Anda di halaman 1dari 3

Kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi di berbagai tempat

yang disebabakan oleh daya-daya eksogen dan gaya-gaya endogen yang terjadi
sehingga mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik diatas permukaan
bumi. Kemiringan lereng mempengaruhi erosi melalui runoff. Makin curam
lereng makin besar laju dan jumlah aliran permukaan dan semakin besar erosi
yang terjadi. Selain itu partikel tanah yang terpercik akibat tumbukan butir hujan
makin banyak (Arsyad, 2000).

Kemiringan lereng mempengaruhi erosi melalui runoff. Kemiringan lereng


(slope) merupakan suatu unsur topografi dan faktor erosi. Kemiringan lereng
terjadi akibat perubahan permukaan bumi diberbagai tempat yang disebabkan oleh
gaya-gaya eksogen dan endogen yang terjadi sehingga mengakibatkan perbedaan
letak ketinggian titik-titik di atas permukaan bumi (Kartasapoetra, 1986).

Kemiringan lereng menunjukan besarnya sudut lereng dalam persen


atau derajat. Dua titik yang berjarak horizontal 100 meter yang mempunyai
selisih tinggi 10 meter membentuk lereng 10 %. Kecuraman lereng
100% sama dengan kecuraman 45 derajat. Selain dari memperbesar jumlah aliran
permukaan, semakin curamnya lereng juga memperbesar energi angkut air. Jika
kemiringan lereng semakin besar, maka jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke
bawah oleh tumbukan butir hujan akan semakin banyak. Hal ini disebabkan gaya
berat yang semakin besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah
dari bidang horizontal, sehingga lapisan tanah atas yang tererosi akan semakin
banyak. Jika lereng permukaan tanah menjadi dua kali

lebih curam, maka banyaknya erosi per satuan luas menjadi 2,0-2,5 kali lebih
banyak (Arsyad, 2000).

Lereng mempengaruhi erosi dalam hubungannya dengan kecuraman dan panjang


lereng. Lahan dengan kemiringan lereng yang curam (30-45%)
memiliki pengaruh gaya berat (gravity) yang lebih besar dibandingkan lahan
dengan kemiringan lereng agak curam (15-30%) dan landai (8-15%). Hal ini
disebabkan gaya berat semakin besar sejalan dengan semakin miringnya
permukaan tanah dari bidang horizontal. Gaya berat ini merupakan persyaratan
mutlak terjadinya proses pengikisan (detachment), pengangkutan (transportation),
dan pengendapan (sedimentation) (Wiradisastra, 1999).

Kondisi lereng yang semakin curam mengakibatkan pengaruh gaya berat dalam
memindahkan bahan-bahan yang terlepas meninggalkan lereng semakin besar
pula. Jika proses tersebut terjadi pada kemiringan lereng lebih dari 8%, maka
aliran permukaan akan semakin meningkat dalam jumlah dan kecepatan seiring
dengan semakin curamnya lereng. Berdasarkan hal tersebut, diduga penurunan
sifat fisik tanah akan lebih besar terjadi pada lereng 30-45%. Hal ini disebabkan
pada daerah yang berlereng curam (30-45%) terjadi erosi terus menerus sehingga
tanah-tanahnya bersolum dangkal, kandungan bahan organik rendah, tingkat
kepadatan tanah yang tinggi, serta porositas tanah yang rendah dibandingkan
dengan tanah-tanah di daerah datar yang air tanahnya dalam. Perbedaan lereng
juga menyebabkan perbedaan banyaknya air tersedia bagi tumbuh-tumbuhan
sehingga mempengaruhi pertumbuhan vegetasi di tempat tersebut
(Hardjowigeno, 1993).

Hubungan antara lereng dengan sifat-sifat tanah tidak selalu sama


disemua tempat, hal ini disebabkan karena faktor-faktor pembentuk tanah yang
berbeda di setiap tempat. Keadaan topografi dipengaruhi oleh iklim terutama oleh
curah hujan dan temperatur (Salim, 1998).

Mengetahui besar kemiringan lereng adalah penting untuk perencanaan dan


pelaksanaan berbgai kebutuhan pembangunan, terutama dalam bidang konservasi
tanah dan air antara lain sebagai suatu faktor yang mengendalikanerosi dan
menentukan kelas kemampuan lahan. Besar kemiringan lereng yang dinyatakan
dalam satuan derajat (0) atau (%). Untuk menetukan besar kemiringan lereng
dapat diukur melalui beberapa metode atau alat antara lain dengan metode alat
tipe A (ondol-ondol), abney level, dan clinometer (Saleh, 2010).

Panjang Lereng

Panjang lereng adalah jarak titik awal mulai pengaliran sampai batas titik dimana
aliran berpencar masuk alur atau jaringan drainase (Setiarno dkk, 2019). Sifat
kemiringan tanah yaitu derajat panjang lereng, merupakan faktor penting dalam
mempengaruhi erosi dan aliran permukaan yang terjadi. Semakin besar serajat
kemiringan, panjang lereng, kecepatan aliran permukaan akan dipercepat,
sehingga daya pengikisan akan bertambah besar.

Dalam suatu pratik di lapangan faktor LS dapat dihitung secara sekaligus. Baik
panjang lereng dan curamnya akan mempengaruhi banyaknya tanah yang hilang
karena erosi. Kemiringan lereng dapat menunjukkan besarnya sudut lereng dalam
persen atau derajat.

Menurut Korah dkk, 2014 menyatakan bahwa lereng adalah suatu permukaan
yang menghubungkan tanah yang lebih tinggi dengan permukaan tanah yang lebih
rendah.

Ada tiga macam lereng yang perlu mendapat perhatian dari ahli-ahli geoteknik
(Setiarno dkk, 2019) yaitu sebagi berikut :

1. Lereng Alam, merupakan lereng yang terbentuk akibat kegiatan


alam, seperti erosi, gerakan tektonik dan sebagainya.
2. Lereng yang dibuat manusia, akibat penggalian atau pemotongan
pada tanah asli untuk pembuatan jalan atau keperluan irigrasi.
3. Lereng timbunan tanah, seperti urungan untuk jalan raya atau
bendungan tanah.

Panjang lereng diukur dari tempat mulai terjadi aliran permukaan (biasnya bagian
atas guludan) ke saluran atau samapi suatu titik bagian hilir mulai terjadinya
pengendapan percobaan menunjukkan bahwa erosi persatuan luas berbanding
dengan pangkat panjang lereng faktor panjang lereng.

Kemiringan Lereng
Tingkat kemiringan pada lereng bisa dilihat dari kontur tanahnya. Sedikit penjelasan,
kontur merupakan garis tanah yang menghubungkan dari satu titik ke titik yang
lainnya. Ada juga yang mengartikan kontur tanah sebagai tinggi rendahnya suatu
tanah atau yang disebut topografi.

Untuk menentukan kontur maka dilakukan topografi dengan melihat garis kontur yaitu
garis horizontal dan garis tinggi sehingga nantinya akan terlihat naik turunnya suatu
permukaan tanah. Garis kontur ini dapat memberikan informasi seputar kemiringan
tanah rata-rata (slope), perhitungan galian dan timbunan permukaan tanah asli.

Tingkat kemiringan lereng harus dipantau agar ketika terjadi pergerakan dan
berpotensi terjadinya longsor bisa langsung diketahui. Memantau kemiringan lereng
harus dilakukan 24 jam tapi tidak harus dilakukan secara manual, sekarang ini sudah
ada slope monitoring system. Dengan menggunakan sistem ini maka kemiringan dan
pergerakan lereng bisa diketahui menggunakan instrument dan sensor yang telah
dipasang sebelumnya.

Namun, dibutuhkan tenaga ahli dan berpengalaman untuk melakukan pemasangan


instrument slope monitoring system dan membaca data analisa yang diterima melalui
komputer. Beberapa jenis instrument yang biasa digunakan yaitu piezometer,
inclinometer, water level meter dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai