap dan menekan membutuhkan energi yang
berasal dari penggerak pompa. Energi mekanis dari penggerak pompa oleh elemen
pompa akan diubah menjadi energi tekan pada fluida sehingga fluida akan
memiliki daya air. Energi dari penggerak pompa selain untuk memberi daya alir
pada fluida juga digunakan untuk melawan perbedaan energi potensial, mengatasi
hambatan dalam saluran yang diubah menjadi panas. Energi yang digunakan
untuk mengatasi hambatan dan yang diubah menjadi panas merupakan kerugian
energi bagi pompa.
Dari keterangan diatas maka dapat disimpulkan fungsi pompa adalah
untuk mengubah energi mekanis dari penggerak pompa menjadi energi tekan
dalam fluida sehingga akan menjadi aliran fluida atau perpindahan fluida melalui
saluran tertutup. Perpindahan zat cair dapat terjadi menurut arah horizontal
maupun vertikal, seperti zat cair yang berpindah secara mendatar akan mendapat
hambatan berupa gesekan dan turbulensi. Pada perpindahan zat cair dengan arah
vertikal, hambatan yang timbul yang diakibatkan adanya perbedaan tinggi antara
permukaan isap (suction) dan permukaan tekan (discharge).
Klasifikasi pompa berdasarkan cara pemindahan dan pemberian energi
pada cairan dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu pompa kerja positif
(positive displacement pump) dan pompa kerja dinamis (non positive
displacement pump).
1. Pompa pemindah positif (positive displacement pump)
Pompa jenis ini merupakan pompa dengan ruangan kerja yang secara
periodik berubah dari besar ke kecil atau sebaliknya, selama pompa
bekerja. Energi yang diberikan kepada cairan ialah energi potensial,
sehingga cairan berpindah volume per volume.
Yang termasuk dalam kelompok pompa pemindah positif antara lain:
a) Pompa Reciprocating
b) Pompa Diaphragma
c) Pompa Rotari

6
2. Pompa kerja dinamis (non positive displacement pump)
Pompa jenis ini adalah pompa dengan volume ruang yang tidak berubah
pada saat pompa bekerja. Energi yang diberikan pada cairan adalah energi
kecepatan, sehingga cairan berpindah karena adanya perubahan energi
kecepatan yang kemudian diubah menjadi energi dinamis di dalam rumah
pompa itu sendiri.
Yang termasuk dalam kelompok pompa kerja dinamis antara lain:
a) Pompa kerja khusus
b) Pompa Sentrifugal (Centrifugal Pump)
Mengingat tujuan utama dari materi ini adalah sebatas pengenalan pompa,
maka yang akan dibahas selanjutnya hanyalah jenis pompa yang sesuai dengan
judul materi ini karena banyak ditemukan pada instalasi pengolahan minyak bumi,
yaitu pompa sentrifugal.

2.2.1 Pompa sentrifugal


Salah satu jenis pompa kerja dinamis adalah pompa sentrifugal yang
prinsip kerjanya memindahkan energi mekanik menjadi energi kinetik dan energi
potensial fluida melalui suatu impeler yang berputar dalam casing. Kemudian
fluida melaui lintasan volute yang berfungsi menurunkan kecepatan dan menaikan
tekanannya. Gaya sentrifugal yang timbul karena adanya gerakan sebuah benda
atau partikel melalui lintasan lengkung (melingkar). Pompa sentrifugal merupakan
pompa kerja dinamis yang paling banyak digunakan karena mempunyai bentuk
yang sederhana dan harga yang relatif murah. Salah satu pompa sentrifugal yang
digunakan dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini:

Gambar 2.1 Pompa


sumber : alkonusa.com

7
2.2.2 Prinsip kerja pompa sentrifugal
Pompa sentrifugal adalah salah satu jenis pompa non positive
displacement pump dengan prinsip kerja sebagai berikut:
1. Energi mekanik dari unit penggerak dikonversikan menjadi energi cairan
akibat adanya gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh impeler yang
berputar.
2. Energi kecepatan cairan kemudian dirubah menjadi energi potensial
didalam volute dan melalui diffuser dengan cara memperlambat laju
cairan.
3. Energi tekanan cairan yang keluar dari pompa sentrifugal merupakan
tekanan cairan dibagian sisi tekan discharge.
Dengan demikian pompa sentrifugal memiliki prinsip kerja
mengkonversikan energi mekanik menjadi kecepatan fluida selanjutnya energi
kecepatan fluida diubah menjadi energi tekanan keluar dari pompa.

2.2.3 Bagian-bagian dari pompa


Adapun bagian-bagian dari pompa, antara lain sebagai berikut:

Gambar 2.2 Komponen pompa sentrifugal


(sumber:http://repository.usu.ac.id)

Keterangan gambar:
A. Stuffing box
Stuffing box berfungsi untuk mencegah kebocoran pada daerah dimana
bporos pompa menembus casing.
B. Packing
Digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari casing
pompa melalui poros.Biasanya terbuat dari asbes atau Teflon.

8
C. Shaft (Poros)
Poros berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak selama
beroperasi dantempat kedudukan impeller dan bagian-bagian berputar
lainnya.
D. Shaft sleeve
Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi dan
keausan pada stuffing box. Pada pompa multi stage dapat sebagai leakage
joint, internal bearing dan interstage atau distance sleever.
E. Vane
Sudu dari impeller sebagai tempat berlalunya cairan pada impeller.
F. Casing
Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai
pelindung elemen yangberputar, tempat kedudukan diffusor (guide vane),
inlet dan outlet nozel serta tempatmemberikan arah aliran dari impeller dan
mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadienergi dinamis (single
stage).
G. Eye of Impeller
Bagian sisi masuk pada arah isap impeller.
H. Impeller
Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi
energi kecepatanpada cairan yang dipompakan secara kontinyu, sehingga
cairan pada sisi isap secara terusmenerus akan masuk mengisi kekosongan
akibat perpindahan dari cairan yang masuksebelumnya.
I. Wearing Ring
Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang
melewati bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller, dengan
cara memperkecil celah antara casingdengan impeller.
J. Bearing
Bearing (bantalan) berfungsi untuk menumpu dan menahan beban dari
poros agar dapatberputar, baik berupa beban radial maupun beban axial.
Bearing juga memungkinkan porosuntuk dapat berputar dengan lancar dan

9
tetap pada tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi kecil.

2.2.4 Kelebihan dan kekurangan pompa sentrifugal


1. Kelebihan pompa sentrifugal
a) Menghasilkan aliran yang terus-menerus dengan kapasitas yang besar
b) Harga pompa dan biaya pemeliharaannya relatif murah dibandingkan
pompa jenis lain.
c) Dapat dihubungkan langsung dengan motor listrik maupun turbin
d) Getaran dan kebisingan rendah pada operasi normal
2. Kekurangan pompa sentrifugal
a) Mudah mengalami kavitasi
b) Casing harus terisi penuh sebelum pompa dijalankan
c) Pada kapasitas rendah efisiensi juga rendah
d) Kurang baik untuk cairan yang kental

2.2.5 Macam-macam pompa


Secara umum pompa dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu dynamic
pump dan positive displacement pump. Dua kelompok besar ini masih terbagi
kedalam beberapa macam.
1. Pompa Dinamik
a) Pompa Sentrifugal
b) Pompa Aksial
c) Special-Effect Pump
2. Pompa Positive Displacement
a) Pompa reciprocating
b) Rotary pump

2.3 Rubber Coupling


Ruber merupakan sebuah karet yang berfungsi untuk meredam hentakan,
maka dari itu perlu dipilih material yang memiliki tahanan impact yang bagus
selain itu,terkadang dalam coupling terdapat pelumas untuk memperlancar gerak,

10
maka dalam hal ini juga bperlu diperhatikan pelumas yang diperlukan tersebut.
Dalam beberapa kasus, coupling bekerja pada temperature yang cukup tinggi hal
ini akan memperpendek usia karet coupling yang digunakan, maka sebaiknya
digunakan material yang tahan terhadap panas sehingga umur penggunaan nya
dapat lebih lama.

Gambar 2.3 Karet Kopling


(sumber dokumentasi)

2.3.1 Pengaplikasian rubber coupling


Karet peredam getaran / karet anti vibrasi banyak dijumpai pada mesin-
mesin di pabrik, mesin pada kendaraan seperti mobil, truk, mesin rumah tangga
dan lain-lain.
Karet bumper peredam getaran / karet anti vibrasi bisa berupa karpet karet
lembaran dan bisa juga berupa blok karet yang mempunyai ukuran dan bentuk
yang dapat disesuaikan dengan pondasi dari mesin-mesin yang ada. Umumnya
produk karet anti vibrasi terbuat dari bahan baku karet yang terbaik sehingga akan
memiliki karakteristik tangguh dan fleksibel yang akan memberikan ketahanan
pakai atau keawetan yang cukup lama.
Karet peredam getaran / karet anti vibrasi dapat menyerap getaran selama
mesin aktif bekerja karet bumper tersebut akan meredam benturan yang terjadi
antara lantai beton yang keras dengan mesin industri yang umumnya terbuat dari
baja yang keras dan terkadang memiliki beban yang sangat berat. Karet bumper
anti vibrasi ini akan meminimalkan dampak getaran mesin yang akan
berlangsung dalam waktu yang lama sehingga kemungkinan terjadinya kerusakan
pada struktur mesin maupun lantai tempat mesin tersebut diletakkan dapat
dikurangi. Dengan demikian pemakaian karet bumper anti vibrasi akan
memberikan keuntungan dalam penghematan biaya. Termasuk juga akan
meningkatkan atau menstabilkan produktifitas kerja karena terhindar dari

11
berhentinya produksi akibat adanya mesin atau lantai yang sering rusak.
Penggunaan karet bumper ini bisa juga kita temukan pada mesin cuci dan
pengering di rumah tangga.

2.3.2 Macam-macam model rubber kopling


1. Spider
2. Rotex
3. Gear
4. PLC
5. MT
6. HRC

2.4 Kopling
Alat yang digunakan untuk menghubungkan dua poros pada kedua
ujungnya dengan tujuan untuk mentransmisikan daya mekanis. Kopling biasanya
tidak mengizinkan pemisahan antara dua poros ketika beroperasi, tetapi saat ini
ada kopling yang memiliki torsi yang dibatasi sehingga dapat slip atau terputus
ketika batas torsi dilewati.

Gambar 2.4 Kopling


(sumber dokumentasi)

2.4.1 Tujuan kopling


Tujuan utama dari coupling adalah menyatukan dua bagian yang dapat
berputar. Dengan pemilihan, pemasangan, dan perawatan yang teliti, performa
kopling bisa maksimal, kehilangan daya bisa minimum, dan biaya perawatan bisa
diperkecil.

12
2.4.2 Manfaat kopling
1. Untuk menghubungkan dua unit poros yang dibuat secara terpisah, seperti
poros motor dengan roda atau poros generator dengan mesin. Kopling
mampu memisahkan dan menyambung dua poros untuk kebutuhan
perbaikan dan penggantian komponen.
2. Untuk mendapatkan fleksibilitas mekanis, terutama pada dua poros yang
tidak berada pada satu aksis.
3. Untuk mengurangi beban kejut ( shock load ) dari satu poros ke poros
yang lain.
4. Untuk menghindari beban kerja berlebih.
5. Untuk mengurangi karakteristik getaran dari dua poros yang berputar.

2.4.3 Jenis kopling


Menurut konstruksinya kopling dapat dibagi atas dua agian, yaitu:
1. Kopling Tetap
Kopling tetap adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang di gerakkan secara pasti
tanpa terjadi slip, dimana sumbu kedua poros terletak pada satu garis lurus atau
dapat berbeda sedikit letak sumbunya. Kopling tetap di bedakan antara lainatas,
kolping kaku, kopling luwes, kopling universal.
A. Kopling Kaku
Kopling kaku di gunakan bila kedua poros di hubungkan dengan sumbu
segaris. Kopling ini banyak di gunakan pada poros mesin dan transmisi
umum di pabrik-pabrik. Yang termasuk ke dalam kopling kaku adalah:
a) Kopling Bus
b) Kopling Flens Kaku
c) Kopling Flens Tempa
B. Kopling luwes
Mesin – mesin yang di hubungkan dengan penggeraknya melalui kopling
kaku memerlukan penyetelan yang sangat teliti agar kedua poros yang
saling di hubungkan dapat menjadi satu garis lurus, selain itu getaran dan

13
tumbukan yang terjadi dalam penerusan daya antara poros penggerak dan
yang di gerakkan tidak dapat di redam sehingga memperpendek umur
mesin serta menimbulkan bunyi berisik. Untuk menghindari kelemahan-
kelemahan tersebut dapat di gunakan kopling luwes terutama bila terdapat
ketidak lurusan antara sumbu kedua porosnya. Jenis-jenis kopling luwes
diantaranya:
a) Kopling karet ban
b) Kopling flens luwes
c) Kopling karet bintang
d) Kopling rantai
e) Kopling gigi
C. Kopling universal
Salah satu jenis kopling universal yaitu kopling universal hook. Kopling
ini dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memindahkan putaran
walaupun poros tidak sejenis.
2. Kopling tidak tetap
Kopling tidak tetap adalah elemen mesin yang menghubungkan poros
yang digerakkan dan poros penggerak dengan putaran yang sama dalam
meneruskan daya serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut,baik
dalam keadan diam maupun berputar. Kopling tidak tetap dibedakan lagi atas,
kopling cakar, kopling plat, kopling kerucut, kopling friwil Kopling Cakar
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif (tidak dengan
perantaraan gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk kopling cakar, yaitu
kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral. Kopling cakar persegi dapat
meneruskan momen dalam dua arah putaran, tetapi tidak dapat dihubungkan
dalam keadaan berputar sebaliknya, kopling cakar spiral dapat dihubungkan
dalam keadaan berputar tetapi hanya baik untuk satu putaran saja.
A. Kopling plat
B. Kopling kerucut ( cone clutch)
C. Kopling friwil
D. Cara kerja kopling

14
2.5 Vibrasi (Getaran)
Vibrasi adalah suatu gerak bolak-balik disekitar kesetimbangan.
Kesetimbangan adalah keadaan dimana suatu benda berada pada posisi diam jika
tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut. Vibrasi dapat ditunjukkan
dengan cara yang sederhana yaitu dengan pegas yang diberi beban. Kemudian
pegas ditarik dan dilepaskan. Pada pegas akan tampak gerakan bolak balik dari
atas kebawah. Mesin yang ideal tidak akan bergetar karena energi yang
diterimanya digunakan sepenuhnya oleh mesin itu sendiri.
Mesin yang dirancang dengan baik akan menghasilkan vibrasi yang relatif
rendah tetapi dengan bertambahnya usia mesin dan dengan pengoperasian dalam
jangka waktu lama akan menyebabkan mesin tersebut mengalami :
1. Keausan pada elemen mesin
2. Perubahan struktur pondasi akibat usia maupun akibat lingkungan. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya misalignment pada poros.
3. Perubahan perilaku dinamik pada mesin sehingga terjadi perubahan
frekuensi.

2.5.1 Parameter penyebab vibrasi


Beberapa parameter penyebab vibrasi pada mesin listrik sebagai berikut :
1. Misalignment (titik pusat antara dua poros yang tidak terletak pada satu
sumbu)
2. Kondisi tidak seimbang (unbalance)
3. Cacat yang terjadi pada bagian mesin antara lain pada bearing, roda gigi,
dan lain-lain.
4. Kekurangan pelumasan.
5. Kurang baiknya transmisi sabuk atau rantai.
6. Kurang baiknya kinerja bantalan.

2.5.2 Vibrasi berlebihan


Vibrasi yang berlebihan menyebabkan sebagai berikut ini:
1. Mengendornya sambungan-sambungan pada mesin.

15
2. Menimbulkan suara bising.
3. Meningkatnya beban pada komponen-komponen mesin.
4. Mempercepat ausnya bagian-bagian mesin.

2.5.3 Parameter vibrasi


1. Simpangan (Displacement)
2. Kecepatan (Velocity)
Percepatan (Acceleration) Setiap mesin memiliki level vibrasi tertentu dan
dalam domain frekuensi memiliki spektrum dengan ciri tertentu.

2.6 Metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)


FMEA adalah pendekatan sistematik yang menerapkan suatu metode
pentabelan dengan menentukan mode kegagalan, penyebab kegagalan dan efek
dari kegagalan hal ini untuk membantu proses pemikiran yang digunakan oleh
engineers untuk mengidentifikasi mode kegagalan potensial dan efek. FMEA
merupakan teknik evaluasi tingkat keandalan dari sebuah sistem untuk
menentukan efek dari kegagalan dari sistem tersebut. Kegagalan tergolong
berdasarkan dampak yang diberikan terhadap kesuksesan suatu misi dari sebuah
sitem. Secara umum, Failure Modes And Effect Analysis didefenisikan sebagai
sebuah teknik yang mengidetifikasi tiga hal, yaitu:
1. Penyebab kegagalan yang potensial dari sistem, komponen mesin, dan
proses selama siklus hidupnya.
2. Efek dari kegagalan pada mesin Doosan.
3. Tingkat kekritisan efek kegagalan terhadap fungsi sistem, komponen
mesin, dan proses.
FMEA merupakan alat yang digunakan unutk menganalisa keandalan
suatu sitem dan penyebab kegagalannya untuk mencapai persyaratan keandalan
dan keamanan sistem, desain dan proses dengan memberikan informasi dasar
mengenai prediksi keandalan sistem, desain, dan proses.
Berikut ini adalah tujuan yang dapat dicapai dengan menerapkan metode
FMEA :

16
1. Untuk mengidentifikasi mode kegagalan dan tingkat keparahan efeknya.
2. Untuk mengidentifikasi karakteristik kritis dan karakteristik signifikan
3. Untuk mengurutkan pesanan desain potensial dan defisiensi proses
4. Untuk membantu fokus engineer dalam mengurangi perhatian terhadap
produk proses, dan membantu mencegah timbulnya permasalahan.
Setelah diketahui penyebab kegagalan potensial dari suatu kerusakan
peralatan dari metode FMEA selanjutnya untuk melihat prioritas resiko keparahan
atau RPN maka harus mencari nilai dari saverity (tingkat keparahan), occurence
(tingkat kemungkinan kejadian), dan detection (deteksi).

2.6.1 Severity (tingkat keparahan)


Tingkat keparahan adalah perkiraan subjektif numerik dari seberapa parah
pelanggan (pengguna berikutnya) atau pengguna akhir yang akan merasakan efek
kegagalan.
Tabel 2.1 Severity (tingkat keparahan)
Rangking Kreteria
1. Negligible severity (pengaruh buruk yang dapat diabaikan).Kita
tidak perlu memikirkan bahwa akibat ini akan berdampak pada
kinerja produk.
Pengguna akhir mungkin tidak akan memperhatikan kecacatan ini
2. Mild severity (pengaruh buruk yang ringan). Akibat yang
3. ditimbulkan hanya bersifat ringan. Pengguna akhir tidak akan
merasakan perubahan kinerja.
Perbaikan dapat dikerjakan pada saat pemeliharaan regular.
4. Moderate severity (pengaruh buruk yang moderat). Pengguna akhir
5. akan merasakan penurunan kinerja, namun masih dalam batas
6. toleransi.
Perbaikan yang dilakukan tidak mahal dan dapat selesai dalam
waktu singkat.
7. High severity (pengaruh buruk yang tinggi). Pengguna akan
8. merasakan akibat buruk yang akan diterima, berada diluar batas
toleransi.
Perbaikan yang dilakukan sangat mahal.
9. Potential safety problems (masalah keamanan potensial). Akibat
10. yang ditimbulkan sangat berbahaya dan berpengaruh terhadap
keselamatan pengguna.
Bertentangan dengan hukum.
Sumber : (Gasperz, 2002)

17
2.6.2 Occurrence (tingkat kemungkinan kejadian)
Tingkatan waktu atau kemungkinan terjadinya kadang-kadang disebut,
adalah estimasi subjektif numberik dari kemungkinan yang menyebabkan, jika
terjadi, akan menghasilkan Failure Mode dan efek khususnya.
Tabel 2.2 Occurrence (tingkat kemungkinan kejadian)
Degree Berdasarkan Pada Frekuensi Kejadian Rating
Remote 0,01 per 1000 item 1
0,1 per 1000 item 2
Low
0,5 per 1000 item 3
1 per 1000 item 4
Moderate 2 per 1000 item 5
5 per 1000 item 6
10 per 1000 item 7
High
20 per 1000 item 8
50 per 1000 item 9
Very High
100 per 1000 item 10
Sumber : (Gasperz, 2002)

2.6.3 Detection (deteksi)


Deteksi kadang-kadang disebut efektifitas. Ini adalah pemikiran subjektif
numerik efektivitas kontrol untuk mencegah atau mendeteksi penyebab atau
Failure Mode sebelum kegagalan mencapai pelanggan. Asumsinya adalah yang
menyebabkan telah terjadi.
Tabel 2.3 Detection (deteksi)
Berdasarkan Pada
Rating Kriteria
Frekuensi Kejadian
1. Metode pencegahan sangat efektif. Tidak 0,01 per 1000 item
ada kesempatan bahwa penyebab muncul
2. Kemungkinan penyebab terjadinya 0,1 per 1000 item
3. sangat rendah 0,5 per 1000 item
4. Kemungkinan penyebab terjadinya 1 per 1000 item
5. bersifat Moderat. Metode pencegahan 2 per 1000 item
6. kadang Memungkinkan penyebab itu 5 per 1000 item
terjadi
7. Kemungkinan penyebab terjadi masih 10 per 1000 item
8. tinggi metode pencegahan kurang efektif, 20 per 1000 item
penyebab masih berulang kembali
9. Kemungkinan penyebab terjadi sangat 50 per 1000 item
10. tinggi. Metode pencegahan tidak efektif 100 per 1000 item
Sumber : (Gasperz, 2002)

18
2.6.4 Perhitungan risk priority number (RPN)
Untuk menentukan prioritas dari suatu bentuk kegagalan maka harus
terlebih dahulu mengidentifikasi tentang Severity, Occurrence, Detection yang
hasil akhirnya berupa RPN (Risk Priority Number). Perhitungan RPN dari hasil
FMEA.
RPN = S x O x D .................................................................................. (2.1)
Menyediakan pendekatan evaluasi alternatif untuk Analisa Kekritisan.
Jumlah prioritas resiko memberikan perkiraan numerik kualitatif resiko
kerusakan. RPN didefenisikan sebagai produk dari tiga faktor independen dinilai.
1. S = Severity (Tingkat Keparahan)
2. O = Occurrence (Tingkat Kejadian)
3. D = Detection (Deteksi)
Risk Priority Number (RPN) adalah ukuran yang digunakan ketika menilai
resiko untuk membantu mengidentifikasi “critical failure modes” terkait dengan
kerusakan pada mesin. Nilai RPN berkisar dari 1 (terbaik mutlak) hingga 1000
(absolut terpuruk). RPN FMEA adalah umum digunakan dalam industri dan agak
mirip dengan nomor kekritisan yang digunakan.
Maka dengan adanya penelitian ini dilakukanlah proses analisa kegagalan
rubber coupling pada sambungan pompa sentrifugal dengan menggunakan metode
Failure Mode and Effect Anlysis (FMEA). FMEA adalah suatu prosedur
terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode
kegagalan atau kecacatan. Yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber-
sumber dan akar penyebab dari suatu masalah kualitas dengan memperhatikan
pengukuran terhadap besarnya nilainya yaitu Severity, Occurance, Detection, dan
RPN.
Setelah dilakukan proses analisa kegagalan rubber coupling pada
sambungan pompa sentrifugal dengan menggunakan metode Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA) diharapkan keluaran yang dihasilkan (output) adalah
berkurangnya kerusakan yang tidak diinginkan dari sebuah rubber coupling pada
sambungan pompa sentrifugal

19

Anda mungkin juga menyukai