Lapkas Ham Sindroma Miller Fisher Fix Lah Yaaa
Lapkas Ham Sindroma Miller Fisher Fix Lah Yaaa
PENYUSUN:
Sugiono Namli (160100080)
Ghinia Zati Hulwani Raditra (160100081)
Alvin Oktomy Putra (160100088)
Berlian Febia Sitepu (160100158)
PEMBIMBING:
Dr.dr.Kiking Ritarwan, Sp.S (K), MKT
PEMBIMBING
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan laporan kasus yang berjudul “Sindroma Miller Fisher”. Penulisan
laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Dr.dr. Kiking Ritarwan, Sp.S (K), MKT. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dalam penyelesaian laporan kasus ini. Dengan demikian
diharapkan laporan kasus ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem
pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Akhir kata,
semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan dapat menjadi bahan
rujukan bagi penulisan ilmiah di masa mendatang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sindroma Miller Fisher merupakan salah satu varian dari Sindroma GuIllain
Barre3. Kasus Sindroma Miller Fisher pertama kali ditemukan oleh James Collier
pada tahun 1932 dengan trias ataxia, areflexia, dan ophtalmophlegia.4 Sindroma
Guillain Barre merupakan sekumpulan gejala dengan onset akut yang diperantarai
sistem kekebalan tubuh yang menyerang sistem saraf perifer.5
2.2 Epidemiologi
Insiden kejadian Sindroma Guillain Barre diperkirakan 1 sampai 2 dalam
100.000 kasus, dengan variasi sindroma muller fisher hanya 1 sampai 2 1.000.000
kasus.6
2.3 Klasifikasi
Sindroma Guillain Barre terbagi menjadi beberapa tipe5, diantaranya:
A. Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculopathy (IADP)
B. Acute Motor Axonal Neuropathy (AMAN)
C. Acute Motor-Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN)
D. Miller Fisher Syndrome (MFS)
E. Acute Autonomic Neuropathy
Beberapa subtipe dari Sindroma Miller Fisher yaitu 7
1. Incomplete Form/ Atypical Miller Fisher Syndrome
a. Acute ophthalmoparesis without ataxia
b. Acute ataxic neuropathy without ophthalmoplegia
2. CNS variant : Bickerstaff’s brainstem encephalitis
2.4 Etiologi
Sindroma Miller Fisher yang merupakan subtype dari Sindroma Guillain-
Barre memiliki persamaan dalam etiologinya yaitu adanya infeksi terdahulu oleh
beberapa antigen, seperti Campylobacter jejuni, Cytomegalovirus, Epstein-Barr
virus, atau Human Immunodeficiency Virus (HIV). Sekitar dua pertiga kasus
2
3
didahului oleh gejala – gejala non spesifik infeksi saluran pernafasan atas.
Beberapa artikel juga melaporkan keterlibatan Haemophilus Influenza,
Stapylococcus aureus, Mycoplasma pneumonia, Coxiella burnetii, Varicella
zoster dan Mumps dalam terjadinya sindroma Miller Fisher, akan tetapi hanya M.
pneumonia yang berkolerasi secara statistik.8
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya Sindroma Guillain Baree (SGB) masih belum
dipahami secara menyeluruh, akan tetapi salah satu teori menyatakan bahwa
adanya kemiripan molekuler antara antigen dengan saraf perifer berperan penting
dalam berkembangnya Sindroma Guillain Barre dari infeksi yang terjadi
sebelumnya. Beberapa bukti imunopatogenesa yang berperan dalam menimbulkan
jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah adanya antibodi atau respon kekebalan
seluler terhadap agen infeksius pada saraf tepi, adanya autoantibodi terhadap saraf
tepi dimana sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan agen infeksius
dengan sel tubuh sendiri, dan adanya penimbunan kompleks antigen antibodi pada
peredaran darah pembuluh saraf tepi yang menimbulkan demielinisasi saraf tepi,
seperti yang ditemukan pada tipe AIDP dan MFS9. Pada kebanyakan pasien SGB,
dilaporkan adanya infeksi saluran pencernaan atau infeksi saluran pernafasan atas
beberapa minggu atau bulan sebelum onset terjadinya SGB10.
Adanya kemiripan antara lapisan liposakarida C. jejuni dengan lapisan
myelin saraf tepi diduga mendasari proses autoimun dari SGB dan SMF sebagai
subtype dari SGB. Pada penderita MFS yang mengalami infeksi saluran
pencernaan/enteritis sebelumnya yang disebabkan oleh Campylobacter jejuni
terdapat kemiripan secara molekuler antara CQ1b/CQ1a pada ganglion saraf
perifer dengan lapisan liposakarida dan lipooligosakarida C. jejuni.11
Beberapa studi juga belum mampu menujukkan adanya keterlibatan
hubungan molekuler antara Sindroma Miller Fisher dengan agen infeksi terdahulu
yang disebabkan oleh virus. Hal dikarenakan, virus yang menginfeksi tubuh
seseorang tidak mengkode enzim glikosilasi melainkan menggunakan jalur
glikosilasi dari host. Hal inilah yang belum mendukung penjelasan dari teori
kemiripkan molekuler diatas.11
4
3.1 Anamnesis
Identitas Pribadi
No. Rekam Medis : 80.40.15
Nama : Taufik Hidayat
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 19 Tahun
Suku Bangsa : Batak
Agama : Islam
Alamat : Teluk Nilap Kecamatan Kubu
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Tanggal Masuk : 5 Februari 2020
Tanggal Keluar : 17 Februari 2020
8
9
Refleks Cahaya
Langsung : (+) (+)
Refleks Cahaya
Tidak Langsung : (+) (+)
Rima Palpebra : 7 mm 7 mm
Deviasi Konjugate : (-) (-)
Fenomena Doll’s Eye : tidak dilakukan pemeriksaan
Strabismus : (-) (-)
Nervus V Kanan Kiri
Motorik
Membuka dan menutup mulut : (+) (+)
Palpasi otot masseter dan
temporalis : dalam batas normal dalam batas normal
Kekuatan gigitan : dalam batas normal dalam batas normal
Sensorik
Kulit : dalam batas normaldalam batas normal
Selaput lendir : dalam batas normaldalam batas normal
Refleks Kornea
Langsung : (+) (+)
Tidak Langsung : (+) (+)
Refleks Masseter : dalam batas normal
Refleks Bersin : dalam batas normal
Nervus VII Kanan Kiri
Motorik
Mimik : Simetris Simetris
Kerut Kening : Simetris Simetris
Menutup Mata : Ptosis Ptosis
Meniup Sekuatnya : (+) (+)
Memperlihatkan Gigi : (+)
Tertawa : (+)
13
Sensorik
Pengecapan 2/3 Depan Lidah : Dalam batas normal
Produksi Kelenjar Ludah : Dalam batas normal
Hiperakusis : Dalam batas normal
Refleks Stapedial : Dalam batas normal
Nervus VIII Kanan Kiri
Auditorius
Pendengaran : (+) (+)
Test Rinne : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Weber : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Schwabach : Tidak dilakukan pemeriksaan
Vestibularis
Nistagmus : (-) (-)
Reaksi Kalori : Tidak dilakukan pemeriksaan
Vertigo : (-) (-)
Tinnitus : (-) (-)
Nervus IX, X
Pallatum Mole : Simetris
Uvula : Medial
Disfagia : (-)
Disartria : (-)
Disfonia : (-)
Refleks Muntah : (+)
Pengecapan 1/3 Belakang Lidah : Dalam batas normal
Nervus XI Kanan Kiri
Mengangkat Bahu : Dalam batas normal
Fungsi Otot Sternocleidomastoideus: Dalam batas normal
Nervus XII
Lidah
Tremor : (-)
Atrofi : (-)
14
Fasikulasi : (-)
Ujung Lidah Sewaktu Istirahat : Tidak ada kelainan
Ujung Lidah Sewaktu Dijulurkan : Medial
3.4.6 Sistem Motorik
Trofi : Eutrofi
Tonus Otot : Normotonus
Kekuatan Otot : ESD/ESV 55555/55555
Sikap (Duduk-Berdiri-Berbaring) : Dalam batas normal
Gerakan Spontan Abnormal
Tremor : (-)
Khorea : (-)
Ballismus : (-)
Mioklonus : (-)
Atetotis : (-)
Distonia : (-)
Spasme : (-)
Tic : (-)
Dan Lain-lain : (-)
3.4.7 Tes Sensibilitas
Eksteroseptif : Dalam batas normal
Proprioseptif : Dalam batas normal
Fungsi Kortikal untuk Sensibilitas
Stereognosis : Dalam batas normal
● Pengenalan Dua Titik : Dalam batas normal
● Grafestesia : Dalam batas normal
3.4.8 Refleks Kanan Kiri
Refleks Fisiologis
Biceps : (+) (+)
Triceps : (+) (+)
Radioperiost : (+) (+)
APR : (-) (-)
15
3.4.11 Vertebra
Bentuk
Normal : (+)
Scoliosis : (-)
Hiperlordosis : (-)
Pergerakan
Leher : Dalam batas normal
Pinggang : Dalam batas normal
3.4.12 Tanda Perangsangan Radikuler
Laseque : (-)
Cross Laseque : (-)
Test Lhermitte : (-)
Test Naffziger : (-)
3.4.13 Gejala-Gejala Serebelar
Ataksia : (+)
Disartria : (-)
Tremor : (-)
Nistagmus : (-)
Fenomena Rebound : (-)
Vertigo : (-)
Dan Lain-lain : (-)
3.4.14 Gejala-Gejala Ekstrapiramidal
Tremor : (-)
Rigiditas : (-)
Bradikinesia : (-)
Dan Lain-lain : (-)
3.4.15 Fungsi Luhur
Kesadaran Kualitatif : Compos mentis
Ingatan Baru : Dalam batas normal
Ingatan Lama : Dalam batas normal
17
Orientasi
Diri : Dalam batas normal
Tempat : Dalam batas normal
Waktu : Dalam batas normal
Situasi : Dalam batas normal
Intelegensia : Dalam batas normal
Daya Pertimbangan : Dalam batas normal
Reaksi Emosi : Dalam batas normal
Afasia
Ekspresif : (-)
Represif : (-)
Apraksia : (-)
Agnosia
Agnosia visual : (-)
Agnosia Jari-jari : (-)
Akalkulia : (-)
Disorientasi Kanan-Kiri : (-)
3.6 Kesimpulan Pemeriksaan
Keluhan Utama : Goyang saat berjalan
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak 5 hari sebelum
masuk rumah sakit sulit berjalan dirasakan
seperti bergoyang. 2 hari kemudian pasien
mengeluhkan kedua matanya tidak bisa
melirik ke kanan, dan kiri, keatas dan
kebawah. Mata hanya dapat mengarah
kedepan saja, kelopak mata pasien terasa
berat sehingga pasien sulit untuk membuka
mata terasa hal ini tidak dipengaruhi
aktifitas. Pandangan kabur dan pandangan
ganda tidak dijumpai. Ujung-ujung jari
tangan dirasakan kebas, lemah pada anggota
18
Status Presens
Sensorium : Compos mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Frekuensi Napas : 20 x/menit
Temperatur : 36,5°C
Nervus Kranialis
N. I : Normosmia
N. II, III : Refleks cahaya (+/+) pupil midriasis,
Ø5 mm
N. III, IV, VI : Opthalmoplegia (+), Ptosis
N. V : Buka tutup mulut (+)
N. VII : Sudut mulut simetris
N. VIII : Pendengaran baik
N. IX, X : Uvula medial
N. XI : Dapat mengangkat bahu
N. XII : Lidah dijulurkan medial
STATUS NEUROLOGIS
Peningkatan TIK : (-)
Rangsang Meningeal : (-)
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : (+) (+)
APR/KPR : (-/-) (-/-)
Refleks Patologis Kanan Kiri
H/T : (-/-) (-/-)
19
3.7 Diagnosis
DIAGNOSIS FUNGSIONAL : Ataxia + ptosis + opthalmoplegia + et
causa miller fisher syndrome
DIAGNOSIS ETIOLOGI K : Penyakit Autoimun
DIAGNOSIS ANATOMIK : Saraf perifer
DIAGNOSIS BANDING : 1. Guillain Barre Syndrome varian Miller
Fisher Syndrome
2. Myasthenia Gravis
DIAGNOSIS KERJA : Ataxia + ptosis + opthalmoplegia bilateral
et causa miller fisher syndrome
3.8 Penatalaksanaan
● Self limiting disease akan mengalami perbaikan 12-15 hari
o Pemberian R.Sol dan Vitamin B Kompleks 3x1
● Jika kondisi terjadi gagal nafas
1. IVIG 0,4 gr/kgBB selama 5 hari
2. Plasmaferesis 200-250 ml/kg/x (5x dalam 2 minggu)
Evaluasi 4-8 minggu.
3.9 Rencana Prosedur Diagnostik
EMG
20
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Elektrokardiografi (EKG)
3. Elektromiografi (EMG)
23
24
BAB IV
FOLLOW UP
25
26
BAB V
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
Definisi
Sindroma Miller Fisher merupakan Pasien sejak 5 hari sebelum masuk
rumah sakit sulit berjalan dirasakan
salah satu varian dari Sindroma
seperti bergoyang. 2 hari kemudian
Guillaine Barre. Kasus Sindroma Miller pasien mengeluhkam kedua matanya
tidak bisa melirik ke kanan, kiri, atas dan
Fisher pertama kali ditemukan oleh
ke bawah. Mata hanya dapat melihat
James Collier pada tahun 1932 dengan kedepan saja kelopak mata pasien terasa
berat sehingga pasien sulit untuk
trias ataxia, areflexia, dan
membuka mata terasa hal ini tidak di
ophtalmophlegia pengaruhi aktivitas, ujung -ujung jari
tangan terasa kebas , anggota gerak
lemah, tidak dijumpa riwayat demam,
batuk, pilek di jumpai 2 minggu lalu,
riwayat diare tidak dijumpai.
Diagnosis Berdasarkan hasil anamnesis dan
Anamnesis ditujukan untuk mengetahui pemeriksaan fisik pada pasien ini:
keadaan yang dapat mempengaruhi KU: Goyang saat berjalan
kondisi pasien. RPT: Tidak ada
Pemeriksaan neurologi, seperti RPO: Tidak jelas
pemeriksaan nervus kranialis, refleks Pemeriksaan Fisik:
fisiologis, refleks patologis, kekuatan Tekanan Darah: 120/80 mmHg
otot, dilakukan untuk mengetahui kondisi Nadi: 90x/ menit
nervus yang terlibat. Frekuensi Nafas: 20x/menit
Temperatur: 36o C
Sensorium: Compos mentis
Nervus Kranialis:
N I : Normosmia
N II, III : Refleks cahaya +/+ , pupil
bulat isokor, Ø 4 mm
30
KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5362277
2. https://www.researchgate.net/publication/51182978_Miller_Fisher_syndro
me_Brief_overview_and_update_with_a_focus_on_electrophysiological_f
indings
3. Bennetto LP, Lyons P, Miller Fisher syndrome associated with Pasteurella
multocida infection, Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry 75
(12), 1786-1787,2004
4. Kuwabara S., Pathophysiology of Ataxia in Fisher Syndrome], Brain
Nerve. 2016 Dec; 68(12):1411-1414.
5. Wijayanti, I A. 2016, Aspek Klinis dan Penatalaksanaan Guillain Barre
Synfrome, Neurologi FK UNUD
6. Jacobs, B.C., Hazenberg, M.P., Vandoorn, P.A., Endtz, H.P.,
Vandermeche, F.G.A., 1997b. Cross-reactive antibodies against
gangliosides and Campylobacter jejuni lipopolysaccharides in patients
with Guillain-Barre or Miller Fisher syndrome. J. Infect. Dis. 175, 729–
733.
7. https://www.gbs-cidp.org/variants/miller-fisher-syndrome/
8. Ropper AH. Miller Fisher syndrome and other acute variants of Guillain-
Barré syndrome. Baillieres Clin Neurol. 1994 Apr;3(1):95-106.
9. Japardi, I. Sindroma Guillain Barre. Digital Library Universitas Sumatera
Utara. 2002. p.3-4
10. Andary, TM. Guillain-Barre Syndrome. Accesed from
https://emedicine.medscape.com/article/315632-overview#a3
11. Berlit P, Rakicky J. The Miller Fisher syndrome. Review of the
literature. J Clin Neuroophthalmol. 1992 Mar;12(1):57-63
12. Bukhari S, Taboada J. A Case of Miller Fisher Syndrome and Literature
Review. Cureus. 2017 Feb 22;9(2):e1048
13. Illes Z, Blaabjerg M. Cerebrospinal fluid findings in Guillain-Barré
syndrome and chronic inflammatory demyelinating
polyneuropathies. Handb Clin Neurol. 2017;146:125-138
14. Yuki N. Tryptophan-immobilized column adsorbs immunoglobulin G
antiGQ1b antibody from Fisher’s syndrome: a new approach to
treatment. Neurology 46, 1644–1651
15. Rocha Cabrero F, Morrison EH. Miller Fisher Syndrome. [Updated 2019
Nov 18]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507717/
32