Anda di halaman 1dari 25

ALKOHOL

123
I. Judul Percobaan
Uji analisis kualitatif obat pada golongan alkohol.

II. Tanggal Percobaan


21 Agustus 2018

III. Tujuan Percobaan


Mengidentifikasi senyawa zat dari bahan yang dipakai dalam farmasi
terutama bahan obat-obatan.

IV. Dasar Teori


A. Definisi Alkohol dan Pembagiannya
Alkohol adalah suatu sennyawa organik yang mempunyai gugus OH yang
terikat pada atom karbon (C) dari rangkaian alifatis maupun rantai siklik.
Pembagian alkohol:
1. Berdasarkan struktur
a. Alkohol alifatis
Contoh: Etil alkohol (primer)
Isopropyl alkohol (sekunder)
Amylon hidrat (tersier) biasa disebut dengan alkohol monovalen
alifatis jenuh.
b. Alkohol aromatis
Contoh:
Benzil alkohol (Jenuh)
Cinnamylalkohol (Tak jenuh).
c. Alkohol siklik
Contoh:
Menthol (sekunder)
Terpenhydrat (tersier).
2. Berdasarkan jumlah gugus OH
a. Alkohol monovalent.
b. Alkohol polyvalent.

124
Jenis cairan: Glycerin, Ethylen glikol dan propylen glikol (2-3 gugus
OH).
3. Berdasarkan letak gugus OH yang mengikat atom C
a. Alkohol primer
Etanol, Methanol, Propanol, dll.
b. Alkohol sekunder
Isobutil alkohol, isopropanol.
c. Alkohol tersier
4. Berdasarkan keturunannya (jumlah atom C yang dikandung)
a. Alkohol rendah
b. Alkohol tinggi

B. Sifat-sifat Alkohol
 Kelarutan: Umumnya mudah larut dalam pelarut polar, makin besar
molekulnya makin baik larutannya dalam air (atom C banyak).
 Titik didih: Alkohol monovalent mempunyai titik didih bertambah
besar dengan bertambahnya atom C. Alkohol polyvalent mempunyai
titik didih bertambah besar dengan bertambahnya gugus OH.
 Makin banyak atom C, indeks bias semakin tinggi.
 Alkohol monovalent mempunyai jumlah atom C1-C10 pada suhu kamar
berupa cairan (zat cair), sedangkan yang mepunyai atom C1> C10 pada
suhu kamar berupa padatan (zat padat).
 Alkohol polyvalent makin banyak gugus OH maka titik lebur makin
tinggi.

C. Pemisahan Alkohol
Pemisahan alkohol dilakukan dengan cara destilasi bertngkat, sisanya
dikocok dengan PAE dibagi dalam golongan yang larut dan yang tidak larut. Sisa
pengocokan dilarutkan dalam air.
Pemisahan dari Aldehid, Asam, Fenol, dan Keton
Tidak dapat langsung dipisahkan dengan destilasi, tetapi ditambah terlebih
dahulu dengan NaOH agar fenol dan asam membenuk fenolat dan garam yang
larut dalam air sehingga tidak ikut terdestilasi. Pada senyawa yang mengandung

125
gugus aldehid dan keton ditambahkan NaHSO3, maka akan terikat dan tidak ikut
terdestilasi.

D. Reaksi Umum Alkohol


1. Reaksi Diazo
Zat + Diazo A + Diazo B lalu basakan dengan NaOH perbandingan diazo
dan B (4:1) menghasilkan warna merah frambos.
Keterangan: beda dengan fenol, warna merah dari fenol umumnya ditarik
dengan eter/amil alkohol.
2. Esterifikasi dengan asam benzoat, asam asetat dan asam salisilat yang
diperhatikan bau esternya
Cara kerja: Alkohol + asam sareaklisilat/benzoat/asetat + asam sulfat
dipanaskan. Hasil kapas dicium baunya (tabung reaksi dan kapas yang
dibasahkan).
3. Reaksi Beackman
Zat + Asam Sulfat (H2SO4) + Kalium Bikromat
Primer: bau aldehid
Sekunder : bau keton
Tersier: adanya pemecahan rantai karbon atom C
4. Pereaksi Deniges
Alkohol tersier langsung memberikan endapan putih karena tereduksi.
5. Test Iodoform
Reaksi untuk alkohol monovalent
Prinsip: terbentuk warna kuning CHI3 antara alkohol yang mempunya soll
iodii dalam suasana alkalis.
6. Memeriksa alkohol polyvalent
a. Reaksi Cuprifil
Terjadi kompleks Cu yang jernih. Larutan dibasakan dengan NaOH +
1 tetes CuSO4 akan terbentuk kompleks Cu jernih.
b. Reaksi Landwerr
Zat + FeCl3 akan terbentuk warna kuning tua sampai coklat jingga.
7. Reaksi Etanol
a. Esterifikasi Asam Salisilat/Benzoat/Asetat (cium baunya)
Asam Salisilat: (-) gandapura atau balsam atau sangat lemah

126
Asam Benzoat: (+) frambos atau pisang Ambon
Asam Asetat: (+) balon tiup
b. Reaksi Iodoform
Sampel + NaOH + soll iodii aquosa kuning (lihat di bawah mikroskop)
dan warna kuning kenari.
8. Reaksi Methanol
a. Reaksi Gandapura
Disebut esterifikasi asam salisilat: bau ester balsam gandapura lebih
pekat atau jelas harumnya, dibandingkan etanol yang sedikit lemah
baunya.
b. Reaksi Iodoform
Hasil reaksinya terbentuk warna kuning jika diencerkan praktis tidak
hilang (lihat di bawah mikroskop).
c. Zat + asam sulfat + piperonal di waterbath (wb) terbentuk warna hijau
coklat
d. Zat + KOH + hidroksilamin HCl setelah dingin + asam sulfat 2N hasil
baunya HCN lalu lakukan reaksi biru berlin.
e. Reaksi Borat
Larutan borat panaskan di waterbath (wb) sampai kristal borat + asam
sulfat + methanol dibakar langsung tanpa batang korek api ikut
terbakar. Hasil pengamatannya adalah api berwarna hijau.
9. Reaksi Warna
a. Reaksi Cuprifil
Larutan + CuSO4 + NaOH. Hasil pengamatannya adalah biru tua,
stabil dengan pemanasan, tak timbul endapan CuO.
b. Reaksi Charlety
Larutan + asam oksalat + resorchin + asam sulfat. Hasil
pengamatannya adalah warna timbulkan kembali.

V. Tinjauan Pustaka
1. Monografi Etanol (Sumber: FI Edisi V, halaman 392)

HO
ethanol

127
Nama lain: Alcohol, Etil Alkohol
Rumus kimia: C2H5OH
BM: 46,07
Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3%b/b dan tidak lebiih dari 93,8%
b/b, setara dengan tidak kurang dai 94,9% v/v dan tidak lebih dari 96,0% v/v
C2H6O, pada suhu 15,56°.
Pemerian: Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna; bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu
rendah dan mendidih pada suhu 78°, mudah terbakar.
Kelarutan: Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut
organik.
Bobot jenis: Antara 0,812 dan 0,816 lakukan penetapan pada suhu 15,56°
menunjukkan antara 92,3% b/b dan 93,8% b/b atau antara 94,9% v/v dan
96,0% v/v C2H6O.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.
Pembuatan Etanol:
a. Cara Peragian
 Bahan yang sering digunakan melasa yang mengandung sukrosa.
 Bahan yang mengandung amylum seperti beras, kentang, dsb.
 Bahan yang mengandung selulosa seperti rumput.
 Peragian menghasilkan alkohol sekitar 6,5 – 8,5%
 Dengan cara destilasi bertingkat terdapat alkohol 95,6%, tak
mungkin secara ini terdapat alkohol yang lebih tinggi karena
larutan alkohol terdiri atas 95,6% etanol dan 4,4% H2O membentuk
larutan azeotropik (campuan dan titik didih tetap).
b. Penghidratan Etena
 Secara tak langsung: absorbsi etena dalam asam sulfat pekat,
disusul dengan hidrolisis dari campuran mono dan dietil sulfat
yang terjadi.
 Secara langsung: penghidratan dilakukan pada suhu kamar dengan
suhu 270°C - 300°C pada fase uap dengan katalisator asam fosfit
dan Al2O3.
c. Pembuatan Etanol Absolut

128
Larutan yang terdapat dari peragian mengandung 6,5% - 8,5% etanol.
Setelah didestilasi bertingkat terdapat suatu campuran azeotropik yang
terdiri atas 95,6% dan H2O4,4% (t.d 78,15°C):
Untuk membuat alkohol absolut dari campuran azeotropik ditempuh
dengan:
a. Memasak dengan kapur sirih (CaO) selama 6 jam. Pada destilasi
terdapat alkohol absolut.
b. Membubuhi benzen pada campuran azeotropik kemudian ternet ini
didestilasi.
 Pada 64,8°C terdapat campuran azeotropik yang terdiri atas
7,4% H2O; 18,5% etanol; 74,1% C6H6.
 Pada suhu 68,2°C keluar suatu campuran azeotropik yang
terdiri atas 32,6% etanol dan 67,4% C6H6, suhu tetap sampai
semua benzen sudah keluar
 Pada suhu 78,4°C keluar etanol absolut
Kegunaan Etanol:
a. Dalam bidang farmasi: sebagai pelarut untuk membuattingtur, esens,
ekstrak, dll.
b. Untuk sintesis: eter, iodoform, kloroform, kloral, dll.
c. Larutan alkohol 70% sebagai antiseptik karena mengkoagulasi albumin dan
menghentikan pertumbuhan dari organisme-organisme yang
mengakibatkan pembusukan, konsentrasilebih tinggi tidak efektif karena
tidak mematikan spora.
d. Dipakai sebagai pengawet pada produk biologi.

2. Monografi Methanol (Sumber: FI Edisi IV, halaman 1176)


OH
methanol
Nama lain: Methyl Alkohol
Rumus kimia: CH3OH
BM: 32,04
Pemerian: Cairan tidak berwarna, jernih; bau khas (kasar, pedas, tidak enak,
toksik); warna nyala tidak ada, kebiru-biruan; titik didih 64,7°C. Lebih toksik

129
daripada etil alkohol/etanol. Tak membentuk campuran zeotropik dengan air.
Kalau diminum mengakibatkan mabuk lama sampai kebutaan dan kematian
(tergantung dari volume yang diberikan) karena dalam tubuh, methanol tak
dioksidasikan dengan sempurna hanya sampai HCOOH yang mengakibatkan
kematian.
Kelarutan: Dapat bercampur dengan air, alkohol, eter dan pelarut organik
lainnya.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan:
a. Pelarut misalnya dari shellac, dsb,
b. Sebagai anti freeze radiator mobil.
c. Untuk mendenaturasikan etanol.
d. Untuk membuat formaldehid, metal salisilat, metal klorida.

3. Monografi Gliserin(Sumber: FI Edisi V, halaman 489)


OH

HO

OH
glycerin
Nama lain: Glycerin, Gliseol
Rumus kimia: C3H8O3
BM: 92,09
Gliserin mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C3H8O3.
Pemerian: Cairan; jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa manis; hanya
boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik; netral terhadap
lakmus.
Kelarutan: Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.
Bobot jenis: Tidak kurang dari 1,249.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.
Pembuatan: Pada penyabunan minyak (lemak), sintesis dalam teknik propena.
Kegunaan Gliserin:

130
a. Mempunyai sifat menghaluskan maka dipakai dalam larutan air misal kulit
yang kasar.
b. Sebagai pencahar dan juga dipakai sebagai pemanis dan pelarut.
c. Sebagai pengawet untuk fermen-fermen dan vaksin-vaksin.
d. Konsentrasi 25% sebagai antiseptik.
e. Untuk membuat gliseroltrinitrat digunakan sebagai vasodilator dan
pembuatan dinamit.

4. Monografi Asam Klorida (Sumber: FI Edisi V, halaman 149)


Nama lain: Hydrochloride Acid
Rumus kimia: HCl
BM: 36,46
Asam Klorida mengandung tidak kurang dari 36,5% b/b dan tidak lebih dari
38,0% b/b HCl.
Pemerian: Cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan
dengan 2 bagian volume air, asap hilang. Bobot jenis lebih kuran 1,18.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.

5. Monografi Asam Sulfat (Sumber: FI Edisi V, halaman 158)


Nama lain: Sulfuric Acid
Rumus kimia: H2SO4
BM:98,07
Asam Sulfat mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 98,0%
b/b H2SO4. [Perhatian! Bila asam sulfat akan dicampur dengan cairan lain,
selalu tambahkan asam ke dalam cairan pengencer dan lakukan dengan
sangat hati-hati].
Pemerian: Cairan jernih seperti minyak; tidak berwarna; bau sangat tajam dan
korosif, bobot jenis lebiih kurang 1,84.
Kelarutan: Bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan menimbulkan
panas.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.

6. Monografi Asam Nitrat (Sumber: FI Edisi V, halaman 153)


Nama lain: Nitrate Acid

131
Rumus kimia: HNO3
BM: 63,01
Asam Nitrat mengandung tidak kurang dari 69,0% dan tidak lebih dari 71,0%
b/b HNO3. [Perhatian! Hindari kontak langsung, dapat merusak jaringan
dengan cepat].
Pemerian: Cairan berasap; sangat korosif; bau khas. Sangat merangsang.
Mendidih pada suhu lebih kurang 120°; bobot jenis lebih kurang 1,41.
Merusak jaringan hewan menjadi kuning.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.

7. Monografi Asam Salisilat (Sumber: FI Edisi V, halaman 156)


HO

HO

O
SalicylicAcid
Nama lain: SalicylicAcid
Rumus kimia: C7H6O3
BM:138,12
Asam Salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari
101,0% C7H6O3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian: Hablur, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk halus; putih;
rasa agak manis, tajam dan stabildi udara. Bentuk sintesis warna putih dan
tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan
atau merah muda dan berbau leah mirip mentol.
Kelarutan: Sukar larut dalam air dan dalam benzen, mudah larut dalam etanol
dan dalam eter; larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam kloroform.
Jarak lebur: Antara 158° dan 161°
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.

8. Monografi Asam Asetat (Sumber: FI Edisi V, halaman 136)

132
HO

O
Acetic Acid
Nama lain: Acetic Acid
Rumus kimia: CH3COOH (C2H4O2)
BM: 60,05
Asam Asetat mengandung tidak kurang dari 36,0% dan tidak lebih dari 37,0%
b/b C2H4O2.
Pemerian: Cairan; jernih tidak berwarna; bau khas, menusuk; rasa asam yang
tajam.
Kelarutan: Dapat bercampur dengan air, denga etanol dan dengan gliserol.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.

9. Monografi Asam Benzoat (Sumber: FI Edisi V, halaman 144)


O

OH

Benzoic acid
Nama lain: Benzoate Acid
Rumus kimia: C7H6O2
BM: 122,12
Asam Benzoat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari
100,5% C7H6O2, dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian: Hablur bentuk jarum atau sisik; putih; sedikit berbau, biasanya bau
benzaldehida atau benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat. Mudah
menguap dalam uap air.
Kelarutan: Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam kloroform
dan dalam eter.
Jarak lebur: Antara 121° dan 123°
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.

133
10. Monografi Natrium Hidroksida (Sumber: FI Edisi V, halaman 898)
Na+ OH-
sodium hydroxide
Nama lain: Sodium Hydroxide
Rumus kimia: NaOH
BM: 40,00
Natrium Hidroksida mengandung tidak kurang dai 95,0% dan tidak lebih dari
100,5% alkali total, dihitung sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak lebih
dari 3,0%. [Perhatian! Hati-hati dalam penanganan natrium hidroksida karen
merusak jaringan dengan cepat].
Pemerian: putih atau praktis putih, keras, rapuh, dan menunjukkan pecahan
hablur. Jika tepapar di udara, akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab.
Massa melebur, berbentuk pelet kecil, serpihan atau batang atau bentuk lain.
Kelarutan: Mudah larut dalam air dan dalam etanol.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.

11. Monografi Kloroform (Sumber: FI Edisi V, halaman 696)


Cl

Cl

Cl
chloroform
Nama lain: Chloroform, Triklorometana
Rumus kimia: CHCl3
BM: 119,38
Kloroform mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 99,5%
CHCl3, sisanya terdiri dari alkohol. [Perhatian! Harus diperhatikan untuk
tidak menguapkan kloroform bila ada nyala, sebab akan terbentuk gas yang
berbahaya].
Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna; mudah mengalir; mempunyai sifat
khas; bau eter; rasa manis dan membakar. Mendidih pada suhu lebih kurang
61°, dipengaruhi oleh cahaya.
Kelarutan: Sukar larut dalam air; dapat bercampur dengan etanol; dengan eter,
dengan benzen, dengan heksan, dan dengan lemak dan minyak menguap.

134
Bobot jenis: Antara 1,476 dan 1,480 menunjukkan 99,0% - 99,5% CHCl3.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wada tertutup rapat, terlindung cahaya, pada
suhu tidak lebih 30°.

12. Monografi Magnesium Sulfat (Sumber: FI Edisi V, halaman 795)


Mg++ O

-
O S O-

O
magnesium sulfate
Nama lain: Magnesium Sulfate, Garam Inggris
Rumus kimia: MgSO4.H2O
BM: 138,36
Magnesium Sullfat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari
100,5% MgSO4 yang dibuat anhidrat dengan pemijaran.
Pemerian: Hablur halus; tidak berwarna, biasanya berbentuk jarum; rasa
dingin, asin dan pahit. Merekah dalam udara kering dan hangat.
Kelarutan:Sangat mudah larut dalam air mendidih; mudah larut dalam air;
mudah larut secara perlahan dalam gliserin; agak sukar larut dalam etanol.
pH: Antara 5,0 dan 9,2
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.

VI. Alat dan Bahan


Alat:
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Cawan penguapan
 Kaca arloji
 Pipet tetes
 Korek api
 Plat tetes
 Beaker glass
 Lampu UV
 Waterbath

135
 Penjepit kayu
 Batang pengaduk
 Gelas ukur
Bahan:
 Sampel Etanol, Methanol, Gliserol
 Reagen kimia (kualitatif)
 pH universal
 Aquadest
 Kapas

VII. Cara Kerja


Sampel: Etanol, Methanol, dan Gliserol
1. Uji Organoleptis (menggunakan kaca arloji):
Pengamatan bentuk, warna, bau, dan rasa.
2. Uji Kelarutan (menggunakan tabung reaksi):
o Air  sampel ditambahkan air, amati kelarutan yang terjadi dalam air.
o Asam (dengan HCl)  sampel ditambahkan larutan asam (HCl) amati
kelarutan yang terjadi dalam asam tersebut.
o Basa (dengan NaOH)  sampel ditambahkan larutan basa (NaOH)
amati kelarutan yang yang terjadi dalam basa tersebut.
o Pelarut organik (dengan Etanol) sampel ditambahkan larutan organik
(Etanol) amati kelarutan yang terjadi dalam pelarut organik tersebut.
3. Cek pH (menggunakan pH universal):
Kelarutan air dioleskan dengan bantuan batang pengaduk ke pH universal 
cek pH nya.
4. Uji Flourosensi (menggunakan plat tetes):
Perlakuan sama seperti kelarutan. Diamati di bawah lampu UV.
5. Uji Pyrolisa (menggunakan cawan penguapan):
Diamati api pembakaran dan sisa dari pembakaran.
(misalnya; menyala api hijau dan tidak berarang)
6. Uji Reaksi Warna (menggunakan tabung reaksi):
Dengan H2SO4, HCl, HNO3, FeCl3,  amati perubahan warna yang terjadi.
7. Uji Reaksi Diazo (menggunakan tabung reaksi):

136
Sampel + Diazo A + Diazo B ad basa (4:1)  amati perubahan warnanya.
8. Uji Reaksi Deniges (menggunakan tabung reaksi):
Sampel + MgSO4 amati perubahan warnanya.
9. Uji Reaksi Iodoform (menggunakan tabung reaksi)
Sampel + Iodium + NaOH ad basa  amati perubahan warnanya.
10. Uji Reaksi Landwher (menggunakan tabung reaksi):
Sampel + FeCl3 amati perubahan warnanya.
11. Uji Reaksi Cuprifil (menggunakan tabung reaksi):
Sampel + (CuSO4 + NaOH)  amati perubahan warnanya.
12. Uji Reaksi Charlety (menggunakan cawan penguapan)
Zat + resorchin + gliserin + asam sulfat  violet merah (biru ungu) hilang
pada pengenceran dengan air.
13. Uji Reaksi Borat
14. Uji Reaksi Khusus (menggunakan tabung reaksi):
Reaksi Esterifikasi
o Esterifikasi Salisilat:
Sampel + Asam Salisilat + H2SO4 (Pekat)  tutup dengan kapas basah,
dipanaskan di atas kompor dengan beaker glass yang berisi air  cium
bau kapasnya
o Esterifikasi Benzoat:
Sampel + Asam Benzoat + H2SO4 (Pekat)  tutup dengan kapas basah,
dipanaskan di atas kompor dengan beaker glass yang berisi air  cium
bau kapasnya
o Esterifikasi Asetat:
Sampel + Asam Asetat + H2SO4 (Pekat)  tutup dengan kapas basah,
dipanaskan di atas kompor dengan beaker glass yang berisi air  cium
bau kapasnya

VIII. Hasil Pengamatan

PENGAMATAN ETANOL METANOL GLISEROL

1. ORGANOLEPTIK

Bentuk Cairan Cairan Cairan kental

137
Warna Tidak berwarna Tidak berwarna Tidak berwarna
Bau Khas Khas Khas
Rasa ( tangan ) kecuali Dingin Dingin Manis
glicerol ++ +++

2. KELARUTAN

Air Larut Larut Larut


Asam (HCl) Larut Larut Larut
Basa (NaOH) Larut Larut Larut
Pelarut organik Larut Larut Terjadi 2 fase
Cek pH 5,00 5,00 5,00

3. FLUORESENSI
Padat (-) (-) (-)
Air (-) (-) (-)
Asam (-) (-) (-)
Basa (-) (-) (-)
4. PYROLISA

Biru Biru Merah


++ +++

Tidak ada residu Tidak ada residu Residu caramel


coklat

5. REAKSI WARNA

H2SO4 Tidak berwarna Tidak berwarna Tidak berwarna


(ada 2 fase)

HCl Tidak berwarna Kuning bias Tidak berwarna


HNO3 Tidak berwarna Tidak berwarna Tidak berwarna
FeCl3 Kuning terang bias Kuning bias Kuning jingga

138
Reaksi Diazo Awal: Awal: Awal:
kuning bias ++ kuning bias + kuning bias +++
Akhir: Akhir: Akhir:
Merah ++ Merah + Merah +++

Reaksi Deniges Tidak dilakukan


Reaksi Iodoform Larutan kuning Larutan kuning Tidak berwarna
Endapan kuning bias Tidak ada endapan
Tidak ada endapan
Reaksi Landwher Tidak dilakukan
(FeCl3)

Reaksi Cuprifil Awal: Awal: Awal:


Biru tua, Biru tua, Biru tua kehitaman,
Endapan biru Endapan biru Endapan biru
Akhir: Akhir: Akhir:
Hijau lumut, Coklat kehitaman, Biru tua pekat,
Endapan coklat Endapan coklat Endapan coklat

Reaksi Charlety Ungu bias di Ungu muda di Ungu bias di


(cawan uap) dinding dinding dinding lebih pekat

Reaksi Borat Tidak dilakukan


Reaksi Khusus (Reaksi (tabung reaksi)
Esterifikasi)

Esterifikasi Salisilat Bau gandapura +++ Bau gandapura ++ Bau gandapura


+

Esterifikasi Benzoat Bau pisang ambon Bau pisang ambon Bau pisang ambon
+++ ++
+

Esterifikasi Asetat Bau balon tiup Bau balon tiup Bau balon tiup
++ +++ +

139
IX. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada uji analisis kualitatif alkohol menunjukkan
bahwa :
1. Uji organoleptis
 Etanol : berbentuk cairan, tidak berwarna, berbau khas, dan jika terkena
tangan terasa dingin
 Metanol : berbentuk cairan, tidak berwarna, berbau khas, dan jika terkena
tangan terasa lebih dingin dibanding etanol
 Gliserol : berbentuk cairan kental, tidak berwarna, berbau khas, rasanya
manis
2. Uji kelarutan
 Etanol : larut dalam air ( pH 5,00 ), asam, basa, dan pelarut organik
 Metanol : larut dalam air ( pH 5,00 ), asam, basa, dan pelarut organik
 Gliserol : larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik karena
gliserol bersifat larut dalam air dan sebenarnya larut juga dalam alkohol
3. Uji fluoresensi
 Tidak ada yang berfluoresensi baik dalam bentuk asalnya atau dalam
kelarutannya dalam asam, basa, dan pelarut organik.
4. Uji pyrolisa
 Etanol : setelah dibakar dengan api menghasilkan api biru pekat dan tidak
ada residu
 Metanol : setelah dibakar dengan api menghasilkan api biru lebih pekat
daripada etanol dan tidak ada residu
 Gliserol : setelah dibakar dengan api menghasilkan api merah dan residunya
menghasilkan karamel coklat di sisa pembakaran
5. Uji reaksi warna
 Pereaksi Asam Sulfat

140
HO +
ethanol
larutan tidak berwarna
Tidak berwarna
OH
+ H2SO4
methanol larutan
Tidak tidak berwarna
berwarna

larutan kuning bias


Tidak berwarna
OH

+ (ada 2 fase)
HO

OH
gliserin ada

 Pereaksi Asam Klorida

HO +
ethanol
Tidaktidak
larutan berwarna
berwarna
OH
+ HCl
methanol larutan tidak
Kuning berwarna
bias

larutan kuning bias


OH Tidak berwarna
HO +
OH
gliserin

 Pereaksi Asam Nitrat

141
HO +
ethanol
larutan tidak berwarna
OH
+ HNO3
methanol larutan tidak berwarna

larutan tidak berwarna


OH

HO +
OH
gliserin

 Pereaksi Besi (III) klorida

HO +
ethanol
larutan
Kuningberwarna kuning
terang bias
OH
+ FeCl3
methanol larutan berwarna
Kuning bias kuning terang

larutan berwarna jingga


Kuning jingga
OH

HO +
OH
gliserin

 Pereaksi Reaksi Diazo

142
HO +
ethanol
Merah
larutan (++) kuning bias
berwarna
OH
+ Pereaksi Diazo larutan berwarna kuning bias
methanol Merah (+)
larutan berwarna merah frambos
OH
Merah (+++)
HO +
OH
gliserin

 Pereaksi Iodoform

HO +
ethanol
Larutan
larutan kuning
bening
OH
+ Pereaksi Iodoform Larutan
larutan kuning bias
bening
methanol

larutan berwarna
Tidak bening
OH

HO +
OH
gliserin

 Reaksi Cuprifil

HO +
ethanol
Hijaukehitaman,
coklat lumut endapan di dinding
OH
+ Pereaksi Cuprifil coklat
Coklatkehitaman,
kehitamanendapan halus di dinding
methanol

biru tua, tidak ada endapan


OH Biru tua pekat

HO +
OH
gliserin

143
 Reaksi Charlety

HO +
ethanol
warna ungu
OH
+ Pereaksi Charlety warna ungu
methanol
(cawan uap)
warna ungu lebih pekat
OH

HO +
OH
gliserin

 Reaksi Esterifikasi Salisilat

HO +
ethanol
bau gandapura (sangat pekat)
OH
+ Pereaksi esterifikasi salisilat bau gandapura (kurang pekat
methanol
(tabung reaksi yang dipanaskan)
bau gandapura (lemah)
OH

HO +
OH
gliserin

 Reaksi Esterifikasi Benzoat

HO +
ethanol
Bau pisang ambon (sangat pekat)
bau pisang ambon (kurang pekat)

OH
+ bau pisang ambon ( pekat)
methanol Pereaksi esterifikasi benzoat Bau pisang ambon (kurang pekat)
(tabung reaksi yang dipanaskan)
bau pisang ambon (lemah)
OH
Bau pisang ambon (lemah)
HO +
OH
gliserin

144
 Reaksi Esterifikasi Asetat

HO +
ethanol
(kurang pekat)
bau balon tiup (pekat)
OH
+ Pereaksi esterifikasi asetat (pekat)
bau balon tiup (kurang)
methanol
(tabung reaksi yang dipanaskan)
(lemah)
bau balon tiup (lemah)
OH

HO +
OH
gliserin

X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa uji analisis kualitatif dapat
mengidentifikasi senyawa zat dari bahan yang dipakai dalam farmasi terutama
bahan obat-obatan.
Seperti pada percobaan uji analisis kualitatif alkohol maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut: Identifikasi alkohol secara umum antara lain
organoleptis, kelarutan, pH, flourosensi, pyrolisa, reaksi warna, dan beberapa
reaksi khusus.

XI. Dokumentasi
Reaksi Cuprifil

Reaksi Esterifikasi

145
Reaksi Esterifikasi

Reaksi Charlety

146
Reaksi Diazo

Kelarutan dan UV

XII.
XIII.
XIV.
XV.
XVI.
XVII.
XVIII.
XIX.

Reaksi Iodoform

Reaksi Iodoform

147

Anda mungkin juga menyukai