Anda di halaman 1dari 4

Quis Take Home Perkembangan Anak

Nama: Shafira Ghassani Hakim


NPM: 10050019024
Kelas: A

1. Paparkan peran bermain dalam perkembangan anak!


2. Jelaskan yang dipahami mengenai pengasuhan pada anak!
3. Jelaskan peran attachment pada perkembangan diri anak!
4. Paparkan fungsi pertemanan selama masa anak!
5. Paparkan proses pembelajaran bahasa pada masa anak!

Jawaban
 Menurut Teori Piaget, tahap pra-operasional (preoperational stage), yang membentang
selama usia 2 hingga 7 tahun, perubahan paling jelas yang terjadi adalah peningkatan
luar biasa dalam aktivitas representasi atau simbolis.
Permainan pura-pura
Permainan pura-pura (make-believe play) adalah contoh paling tepat lain menganai
perkembangan representasi di masa kanak-kanak awal. Menurut Piaget, melalui berpura-pura
anak-anak mempraktikan dan memperkuat skema representasi yang baru saja diperoleh.
Diawal masa balita, mereka menggunakan objek-objek realistis untuk tindakan
berpura-pura. Tindakan pura-pura pertama mereka menirukan tindakan orang dewasa dan
masih belum fleksibel. anak-anak dibawah usia 2 tahun mereka kesulitan menggunakan
sebuah objek yang sudah memiliki penggunaan jelas sebagai sebuah simbol bagi objek lain.
Setelah usia 2 tahun, anak-anak berpura-pura dengan objek yang kurang realistis, misalnya
sebuah balok menjadi gagang telepon. Sebagaimana mereka membayangkan objek tanpa
dukungan dari dunia nyata atau sebenarnya (O’Reilly, 1995; Striano, Tomasello & Rochat,
2001).
Pada awalnya permainan pura-pura diarahkan pada diri sendiri, tetapi lama kemudian
anak-anak mulai mengarah kepada objek lain. Permainan pura-pura kemudian menjadi kurang
berpusat diri ketika anak-anak sadar bahwa pelaku dan penerimaan tindakan pura-pura bias
mandiri (McCune, 1993). Anak-anak usia sekitar 2 tahun mereka masih sulit menggabungkan
antara menuangkan dan meminum. Permainan sosiodrama adalah permainan pura-pura
dengan orang lain yang berlangsung disekitar usia 2 tahun dan meningkat cepat selama
beberapa tahun ke depan (Kavanaugh, 2006). Diakhir masa kanak-kanak, anak-anak
memiliki pemahaman lebih maju mengenai alur cerita (Goncu, 1993).
Dalam permainan sosiodrama, anak-anak menunjukkan kesadaran bahwa permainan
berpura-pura merupakan sebuah aktivitas representasi, suatu perkembangan pesat selama
masa kanak-kanak awal. Ketika bermain permainan pura-pura, anak-anak memikirkan cara
mengkomunikasikannya dan merepresentasikan khayal mereka sendiri ke orang lain.
Permainan tidak hanya merefleksikan tapi juga berperan pada keterampilan kognitif dan sosial
anak-anak. Dibanding aktivitas bukan permainan pura-pura anak-anak prasekolah
berlangsung lebih lama dan lebih kooperatif. Studi mengungkapka bahwa permainan pura-
pura dapat memperkuat keterampilan mental, termasuk atensi lebih lama, memori, penalaran
logis, bahasa, dan keterampilan mengeja huruf, imajinasi, kreativitas, pemahaman terhadap
emosi dan kemampuan merenungkan pikiran sendiri, pengendalian atas sikap diri sendiri, dan
pertimbangan atas perspektif lain.
Pada masa kanak-kanak pertengahan, anak-anak mulai bermain dengan melibatkan
aktivitas fisik, seperti permainan jenis olahraga yaitu sepak bola, bisbol, dan basket. Sehingga
dalam hal ini permainan berperan pada kesehatan serta kebugaran fisik anak. Selain fisik,
permainan ini berperan besar pula bagi perkembangan emosional dan sosial karena
terdapatnya sebuah aturan dalam permainan. Pada tahun-tahun prasekolah dan menguat pada
masa kanak-kanak pertengahan (terutama laki-laki), terdapat pula permainan berkelahi dan
kejar-kejaran penuh bersahabat yang dinamakan permainan kasar. Permainan ini penting dan
berperan dalam pengembangan keterampilan motorik kasar. Selain itu, permainan ini juga
membantu anak untuk membentuk suatu hierarki dominasi, yaitu sebuah pengurutan stabil
terhadap para anggota kelompok yang memprediksikan siapa yang akan menang ketika terjadi
konflik.
2. gaya pengasuhan merupakan gabungan perilaku pengasuhan yang terjadi dalam
rentang luas situasi, sehingga menciptakan suasana pengasuh yang berkepanjangan.
 Pengasuh otoritatif
Melibatkan penerimaan dan keterlibatan tinggi, teknik pengendalian adaptif, dan
pemberian otonomi yang sewajarnya. Mereka membangun hubungan yang membuat si
anak merasa terikat erat. Memberikan tuntutan wajar akan kematangan dan secara
konsisten mendorong dan menjelaskannya.
 Pengasuh otoritarian
Gaya pengasuh ini melibatkan penerimaan dan keterlibatan yang rendah, pengendalian
penuh paksa, dan pemberian sedikit otonomi. Memaksakan banyak tuntutan dengan
menggunakan kekerasan dan hukuman. Seringkali menggunakan kendali psikologis,
menarik rasa cinta dan mengekang individualitas si anak. Selain kendali langsung
tidak berdasar, orangtua otoritarian dalam satu bentuk lebih halus yang dikenal dengan
pengendalian psikologis , perilaku yang memaksakan dan memanipulasi ungkapan
verbal, individualitas, dan kemeletakkan anak-anak pada orang tua,

 Pengasuh permisif
Gaya pengasuh ini bersifat hangat dan menerima tetapi tidak acuh. Memberikan
sedikit tuntutan atau tidak sama sekali. Membiarkan si anak mengambil banyak
keputusan sebelum si anak sendiri siap. Mereka tidak perlu belajar tatakrama atau
mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Anak-anak dari orang tua permisif biasanya
implusif dan suka melawan dibanding anak-anak yang orangtua nya menerapkan lebih
banyak kendali, mereka juga suka menuntut dan bergantung pada orang dewasa.
 Pengasuh acuh tidak acuh
Gaya pengasuh ini tidak acuh atau tidak terlibat menggabungkan penerimaan dan
keterlibatan rendah dengan sedikit pengendalin dan pengabaian umum masalah
otonomi. Secara emosional jauh atau tidak ada sama sekali. Memberikan sedikit
tuntutan atau tidak sama sekali. Tidak mengindahkan pengambilan keputusan dan
sudut pandang si anak.

3. Kemelekatan (attachment) ialah ikatan afeksi kuat yang kita miliki dengan orang
tertentu dalam hidup kita sehingga membuat kita merasa senang bila berinteraksi dengan
mereka dan membuat kita nyaman bila berada di dekat mereka. Kemelekatan ini akan
membuat pengasuh-anak mempunyai ikatan emosional sehingga nantinya akan menjadi
landasan bagi segala hubungan mereka di masa depan.
Misalnya sejak dahulu anak selalu diberi makan oleh pengasuh, jika ia memangis selalu
ditenangkan oleh pengasuh serta diberi belaian lembut, maka anak akan merasa aman dan
percaya bila sedang bersama pengasuh. Namun akan merasa cemas jika berpisah dengan
pengasuh. Sehingga hubungan kemelekatan ini akan menciptakan rasa percaya anak dengan
pengasuh yang akan sangat berperan untuk hubungan mereka di masa kini dan seterusnya.
Seiring perkembangan kognitif dan pengalaman hubungan kemelekatan, harapan
mengenai keberadaan figur kemelekatan akan berkembang menjadi sebuah representasi yang
kompleks dan lebih luas. Anak-anak akan mengubahnya saat berinteraksi dengan orangtua
dan membentuk ikatan lain dengan orang dewasa, saudara, dan teman.

4.
 Di masa kanak-kanak pertengahan, tindakan prososial meningkat sementara agresi
fisik berkurang. Di akhir tahun-tahun sekolah, anak-anak mengorganisasi diri mereka
ke dalam kelompok teman sebaya (peer group).
 Persahabatan berkembang menjadi hubungan timbal balik yang didasarkan pada
kepercayaan. Anak-anak condong memilih teman-teman yang memiliki kemiripan
dengan mereka dalam banyak hal.
 Berdasarkan ukuran penerimaan teman sebaya anak-anak popoler sangat disukai oleh
banyak teman sebaya. Anak-anak tertolak, sangat dibenci; anak-anak kontroversial,
disukai sekaligus dibenci; dan anak-anak terabaikan jarang sekali dipilih baik dalam
pengertian positif atau negatif.

5. rata-rata anak mempelajari sekitar 20 kata baru setiap hari, tingkat pertumbuhan yang
melebihi pertumbuhan di usia kanak-kanak awal. Dengan bantuan pemetaan cepat (fast-
mapping) kosakata anak-anak prasekolah meningkat pesat. Ketika mendengar sebuah kata
baru, anak-anak membandingkannya dengan kata-kata yang telah mereka tahu dan sering kali
mengira bahwa kata-kata mengacu pada kategori yang sepenuhnya terpisah. Ketika orang
dewasa menyebutkan sebuah objek dengn lebih dari dari satu nama, anak-anak mengetahui
makna kata dari berbagai petunjuk, persepsi, sosial, dan linguitis. Mereka juga memperluas
makna bahass dengan menggabungkan kata-kata baru dan menciptakan metafora. Antara usia
2 dan 3 tahun, anak-anak mengadopsu urutan kata dasar dari bahasa mereka. Ketika mereka
menguasai kaidah tata bahasa, mereka kadang memperluasnya secara berlebihan dalam satu
bentuk kesalahan yang dikenal dengan regularisasi berlebih. Di akhir masa kanak-kanak awal,
anak-anak telah menguasai bentuk tata bahasa kompleks. Progmatika mengacu pada sisi
praktis dan sosial dari bahasa. Anak-anak usia 2 tahun sudah terampil melakukan percakapan
dalam interaksi tatap muka. Di usia 4 tahun anak-anak menyesuaikan ujaran mereka pada
penutur mereka dalam cara-cara yang bisa diterima secara budaya.

Anda mungkin juga menyukai