OLEH
ANDI SAPUTRO
NIM. P1337420716015
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit tidak menular sudah menjadi penyakit yang serius atau cukup
buruk dimasyarakat , baik secara global maupun nasional dan lokal. Salah satu
penyakit tidak menular adalah diabetes. Diabetes di Indonesia merupakah
penyakit yang cukup terkenal, Indonesia yang merupakan negara
berkembangan dengan pola hidup yang tidak teratur dan tingkat
pengetahuannya membuat masyarakat Indonesia mudah terkena penyakit
diabetes melitus, sementara itu penyakit diabetes melitus adalah penyakit
akibat adanya gangguan metabolisme karbohidrat di dalam tubuh (Depkes RI,
2010).
Diabetes melitus hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan didunia.
Hasil penelitian dari International Diabetes Federation (2014) mengatakan ada
sekitar 382 juta penderita DM dan dapat diperkirakan menjadi 592 juta orang
pada tahun 2035. Dari 382 juta penderita tersebut ada 175 juta penderita
diantaranya belum terdiagnosis dan dapat mengalami komplikasi tanpa
disadari. Sedangkan menurut WHO (2012) penderita DM dunia di tahun 2000
berjumlah 171 juta orang dan akan menjadi 366 juta orang pada tahun 2030.
Jumlah penderita DM di Indonesia menurut WHO (2012) sekitar 8,4 juta orang
pada tahun 2000 dan akan menjadi 21,2 juta orang pada tahun 2030.
B. Klasifikasi Diabetes
Secara klinis terdapat dua tipe diabetes, yaitu DM tipe 1 yang disebabkan
kurangnya insulin secara absolute akibat proses autoimun dan DM tipe 2 yang
merupakan kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus diabetes) yang
umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan resistensi insulin
(Smeltzer, 2008).
Diabetes melitus tipe 2 berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan
progresif, sehingga berjalan tanpa terdeteksi karena gejala yang dialami pasien
sering bersifat ringan seperti kelelahan, irritabilitas, poliuria, polidipsi, dan
luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare, 2008).
C. Komplikasi
Salah satu komplikasi dari diabetes melitus tipe 2 yang mempengaruhi
sistem saraf parifer yaitu Paripheral Arthery Disease (PAD) yang merupakan
suatu kondisi dimana terdapat lesi di pembuluh darah sehingga menyebabkan
saluran darah dalam arteri yang mensuplai darah ke ekstremitas menjadi
terbatas dan juga mempengaruhi kualitas hidup dan fungsi sosial penderitanya
(Williams & Wilkins, 2011).
D. Sirkulasi darah
Sirkulasi darah pada daerah kaki dapat diukur melalui pemeriksaan non
invasive, salah satunya adalah dengan pemeriksaan Ankle Brachial Index.
Ankle Brachial Index (ABI) merupakan pemeriksaan non invasive pada
pembuluh darah yang berfungsi untuk mendeteksi tanda dan gejala klinis dari
iskhemia, penurunan perfusi perifer yang dapat mengakibatkan angiopati dan
neuropati diabetik. ABI adalah metode sederhana dengan mengukur tekanan
darah pada daerah ankle (kaki) dan brachial (tangan) dengan menggunakan
probe doppler (Gitarja, 2015).
Sirkulasi darah pada daerah kaki dapat diukur melalui pemeriksaan non
invasive salah satunya adalah dengan pemeriksaan ankle brachial index. Nilai
ABI pada pasien ABI > 1.0 dan apabila < 0.9 beresiko terjadi gangguan perifer
oleh karena itu skrening yang tepat untuk pasien DM adalah dengan mengukur
ABI. Hubungan ABI dan keparahan ulkus diuji dengan analisis koefisien
koreksi Spearman dan mendapatkan nilai P = 0,008 yang menunjukkan makin
rendah nilai ABI maka nilai keparahan ulkus semakin besar (Kristiani et al.,
2015).
E. Senam kaki
Senam kaki diabetes juga digunakan sebagai latihan kaki. Latihan kaki juga
dipercaya untuk mengelola pasien yang mengalami DM, pasien DM setelah
latihan kaki merasa nyaman, mengurangi nyeri, mengurangi kerusakan saraf
dan mengontrol gula darah serta meningkatkan sirkulasi darah pada kaki
(Taylor, 2010). Sirkulasi darah pada daerah kaki dapat diukur melalui
pemeriksaan non invasive salah satunya adalah dengan pemeriksaan ankle
brachial index. Nilai ABI pada pasien diabetes mellitus di katakan normal
apabila nilai ABI > 1.0 dan apabila < 0.9 beresiko terjadi gangguan perifer oleh
karena itu skrening yang tepat untuk pasien DM adalah dengan mengukur ABI.
Pemeriksaan tekanan darah di kaki dapat dilakukan pada arteri dorsalis pedis
dan arteri tibia posterior. Perbandingan antara arteri brakialis dengan arteri
dorsalis pedis atau arteri tibia posterior normalnya >0.9. Hubungan ABI dan
keparahan ulkus diuji dengan analisis koefisien koreksi Spearman dan
mendapatkan nilai P = 0,008 yang menunjukkan makin rendah nilai ABI maka
nilai keparahan ulkus semakin besar (Kristiani et al., 2015).
A. Rencana Penerapan
Senam kaki dapat diterapkan di pada pasien diabetes melitus type 2 di
bangsal puskemas sebagai alternatif bagi pasien yang mengalami gangguan
sirkulasi peredaran darah. Hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah dengan
meminta ijin kepada pihak puskesmas. Hal ini mengurus perijinan di bagian
Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) Puskesmas kecamatan Kalimanah
Kabupaten Purbalingga. Proses mengurus perijinan tersebut diberikan berupa
desiminasi atau paparan mengenai Evidence Based Nursing tindakan
keperawatan senam kaki yang akan diberikan kepada pasien diabetes melitus
sesuai dengan prosedur yang telah dilampirkan serta dijelaskan bahwa tindakan
tersebut aman dan tidak merugikan pasien maupun rumah sakit. Pelaksanaan
tindakan, beberapa pihak terkait seperti kepala puskesmas, karyawan –
karyawan, dan perawat ruangan harus mengetahui mengenai prosedur yang
akan diterapkan. Hasil yang diharapkan adalah untuk menghasilkan
kesepakatan, bahwa tindakan tersebut layak untuk diterapkan di Puskesmas
tersebut. Kemudian, membuat kesepakatan bahwa tindakan keperawatan
senam kaki akan diterapkan di puskemas selama 1 bulan. Lalu akan dievaluasi,
apabila menghasilkan timbal balik atau feedback yang baik, bisa diterapkan
ataupun dijadikan Standar Operasional Prosedur (SOP) di Puskesmas
kecamatan kalimanah.
Setelah mendapatkan perijinan, akan dilaksanakan tindakan dengan
mengidentifikasi sirkulasi peredaran darah pada masing-masing pasien
diabetes melitus dengan menggunakan Ankle Brachial Index. Pengukuran
tersebut dilakukan sebelum intervensi senam kaki. Ankle Brachial Index (ABI)
yaitu mengukur rasio dari tekanan sistolik di lengan dengan tekanan sistolik
kaki bagian bawah (Nussbaumerová et al, 2011). ABI dihitung dengan
membagi tekanan sistolik di pergelangan kaki dengan tekanan darah sistolik di
lengan. Pemeriksaan ABI sangat berguna untuk mengetahui adanya Paripheral
Arthery Disease (PAD) (Bundó et al, 2013).
Nilai ABI pada pasien ABI > 1.0 dan apabila < 0.9 beresiko terjadi
gangguan perifer oleh karena itu skrening yang tepat untuk pasien DM adalah
dengan mengukur ABI. Hubungan ABI dan keparahan ulkus diuji dengan
analisis koefisien koreksi Spearman dan mendapatkan nilai P = 0,008 yang
menunjukkan makin rendah nilai ABI maka nilai keparahan ulkus semakin
besar (Kristiani et al, 2015).
Kemudian dilanjutkan untuk melakukan 6 sesi. Sesi ini bertujuan untuk
memudahkan pemberian edukasi tentang senam kaki. Pelatihan di setiap sesi
sebagai berikut :
Sesi 1 : berisi tentang pendahuluan, penyataan tentang penyuluhan
Sesi 2 : menjelaskan tentang diabetes melitus
Sesi 3 : menjelaskan sekilas mengenai petunjuk edukasi senam kaki
Sesi 4 dan 5 : melakukan pelatihan intervensi relaksasi
Sesi 6 : sesi Review, mendapatkan umpan balik dari sampel dan memberikan
leaflet senam kaki.
Senam kaki diabetes dapat diterapkan pada pasien Diabetes Melitus yang
dapat juga mempengaruhi sistem saraf parifer yaitu Paripheral Arthery
Disease (PAD) yang merupakan suatu kondisi dimana terdapat lesi di
pembuluh darah dengan begitu dapat meningkatkan nilai Ankle Branchial
Index dan sirkulasi darah pada extremitas.
Kegiatan dilakukan dengan 5 sesi. Pelatihan di setiap sesi sebagai berikut :
a. Kegiatan ke 1 : Melakukan pengecekan tanda – tanda vital.
b. Kegiatan ke 2 : Melakukan pengkajian nilai ABI sebelum.
c. Kegiatan ke 3 : Penyuluhan tentang senam kaki.
d. Kegiatan ke 4 : Pelatihan dan pelaksanaan senam kaki.
e. Kegiatan ke 5 : Melakuakn kembali pengkajian ABI setelah.
Selanjutnya, protokol senam kaki dilakuakan dalam 2 bagian. Bagian 1
dilakuakn pemeriksaan ABI dalam waktu 10 menit dan bagian kedua yaitu
intervensi senam kaki diajarkan dalam waktu 20 menit dalam sehari.
Penerapan senam kaki pada pasien meliputi beberapa komponen,
diantaranya :
a. Pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai.
b. Tumit diletakan dilantai, jari – jari kedua belah kaki diluruskan keatas lalu
dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebayak 10 kali.
c. Tumit diletakan dilantai, angkat telapak kaki ke atas, kemudian sebaliknya
pada kaki yang lainnya. Jari – jari diletakan dilantai lalu tumit kaki angkat
keatas. Gerakan ini dilakukan bersamaan pada kaki kanan dan kiri
bergantian sebanyak 10 kali.
d. Tumit kaki diletakan dilantai. Kemudian bagian ujung jari kaki diangkat
keatas dan buat gerakan memutar sebanyak 10 kali.
e. Jari – jari kaki diletakkan dilantai. Kemudian tumit diangkat dan buat
gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10
kali.
f. Kemudian angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Lalu gerakan jari –
jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali secara bergantian kekiri dan
kekanan. Ulangi gerakan ini sebanyak 10 kali.
g. Selanjutnya luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki
tersebut dan gerakkan ujung jari – jari kaki kearah wajah lalu turunkan
kembali kelantai.
h. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi sama seperti pada langkah ke -8,
namum gunakan kedua kaki kanan dan kiri secara bersamaan. Ulangi
gerakan tersebut sebanyak 10 kali.
i. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. kemudian
gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.
j. Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, lalu putar kaki pada
pergelangan kaki, lakukan gerakan seperti menulis di udara dengan kaki
dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.
k. Letakkan selembar koran dilantai. Kemudiam bentuk kertas koran tersebut
menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki. Lalu buka kembali bola
tersebut menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki.
Gerakan ini dilakukan hanya sekali saja.
l. Kemudian robek koran menjadi 2 bagian, lalu pisahkan kedua bagian
koran tersebut.
m. Sebagian koran disobek – sobek menjadi kecil – kecil dengan kedua kaki.
n. Kemudian pindahkan kumpukan sobekan – sobekan tersebut dengan
kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kerta yang utuh tadi.
o. Lalu bungkus semua sobekan – sobekan tadi dengan kedua kaki kanan dan
kiri menjadi bentuk bola.
Sunaryo, T., & Sudiro, S. (2014). Pengaruh Senam Diabetik Terhadap Penurunan
Resiko Ulkus Kaki Diabetik Pada Pasien Dm Tipe 2 Di Perkumpulan
Diabetik. Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), 99–105. Retrieved from
http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id/index.php/Int/article/view/81
Wahyuni, A. (2016). Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan Ankle Brachial
Index Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Ipteks Terapan, 9(2), 155–164.
https://doi.org/10.22216/jit.2015.v9i2.231