Banyak hal yang sudah jelas tanpa diperbandingkan. Sebagai contoh, menerima bahwa India
adalah negara demokrasi atau bahwa demokratisasi mengikuti beberapa tahap tidaklah
diperlukan perbandingan negara. Bahkan, kita dapat menggunakan waktu kita untuk
menganalisis karakteristik demokrasi dan penjelasan keberhasilannya di negara India itu sendiri,
jadi untuk apa sulit-sulit membandingkannya dengan negara lain? Apakah yang didapat dari
perbandingan itu?
> Pertama kita dapat membedakan perbandingan berdasarkan jumlah negara yang
dipertimbangkan. Apakah kita menjaring sejumlah besar negara unhuk mencari pola-pola serupa
di antara mereka (misalnya untuk mengetahui apakah negara-negara yang maju secara ekonomi
juga demokratis) atau apakah kita berfokus pada satu atau beberapa negara dan berupaya
memahami secara mendalam bagaimana cara kerja mereka (misalnya, apakah Hinduisme
memfasilitasi demokrasi di India). Kedua pendekatan itu memiliki kelebihan dan kekurangn dan
karenanya kita juga bisa mencoba menyusun strategi menggunakan keduanya, untuk
mendapatkan yang terbaik.
> Kedua, kita dapat membedakan perbandingan tidak berdasarkan jumlah kasus yang menjadi
landasannya, tetapi berdasarkan strategi yang digunakan dalam pendekatan perbandingannya.
Kita dapat membandingkan negara-negara yang serupa, misalnya India dan Pakistan karena
mereka serupa dalam beberapa hal penting, atau kita dapat membandingkan India dan Denmark,
karena dua-duanya sangat berbeda dalam beberapa hal, meski keduanya sama-sama negara
demokrasi.
Dalam bahasan penutup ini kami membahas empat jenis perbandingan sebagai cara menguraikan
persoalan-persoalan terpenting dalam mendesain penelitian dalam perbandingan politik.
Contoh-contoh ini menggaris bawahi fakta bahwa logika di balik perbandingan sistematik
negara itu identik dengan logika perbandingan hal-hal lain semisal bermacam tarikh waktu, atau
bermacam kelompok sosial, wilayah atau pemilu. Namun demikian, dengan berkembangnya
istilah tersebut dalam ilmu politik, 'ilmu perbandingan politik' biasanya mengacu kepada
perbandingan negara. Dalam pengertian ini, perbandingan politik melibatkan dua pendekatan
mendasar:
Penelitian mengenai dua puluh tiga negara OECD boleh jadi sudah cukup, asalkan kita
mengetahui bahwa mereka merupakan negara-negara dunia yang terbilang kaya, dan hasil kita
mungkin tidak berlaku untuk negara-negara yang tidak begitu kaya.
Tidak ada batas minimum yang pasti untuk studi banyak-n (large-n study) namun sebagian
penelitian seperti ini didasarkan pada perbandingan antara lebih dari dua puluh atau tiga puluh
negara. Jumlah ini memang masih relatif sedikit, namun memiliki banyak implikasi bagi
penelitian.
1. Dengan menganalisis dua puluh atau tiga puluh kasus berarti informasi tentangnya harus
terkuantifikasi dan terbakukan. Yang kami maksud terkuantifikasi adalah ukuran angka untuk
hal-hal seperti kepadatan penduduk, pendapatan per-kapita atau persentase hasil pemilu. Yang
kami maksud terbakukan adalah bahwa ukuran ini diambil dengan landasan yang sama di setiap
negara dan karenanya sebanding. Misalnya, jika kita menginginkan ukuran pendidikan, tidaklah
masuk akal bila kita menggunakan persentase siswa sekolah dasar di negara yang satu dan
persentase mahasiswa di perguruan tinggi di negara lain. Ada kalanya ukuran tersebut berbentuk
indikator tunggal mengenai sebuah konsep yang lebih kompleks. Pendapatan per-kapita
seringkali digunakan sebagai indikator dari konsep multivariate pembangunan ekonomi. Dalam
kasus lain, kita dapat menggunakan sebuah indeks yang menggabungkan banyak angka untuk
membentuk satu ukuran yang lebih tepercaya mengenai sebuah gagasan yang kompleks. Indeks
Pembangunan Manusia yang disusun oleh Program Pembangunan PBB mengkombinasikan
delapan ukuran untuk menghasilkan sebuah indeks komposit pembangunan manusia.
3. Perbandingan banyak-n bisa dilakukan dengan sangat baik dengan kumpulan data baku yang
besar. Organisasi-organisasi seperti OECD dan Bank Dunia memiliki banyak data seperti ini
yang mencakup banyak negara. Kumpulan data ini meliputi World Values Studies,
Eurobarometer dan European Social Survey. Sebagian kumpulan data ini dikenal sebagai data
lintas-bagian karena menyediakan ukuran yang sama di bermacam negara pada titik waktu
tertentu, misalnya persentase penduduk dewasa dari sejumlah negara yang mengungkapkan
kepuasan terhadap pemerintah mereka pada tahun tertentu. Kumpulan data yang lain dikenal
sebagai rantai-waktu karena mencakup kejadian-kejadian yang sama di sebuah negara atau
sejumlah negara pada titik waktu yang berbeda, misalnya serangkaian statistik pemilu.
Keunggulan nyata dari perbandingan banyak-n bisa berubah menjadi masalah serius.
Tidak semua hal yang penting atau menarik secara teori bisa dengan mudah dikuantifikasi,
sebagaimana diketahui dari rumitnya mengukur 'demokrasi'. Berpegang pada data kuantitatif
terbakukan mengandung risiko bahwa data-data yang ada akan menentukan pertanyaan
penelitian kita. Juga, tidak semua ukuran penting itu dibakukan secara memadai, karena banyak
yang rentan terhadap masalah teknis dalam pengumpulan atau penyajiannya, dan tiap-tiap negara
cenderung memiliki cara tersendiri dalam melakukannya. Ini berarti bahwa statistik mereka tidak
sepenuhnya sebanding dengan negara lain. Lebih lanjut, banyak teknik statistik yang didasarkan
pada korelasi, yang tidak lebih dari ukuran hubungan antar variabel. Korelasi menjelaskan
apakah dua ukuran sama-sama bervariasi dan seberapa dekatkah keduanya, namun tidak
menjelaskan apakah variabel yang satu berhubungan sebab-akibat dengan yang lain. Sekalipun
pembangunan ekonomi dan demokrasi selalu terjadi bersama-sama, ini tidak lantas berarti bahwa
pembangunan ekonomi menyebabkan demokrasi. Dampaknya boleh jadi justru sebaliknya jika
demokrasilah yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Atau barangkali, pembangunan ekonomi
dan demokrasi merupakan konsekuensi dari faktor ketiga yang tidak asing pada keduanya,
misalnya Protestanisme. Terakhir, penerapan teknik statistik menuntut tingkat pemahaman
statistik dan matematika yang hanya bisa diperoleh melalui pelatihan yang benar, dan mahasiswa
yang tidak menyukai mata kuliah seperti ini berada pada posisi yang kurang beruntung dalam
ilmu perbandingan politik.
Seberapa sedikitkah seharusnya perbandingan sedikit-n itu? Tidak ada batas yang jelas
antara studi 'banyak-n' dan 'sedikit-n. Biasanya, studi sedikit-n mengkaji sejumlah kecil kasus.
Berapa pun jumlahnya, studi sedikit-n memiliki kesamaan ciri:
1. Karena studi sedikit-n berfokus pada proses dan hubungan yang pasti di sedikit negara, maka
studi ini bisa menyertakan bukti dan metode kualitatif. Sebagai misal, tidak diperlukan satu
indeks pembangunan demokrasi di Polandia dan Rusia jika kita memiliki pemahaman mendalam
tentang proses transisi mereka. Dalam perbandingan ini kita dapat mendiskusikan peran unik
kalangan Solidarnośe di Polandia dan golongan Tsar di Russia.
2. Secara umum, pendekatan 'sedikit-n' bisa dicirikan sebagai heuristik yakni, metode-metode
yang digunakan untuk mengeksplorasi proses dan hubungan yang kompleks berdasarkan trial
and error dan pemahaman intuitif mengenai politik dan masyarakat. Sebagai contoh, dengan
mengeksplorasi dan memahami bermacam sifat agama Protestan di Denmark dan agama Hindu,
Jain, Sikh dan Budha di India, kita mungkin akan memahami hubungan mereka dengan
demokrasi. Kita tidak dapat memperoleh pemahaman subyektif tentang agama dengan mengkaji
data statistik, meski informasi semacam ini membantu pemahaman kita.
3. Studi sedikit-n (small-n study) dapat menelaah sejumlah besar informasi khas-negara yang
bersifat kualitatif tanpa perlu pembakuan. Upaya apa pun untuk memahami transformasi
demokrasi di Polandia tentu perlu memberikan perhatian pada kebangkitan Solidarnosć, namun
tidak ada kemungkinan untuk membakukan informasi itu.
Tujuan utama pendekatan sedikit-n adalah memahami proses aktual di sedikit negara,
dan oleh sebab itu ia juga dikenal sebagai 'pendekatan berorientasi-kasus'.
Keterbatasan dan kelemahan dari perbandingan sedikit-n tampak jelas. Menarik untuk
mengetahui dengan pasti bagaimana Polandia bisa menjadi negara demokrasi sedangkan
Pakistan tidak, namun mengetahui setiap rincian tentang kedua negara ini tidak membantu kita
mencapai simpulan umum tentang demokrasi di dunia. Lebih lanjut, perbandingan sedikit-n bisa
dilakukan tanpa syarat kemampuan statistik sebagaimana dalam perbandingan banyak-n, namun
memerlukan pemahaman mendalam dan keakraban dengan negara-negara yang ditelaah.
Meneliti Polandia atau Pakistan akan bermanfaat jika si peneliti sangat paham tentang kedua
negara ini dan mahir menggunakan kedua bahasanya. Tetapi tidak ada orang yang bisa memiliki
kedalaman pengetahuan tentang banyak negara.
Persoalan paling serius dari perbandingan sedikit-n ialah bahwa generalisasinya tidak
bisa diuji secara tepat. Guna mengatasi keterbatasan Charls C. Ragin mengusulkan pendekatan
baru yang disebut analisis perbandingan kualitatif (QCA). QCA berfokus pada ada atau tidak
adanya faktor-faktor atau variabel dalam kasus-kasus yang ditelaah. Berdasarkan asosiasi logis,
bukannya statistik, Bagin menyusun strategi yang jelas dan tegas untuk memilah hubungan
sebab-akibat antar berbagai faktor. Metode QCA mengalami kemajuan pesat dalam beberapa
tahun terakhir, dan kini banyak digunakan dalam ilmu perbandingan politik.
Apa yang kita perbandingkan dalam ilmu perbandingan politik sangatlah penting.
Membandingkan India dan Canada akan menghasilkan satu simpulan tentang demokrasi dalam
sistem federasi yang besar dan heterogen, sedangkan membedakan India dan Rusia akan
menghasilkan simpulan yang berbeda. Namun mengapa kita mesti memilih membandingkan
India dengan hanya satu negara ketika kita membandingkannya dengan empat atau lima kasus?
Ini tampaknya masuk akal, namun akan menimbulkan persoalan.
1. Efisiensi; Tidaklah mudah membandingkan negara, meski dalam jumlah kecil, karena
mungkin diperlukan waktu bertahun-tahun untuk menguasai politik dan pemerintahan di dua
negara saja.
2. Relevansi; Ada lebih banyak ragam perbandingan dibanding yang sudah kita jelaskan. Sebagai
contoh, kita dapat membandingkan India dengan Brazil, yang juga merupakan masyarakat yang
besar dan beragam, dengan perekonomian yang berkembang namun dengan latarbelakang
kolonial yang berbeda. Dari perbandingan ini dapat kita ketahui tentang pentingnya warisan
kolonial Inggris bagi demokrasi.
3. Generalisasi; Empat atau lima negara merupakan jumlah yang agak kecil untuk melandaskan
generalisasi dan karena ada lebih dari lima puluh anggota Persemakmuran Inggris, maka kita
memiliki lebih banyak kemungkinan untuk menguji hipotesis bekas koloni Inggris.
Method of Agreement (Metode Persesuaian); Jika sebuah fenomena terjadi dalam dua situasi
atau lebih, maka penjelasan untuk fenomena itu harus bertumpu pada kesamaan ciri dari situasi-
situasi tersebut. Karena itu, dalam Metode Pesesuaian, ada atau tidak adanya faktor atau faktor-
faktor umum yang penting ('persesuaian' antarnegara) harus menjelaskan fenomena yang hendak
kita jelaskan. Sebagai contoh, India dan Canada memiliki kesamaan dampak dari beberapa
tradisi Inggris, yang boleh jadi menjelaskan demokrasi di kedua negara.
Method of Difference (Metode perbedaan); Jika dua atau beberapa situasi memiliki kesamaan,
namun fenomenanya hanya terjadi pada salah satunya, berarti penyebabnya berkaitan dengan
bermacam ciri dari situasinya. Jika kita menggunakan Metode Perbedaan, ada atau tidak adanya
faktor krusial ('perbedaan' antarnegara) diasumsikan menjelaskan fenomena atau akibat tertentu
di salah satunya. Sebagai contoh, India dan Cina sama-sama negara yang sangat besar; karena itu
fakta bahwa India merupakan negara demokrasi tidak bisa dialamatkan kepada ukurannya,
karena Cina juga besar namun bukan negara demokrasi.
Mill menekankan bahwa kedua pendekatan itu sama-sama berguna, namun Metode Perbedaan
memberikan bukti lebih kuat tentang penjelasan sebab-akibat. Dalam penelitian komparatif
metode ini banyak digunakan untuk studi regional atau daerah. Jika kita mengelompokkan
negara dengan label seperti 'negara-negara Amerika Latin', 'Eropa Tengah' atau "Timur Tengah',
kita dapat secara tegas menyatakan bahwa negara- negara di wilayah ini memiliki banyak
persamaan. Sebagai misal, jika sebagian negara Amerika Latin merupakan demokrasi dan
sebagian lain adalah otoritarian, maka penyebab demokrasi harus dicari di antara faktor-faktor
yang tidak ada kaitannya dengan persamaan latar belakang Spanyol dan Portugis negara-negara
Amerika Latin. Demikian pula kita dapatapat membandingkan 'negara-negara OECD' dan tidak
menyertakan perkembangan ekonomi sebagai faktor krusial untuk menjelaskan sesuatu yang
terjadi di sebagian dari negara-negara tersebut.
Gagasan-gagasan Mill sangat berguna untuk menyusun perbandingan secara sistematis.
Untuk ilmu perbandingan politik, penjelasan terkenal tentang kedua strategi ini diberikan oleh
Adam Przeworski (1940-) dan Henry Teune (1936-). Mill menerapkan metode-metodenya
terutama pada ilmu alam, sedangkan Przeworski dan Teune pada ilmu perbandingan politik.
Dalam buku kecil berjudul The Logic of Comparative Social Inquiry terbitan 1970, mereka
menyusun dua strategi utama untuk perbandingan:
Desain Sistem Paling Berbeda (Most Different Systems Design [MSDS]); Pendekatan ini
mengikuti logika metode persesuaiannya Mill. Desain Sistem Paling Berbeda merekomendasikan
pemilihan negara-negara yang sangat berlainan satu sama lain, namun memiliki kesamaan
karakteristik yang ingin kita teliti. Dengan pendekatan ini, membandingkan India dan Denmark
merupakan pilihan yang bagus karena kedua negara memiliki sedikit persamaan (dan merupakan
dua sistem yang sangat berlainan) terlepas dari keberadaan mereka sebagai negara demokrasi
yang solid.
Desain Sistem Paling Serupa (Most Similar Systems Design [MSSD]); Mengikuti metode
perbedaannya Mill, Desain Sistem Paling Serupa menganjurkan untuk mencari negara-negara
yang memiliki paling banyak persamaan (yakni 'sistem-sistem paling serupa'), namun tidak
menunjukkan fenomena atau akibat yang sama yang ingin kita jelaskan. Dalam upaya mencari
tahu apakah warisan kolonial Inggris itu penting bagi demokrasi, perbandingan antara India: dan
Pakistan bisa dilakukan karena kedua ini memiliki banyak persamaan, negara namun hanya India
yang merupakan sistem demokrasi yang solid. Dalam nerbandingan ini, sesuatu yang khas pada
Indina harus dijelaskan.
MDSD dan MSSD sama-sama banyak digunakan dalam perbandingan politik sebagai
strategi untuk menyeleksi negara-negara, namun sebelum kita benar-benar menyeleksi negara
untuk studi perbandingan kita sendiri, ada dua langkah awal yang diperlukan:
> Pertama, diperlukan banyak informasi tentang negara-negara yang dipilih untuk
diperbandingkan. Apakah India dan Canada itu berbeda ataukah serupa? Apa sajakah persamaan
negara-negara Amerika Latin? Manakah aspek-aspek pemerintahan kolonial Inggris yang relevan
bagi demokrasi? Haruskah Brazil dipertimbangkan? Kita baru bisa memulai perbandingan jika
pertanyaan-pertanyaan ini dijawab dan jika kita memiliki latar belakang pengetahuan yang
sangat mendalam tentang India, Canada, Brazil, Amerika Latin dan sejarah kolonial Inggris.
> Kedua, dan yang lebih penting, sebelum kita mulai memperbandingkan negara-negara, kita
harus mampu memilah faktor-faktor yang diasumsikan sangat penting bagi penjelasan sebab-
akibatnya, dan membedakannya dari faktor-faktor yang tidak relevan. Haruskah kita
membandingkan India dengan Canada karena sama-sama memiliki warisan kolonial Inggris dan
karena besarannya, dengan mengabaikan perbedaan mencolok dalam hal perkembangan
ekonomi, penduduk, cuaca dan komposisi agamanya?
Sangat perlu diperhatikan bahwa persyaratan ini harus dipenuhi sebelum
mempertimbangkan manfaat dalam memutuskan antara strategi MDSD ataukah MSSD. Tidaklah
sulit menyusun daftar panjang perbedaan dan persamaan antar bermacam negara, namun itu
tidak membantu kita. Untuk itu kita memerlukan sebuah teori yang mengidentifikasi apa yang
menurut kita merupakan faktor sebab akibat yang hendak dicari dan yang mengarahkan kita
dalam menyeleksi negara-negara yang cocok untuk perbandingan kita dan strategi penelitian
yang tepat. Data-data empiris, baik kualitatif maupun kuantitatif, memang memainkan peran
penting dalam perbandingan politik, namun teorilah yang melandasi semua.