“DEMOKRASI PANCASILA “
DISUSUN
OLEH KELOMPOK 2 :
HAMDI SUHERLAN ( C031171507 )
ERWIN ( C031171012 )
NUR ALIAH BAHMID ( C031171309 )
MUTIARA SYAFAATI SIQRA ( C031171002 )
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan Rahmat-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan Makalah ini.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang senantiasa
membawa kita kepada jalan keridhaan dan maghfirah Allah SWT.
Tentunya dalam penyusunan ini, tak luput adanya kekurangan dan kelemahan dari segala
sisinya. Oleh karena itu, dengan hati terbuka, kami menerima saran dan kritik dari pembaca
sekalian, yang tentunya bisa menyempurnakan penyusunan Makalah ini.
Rasa terima kasih yang terdalam kami hanturkan kepada semua pihak yang telah ikut serta
membantuu penyusunan Makalah ini. Terlebih ucapan terima kasih itu kami sampaikan kepada
dosen pembimbing.
Akhirnya, dapatlah kami menadahkan tangan kehadirat Allah SWT. seraya berdoa dan
bermunajat, semoga Makalah ini dapat bermanfaat, khususnya pada bidang pelajaran “
Pendidikan Kewarganegaraan “.
Penyusun
ii
DAFTRA ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua negara mengakui bahwa demokrasi sebagai alat ukur dari keabsahan politik. Kehendak
rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintahan menjadi basis tegaknya sistem politik
demokrasi. Demokrasi meletakkan rakyat pada posisi penting, hal ini karena masih memegang
teguh rakyat selaku pemegang kedaulatan. Negara yang tidak memegang demokrasi disebut
negara otoriter.Negara otoriter pun masih mengaku dirinya sebagai negara demokrasi.
Ini menunjukkan bahwa demokrasi itu penting dalam kehidupan bernegara dan pemerintahan.
Sejak merdeka, perjalanan kehidupan demokrasi di Indonesiatelah mengalami pasang surut. Dari
Demokrasi Parlementer/Liberal (1950 – 1959),Demokrasi Terpimpin (1959 – 1966) dan
Demokrasi Pancasila (1967 – 1998). Tigamodel demokrasi ini telah memberi kekayaan
pengalaman bangsa Indonesia dalam menerapkan kehidupan demokrasi. Setelah reformasi
demokrasi yang diterapkan di Indonesia semakin diakui oleh dunia luar. Reformasi telah
melahirkan empatorang presiden. Mulai dari BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati
hinggaSusilo Bambang Yudhoyono. Demokrasi yang diterapkan saat ini masih belum jelas
setelah pada masaPresiden Soeharto dikenal dengan Demokrasi Pancasila. Ir Soekarno dalam
bukuDi Bawah Bendera Revolusi (1965) pernah mengungkapkan pendapatnya tentangdemokrasi
bagi bangsa Indonesia.
“Apakah demokrasi itu? Demokrasi adalah ‟pemerintahan rakyat‟. Masyarakat bebas
berpendapat dan berorganisasi dan rakyat juga memilih langsung atau memilih sendiri
pemimpinnya. Komisi Negara dibentuk oleh negara. Diperbolehkannya jalur independen atau
calon perseorangan di luar jalur politik mencalonkan diri dalam pemilihan kepala daerah(pilkada)
turut meramaikan kehidupan demokrasi di Indonesia. Perkembangan demokrasi turut
meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Masyarakat boleh mengorganisasikan diri untuk ikut
serta dalam proses pengambilan keputusan.Masyarakat atau rakyat kembali merasakan kebebasan
sipil dan politiknya. Rakyat menikmati kebebasan berpendapat serta rakyat menikmati
kebebasanberorganisasi. Kebebasan sipil bisa dinikmati meskipun di sisi lain hak sekelompok
masyarakat bisa dihilangkan oleh kelompok masyarakat lain. Dalam kondisi seperti ini, beberapa
kalangan menilai penerapan demokrasi di Indonesia harus dijiwai dengan ideologi atau dasar
negara RI yaitu Pancasila. Pancasila sebagaidasar atau ideologi negara harus diterapkan dalam
kehidupan berdemokrasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari demokrasi ?
2. Apa pentingnya kehidupan demokrasi dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara ?
3. Bagaimana pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan?
4. Mengapa pemimpin yang beriman, bermoral, berilmu, terampil, dan demokrasi itu
penting ?
5. Apa konsekuensi dari perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme (kkn) dalam kehidupan
demokratis ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata,
yaitu demos dan kratos. Demos berarti rakyat dan kratos brarti pemerintah. Jika kedua kata
tersebut digabungkan, maka akan berarti kekuasaan rakyat atau pemerintahan dari rakyat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud demokrasi adalah suatu system
pemerintahan yang berasal dari rakyat dan selalu mengikut sertakan rakyat dalam
pemerintahan negara.
Dengan konsep tersebut tentunya telah menjadikan demokrasi sebagai system
pemerintahan yang paling ideal dibandingkan dengan sistem pemerintahan lainnya. Namun
demikian, penerapan sistem demokrasi saat ini berbeda dengan penerapannya pada zaman
Yunani kuno.
Pada zaman Yunani kuno, rakyat yang menjadi warga Negara terlibat langsung dalam
pemikiran, pembahasan, dan pengambilan keputusan mengenai berbagai hal yang
menyangkut kehidupan negara. Demokrasi zaman Yunani ini sering disebut sebagai
demokrasi langsung atau demokrasi murni. Penerapan system demokrasi dengan cara tadi
tentunya tidak mungkin lagi untuk dilaksanakan, karena saat ini hampir setiap Negara
memiliki wilayah yang sangat luas dan jumlah penduduk yang sangat besar. Kondisi itulah
yang membuat setiap perkara kenegaraan tidak mungkin dibicarakan secara langsung
dengan seliruh rakyat, tetapi cukup diwakilkan kepada wakil rakyat yang duduk dalam
lembaga perwakilan rakyat. Oleh karena dilakukan secara perwakilan, maka system
demokrasi seperti ini sering disebut sebagai demokrasi tak langsung atau demokrasi
perwakilan.
Perkembangan teknologi dan kebudayaan yang begitu cepat, tidak mengubah anggapan
sebagian besar Negara bahwa demokrasi merupakan system pemerintahan yang paling ideal.
Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya Negara yang menyatakan sebagai Negara demokrasi,
meskipun dengan sebutan yang berbeda-beda. Misalnya, demokrasi liberal, demokrasi
nasional, demokrasi rakyat, demokrasi parlementer, dan demokrasi Pancasila.
Meskipun banyak Negara yang mengaku sebagai Negara demokrasi, tetapi apakah
Negara tersebut benar-benar Negara demokrasi. Kriteria ini sangat tergantung pada
bagaimana Negara tersebut menjalankan pemerintahannya, apakah sesuai dengan prinsip-
prinsip dasar demokrasi atau tidak.
Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan Paneasila dan UUD 1945.
Dalam Demokrasi Pancasila sangat diharapkan adanya musyawarah untuk mufakat. Akan
tetapi, bila tidak tercapai mufakat, pengambilan keputusan dapat ditempuh melalui
pemu¬ngutan suara (Pasal 2, Ayat (3), WD 1945). Dalam demokrasi Pancasila tidak
mengenal dominasi mayoritas ataupun tirani minoritas. Domiinasi mayoritas adalah
kelompok besar yang menguasai segala segi kehidupan berbangsa dan bernegara dengan
mengabaikan kelompok yang kecil. Tirani minoritas adalah kelompok kecil yang menguasai
segala segi kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mengabaikan kelompok besar.
5
Indikasi Masalah Demokrasi Pancasila di Era Reformasi Kekuatan rakyat sangat dominan
Demokrasi era reformasi berjalan terlalu cepat dan tidak terarah.
Euforia politik dalam berdemokrasi membuat masyarakat tidak beretika, tidak santun dan
cenderung mudah melanggar hukum / anarkis dalam hidup berdemokrasi
Meski aturan hukum sudah sangat kuat tetapi aparat tidak berdaya membendung kekuatan
rakyat. maka dari itu dibutuhkan pemimpin yang mampu mengendalikan rakyat untuk
melakukan hal hal yang sesuai denggan seharusnya, karena hanya seorang pemimpin yang
dapat mengendalikan rakyat yaitu dengan memberikan fasilitas serta hak mereka, karena
pada umumnya rakyat tidak akam melakukan tindakan tindakan yang negative apa bila
mereka mendapatkan fasilitas yang sesuai serta mendapat hak mereka.
7
bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Partisipasi semua
pihak dalam pembangunan sangat diperlukan agar dalam prosesnya tidak menyimpang
dari nilai-nilai baik yang telah tetanam dalam tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara di negara kita.
Faktor pendukung lainnya yang patut dikembangkan dalam kehidupan bangsa kita
yaitu budaya musyawarah untuk mufakat. Musyawarah dilakukan guna mengatasi
segala permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Namun, budaya
musyawarah ini harus dilandasi akal sehat dan hati nurani yang luhur agar segala
persoalan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dapat
dipecahkan.
Semangat kekeluargaan, gotong-royong, kebersamaan, dan musyawarah untuk
mufakat yang telah menjadi ciri bangsa dan merupakan cerminan demokrasi Pancasila
hendaknya selalu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semangat tersebut dapat
diterapkan di berbagai lingkungan sosial, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah,
lingkungan masyarakat sampai bangsa dan negara.
2. Sikap Demokratis dalam Kehidupan Masyrakat
a. Penerapan Sikap Demokratis di Lingkungan Keluarga
Agar budaya demokrasi tumbuh subur dalam kehidupan bewarga Negara,
pendidikan demokrasi harus sejak awal dikenalkan kepada penerus bangsa.
Pendidikan demokrasi dapat dimulai dari lingkungan keluarga. Musyawarah untuk
mencapai mufakat demi kepentingan bersama pada dasarnya merupakan inti dari
demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, dalam keluarga hendaknya
selalu dibiasakan menyelesaikan berbagai persoalan dan kepentingan dengan cara
musyawarah. Kepala keluarga selalu berusaha menyerap aspirasi, keinginan,
kepentingan, atau pendapat dari anggota keluarga, untuk mencapai kata mufakat
demi kepentingan seluruh anggota keluarga.
Sebagai contoh masalah yang dapat dijadikan bahan dalam musyawarah
keluaraga yaitu pembagian tugas bagi setiap anggota keluarga. Sebagai kepala
keluarga tentunya ayah berperan sebagai pemimpin dalam musyawarah keluarga.
b. Penerapan Sikap Demokratis di Lingkungan Masyarakat
Demikian juga dilingkungan masyarakat, segala keputusan menyangkut
kepentingan bersama harus dimusyawarahkan agar dapat diterima dengan baik oleh
seluruh anggota masyarakat. Kepentingan bersama yang perlu dimusyawarahkan
tersebut, antara lain sebagai berikut.
Progam-Progam Perkembangan Masyarakat atau Lingkungan
Segala upaya untuk memperbaiki lingkungan dan upaya menuju kemajuan
biasanya selalu melibatkan semua kalangan masyarakat. Oleh sebab itu, baik
perencanaan maupun pelaksaannya haruslah merupakan hasil dari masyawarah
masyarakat. Terlebih lagi kalau sudah menyangkut dana yang diambil dari
masyarakat (iuran masyarakat). Semua itu harus dimusyawarahkan bersama
agar tidak terjadi kesalahpahaman diantara anggota masyarakat, sehingga
tujuan dapat terpilih oleh masyarakat.
Pemilihan Ketua RT
Sepertinya halnya pemilihan ketua OSIS,pemilihan ketua RT biasanya uga
dilakukan dengan pemungutan suara (voting). Perlakuan yang sama dan adil
terhadap calon calon yang berhak serta pelaksanan yang baik dalam proses
8
pemilihan, akan sangat menentukan baik/tidaknya atau diterima/tidaknya calon
terpilih oleh masyarakat.
c. Penerapan Sikap Demokrasi di Lingkungan Negara
Mengenai penerapan budaya dmokrasi di lingkungan Negara, telah dijabarkan
dalam uraian materi sebelumnya, Adapun contoh budaya demokrasi di lingkugan
Negara dapat diliat dala kegiatan-kegiatan berikut.
Rakyat terlibat dalam pemilu,baik untuk memilih wakil-wakil rakyat ataupun
memilih presiden dan wakil presiden.
Rakyat melalui wakil-wakilnya terlibat dalam penyusunan uadang-undang.
Rakyat melakukan pengawasan, baik terhadap wakil rakyat maupun
pemerintah melalui media massa.
9
d) Pemimpin yang terampil adalah pemimimpin yang mempunyai kecakapan untuk
menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya agar dapat bekerja secara optimal dan
mampu memberdayakan sumber daya yang ada.
e) Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang mau mendengarkan masukan,
pendapat orang lain, bisa menghargai perbeaan yang ada dalam masyarakat, dan yang
terlihat jelas ia tidak memaksakan kehendak pada orang lain dalam mengambil
keputusan. Sebaiknya, selau berusaha mengambil keputusan dengan cara musyawarah
untuk mufakat.
Berkaitan dengan syarat calon presiden dan wakil presiden, udang-undang Negara kita
mengaturnya dalam UU No. 23 Tahun2003 tentang pemilihan wakil presiden harus
memenuhi syarat-syarat berikut.
a) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri.
c) Tidak pernah mengkhianati Negara.
d) Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas presiden dan wakil
presiden.
e) Bertempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
f) Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang memeriksa laporan
kekayaan penyelenggara Negara.
g) Tidak senang memiliki tanggungan secara perorangan dan atau secara badan hokum
yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan Negara.
h) Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan.
i) Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hokum tetap.
j) Tidak pernah melakukan tindakan yang tercela.
k) Mendaftarkan sebagai daftar pemilih.
l) Memiliki nomor pokok wajib pajak(NPWP) dan telah melaksanakan kewajiban pajak
selama 5 tahun terakhir yang dibuktikan dengan surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Waji Pajak Orang Pribadi.
m) Memiliki daftar riwayat hidup.
n) Belum pernah menjabat sebagai presiden dan wakil presiden selama dua kali massa
jabatan dalam jabatan yang sama.
o) Setia kepada Pancasila sebagai dasar Negara, Undan-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi17 Agustus 1945.
p) Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindakan pidana makar berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
q) Berusia sekuran-kurangnya 25 tahun.
r) Berpendidikan serendah-rendahnya SLTA atau yang sederajat.
s) Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk
organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung G 30 S.
t) Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hokum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
pidana penjara 5 tahun atau lebih.
10
Beriman, berilmu, bermoral, dan demokratis tidak hanya dapat digunakan sebagai syarat
untuk memimpin Negara, tetapi dapat pula dijadikan syarat untuk memilih pemimpin partai
politik, pemimpin daerah, pemimpin perushaan, pemimpin organisasi massa, dan organisasi
lainnya. Penerapan syarat tersebut perlu dilakukan agar pimpinan yang diperoleh
brkepribadian jujur, berbudi luhur, arif, bijaksana, dan selalu mengutamakan kepentingan
bersama.
Selain itu,dengan karakter pemimpin yang beriman, bermoral, berilmu, terampil, dan
demokratis diharapkan pemimpin tersebut tidak akan melakukan korupsi, kolusi, dan
nepotisme(KKN). Sebab telah kita maklumi bersama bahwa KKN merupakan salah satu
penyebab keterpurukan bangsa Indonesia. Begitu berbahayanya KKN sehingga wajar bila
menjadikan KKN sebagai musuh bersama demi kemajuan dan kejayaan bangsa Indonesia.
11
Pada dasarnya, kolusi merupakan perbuatan melawan hukum untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain melalui pemufakatan atau kerja sama yang
merugikan orang lain, masyarakat, dan atau Negara.
Sama dengan korupsi, kolusi juga mengakibatkan kerugian, baik bagi orang lain,
masyarakat maupun Negara. Sebab jika penyelenggara Negara melakukan praktik
kolusi, maka kerja sama yang dilakukan bukan murni tertuju untuk pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang baik dan optimal, melainkan untuk keuntungan diri dan
orang lain yang diajak kerja sama. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya kalau praktik
kolusi juga harus dibrantas.
c) Nepotisme
Nepostisme adalah setiap perbuatan penyelenggara Negara secara melawan hukum
yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan
masyarakat, bangsa, dan Negara (Pasal 1 UU No.28 Tahun 1999).
Pada dasarnya, nepotisme merupakan yang mengutamakan keluarganya atau
kroninya (kelompoknya) di atas kepentingan masyarakat dan Negara. Perbuatan ini juga
sangat merugikan orang lain, masyarakat, dan juga Negara. Dengan nepotisme,
kesempatan orang lain jadi hilang karena penyelenggara Negara yang melakukan
nepotisme lebih mengutamakan keluarga atau kelompoknya. Misalnya, dalam
penerimaan pegawai negeri. Bila praktik nepotisme dilaksanakan dalam proses
penerimaan pegawai negeri, maka orang lain yang mungkin jauh lebih bermutu
(berkualitas) bisa gagal menjadi pegawai negeri, sementara orang yang tidak berkualitas
karena keluarganya seorang pejabat dapat diterima sebagai pegawai negeri.
Hal ini jelas bukan saja merugikan orang lain yang berkualitas tapi gagal diterima,
tetapi masyarakat dan Negara turut dirugikan karena tidak mendapat aparat yang
berkualitas untuk pelayanan masyarakat.
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Demokrasi Pancasila adalah sebuah sistem demokrasi pemerintahan, yangkeduanya bisa dipakai
di negara manapun, dengan cara masing masing di indonesiasendiri demokrasi pancasila sudah
mendarah daging disetiap warga nya, karenademokrasi itu mencerminkan kehidupan
bermasyarakat, sistem demokrasi /pemerintahan liberal tidak akan cocok untuk diterapkan di
indonesia karena adatdan budaya negara indonesia bertolak belakang dengan negara barat, NKRI
hargamati, demokrasi pancasila harus dibudayakan kepada anak cucu kita.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://prezi.com/z4gxqbmb4jtp/realita-demokrasi-pancasila-di-
era-reformasi/
https://www.sayanda.com/demokrasi-pancasila/
https://media.neliti.com/media/publications/140373-ID-konsepsi-
dan-implementasi-demokrasi-panc.pdf
14