Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI

KLASIFIKASI BATUAN BEKU

Disusun oleh :

MACHRANI (11141320000006)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016
KLASIFIKASI BATUAN BEKU

I. Tujuan percobaan

Tujuan klasifikasi batuan beku adalah untuk mengetahui macam-macam batuan beku,
serta dapat mendeskripsikan bagaimana materi penyusunnya.

II. Dasar teori

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, “api”) adalah jenis batuan
yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses
kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas
permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah
cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses
pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan
tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil
dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi. Batuan beku yang
terjadi dibangun oleh mineral mineral tertentu ataupun oleh suatu matrik dari silika. Mineral
tersebut ukurannya berbeda beda tergantung dari kecepatan pembekuannya. Mineral tertentu
akan mengkristal pada temperatur tertentu juga. Urutan kristalisasi tersebut seperti
diganbarkan dalam “Bowen Reaction Series”.

Struktur Batuan Beku


Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku
extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada tekstur
masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan
hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur
batuan beku.
Struktur batuan beku ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang
memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur
ini diantaranya:

· Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.
· Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
· Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal
seperti batang pensil.
· Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini
diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
· Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku.
Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
· Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti
kalsit, kuarsa atau zeolitg. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan
adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran.
· Autobrecia, stuktur yang terdapat pada lava yang memperlihatkan fregmen dari
lava-lava itu sendiri.
· Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya fregmen batuan yang masuk atau
tertanam kedalam batuan beku. Struktur ini terbentuk akibat peleburan tidak
sempurna dari batuan samping didalam magma yang menerobos.
· Vesikuler merupakan yang ditandai adanya lubang – lubang gas dengan arah
tertentu.
· Skoria seperti vesikuler tetapi tidak menunjukan arah yang teratur.

Struktur Batuan Beku Intrusif

Intrusive Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dibawah permukaan bumi. Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan
batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu
konkordan dan diskordan.

Konkordan

Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenisjenis
dari tubuh batuan ini yaitu :
· Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan
disekitarnya.
· Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan
yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini,
sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil
dengan kedalaman ribuan meter.
· Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk
tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar
dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
· Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah
terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan
kilometer.
Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-
jenis tubuh batuan ini yaitu:

· Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki
bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan
kilometer dengan panjang ratusan meter.

· Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100
km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.

· Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil

Tekstur Batuan

Tekstur adalah istilah untuk menyatakan ciri fisik batuan yang berkaitan dengan:

· derajat kehabluran (degree of cristalinity)

· ukuran butir atau granularitas (glanularity)

· bentuk dan kemas (fabric) atau susunan dan distribusi mineral dalam batuan.

Ciri khas yang dinyatakan oleh tekstur memberikan gambaran kondisi terbentuknya
batuan beku dari pembekuan magma, induknya yang diatur oleh laju dan urutan kristalisasi
yang bergantung pada suhu komposisi, kandungan gas pada awalnya dan kekentalan magma
serta tekanan saat membeku.

Derajat kehabluran (degree of cristalinity)

Bergantungan pada kondisi pembekuan magma, batuan beku dapat seluruhnya terdiri
dari kristal, atau kaca atau campuran dari keduanya. Derajat kehabluran (degree of
cristalinity) terdiri atas:
· Holokristalin bila massa batuanseluruhnya terdiri dari kristal.

· Hipokristalin / merokristalin bila massa batuan terdiri dari kristal dan bahan amorf.
· Holohialin bila massa batuan seluruhnya terdiri dari bahan amorf atau kaca.
Granularitas (granularity)
Berdasarkan kekompakan ynamo dalam batuan secara megaskopi maka batuan beku
dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
- Faneritik fanerokristalin bila ynamo dalam batuan dapat dilihat dengan mata
telanjang. Ukuran ynamo butiran (<1 mm), sedang (1 – 5 mm), kasar (5 – 30 mm),
peamatif (>30 mm)
- Afanitik bila kristal dalam batuan sangat halus yang hanya teramati dengan
mikroskop
Bentuk kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali biasanya
berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya mengisi ruang yang ada
sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan
mikroskop yaitu:
- Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna
- Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna
- Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
Batuan beku berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya
- Unidomorphic granular bila seluruhnya terdiri dari kristal euhedral
- Hypidiomorphic granular bila terdiri dari kristal subhedral
- Allotriomorphyc granular bila terdiri dari kristal anhedral
Berdasarkan keseragaman antar butirnya
- Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama
- Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama

Berdasarkan kriteria tekstur batuan beku


Tekstur berbutir
Tekstur ini mencerminkan proses pendinginan magma secara perlahan
sehingga memberi kesempatan kristal mineral berkembang sebagai butiran. Contoh
batuan bertekstur berbutir antara lain adalah: granit, pegmatii, syenit.

Tekstur fenerik
Batuan bertekstur fenerik berbutir kasar yang dapat dilihat dengan mata
telanjang juga mencerminkan proses pendinginan magma yang berlangsung sangat
lambat.
Tekstur afanitik
Batuan bertekstur afanitik berbutir halus sebagai akibat prose pendinginan
yang cepat. Butir kristal terlalu kecil untuk pemeriksaan mata telanjang. Bila kristal
batuan kecil sekali dengan yang dengan mikroskop yang juga tidak dapat dibedakan
disebut kriptokristalin.

Tekstur kaca
Tekstur ini terjadi akibat proses pendinginan yang terlalu cepat sehingga tidak
sempat terjadi penghabluran (kristalisasi), misalnya terjadi bila magma tersembur atau
meleleh keluar dari gunungapi dan terkena udara.

Tekstur forfiritik
Tekstur ini mencerminkan terjadinya pendinginan dalam 2 tahap yang
ditunjukan oleh ynamo yang lebih besar tertanam dalam massa dasar (matrix) yang
berbutir halus. Kristal yang lebih besar disebut fenokris.
Tekstur piroklastik
Tekstur piroklastik terdapat dalam batuan gunung api butiran – butiran berupa
fregmen – fregmen batuan akibat letusan.

III. PROSEDUR KERJA


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum identifikasi batuan beku
adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Melakukan identifikasi batuan beku secara megaskopis/ kasat mata. Berdasarkan
sifat-sifat fisinya:
- Warna
- Tekstur
- Struktur
- Komposisi mineral pembentuk batuan
3. Menentukan nama batuannya
4. Mengisi data pada lembar pengamatan
IV. ALAT DAN BAHAN
1. Penggaris
2. Mikroskop
3. Kamera
4. Alat tulis
V. HASIL PENGAMATAN
Adapun hasil pengamatan dari praktikum identifikasi batuan beku adalah :

BATU RIOLIT

 Batuan beku intermediet


 Massif
 Afanitik
 Mineral felsik = mineral mafik

BATU ANDESIT

 Batuan beku intermediet


 Hidrokristalin
 Fanerik halus (<1 mm)
 Anhedral
 Inequigranular
 Mineral felsik = mineral mafik
BATU DIORIT

 Batuan beku intermediet


 Holokristalin
 Fanerik sedang (1-5 mm)
 Subhedral
 Equigranular
 Mineral felsik = mineral mafik

BATU BASALT

 Batuan beku basa


 Hipokristalin
 Fanerik halus (<1 mm)
 Anhedral
 Inequigranular
 Mineral felsik < mineral mafik
BATU DASIT

 Batuan beku asam


 Masif
 Fanerik kasar (5-30 mm)
 Subhedral
 Inequigranular
 Mineral felsik > mineral mafik

BATU GABRO

 Batuan beku basa


 Masif
 Fanerik kasar (5-30 mm)
 Subhedral
 Equigranular
 Mineral felsik < mineral mafik
BATU GRANIT

 Batuan beku asam


 Masif
 Fanerik kasar (5-30 mm)
 Euhedral
 Equigranular
 Mineral felsik > mineral mafik

BATU OBSIDIAN

 Batuan beku asam


 Holohyalin
 Amigdaloidal
 Afanitik 9% massa gelas
BATU SKORIA

 Batuan beku basa


 Holokristalin
 Skoria
 Mineral felsik > mineral mafik

VI. PEMBAHASAN

1. BATU RIOLIT
Batuan beku riolit termasuk jenis batuan beku intermediet karena warnanya
yang abu-abu, sedangkan strukturnya adalah massif dikarenakan tidak memiliki
lubang-lubang. Tekstur granularitasnya adalah afanitik. Sedangkan komposisinya
adalah mineral felsik = mineral mafik. Oleh sebab itu berdasarkan pendeskripsian
tersebut batuin ini termasuk jenis batuan beku riolit.

2. BATU ANDESIT
Batu beku andesit dapat dideskripsikan sebagai batuan beku intermediet yang
struktur batuannya massif yaitu tidak menunjukan adanya lubang-lubang. Sedangkan
tekstur batuan berdasarkan derajat kristalisasinya adalah holokristalin dimana secara
keseluruhan tersusun oleh masa kristal, tekstur granularitasnya adalah fanerik halus
(<1 mm), tekstur bentuk kristalnya adalah anhedral dan relasinya termasuk
inequigranular. Sedangkan komposisinya adalah mineral felsik = mineral mafik. Oleh
sebab itu berdasarkan pendeskripsian tersebut batuin ini termasuk batuan beku
andesit.

3. BATU DIORIT
Batuan beku diorit termasuk jenis batuan beku intermediet karena warnanya
yang abu-abu, sedangkan strukturnya adalah massif dikarenakan tidak memiliki
lubang-lubang ataupun struktur aliran. Tekstur batuan berdasarkan derajat
kristalisasinya adalah holokristalin dimana secara keseluruhan tersusun oleh masa
kristal, tekstur granularitasnya adalah fanerik sedang (1-5 mm), tekstur bentuk
kristalnya adalah subhedral yaitu batas-batas mineralnya sudah tidak tampak lagi dan
relasinya termasuk equigranular, yaitu ukuran butir kristalnya membentuk batuan
yang sama besar. Sedangkan komposisinya adalah mineral felsik = mineral mafik.
Oleh sebab itu berdasarkan pendeskripsian tersebut batuin ini termasuk jenis batuan
beku diorit.

4. BATU BASALT
Batuan beku basalt termasuk jenis batuan beku basa arena warnanya yang
gelap, sedangkan strukturnya adalah skoria dikarenakan memiliki lubang-lubang.
Tekstur batuan berdasarkan derajat kristalisasinya adalah holokristalin dimana secara
keseluruhan tersusun oleh masa kristal, tekstur granularitasnya adalah fanerik halus
(<1 mm), tekstur bentuk kristalnya adalah anhedral yaitu mineralnya sudah tidak
mempunyai bidang kristal asli dan relasinya termasuk inequigranular, yaitu ukuran
butir kristalnya tidak membentuk batuan yang sama besar. Sedangkan komposisinya
adalah mineral felsik < mineral mafik. Oleh sebab itu berdasarkan pendeskripsian
tersebut batuin ini termasuk batuan beku basalt.

5. BATU DASIT
Batuan beku dasit termasuk jenis batuan beku asam karena warnanya yang
terang, sedangkan strukturnya adalah massif dikarenakan tidak memiliki lubang-
lubang ataupun struktur aliran. Tekstur batuan berdasarkan derajat kristalisasinya
adalah hipokristalin dimana sebagian tersusun oleh masa kristal dan sebagian tersusun
atas masa gelas, tekstur granularitasnya adalah fanerik kasar (5-30 mm), tekstur
bentuk kristalnya adalah subhedral yaitu batas-batas mineralnya sudah tidak tampak
lagi dan relasinya termasuk inequigranular, yaitu ukuran butir kristalnya tidak
membentuk batuan yang sama besar. Sedangkan komposisinya adalah mineral felsik
> mineral mafik. Oleh sebab itu berdasarkan pendeskripsian tersebut batuin ini
termasuk batuan beku dasit.

6. BATU GABRO
Batuan beku gabro termasuk jenis batuan beku basa karena warnanya yang
gelap, sedangkan strukturnya adalah massif dikarenakan tidak memiliki lubang-
lubang ataupun struktur aliran. Tekstur batuan berdasarkan derajat kristalisasinya
adalah holokristalin dimana secara keseluruhan tersusun oleh masa kristal, tekstur
granularitasnya adalah fanerik kasar (5-30 mm), tekstur bentuk kristalnya adalah
subhedral yaitu batas-batas mineralnya sudah tidak tampak lagi dan relasinya
termasuk equigranular, yaitu ukuran butir kristalnya membentuk batuan yang sama
besar. Sedangkan komposisinya adalah mineral felsik < mineral mafik. Oleh sebab itu
berdasarkan pendeskripsian tersebut batuin ini termasuk batuan beku gabro.
7. BATU GRANIT
Batuan beku granit termasuk jenis batuan beku asam karena warnanya yang
terang, sedangkan strukturnya adalah massif dikarenakan tidak memiliki lubang-
lubang ataupun struktur aliran. Tekstur batuan berdasarkan derajat kristalisasinya
adalah holokristalin dimana tersusun oleh masa kristal seluruhnya, tekstur
granularitasnya adalah fanerik kasar (5-30 mm), tekstur bentuk kristalnya adalah
euhedral yaitu batas-batas mineralnya adalah bentuk asli dari bidang kristal dan
relasinya termasuk equigranular, yaitu ukuran butir kristalnya membentuk batuan
yang sama besar. Sedangkan komposisinya adalah mineral felsik > mineral mafik.
Oleh sebab itu berdasarkan pendeskripsian tersebut batuin ini termasuk batuan beku
granit.

8. BATU OBSIDIAN
Batuan beku obsidian termasuk jenis batuan beku asam karena warnanya
yang terang, sedangkan strukturnya adalah amigdloidal dikarenakanvmemiliki
lubang-lubang yang kemudian terisi oleh mineral sekunder. Tekstur batuan
berdasarkan derajat kristalisasinya adalah holohyalin dimana tersusun oleh masa gelas
seluruhnya, tekstur granularitasnya adalah afanitik 9% masa gelas. Oleh sebab itu
berdasarkan pendeskripsian tersebut batuin ini termasuk batuan beku obsidian.

9. BATU SKORIA
Batuan beku skoria termasuk jenis batuan beku basa karena warnanya yang
gelap, sedangkan strukturnya adalah skoria dikarenakan memiliki lubang-lubang
ataupun struktur aliran. Tekstur batuan berdasarkan derajat kristalisasinya adalah
holokristalin dimana secara keseluruhan tersusun oleh masa kristal. Sedangkan
komposisinya adalah mineral felsik < mineral mafik. Oleh sebab berdasarkan
pendeskripsian tersebut batuin ini termasuk batuan beku skoria.

VII. KESIMPULAN

Dari praktikum Klasifikasi Batuan Beku ini dapat disimpulkan :

1. Berdasarkan komposisi warna dapat disimpulkan bahwa :


 Warna terang (batuan beku asam) : granit, obsidian, dasit
 Warna abu-abu (batuan beku intermediet) : riolit, andesit, diorit
 Warna gelap (batuan beku basa) : basalt, gabro, skoria

2. Berdasarkan struktur dapat disimpulkan bahwa :


 Massif : dasit, gabro,granit, andesit, diorit, basalt, riolit
 Skoria :skoria
 Amigdaloidal : obsidian
3. Berdasarkan tekstur dapat disimpulkan bahwa :
 Derajat kristalisasi
- Holokristalin : diorit, gabro, granit, skoria
- Holohyalin : obsidian
- Hipokristalin : basalt, dasit

 Granularitas
- Fanerik : diorit, gabro, granit, skoria, basalt, dasit
- Afanitik : obsidian, riolit

 Bentuk kristal
- Euhedral : granit
- Subhedral : diorit, dasit, gabro
- Anhedral : andesit, basalt

 Relasi
- Equigranular : diorit, gabro, granit.
- Inequgranular : andesit, basalt, dasit.

4. Berdasarkan komposisi mineral dapat disimpulkan bahwa :


 Felsik < Mafik : basalt, gabro, skoria
 Felsik = Mafik : riolit, andesit, diorit
 Felsik > Mafik : granit, obsidian, dasit

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bogor : Teknik Geologi Universitas Pakuan

Rahayu, Widi. 2011. Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar. Indramayu : Akamigas
Balongan

Anda mungkin juga menyukai