Anda di halaman 1dari 30

AKHLAK KEPADA SESAMA MUSLIM

PONDOK PESANTREN AL-FATAH PUTRI TEMBORO

DISUSUN OLEH:
INAYAH

PONDOK PESANTREN DARUL ULUM AL-FATAH PUTRI


TEMBORO MAGETAN
2019

i
AKHLAK KEPADA SESAMA MUSLIM
PONDOK PESANTREN AL-FATAH PUTRI TEMBORO

Disusun Sebagai Syarat Kelulusan Tugas Akhir Daurotu Al-Hadits 2


Pondok Pesantren Al-Fatah

DUSUSN OLEH:
INAYAH

PONDOK PESANTREN DARUL ULUM AL-FATAH PUTRI TEMBORO


MAGETAN
2019

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanyalah milik allah. Shalawat dan salam yang
sempurna, semoga dilimpahkan kepada sebaik-baik makhluk yang nurnya
menerangi hati manusia dan kedatangannya merupakan rahmat untuk seluruh
alam yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW,

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, dan harapan penulis semoga manusia akan
mendapat taufik untuk menyebUt asma-Nya dengan keikhlasan.

Disamping itu tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terimakasih


atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya. Sehingga makalah ini dapat tersusun
hingga selesai.

1. Romo K.H Umar Fathulluh, selaku pengasauh Pondok Pesantren Al-Fatah


2. Ummi Fatimah Az Zahra, , selaku pengasasuh pendidikan diniyah Pondok
Pesantren Al-Fatah
3. Ummi Masrohah selaku pengasauh Pondok Putri Pesantren Al-Fatah
4. Ibu Nafisah selaku pembimbing yang dengan sabar membimbing di sela-
sela kesibukannya
5. Serta teman teman seperjuangan Santri Putri Al-Fatah Temboro yang
telah memberikan dukungan kepada penulis

Semoga amal ibadah beliau semua diterima oleh Allah SWT dan
mendapatkan imbalan yang setimpal baik diduniamaupun di akhirat.

Tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk memberitahukan kepada


orang-orang mengenai akhlak kepada sesama muslim. Akhlak kepada sesama
muslim sungguh tidak terbatas, sehingga penulis pasti tidak dapat menulis

iii
seluruhnya, oleh karena itu penulis meringkasnya dengan menyebutkan
beberapa riwayat dalam makalah ini.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman


penulis, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah “Akhlak Kepada Sesama


Muslim Pondok Pesantren Al-Fatah Putri Temboro” ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Magetan, April 2019

iv
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Makalah yang berjudul “Akhlak Kepada Sesama Muslim Pondok


Pesantren Al-Fatah Putri Temboro”
Disusun oleh
Nama : Inayah
Kelas : VIII Daurotu Al-Hadits

Dinyatakan telah disetujui dan disahkan oleh penangung jawab Madrasah


Diniyah Pondok Pesantren Al-Fatah Putri Temboro

Temboro
Disetujui oleh:

Bu Nafisah

Ummi Minhatul Aziz Ummi Mawaridatus Shofiyah

Ummi Fatimah Az Zahra

v
DAFTAR ISI

COVER DEPAN …………………………..………………………………….……..……….………………. i

COVER DALAM ……………………………………………………………………………………..……….. ii

KATA PENGANTAR……………………………………………………..………………………………….. ii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN …………………………………………………… v
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..……………..…………………… vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang …………………………………………..………………………………… 1
1.2 Rumusan masalah ……………………………………..……………..………………… 2
1.3 Tujuan ………………………………………….…………………………………………….. 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi Akhlak ………………………………..………………………..………………… 3
2.2 Aturan Pergaulan Dalam Islam ………………..…………………..……………… 6
2.3 Akhlak Terhadap Sesama Muslim …………….…………….…..……………… 8
2.4 Syariat Aklak Bagi Sesama Muslim ………………………….………………….. 12
2.5 Tiga Aklak Muslim ………………………………………………………………………. 20
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………….…………………………………………… 22
3.2 Saran …………………………………………...…………………….………………………. 23
DAFTAR PUSTAKA ………………………………….………………………………………………………. 24

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam persoalan Akhlak, manusia sebagai makhluk berakhlak
berkewajiban menunaikan dan menjaga akhlak yang baik serta menjauhi
dan meninggalkan akhlak yang buruk. Akhlak merupakan dimensi nilai dari
Syariat Islam. Kualitas keberagaman justru ditentukan oleh nilai akhlak. Jika
syariat berbicara tentang syarat rukun, sah atau tidak sah, maka akhlak
menekankan pada kualitas dari perbuatan, misalnya beramal dilihat dari
keikhlasannya, shalat dilihat dari kekhusuannya, berjuang dilihat dari
kesabarannya, haji dari kemabrurannya, ilmu dilihat dari konsistensinya
dengan perbuatan, harta dilihat dari aspek mana dari mana dan untuk apa,
jabatan dilihat dari ukuran apa yang telah diberikan, bukan apa yang
diterima.
Dengan demikian, dikarenakan akhlak merupakan dimensi nilai dari
Syariat Islam, maka Islam sebagai agama yang bisa dilihat dari berbagai
dimensi, sebagai keyakinan, sebagai ajaran dan sebagai aturan. Agama
Islam sebagai aturan atau sebagai hukum dimaksud untuk mengatur tata
kehidupan manusia. Sebagai aturan, agama atau sebagai hukum dimaksud
untuk mengatur tata kehidupan manusia. Sebagai aturan, agama berisi
perintah dan larangan, ada perintah keras (wajib) dan larangn keras
(haram), ada juga perintah anjuran (sunat) dan larangan anjuran (makruh).
Apalagi pada zaman sekarang ini, banyak diantara kita kurang
memperhatikan masalah akhlak. Disatu sisi, kita mengutamakan tauhid
yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya
menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak
kurang diperhatikan, sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-
keluhan yang terlontar dari kalangan awam, seperti ungkapan, “wah…udah

1
ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua”, atau ucapan: “dia sih
agamanya bagus, tapi sama tetangga tidak pedulian.” dan lain-lain.
Seharusnya, ucapan-ucapan seperti ini atau pun semisal dengan ini
menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak
Islam, bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan Islam
mementingkan akhlak. Yang perlu diingat, bahwa tauhid sebagai sisi pokok
atau inti, Islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak
berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai
hubungan yang erat, Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba
terhadap ALLAH, dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba.
Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya, berarti ia adalah sebaik-baik
manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang, maka semakin baik
akhlaknya, dan sebaliknya bila seseorang mywahhid memiliki akhlak yang
buruk berarti lemah tauhidnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembahasan akan
dititikberatkan pada “Akhlak Terhadap Sesama Manusia”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi akhlak?
2. Apa sajakan aturan pergaulan dalam islam?
3. Apa sajakah akhlak terhadap sesama muslim?
4. Apa sajakah syariat aklak bagi sesama muslim?
5. Apa sajakah Tiga Aklak Muslim?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi akhlak
2. Untuk mengetahui aturan pergaulan dalam islam
3. Untuk mengetahui bagaimana akhlak terhadap sesama muslim
4. Untuk mengetahui syariat aklak bagi sesama muslim
5. Untuk mengetahui Tiga Aklak Muslim

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Akhlak


Dilihat dari sudut etimologi perkataan “ Akhlak “ ( ٌ‫ )أَ ْخالَق‬berasal dari
bahasa Arab jama’ dari “ Khuluqun “ ( ٌ‫ ) ُخلُق‬yang menurut lughat diartikan
adat kebiasaan (al-adat), perangai, tabi’at (al-sajiyyat), watak (al-thab),
adab / sopan santun (al-muru’at), dan agama (al-din) . Kata tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “ Khalqun “ ( ٌ‫) خ َْلق‬
yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “ Khaliq “ ( ٌ‫) خا َ ِلق‬
yang berarti pencipta dan “ makhluq “ ( ٌ‫ ) َم ْخلُ ْوق‬yang berarti yang di
ciptakan dan dari sinilah asal mula perumusan ilmu akhlak yang merupakan
koleksi ugeran yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara
Makhluk dengan Khaliq dan antara Makhluk dengan makhluk .
Prof. Dr. Ahmad Amin dalam bukunya ‘Al- Akhlaq’ merumuskan
pengertian akhlak sebagai: Akhlak ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti
baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh
setengah manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus
dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan
untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
Menurut Imam Ghazali, akhlak yang mulia mempunyai empat
perkara yaitu bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik,
keberanian (menundukkan hawa nafsu) dan bersifat adil.
Kata akhlak tersebut banyak ditemukan dalam hadits Nabi Saw.
Dalam salah satu haditsnyaRasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya aku
hanya diutus untuk menyempurnakanakhlak yang mulia”. (HR. Ahmad).
Sedangkan dalam al-Quran hanya ditemukan bentuk tunggal dari akhlaq
yaitu khuluq. Allah menegaskan, “Dan sesungguhnyakamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung.” (QS. al-Qalam (68): 4). Khuluq adalah ibarat

3
dari kelakuan manusia yang membedakan baik dan buruk, lalu dipilih yang
baik untuk dipraktikkan dalam perbuatan, sedang yang buruk dibenci dan
dihilangkan .
Sehingga akhlak juga dibagi menjadi dua,yaitu akhlak baik (Al-
Hamidah) dan akhlak buruk (Adz-Dzamimah).
Kata yang setara maknanya dengan akhlak adalah moral dan etika.
Kata-kata ini sering disejajarkan dengan budi pekerti, tata susila, tata
krama atau sopan. Untuk mengetahui definisi Akhlak menurut istilah,
dibawah ini terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli,
diantaranya:
1. Ibnu Maskawaih mendefinisikan
Akhlak adalah sikap jiwa seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa
melalui pertimbangan (terlebih dahulu);
2. Prof. DR. Ahmad Amin menjelaskan
Sementara orang membuat definisi Akhlak, bahwa yang disebut
Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu
bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan Akhlak;
3. Al-Qurthuby mendefinisikan
Akhlak adalah suatu perbuatan manusia yang bersumber dari
adab kesopanannya yang disebut Akhlak, karena perbuatan itu
termasuk bagian darinya;
4. Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy mendefinisikan
Akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang
dapat menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa
dorongan dari orang lain),

4
5. Abu Bakar Jabir Al-Jazairy mendefinisikan
Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri
manusia, yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan
tercela dengan cara yang disengaja;
6. Imam Al-Ghazali mendefinisikan
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia),
yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan,
tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama). Maka jika sifat
tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan
akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala
ia melahirkan tindakan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang
buruk.
Al-Qurthuby menekankan bahwa akhlak itu merupakan bagian
dari kejadian manusia. Oleh karena itu, kata al-khuluk tidak dapat
dipisahkan pengertiannya dengan kata al-khiiqah, yaitu fitrah yang
dapat mempengaruhi perbuatan setiap manusia.
Imam Al-Ghazaly menekankan, bahwa Akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia, yang dapat dinilai baik atau buruk,
dengan menggunakan ukuran ilmu pengetahuan dan norma agama.
Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy, Ibnu Maskawaih dan Abu
Bakar Jabir Al-Jazairy menekankan, bahwa Akhlak adalah keadaan jiwa
yang selalu menimbulkan perbuatan yang gampang dilakukan.
Meskipun ketiganya menekankan keadaan jiwa sebagai sumber
timbulnya akhlak, namun dari sisi lain mereka berbeda pendapat,
yaitu:
a. Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy menekankan hanya perbuatan
baik saja yang disebutnya akhlak;
b. Ibnu Maskawaih menekankan seluruh perbuatan manusia yang
disebutnya akhlak;

5
c. Abu Bakar Jabir Al-Jazairy menjelaskan perbuatan baik dan buruk
yang disebutnya akhlak.

2.2 Aturan Pergaulan Dalam Islam


Islam telah mengatur etika pergaulan. Perilaku tersebut merupakan
batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu perilaku
tersebut harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh para
pelakunya. Perilaku yang menjadi batasan dalam pergaulan adalah
1. Menutup Aurat
Islam telah mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk
menutup aurot demi menjaga kehormatan diri dan kebersihan hati.
Aurot merupakan anggota tubuh yang harus ditutupi dan tidak boleh
diperlihatkan kepada orang yang bukan mahramnya terutama kepada
lawan jenis jenis agar tidak membangkitkan nafsu birahi serta
menimbulkan fitnah. Aurat laki-laki yaitu anggota tubuh antara pusar
dan lutut sedangkan aurat bagi wanita yaitu seluruh anggota tubuh
kecuali muka dan kedua telapak tangan.
Di samping aurat, Pakaian yang di kenakan tidak boleh ketat
sehingga memperhatikan lekuk anggota tubuh, dan juga tidak boleh
transparan atau tipis sehingga tembus pandang.
Secara khusus bagi wanita Allah SWT berfirman: “…dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa
nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kerudung ke dadanya…” (QS. 24: 31).
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, “Hai Nabi, katakanlah
kepada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu dan juga kepada
istri-istri orang mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbab
mereka ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka

6
lebih mudah untuk dikenal, sehingga tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. 33: 59)
Dalam hal menjaga aurat, Nabi menegaskan sebuah tata krama
yang harus diperhatikan, beliau bersabda: “Tidak dibolehkan laki-laki
melihat aurat (kemaluan) laki-laki lain, begitu juga perempuan tidak
boleh melihat kemaluan perempuan lain. Dan tidak boleh laki-laki
berkumul dengan laki-laki lain dalam satu kain, begitu juga seorang
perempuan tidak boleh berkemul dengan sesama perempuan dalam
satu kain.” (HR. Muslim).
2. Menjauhi Perbuatan Zina
Pergaulan antara laki-laki dengan perempuan di perbolehkan
sampai pada batas tidak membuka peluang terjadinya perbuatan dosa.
Islam adalah agama yang menjaga kesucian, pergaulan di dalam islam
adalah pergaulan yang dilandasi oleh nilai-nilai kesucian. Dalam
pergaulan dengan lawan jenis harus dijaga jarak sehingga tidak ada
kesempatan terjadinya kejahatan seksual yang pada gilirannya akan
merusak bagi pelaku maupun bagi masyarakat umum. Dalam Al-Qur’an
Allah berfirman dalam Surat Al-Isra’ ayat 32: “Dan janganlah kamu
mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji. dan suatu jalan yang buruk”
Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar
terhindar dari perbuatan zina, islam telah membuat batasan-batasan
sebagai berikut:
a. Laki-laki tidak boleh berdua-duaan dengan perempuan yang bukan
mahramnya. Jika laki-laki dan perempuan di tempat sepi maka
yang ketiga adalah syetan, mula-mula saling berpandangan, lalu
berpegangan, dan akhirnya menjurus pada perzinaan, itu semua
adalah bujuk rayu syetan.

7
b. Laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak boleh
bersentuhan secara fisik. Saling bersentuhan yang dilarang dalam
islam adalah sentuhan yang disengaja dan disertai nafsu birahi.
Tetapi bersentuhan yang tidak disengaja tanpa disertai nafsu
birahi tidaklah dilarang. Nabi bersabda; “Barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah berkhalwat dengan
seorang wanita (tanpa disertai mahramnya) karena sesungguhnya
yang ketiganya adalah syaithan” (HR. Ahmad).
“Dari Ibnu Abbas RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
“janganlah sekali-kali salah seorang diantara kalian bersunyi-sunyi
dengan perempuan, kecuali disertai muhrimnya.”(HR. Bukhari
Muslim dikutip Imam Nawawi dalam Tarjamah Riyadush Shalihin)

2.3 Akhlak Terhadap Sesama Muslim


Mengenai hubungan dengan sesama muslim, maka tidak terlepas
dengan tetangga, famili atau kerabat, teman, rekan kerja maupun
masyarakat muslim. Kewajiban seorang muslim terhadap muslim lainnya
ada 6, sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Abu Hurairah, yang artinya : “
Rasulullah bersabda: kewajiban seorang terhadap muslim ada 6. Sahabat
bertanya “ apakah itu, wahai Rasulullah? Rasulullah bersabda : “ Apabila
engkau berjumpa dengannya ; apabila ia mengundang engkau, hendaklah
engkau menepatinya; apabila ia meminta nasihat kepada engkau engkau
menasehatinya; apabila ia bersin kemudian ia mengucapkan hamdallah
hendaklah engkau ucapkan tasymith ( yarhamukallah / yarhamukillah );
apabila ia sakit hendaklah engkau menjenguknya; dan apabila ia meninggal
dunia hendaklah melayatnya dan mengantarkan kepemakamannya.
Dari arti hadits diatas, dapat disimpulkan dengan jelas bahwa 6
kewajiban muslim kepada muslim lainnya yaitu:

8
1. Mengucapkan salam ketika berjumpa.
Mengucapkan salam. Hukumnya adalah sunah muakad. Sebab
salam merupakan sebab-sebab pemersatu orang Islam dan sebab
timbulnya rasa cinta kasih sesamanya. Disunnahkan anak kecil
memberikan salam kepada orang dewasa(tua), orang yang sedikit
memberi salam kepada orang yang berjumlah lebih banyak dan orang
yang mengendarai kendaraan memberi salam kepada orang yang
berjalan.
Ucapan salam ketika bertemu dengan teman atau orang lain
sesama muslim, ucapan salam adalah do’a. Berarti dengan ucapan
salam kita telah mendoakan teman tersebut. Allah swt berfirman:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan
memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik
bagimu, agar kamu selalu ingat”. (QS. An-Nur/24: 27)
2. Memenuhi undangannya.
Apabila kamu diundang, maka hadirilah undangan itu. Artinya
apabila kita diundang ke rumah orang yang mengundang kita maka
datangilah. Karena mendatangi undangan tersebut hukumnya sunnah
muakkad. Sebab hal tersebut dapat menjadikan pihak yang
mengundang akan merasa senang dan mendatangkan rasa cinta kasih
dan rasa persatuan diantara mereka.
3. Menasehati jika diminta.
Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada hamba-
hambanya yang beriman saling nasihat menasihati supaya mentaati
kebenaran dan nasihat menasihati dalam bersabar satu sama lainnya,
sebagaimana yang ditegaskan dalam firman-Nya :
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat

9
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran.” (QS. AlAshr : 2-3)
Sebagai seorang muslim, maka ia mendapatkan tugas
kewajiban untuk memberikan nasihat kepada sesama muslim lainnya,
demikian pula sebaliknya. Dimana nasihat tersebut merupakan
kewajiban amar ma’ruf dan nahi munkar. Setiap muslim yang merasa
memiliki persaudaraan dengan muslim lainnya tentunya mempunyai
tanggung jawab untuk tidak membiarkan saudaranya berada dalam
kemunkaran. Setiap muslim mempunyai tanggung jawab kepada
saudara lainnya untuk melakukan perbuatan yang ma’ruf dengan
mengajak mereka mengerjakan hal-hal yang baik dan positif. Sehingga
dengan ajakan dan nasihat tersebut terjauhilah perkara-perkara yang
munkar, dan niscaya kemaslahatan dunia dan akhiratlah yang akan
mereka peroleh.
4. Mengucapkan Tasymith jika ia bersin, lalu ia mengucapkan hamdallah.
Bagi orang muslim yang mendengar saudara muslimnya bersin
dan mengucapkan Alhamdulillah, maka disyariatkan baginya untuk
mengucapkan tasymit kepadanya. Bertasymit kepada orang yang
bersin adalah dengan mengucapkan kepada orang yang bersin,
"Yarhamukallah". (Lihat Syarh Nawawi 'Ala Muslim, hadits no. 3848).
Dan maksud utama dari kalimat tasymit adalah mendoakan kebaikan
untuk orang yang bersin dan dia memuji Allah. Jika tidak memuji Allah
maka tidak dibacakan tasymit kepadanya.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda:
"Apabila salah seorang kamu bersin, hendaknya ia
mengucapkan: Al-Hamdulillah. Dan hendaknya saudaranya atau
sahabatnya mengucapkan kepadanya: Yarhamukallah.

10
Maka apabila ia mengucapkan yarhamukallah kepadanya,
hendaknya ia mengucapkan: Yahdikumullah wa Yuslihu Baalakum. (HR.
al-Bukhari no. 5756).
5. Menjenguknya bila ia sakit.
Hukum menjenguk orang sakit adalah fardhu kifayah. Artinya,
bila ada sebagian orang yang melakukannya maka gugur kewajiban
dari yang lain. Bila tidak ada seorang pun yang melakukannya, maka
wajib bagi orang yang mengetahui keberadaan si sakit untuk
menjenguknya.
Kemudian yang perlu diketahui, orang sakit yang dituntunkan
untuk dijenguk adalah yang terbaring di rumahnya (atau di rumah
sakit) dan tidak keluar darinya. Adapun orang yang menderita sakit
yang ringan, yang tidak menghalanginya untuk keluar dari rumah dan
bergaul dengan orang-orang, maka tidak perlu dijenguk. Namun bagi
orang yang mengetahui sakitnya hendaknya menanyakan keadaannya.
Demikian penjelasan Syaikh yang mulia Muhammad bin Shalih Al-
Utsaimin t dalam kitabnya Syarhu Riyadhish Shalihin (3/55).
Keutamaan yang besar dijanjikan bagi seorang muslim yang
menjenguk saudaranya yang sakit seperti ditunjukkan dalam hadits-
hadits berikut ini:
Tsauban z mengabarkan dari Nabi n, sabda beliau:
“Sesungguhnya seorang muslim bila menjenguk saudaranya sesama
muslim maka ia terus menerus berada di khurfatil jannah hingga ia
pulang (kembali).” (HR. Muslim no. 6498)
6. Melayat dan mengantarkan jenazahnya sampai kepemakaman jika ia
meninggal dunia.
Melayat ahli mayat (keluarga mayat) itu sunat dalam tiga hari
sesudah ia meninggal dunia, yang lebih ialah sebelum dikuburkan.
Yang dimaksud dalam melayat itu ialah untuk menganjurkan ahli

11
mayat (keluarga mayat) supaya sabar, jangan berkeluh-kesah,
mendo’akan mayat supaya mendapat ampunan, dan juga supaya
malapetaka itu berganti dengan kebaikan. Sabda Rasulullah Saw:
Dari Usamah, Ia berkata, “Seorang anak perempuan Rasulullah
Saw. telah memanggil beliau serta memberitahukan bahwa anaknya
dalam keadaan hamper mati, Rasulullah Saw. berkata kepada utusan
itu, ‘kembalilah engkau kepadanya, dan katakana bahwa segala yang
diambil dan yang diberikan – bahkan apa pun – kepunyaan
Allah. Dialah yang menentukan ajalnya, maka surulah ia sabar serta
tunduk kepada perintah’.”(HR. Bukhari dan Mushlim).

2.4 Syariat Aklak Bagi Sesama Muslim


Berikut ini diulas hal-hal yang telah disyari’atkan sebagai akhlak
bagi kaum muslimin dalam rangka membina hubungan persaudaraan
sesama muslim sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal dan
dihindarkannya kemudharatan sebagai dampak dari terabaikannya syarat-
syarat persaudaraan.
1. Saling Mencintai sesama muslim karena Allah
Saling mencintai diantara sesama umat muslim karena Allah
perlu ditumbuh kembangkan oleh kaum muslimin sehingga dengan
adanya rasa cinta tersebut maka akan terciptalah suasana yang
harmonis ditengah-tengah masyarakat muslim. Dengan adanya rasa
cinta kepada sesama muslim maka akan terhindarlah hal-hal yang
dapat menjadi sumber ketidak harmonisan dan permusuhan satu sama
lainnya.
Saling mencintai diantara sesama muslim telah diperintahkan
oleh Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh imam Muslim rahimahullaah ta’ala yang bersumber
dari sahabat Anas bin Malik radhyalllahu’anhu: Shahih Muslim 60: dari

12
Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dia berkata: "Tiga perkara
jika itu ada pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman;
orang yang mana Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain
keduanya, mencintai seseorang yang ia tidak mencintainya kecuali
karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah
menyelamatkannya dari kekafiran tersebut sebagaimana ia benci
untuk masuk neraka."
2. Sesama Muslim Yang Satu Dengan Lainnya Bagaikan Satu Bangunan
Antara kaum Muslim itu sama lainnya diibaratkan sebagai
sebuah bangunan yang saling mengokohkan. Bangunan akan kokoh
apabila ditunjang oleh banyak bagian yang satu sama lain saling
mendukung, saling bekerja sama memperkokoh sehingga bangunan
tersebut dapat tegak berdiri. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim rahimahullaah ta’ala dari Abu Musa radhyallaahu’anhu
disebutkan : Shahih Muslim 4684: Telah menceritakan kepada kami
Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Abu 'Amir Al Asy'ari keduanya berkata;
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Idris dan Abu Usamah;
Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Al A'laa Abu Kuraib; Telah menceritakan
kepada kami Ibnu Al Mubarak dan Ibnu Idris serta Abu Usamah
seluruhnya dari Buraid dari Abu Burdah dari Abu Musa dia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang mukmin yang
satu dengan mukmin yang lain bagaikan satu bangunan, satu dengan
yang lainnya saling mengokohkan.”
3. Saudara Sesama Muslim Hendaknya Saling Tolong Menolong
Sesama muslim juga diwajibkan untuk saling tolong menolong,
yakni tolong menolong dalam hal kebaikan dan takwa kepada Allah
SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-
Maidah ayat 2[1] yang artinya:“Dan tolong-menolonglah kamu dalam

13
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS.Al Maidah :2 )
4. Membantu Meringankan Kesulitan Sesama Muslim
Sebagai saudara sesama muslim wajib seseorang itu prihatin
atas kesulitan yang menimpa saudaranya yang lain, namun tidak hanya
terbatas sekedar prihatin tetapi harus diikuti dengan sikap untuk
membantu bagaimana kesulitan tersebut dapat diatasi. Saudara
sesama muslim yang mendapatkan kesusahan wajib untuk dibantu
dalam melepaskan kesulitan tersebut. Di dalam kehidupan sehari-hari
tentunya seseorang itu kadang-kadang mendapatkan kesulitan yang
tidak dapat diatasnya secara sendiri, kecuali mendapatkan bantuan
dari orang lain. Misalnya seseorang ditimpa musibah berupa
kecelakaan dan memerlukan biaya untuk pengobatan, namun karena
ketiadaan dana maka ybs kesulitan untuk membayar biaya
pengobatan. Disinilah letak peran dari saudara muslim lainnya untuk
membantu mengatasi kesulitan pembiayaan dengan bergotong royong
mengumpulkan uang.
Membantu meringankan atau melepaskan kesulitan yang
dihadapi oleh seseorang dimata Allah subhanahu wa ta’ala sangatlah
besar sekali artinya,mereka-mereka yang membantu melepaskan atau
meringankan kesusahan orang lain mendapatkan balasan yang
setimpal dari Allah pada hari kiamat kelak dengan dilepaskannya dari
satu kesusahan . Hal ini ditegaskan oleh Rasullullah shallallaahu’alaihi
wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oelh imam Bukhari
rahimahullaah ta’ala dari sahabat Abdullah bin Umar
radhyallaahu’anhu: Shahih Bukhari 2262: dari Abdullah bin Umar
radliallahu 'anhuma mengabarkannya bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Seorang muslim adalah saudara bagi

14
muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan tidak membiarkannya
untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka
Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu
kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu
kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari qiyamat. Dan siapa
yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya
pada hari qiyamat."
5. Sesama Muslim diperintahkan untuk Menutupi A’ib Saudaranya
Maka tutupilah aib saudara-saudaramu, karena engkau tidak
pernah akan mampu memerangi Allah subhanahu wa ta’ala Yang
Maha Kuasa membuka segala aibmu dan mengungkap segala dosamu,
sementara manusia tidak ada yang mengetahuinya. Dan kekanglah
lisanmu dari pembicaraan menyangkut kehormatan orang lain,
mencari-cari kesalahan, dan merusak harga diri saudara-saudaramu.
Sungguh di antara petunjuk Nabi shallallahu’alaihi wa sallam
adalah lebih mengutamakan menutup aib, sampai-sampai pada orang
yang melakukan dosa besar. Berkaitan dengan menutupi a’ib orang
lain Rasullullah shallallahu’alaihi wasallam dalam sabda beliau yang
diriwayatkan oleh imam Bukhari rahimahullaah ta’ala mengatakan:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang muslim
adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan
tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan
saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang
menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah
menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan
hari qiyamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka
Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat".

15
6. Mendoakan Kebaikan Bagi Saudaranya Sesama Muslim
Salah satu akhlak terpuji lainnya dengan sesama
muslim adalah mendoakan muslim lainnya yang tidak berada di
hadapannya, atau tanpa sepengetahuannya. Saat seorang muslim
mendoakan muslim lainnya yang berada jauh dari tempatnya, tanpa
sepengetahuannya, dengan doa-doa yang baik, niscaya doa tersebut
akan dikabulkan Allah dan doa tersebut juga akan mencakup orang
yang membacanya sendiri. Dari Ummu Darda’ dan Abu Darda’
Radhiyallahu ‘anhuma: Rasullullah shallallahu’alaihin wa sallam
bersabda: “Doa seorang muslim untuk saudaranya (muslim lainnya)
yang tidak berada di hadapannya akan dikabulkan oleh Allah. Di atas
kepala orang muslim yang berdoa tersebut terdapat seorang malaikat
yang ditugasi menjaganya. Setiap kali orang muslim itu mendoakan
kebaikan bagi saudaranya, niscaya malaikat yang menjaganya
berkata, “Amin (semoga Allah mengabulkan) dan bagimu hal yang
serupa.” (HR. Muslim no. 2733, Abu Daud no. 1534, Ibnu Majah no.
2895 dan Ahmad no. 21708)
7. Saling Mencintai , Sayang Menyayangi dan Kasih Menghasihi dalam
Persaudaraan Sesama Muslim
Hubungan di antara cinta dan persaudaraan adalah hubungan
yang sangat kuat. Maka setiap orang yang dipertalikan oleh Allah
subhanahu wa ta’ala di antara sesama muslim satu dan lainnya
dengan hubungan persaudaraan, niscaya ia mendapat hak untuk
saling mencintai karena Allah ta;ala. Dan setiap orang yang bergaul
dengan sesama saudara muslim dengan kecintaan iman, niscaya ia
berhak mendapatkan hak persaudaraan Islam.
Al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan pengertian
persaudaraan yang dimaksudkan dalam islam : “Berusahalah agar

16
kamu menjadi seperti saudara senasab dalam kasih sayang, tolong
menolong, saling membantu, dan memberi nasehat.”
Dan standar pemahaman ukhuwah (persaudaraan) dan yang
tidak sempurna iman kecuali dengannya adalah yang dijelaskan oleh
Rasulullah dengan sabdanya: "Demi Dzat yang diriku berada di tangan-
Nya, seorang hamba tidak beriman (yang sempurna) sehingga ia
mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia mencintai untuk dirinya
sendiri dari kebaikan."
8. Saling Mengulurkan Tangan Untuk Berjabatan (Bersalaman)
Membina persaudaraan sesama muslim perlu dilakukan dengan
berbagai ragam perbuatan yang disyari’atkan, termasuk di dalamnya
saling berjabatan tangan ketika bertemu satu sama lainnya dalam
berbagai kesempatan apa saja. Dengan berjabatan tangan sambil
mengucapkan salam sebagai sebuah doa yang diikuti pula dengan
saling tegur sapa saling menanyakan kesehatan serta keluarga sungguh
merupakan angin segar yang menyejukkan pertemuan sesama muslim.
Mengulurkan tangan untuk menjabat tangan ketika bertemu
dengan seseorang telah dicontohkan oleh Rasullullah shallallahu’alaihi
wa sallam sebagai yang diriwayatkan dalam sebuah hadits oleh imam
Bukhari rahimahullaah ta’ala dari Qatadah radhyallaahu’anhu: Sunan
Abu Daud 199: Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah
menceritakan kepada kami Yahya dari Mis'ar dari Washil dari Abu
Wa`il dari Hudzaidfah bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
pernah bertemu dengannya, kemudian beliau mengulurkan tangan
kepadanya (untuk berjabat tangan). Namun Hudzaifah berkata;
Sesungguhnya saya sedang junub. Maka beliau bersabda:
"Sesungguhnya orang muslim itu tidak najis".

17
9. Ramah Tamah ,Rendah Hati Serta Tidak Sombong Kepada Sesama
Saudara Muslim
Islam sangatlah memuji sikap ramah tamah dan rendah hati
yamng ditujukam oleh setiap orang muslim terhadap saudara-saudara
muslim lainnya. Ramah tamah dan rendah hati adalah kebalikan dari
sikap sombong). Sikap inilah yang merupakan sikap terpuji, yang
merupakan salah satu sifat ‘ibaadur Rahman yang Allah terangkan
dalam firman-Nya:
“Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-
orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati (tawadhu’)
dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-
kata yang baik.” (QS. Al Furqaan: 63)
10. Mendahulukan Kepentingan Saudaranya Sesama Muslim Dari Pada
Kepentingan sendiri dan Golongan/Kelompok.
Mendahulukan kepentingan orang lain ( saudara sesama
muslim) daripada kepentingan pribadi atau golongan dalam Islam
dipandang sebagai hal yang utama, karena dalam hal ini nampak sekali
bagaimana akhlak seseorang muslim terhadap orang lain. Dimana
kepentingan yang menyangkut orang lain atau menyangkut orang
banyak tentunya hanya dapat dilakukan oleh mereka-mereka yang
mempunyai keikhlasan berkorban untuk orang lain. Mereka
mendahulukan kepentingan saudaranya sesama muslim meskipun ia
sendiri membutuhkannya. Ia rela berkorban dengan meninggalkan
kepentingan pribadinya.
Tentang keutamaan mendahulukan kepentingan orang lain
disebutkan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala: “Dan orang-orang
yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor)
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor)
'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan

18
mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Mu- hajirin); dan
mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka
sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara
dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang
beruntung.” (QS.Al Hasyr : 9)
11. Selalu Berprasangka Baik Kepada Sesama Muslim
Seseorang muslim akan termasuk dalam golongan orang-orang
yang ber akhlak yang baik apabila ia selalu berprasangka baik ( Positif
tinking) kepada saudaranya sesama muslim. Dugaan apapun yang
timbul dalam dirinya terhadap saudaranya sesama muslim yang lain
selalu berkaitan dengan kebaikan bukan hal-hal yang bersifat
keburukan . Dengan adanya prasangka yang selalu baik terhadap
orang lain maka orang tersebut terlepas dari sifat berbuat zhalim.
Prasangka baik menghilangkan kecurigaan yanmg biasanya muncul
pada diri orang-orang yang hatinya berpenyakit.
Berkaitan dengan itu Imam Bukhari rahimahullaah ta’ala
meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhyalllahu’anhuma: Shahih
Bukhari 5606: dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jauhilah prasangka buruk,
karena prasangka buruk ucapan yang paling dusta, dan janganlah
kalian saling mendiamkan, saling mencari kejelekan, saling menipu
dalam jual beli, saling mendengki, saling memusuhi dan janganlah
saling membelakangi, dan jadilah kalian semua hamba-hamba Allah
yang bersaudara."

19
2.5 Tiga Akhlaq Muslim

1. Menyimpan Rahasia

“Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia

kepada salah seorang dari istri-istrinya (Hafshah) suatu peristiwa.

Maka tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah)

dan Allah memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara

Hafshah dengan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad

memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan

menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafshah). Maka tatkala

(Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafshah dan

Aisyah) lalu Hafshah bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan

hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku

oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".(Q.s 66:3)

Sesama muslim hendaknya saling menjaga rahasia yaitu rahasia

yang berkenaan dengan pribadi muslim maupun rahasia yang

berkenaan dengan perjuangan Islam. Menjaga rahasia merupakan

janji, dan jani harus ditepati

“Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta

pertanggungan jawabnya.” (Qs.17:34)

2. Menutupi Aib Orang lain

“ Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita)

perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang

beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan

Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui”. (Q.s. 24:19)

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari

prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan

20
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah

sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah

seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah

mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah

kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha

Penyayang.” (Qs.49:12)

Rasulullah bersabda “ Tidakalah seorang hamba menutup aib

hamba lainnya, Kecuali Allah SWT menutupi keburukan dia pada hari

kiamat” .

3. Menghormati yang tua dan menyayangi yang muda

Rasulullah Bersabda “ Bukan golongan kami orang yang

tidak menghormati yang tua dan menyayangi yang muda dari kami”

Hendaknya setiap muslim menerapkan akhlaq kepada

sesama muslim tersebut dalam interaksi keseharian maupun dalam

beraktivitas. Penerapan akhlaq yang baik akan membawa kepada sikap

dan perilaku saling memahami dan saling memaklumi yang dapat

makin memperkokoh pelaksanaan amal jama’I dalam mengemban

amanah dakwah.

21
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam agama islam di wajibkan untuk berbuatan baik kepada

sesama muslim Islam sebagai agama yang paling sempurna dan agama

kasih sayang mengutamakan hubungan persaudaraan sesama muslim

diantara sesama pemeluknya . Sehubungan dengan itu Islam

mensyari’atkan bagaimana seharusnya sikap dan akhlak seseorang muslim

terhadap saudaranya sesama muslim yang lain, agar terbina hubungan

harmonis dan saling menghargai satu sama lain, saling kasih mengasihi dan

saling tolong menolong dan saling cinta mencintai karena Allah.

Dalam melakukan hubungan sosial kemasyarakatan yang

diantaranya dalam pergaulan sehari-hari sesama saudara muslim haruslah

selalu dilandasi kepada akhlak terpuji yang sesungguhnya tiada lain adalah

akhlak yang mulia yang sangat dipuji oleh Allah subhanahu wa ta’ala,

sehingga setiap muslim diwajibkan dalam dirinya untuk merasa dan

menganggap bahwa sesama muslim lainnya saling bersaudara satu lainnya

sebagai saudara seagama. Yang dalam kesehariannya perlu ditindak lanjuti

dengan segala sesuatunya selalu berorientasi kepada akhlak Muslim.

Setiap muslim yang menyadari keutamaan persaudaraan sesama

muslim , bahwa persaudaraan tersebut perlu terus dibina dengan mengacu

kepada hal-hal yang bersifat positif yaitu akhlak yang terpuji Demi

menciptakan Ukhuwah Islami yang hakiki Berdasarkan penjelasan diatas

kita dapat menyimpulkan beberapa hal antara lain:

22
1. Islam adalah agama yang sempurna yang di dalamnya pula

mengajarkan mengenai

2. akhlak pergaulan yang akan menuntun manusia untuk bergaul dengan

baik yang diberkahi oleh allah

3. Islam melarang setiap manusia untuk mendekati semua hal atau

perbuatan yang akan mendatangkan atau berdekatan dengan zina

4. Hidup itu pilihan yang akan menimbulkan sebab dan akibat yang

terjadi apabila kita memilih suatu pilihan seperti halnya pilihan apakah

kita akan memilih dan menetapkan pergaulan yang sesuai dengan

ajaran islam atau pergaulan yang sesuai dengan ajaran yang

berkembang di dunia yang modern ini

3.2 Saran

Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita memiliki akhlak yang

terpuji agar mendapatkan ridho dari Allah SWT termasuk dalan hal

pergaulan, baik sesama jenis maupun dengan berlawanan jenis agar tidak

terpengaruh dari godaan syetan yang akan mengusik keimanan kita kepada

Allah SWT. Karena sesungguhnya hanya orang-orang yang berakhlak

mulialah yang akan diterima oleh Allah SWT di sisinya, dan semoga kita

sebagai muslim dan muslimah termasuk golongan-golongan yang

dimuliakan oleh Allah SWT yang akan berada disampingnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’an dan terjemahannya

Modul Paket Studi Islam Khairu Ummah, Drs. Ahmad Yani, LPPD Khairu Ummah:
Jakarta Pusat

Pergaulan pemuda-pemudi dalam islam, muhamad pristian habib,: universitas


diponegoro

Himpunan hadist pilihan, hadis shahih bukhari, husein bahreisy, al-


ikhlas:Surabaya

24

Anda mungkin juga menyukai