Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH MANAJEMEN PERBATASAN

BATAS LAUT

Disusun oleh :

Nama : Noviardi Angga Wibowo

NPP : 28.1479
Kelas : D-2

FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

JATINANGOR

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Berdasarkan unclos 1982 indonesia merupakan Negara kepulauan .Indonesia memiliki laut yang
luas yaitu lebih kurang 5,6 juta km 2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, dengan berbagai
potensi sumberdaya, terutama perikanan laut yang cukup besar.

Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas dan kurang terjaga sehingga mudah
mendatangkan ancaman sengketa batas wilayah dengan negara tetangga. Untuk landas kontinen
negara Indonesia berhak atas segala kekayaan alam yang terdapat di laut sampai dengan
kedalaman 200 meter. Batas laut teritorial sejauh 12 mil dari garis dasar lurus dan perbatasan
zona ekonomi ekslusif (ZEE) sejauh 200 mil dari garis dasar laut.

Hal tersebut tidak terlepas dari semakin meningkatnya aktifitas pelayaran di wilayah perairan
Indonesia, Khususnya di laut territorial. peningkatan intensitas pelayaran, sebagian diantaranya
kapal barang dan penangkap ikan, tidak menutup kemungkinan terjadinya kecelakaan laut.
Selain itu Indonesia masih banyak mengalami sengketa perbatasan dengan Negara tetangga .

Untuk itu diperlukan peraturan yang baku mengenai hukum laut Indonesia kususnya dilaut
territorial yang sering dilalui oleh kapal asing dan banyak menimbulkan konflik yang
berkepanjangan dengan negara tetangga.kurang seriusnya pemerintah dalam meyelesaikan
sengketa perbatasan mengenai laut territorial telah banyak menyebabkan lepasnya wilayah laut
territorial dari pangkuan Negara ndonesia.selain itu kurangnya pengawasan terhadap laut
territorial diwilayah Indonesia telah banyak menyebabkan hilangnya kekayaan alam yang
terkandung didalamnya terutama potensi perikanan yang banyak dicuri nelayan asing.

Oleh karena itu diperlukan pemahaman mengenai laut territorial sehingga pengelolaan dan
pengawasan terhadap laut territorial benar benar bejalan optimal.

Tujuan

1. Melalui makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada


masyarakat luas pada umumnya dan pada penulis khususnya mengenai
laut teritorial sehingga masyarakat dapat ikut secara bersama sama menjaga
kedaulatan indonesia.
2. memberikan gambaran tentang laut territorial Indonesia baik berdasarkan
peraturan nasional maupun peraturan internasional.
3. Untuk memberikan solusi terhadap permasalan laut territorial Indonesia

Rumusan masalah.

1. apakah yang dimaksud laut territorial dan hak lintas damai dilaut territorial
disertai disertai pengaturannya?
2. Bagaimana cara menentukan garis batas laut territorial?
3. bagaimana pengaturan hukum laut di Indonesia
4. bagaimana pengaturan hukum laut mengenai laut territorial
BAB II

PEMBAHASAN

1. pengertian laut territorial

Konsep laut teritorial muncul karena kebutuhan untuk menumpas pembajakan dan untuk
mempromosikan pelayaran dan perdagangan antar negara. Prinsip ini mengijinkan negara untuk
memperluas yurisdiksinya melebihi batas wilayah pantainya untuk alasan keamanan. Secara
konseptual, laut teritorial merupakan perluasan dari wilayah teritorial darat. Sejak Konferensi
Den Haag 1930 kemudian Konferensi Hukum Laut 1958, negara-negara pantai mendukung
rencana untuk konsep laut teritorial ditetapkan dalam doktrin hukum laut. Kemudian ketentuan
laut teritorial dikodifikasikan dalam Konvensi Hukum Laut 1982 (LOCS). LOCS mengijikan
negara pantai untuk menikmati yurisdiksi eksklusif atas tanah dan lapisan tanah dibawahnya
sejauh 12 mil laut diukur dari garis dasar sepanjang pantai yang mengelilingi negara
tersebut.penertian laut territorial menurut hukum laut internasional maupun nasional adalah
sebagai berikut :

1. menurut UNCLOS

Garis-garis dasar (garis pangkal / baseline), yang lebarnya 12 mil laut diukur dari garis dasar
Laut territorial didefinisikan sebgai laut wilayah yang terletak disisi luar dari garis pangkal.

Yang dimaksud dengan garis dasar disini adalah garis yang ditarik pada pantai pada waktu air
laut surut . Negara pantai mempunyai kedaulatan atas Laut Teritorial, ruang udara di atasnya,
dasar laut dan tanah di bawahnya serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dimana
dalam pelaksanaannya kedaulatan atas laut territorial ini tunduk pada ketentuan hokum
internasional.

1. menurut uu no.6 tahun 1996

Laut teritorial adalah jalur laut selebar 12(dua belas) mil yang diukur dari garis pangkal
kepulauan Indonesia sebagaimana yang dimaksud pasal 5 UU No 6 Tahun 1996

Pasal 5 UU No 6 Tahun 1996

 Garis pangkal kepulauan Indonesia ditarik dengan menggunakan garis pangkal lurus
kepulauan.
 Dalam hal garis pangkal lurus kepulauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
dapat digunakan, maka digunakan garis pangkal biasa atau garis pangkal lurus.
 Garis pangkal lurus kepulauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah garis -garis
lurus yang menghubungkan titik-titik terluar pada garis air rendah pulau-pulau dan
karang- karang kering terluar dari kepulauan Indonesia.
 Panjang garis pangkal lurus kepulauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak boleh
melebihi 100 (seratus) mil laut, kecuali bahwa 3% (tiga per seratus) dari jumlah
keseluruhan garis -garis pangkal yang mengelilingi kepulauan Indonesia dapat melebihi
kepanjangan tersebut, hingga suatu kepanjangan maksimum 125 (seratus dua puluh lima)
mil laut.
 Garis pangkal lurus kepulauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak boleh ditarik
dari dan ke elevasi surut, kecuali apabila di atasnya telah dibangun mercu suar atau
instalasi serupa yang se-cara permanen berada di atas permukaan laut atau apabila elevasi
surut tersebut terletak seluruhnya atau sebagian pada suatu jarak yang tidak melebihi
lebar laut teritorial dari pulau yang terdekat.
 Garis pangkal biasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah garis air rendah
sepanjang pantai.
 Garis pangkal lurus sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah garis lurus yang
menghubungkan titik-titik terluar pada garis pantai yang menjorok jauh dan menikung ke
daratan atau deretan pulau yang terdapat di dekat sepanjang pantai.

Dalam Laut Teritorial berlaku hak lintas laut damai bagi kendaraan-kendaraan air asing.
Kapal asing yang menyelenggarakan lintas laut damai di Laut Teritorial tidak boleh melakukan
ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah atau kemerdekaan
politik negara pantai serta tidak boleh melakukan kegiatan survey atau penelitian, mengganggu
sistem komunikasi, melakukan pencemaran dan melakukan kegiatan lain yang tidak ada
hubungan langsung dengan lintas laut damai. Pelayaran lintas laut damai tersebut harus
dilakukan secara terus menerus, langsung serta secepatnya, sedangkan berhenti dan membuang
jangkar hanya dapat dilakukan bagi keperluan navigasi yang normal atau kerena keadaan
memaksa atau dalam keadaan bahaya atau untuk tujuan memberikan bantuan pada orang, kapal
atau pesawat udara yang berada dalam keadaan bahaya.

Terkait dengan pelaksanaan hak lintas damai bagi kapal asing tersebut, Negara pantai berhak
membuat peraturan yang berkenaan dengan keselamatan pelayaran dan pengaturan lintas laut,
perlindungan alat bantuan serta fasilitas navigasi, perlindungan kabel dan pipa bawah laut,
konservasi kekayaan alam hayati, pencegahan terhadap pelanggaran atas peraturan perikanan,
pelestarian lingkungan hidup dan pencegahan, pengurangan dan pengendalian pencemaran,
penelitian ilmiah kelautan dan survei hidrografi dan pencegahan pelanggaran peraturan bea
cukai, fiskal, imigrasi dan kesehatan.

Di laut teritorial kapal dari semua negara, baik negara berpantai ataupun tidak berpantai,
dapat menikmati hak lintas damai melalui laut teritorial, demikian dinyatakan dalam pasal 17
LOCS 1982. Dalam pasal 18 LOCS 1982, disebutkan pengertian lintas, berarti suatu navigasi
melalui laut teritorial untuk keperluan :

1) Melintasi laut tanpa memasuki perairan pedalaman atau singgah di tempat berlabuh di
tengah laut atau fasilitas pelabuhan di luar perairan pedalaman ; atau

2) Berlalu ke atau dari perairan pedalaman atau singgah di tempat berlabuh di tengah laut
(roadstead) atau fasilitas pelabuhan tersebut.

Termasuk dalam pengertian lintas ini harus terus menerus, langsung serta secepat
mungkin, dan mancakup juga berhenti dan buang jangkar, tetapi hanya sepanjang hal tersebut
berkaitan dengan navigasi yang lajim atau perlu dilakukan karena force majure atau memberi
pertolongan kepada orang lain, kapal atau pesawat udara yang dalam keadaan bahaya.

Selanjutnya dalam pasal 19 Konvensi menyatakan, bahwa lintas adalah damai, sepanjang
tidak merugikan bagi kedamaian, ketertiban atai keamanan Negara pantai.sedangkan lintas suatu
kapal asing dianggap membahayakan kedamaian, ketertiban atau keamanan suatu Negara pantai,
apabila kapal tersebut dalam melakukan navigasi di laut teritorial melakukan salah satu kegiatan
sebagai berikut :

1. Setiap ancaman penggunaan kekerasan terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah atau


kemerdekaan politik Negara pantai, atau dengan cara lain apapun yang merupakan
pelanggaran atas hukum internasional sebagaimana tercantum dalam Piagam PBB.
2. Setiap latihan atau praktek dengan senjata macam apapun.
3. Setiap perbuatan yang bertujuan untuk mengumpulkan infomasi yang merugikan bagi
pertahanan atau keamanan Negara pantai.
4. Peluncuran, pendaratan atau penerimaan pesawat udara di atas kapal.
5. Perbuatan propaganda yang bertujuan mempengaruhi pertahanan dan keamanan Negara
pantai.
6. Bongkar atau muat setiap komoditi, mata uang atau orang secara bertentangan dengan
peraturan bea cukai dan imigrasi.
7. Perbuatan pencemaran laut yang disengaja.
8. Kegiatan perikanan.
9. Kegiatan riset.
10. Mengganggu sistem komunikasi.
11. Kegiatan yang berhubungan langsung dengan lintas.

Pasal 32 UNLOCS memberikan pengecualian bagi kapal perang atau kapal pemerintah
yang dioperasikan untuk tujuan non komersial. Pasal 29 LOCS memberikan definisi kapal
perang yaitu suatu kapal yang dimiliki oleh angkatan bersenjata suatu Negara yang memamkai
tanda luar yang menunjukkan ciri khusus kebangsaan kapal tersebut, di bawah komando seorang
perwira, yang diangkat oleh pemerintah Negaranya dan namanya terdaftar dinas militer yang
tepat atau daftar yang serupa yang diawasi oleh awak kapal yang tunduk pada disiplin angkatan
bersenjata reguler.

Negara pantai tidak boleh menghalangi lintas damai kapal asing melalui laut teritorialnya,
kecuali dengan ketentuan Konvensi atau perundang-undangan yang dibuat sesuai dengan
ketentuan Konvensi. Negara pantai juga tidak boleh menetapkan persyaratan atas kapal asing
yang secara praktis berakibat penolakan atau pengurangan hak lintas damai. Lain dari pada itu
Negara pantai tidak boleh mengadakan diskriminasi formil atau diskriminasi nyata terhadap
kapal Negara manapun. Untuk keselamatan pelayaran, Negara pantai harus secepatnya
mengumumkan bahaya apapun bagi navigasi dalam laut teritorialnya yang diketahuinya.

Selanjutnya Pasal 25 LOCS, mengenai hak perlindungan bagi keamanan Negaranya, Negara
pantai dapat mengambil langkah yang diperlakukan untuk mencegah lintas yang tidak damai di
laut teritorialnya. Negara pantai juga berhak untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk
mencegah pelanggaran apapun terhadap persyaratan yang ditentukan bagi masuknya kapal ke
perairan pedalaman atau ke persinggahan demikian. Tanpa diskriminasi formil atau diskriminasi
nyata di antara kapal, Negara pantai dapat menangguhkan sementara pada daerah tertentu di laut
teritorialnya untuk perlindungan keamanannya termasuk keperluan latihan senjata.

1. Cara Menentukan Lebar Dan Garis Batas Laut Teritorial

Seperti yang diuraikan diatas bahwa penentuan laut territorial suatu Negara pantai dilakukan
dengan cara penarikan sejauh 12 mil dari garis pangkal terluar yang merupakan ttitik pasang
surut terendah seperti yang diatur dalam pasal 5 unclos dan uu no.6 tahun 1996 pasal 5.namun
unclos dan uu no.6 tahun1996 memberikan pengecualian terhadap wilayah laut yang memiliki
pantai yang saling berhadapan antar Negara pantai.

 Pasal 10 uu no.6 tahun 1996 menyebutkan bahwa :


1) Dalam hal pantai Indonesia letaknya berhadapan atau berdampingan dengan negara
lain, kecuali adapersetujuan yang sebaliknya, garis batas laut teritorial antara Indonesia
dengan negara tersebut adalahgaris tengah yang titik-titiknya sama jaraknya dari titik-
titik ter-dekat pada garis pangkal dari mana lebar laut teritorial masing-masing negara
diukur.
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku apabila terdapat alasan
hak historis ataukeadaan khusus lain yang menyebabkan perlunya menetapkan batas laut
teritorial antara kedua negaramenurut suatu cara yang berbeda dengan ketentuan tersebut.
 Pasal 83 UNCLOS, 1982 menetapkan bahwa penentuan batas landasan continental antar
negara dengan pesisir yang berhadapan atau berdekatan akan dilaksanakan melalui
perjanjian berdasarkan hukum internasional dengan tujuan untuk mencapai suatu
penyelesaian yang pantas dan fair.

Berdasarkan peraturan diatas ,dapat dinyatakan bahwa penentuan batas laut territorial antara
Negara pantai yang memiliki wilayah pantai dapat dilakukan melalui perundingan atau
kesepakatan antar kedua belah pihak.

1. Pengaturan Hukum Laut Indonesia

Secara nasional pengaturan mengenai hak lintas damai terdapat dalam:

1) UU No 4 Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia


2) Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 1962 tentang Hak Lintas Damai kendaraan
Air Asing.
3) UU No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nation Convention of the
Law of the Sea 1982.
4) UU No 6 Tahun 1996 tentang Perairan
5) Peraturan Pemerintah No 36 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal
Asing dalam Melaksanakan Lintas Damai Melalui Perairan Indonesia
6) PP no.19 tahun 1999 tentang pengendalian dan atau perusakan laut

Namun melihat peraturan yang ada mengatur tentang laut territorial diindonesia masih
banyak terdapat berbagai kekurangan diantaranya tidak adanya pengaturan batas laut Indonesia.

1. Pengaturan Hukum Laut Internasional Mengenai Laut Teritorial Dalam Unclos 1982

Dalam unclos laut teritorial diatur dalam :

Bagian 1. Pendahuluan (pasal 1sampai 3)

Bagian 2. batas Laut Teritorial

Bagian 3.lintas damai di laut territorial

1) Sub bagian a.

Peraturan yang berlaku bagi semua kapal(pasal 17 sampai 26)

2) Sub bagian b.

Peraturan yang berlaku bagi kapal dagang dan kapal pemerintah yang dioperasikan untuk
tujuan komersial(pasal 27 sampai 28)

3) Sub bagian c.

Peraturan yang berlaku bagi kapal perang dan kapal pemerintah lainnya yang
dioperasikan untuk tujuan non-komersial(pasal 29 sampai 32)
BAB 3

KESIMPULAN

laut territorial menurut hukum laut internasional maupun nasional adalah sebagai berikut

1. menurut UNCLOS
garis-garis dasar (garis pangkal / baseline), yang lebarnya 12 mil laut diukur dari garis
dasar Laut territorial didefinisikan sebgai laut wilayah yang terletak disisi luar dari garis
pangkal.
2. menurut uu no.6 tahun 1996

laut territorial adalah jalur laut selebar 12(dua belas) mil yang diukur dari garis pangkal
kepulauan Indonesia sebagaimana yang dimaksud pasal 5.

1. Dalam Laut Teritorial berlaku hak lintas laut damai bagi kendaraan-kendaraan air asing
2. penentuan laut territorial suatu Negara pantai dilakukan dengan cara penarikan sejauh 12
mil dari garis pangkal terluar yang merupakan ttitik pasang surut terendah seperti yang
diatur dalam pasal 5 unclos dan uu no.6 tahun 1996 pasal 5
3. secara nasional pengaturan mengenai hak lintas damai terdapat dalam:
1. UU No 4 Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia
2. Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 1962 tentang Hak Lintas Damai kendaraan Air
Asing.
3. UU No 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nation Convention of the Law
of the Sea 1982.
4. UU No 6 Tahun 1996 tentang Pelayaran
5. Peraturan Pemerintah No 36 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal
Asing dalam Melaksanakan Lintas Damai Melalui Perairan Indonesia
6. PP no.19 tahun 1999 tentang pengendalian dan atau perusakan laut
7. pengaturan hukum laut internasional mengenai laut territorial dalam unclos 1982
mengenai laut territorial diatur dalam bab 1,2 dan3 yaitu mulai pasal 1 sampai
dengan pasal 32
DAFTAR PUSTAKA

Narzif,SH,MH.2003.modul hukum laut Indonesia

kusumaatmadja,mochtar.1978.hukum laut internasional.bandung:bina cipta

UNCLOS 1982

UU No.6 Tahun 1996

UU No.17 Tahun 1985

Anda mungkin juga menyukai